5
Michael G. Nainggolan and Youla O. Aguw, “Penyelesaian Sengketa Palestina Dan Israel
Menurut Hukum Internasional (Studi Kasus Perampasan Wilayah Palestina Di Israel),” Lex Et
Societatis 8, no. 4 (2020): 45.
6
Hengky Ho, “Penerapan Hukum Humaniter Internasional Dalam Konflik Bersenjata Antara
Palestina Dan Israel,” Lex Et Societatis 7, no. 2 (2019): 169.
7
Made Astiti, Dewa Gede Sudika Mangku, and Ratna Artha Windari, “Penyelesaian Sengketa
Internasional Terkait Pencemaran Laut Timor Akibat Tumpahan Minyak Montara Antara
Indonesia Dan Australia,” Jurnal Komunitas Yustisia 2, no. 1 (2019): 13.
antara Indonesia, Australia dan Timor Leste.8 Peristiwa tersebut menimbulkan
sengketa mengenai pertanggungjawaban pencemaran yang melibatkan
Indonesia sebagai negara terdampak dengan Australia sebagai negara pemilik
sumur minyak.
B. Pembahasan
1. Analisa Hukum Internasional terhadap Konflik Israel dan Palestina
a) Latar Belakang Kasus
8
Ni Putu Suci Meinarni, “Upaya Hukum Dalam Penyelesaian Sengketa Pencemaran Lingkungan
Laut Dalam Kasus Tumpahan Minyak Montara Di Laut Timor,” Jurnal Magister Hukum Udayana
5, no. 4 (2016): 35.
9
Michael G. Nainggolan and Youla O. Aguw. Op.cit. 47.
10
Ibid.
Masalah Yerusalem juga menjadi faktor yang memperunyam
konflik antara Israel dan Palestina. Pemerintah Israel mengklaim bahwa
Yerusalem adlaah ibu kota Israel yang tidak terbagi. Sedangkan
Palestina menyatakan bahwa Yerusalem bagian timur adalah ibu kota
Palestina tetapi dianeksasi oleh Israel pada tahun 1980. Palestina sendiri
telah mendesak Israel untuk tunduk pada Resolusi 181, yakni resolusi
yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa pada tahun 1947
guna membagi tanah Palestina bagi bangsa Yahudi dan bangsa Arab.11
Dalam resolusi tersebut, pembagian wilayah lebih banyak diberikan
kepada bangsa Yahudi, sekitar 55 persen dan sisanya hak bangsa Arab.
Mayoritas negara anggota PBB sendiri setuju dan berakhirlah Mandat
Britania untuk Palestina, otoritas Inggris atas Tanah Palestina pasca
Perang Dunia I per 1 Agustus 1948.
1) Negara
Negara menjadi subjek utama dalam hukum internasional.
Dalam konteks hukum internasional, negara yang dimaksud
adalah negara yang berdaulat dan memiliki pemerintahannya
sendiri. Dalam konflik antara Israel dan Palestina, dapat
disimpulkan bahwa kedua negara tersebut merupakan subjek
hukum internasional. Selain itu, negara-negara yang terlibat
dalam konflik seperti Mesir, Suriah, dan Yordania dalam
Perang Enam Hari juga dapat disebut sebagai subjek hukum
internasional.
2) Organisasi Internasional
Organisasi nasional bertugas untuk turut serta menyelesaikan
pelanggaran atau permasalahan terkait hukum internasional.
Dengan demikian, dalam konflik Israel dan Palestina,
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mengeluarkan
Otoritas 181 dapat dikatakan sebagai subjek hukum
internasional.
3) Palang Merah Internasional
Palang Merah Internasional diakui sebagai subjek hukum
internasional dalam ruang lingkup terbatas. Kedudukannya
diperkuat dengan adanya perjanjian dan konvensi Palang
Merah. Misi Palang Merah Internasional semata-mata hanya
untuk kemanusiaan. Oleh karena itu, organisasi ini harus
independen dan tidak boleh diintervensi oleh negara
13
Mochtar Kusumaatmadja and Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional (Bandung:
Alumni, 2003).
manapun. Palang Merah Internasional sendiri telah menjadi
organisasi yang terlibat aktif dalam upaya menanggulangi
krisis kemanusiaan di Palestina.14
1) Negara
Negara menjadi subjek utama dalam hukum internasional.
Dalam konteks hukum internasional, negara yang dimaksud
adalah negara yang berdaulat dan memiliki pemerintahannya
sendiri. Dalam pencemaran minyak Montara, dapat
disimpulkan bahwa Australia sebagai negara asal pemilik
sumur mintak Montara dan Indonesia sebagai negara
terdampak merupakan subjek hukum internasional.
4) Organisasi Internasional
Organisasi nasional bertugas untuk turut serta menyelesaikan
pelanggaran atau permasalahan terkait hukum internasional.
Kasus pencemaran minyak Montara sendiri telah dibawa ke
Sidang APEC pada tahun 2013 untuk meminta dukungan
masyarakat internasional. Dengan demikian, APEC dapat
disebut sebagai subjek hukum internasional.
20
Yusnia Tika Safitri, Mahendra Putra Kurnia, and Rika Erawaty, “Pertanggungwaban Negara
Terhadap Pencemaran Minyak West Montara Di Laut Indonesia Berdasarkan UNCLOS 982,”
Risalah Hukum2 16, no. 1 (2020): 37.
21
Ibid.
pemerintah Indonesia melalui lembaga berwenang (KLHK RI)
melayangkan gugatan perdata ke PN Jakarta Pusat guna menyeleaikan
proses ganti kerugian yang dialami oleh masyarakat Nusa Tenggara
Timur.
23
Ibid.
C. Penutup
Daftar Pustaka
Astiti, Made, Dewa Gede Sudika Mangku, and Ratna Artha Windari.
“Penyelesaian Sengketa Internasional Terkait Pencemaran Laut Timor
Akibat Tumpahan Minyak Montara Antara Indonesia Dan Australia.” Jurnal
Komunitas Yustisia 2, no. 1 (2019): 13.