• Semenjak munculnya Resolusi PBB 181 tahun 1947 yang merupakan seruan PBB
untuk membagi Palestina, dimana 54% wilayahnya akan menjadi negara Palestina
dan 46% menjadi negara Yahudi. Angkatan Pertahanan Israel meluncurkan
"Rencana D" di mana berbagai populasi Palestina yang tinggal di wilayah bernilai
strategis akan menjadi sasaran pembantaian untuk mengusir mereka dari tempat
tinggalnya. Akibatnya, sekitar 300.000 warga Palestina menjadi pengungsi. Dalam
prosesnya, sekitar 725.000 warga Palestina melarikan diri ke Yordania dan
Lebanon, yang masing-masing merupakan 50% dan 10% dari populasi penduduk
Palestina (UNHCR, 2023).
• Selama perang Arab-Israel lebih dari 700.000 warga Palestina terpaksa mengungsi
dan sekitar 15.000 orang terbunuh dalam peristiwa yang oleh orang Palestina
sebut sebagai “Nakba,” bahasa Arab untuk “bencana.” Ini adalah peristiwa formatif
bagi identitas Palestina dan telah diperingati setiap tahun sejak itu termasuk oleh
PBB untuk pertama kalinya pada tahun 2023. Beberapa orang telah
memperingatkan bahwa serangan Israel saat ini di Gaza yang tertuju kepada lebih
Penindasan atas rakyat Palestina oleh zionis
Kondisi Gaza 19 Oktober 2023
•Tindakan zionis atas bangsa Palestina ini sudah
memenuhi syarat untuk dijerat Pasal Kejahatan
Kemanusiaan dan Kejahatan Perang. Menurut
Pasal 5 Statuta Roma 17 Juli 1998 bahwa yang
termasuk kejahatan adalah kejahatan
genosida, kejahatan perang, kejahatan
terhadap kemanusiaan, dan kejahatan agresi
(guide-humanitarian-law.org, 2023).
Status Palestina di PBB
1. Resolusi PBB 181 tahun 1947 yang isinya mengusulkan penghentian Mandat dan pembagian
Palestina menjadi dua negara merdeka, satu Arab Palestina dan satu lagi Yahudi, dan menjadikan
Yerusalem sebagai kota internasional. Yahudi memproklamirkan kemerdekaannya dengan
membentuk negara israel. Sementara penduduk Arab Palestina diusir. Yordania dan Mesir menguasai
sisa wilayah yang ditetapkan berdasarkan Resolusi 181 kepada Negara Arab. Pada perang tahun
1967, israel menduduki wilayah tersebut (Jalur Gaza dan Tepi Barat) termasuk Yerusalem Timur, yang
kemudian dianeksasi oleh israel. Perang tersebut mengakibatkan eksodus kedua warga Palestina,
yang diperkirakan berjumlah setengah juta orang.
2. Resolusi Dewan Keamanan 242 tahun 1967 merumuskan prinsip-prinsip perdamaian yang adil
dan abadi, termasuk penarikan israel dari wilayah yang diduduki, penyelesaian masalah pengungsi
yang adil, dan penghentian semua klaim atau keadaan berperang.
3. Resolusi Dewan Keamanan 338 tahun 1974 yang antara lain menyerukan negosiasi perdamaian
antara pihak-pihak terkait. Pada tahun ini Majelis Umum PBB menegaskan kembali hak-hak rakyat
Palestina yang tidak dapat dicabut untuk menentukan nasib sendiri, kemerdekaan nasional,
kedaulatan, dan hak untuk kembali.
4. Majelis Umum PBB pada tahun 1975 membentuk Komite Pelaksanaan Hak-Hak yang tidak dapat
dicabut dari Rakyat Palestina dan menganugerahkan status “observer” pengamat kepada PLO di
Majelis dan konferensi PBB.
5. Pada bulan September 1983, Konferensi Internasional tentang Pertanyaan Palestina
(ICQP) mengadopsi prinsip-prinsip berikut: perlunya menentang pemukiman israel dan
tindakan israel untuk mengubah status Yerusalem, hak semua negara di kawasan untuk
hidup dalam lingkungan yang aman dan internasional, pengakuan batas-batas, dan
pengakuan hak-hak rakyat Palestina yang sah dan tidak dapat dicabut.
6. Konferensi Perdamaian diadakan di Madrid pada tahun 1991, dengan tujuan mencapai
penyelesaian damai melalui negosiasi langsung melalui 2 jalur: antara israel dan negara-
negara Arab, dan antara israel dan Palestina, berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan 242
(1967) dan Resolusi 338 (1973). Perundingan jalur multilateral fokus pada isu-isu kawasan
seperti lingkungan hidup, pengendalian senjata, pengungsi, air, dan ekonomi.
7. Perjanjian Oslo tahun 1993 yaitu perundingan yang mencapai puncaknya dengan
pengakuan timbal balik antara Pemerintah israel dan PLO, perwakilan rakyat Palestina, dan
penandatanganan Deklarasi Prinsip-prinsip Pengaturan Pemerintahan Sendiri Sementara.
Implementasi Perjanjian selanjutnya, berujung pada penarikan sebagian pasukan israel,
pemilihan Dewan Palestina dan Kepresidenan Otoritas Palestina, pembebasan sebagian
tahanan dan pembentukan pemerintahan yang berfungsi di wilayah-wilayah yang berada di
bawah kekuasaan Palestina sebagai pemerintahan sendiri. Penekanan pada keterlibatan PBB
baik sebagai penjaga legitimasi internasional maupun dalam mobilisasi dan penyediaan
bantuan internasional.
8. Negosiasi di Camp David pada tahun 2000 dan pada tahun 2001 di Taba, namun terbukti tidak
meyakinkan dilaksanakan.
9. International Court of Justice menyatakan bahwa pembangunan tembok pemisah oleh israel
di Tepi Barat, yang sebagian besar terletak di wilayah Pendudukan Palestina, yang dinyatak illegal.
10. Pada tahun 2002, Dewan Keamanan visi 2 Negara.
11. Pada tahun 2002 Liga Arab mengadopsi Inisiatif Perdamaian Arab.
12. Pada tahun 2003, Kuartet (AS, UE, Rusia dan PBB) merilis “Road Map” atau Peta Jalan
menuju solusi 2 Negara.
13. Perjanjian Perdamaian Jenewa yang tidak resmi diumumkan oleh tokoh-tokoh terkemuka
Israel dan Palestina tahun 2003.
14. Setelah pemilu legislatif Palestina tahun 2006, Kuartet (AS, UE, Rusia dan PBB)
mengkondisikan bantuan kepada Palestina berdasarkan komitmennya terhadap non-kekerasan,
pengakuan terhadap israel, dan penerimaan perjanjian sebelumnya (un.org/unispal/history/, 2023).
15. Majelis Umum PBB pada hari Jumat 27 Oktober 2023 memberikan suara mendukung
Gencatan Senjata segera di Gaza. Terdapat 120 suara mendukung, 14 menolak dan 45 abstain.
Security Council
• Ada juga upaya di tubuh Dewan Keamanan PBB untuk
mengeluarkan Resolusi untuk Gencatan Senjata atas
pertempuran terbaru antara Palestina dengan zionis
israel. Upaya yang disponsori oleh Brazil mendapat
dukungan luas dan mengutuk semua kekerasan terhadap
warga sipil. Hasil pemungutan suara di Dewan Keamanan
yang beranggotakan 15 negara menghasilkan 12 suara
mendukung dan AS menentang (memVeto), sedangkan
Rusia dan Inggris abstain (pbs.org., 2023
Statuta Roma 1998
•Genocida
•Kejahatan Kemanusiaan
•Kejahatan Perang
• Agresi
Akibat Penjajahan zionis
Perserikatan Bangsa-Bangsa
1. Menjaga perdamaian dan keamanan internasional;
2. Untuk mengembangkan hubungan persahabatan antar negara berdasarkan
penghormatan terhadap prinsip persamaan hak dan penentuan nasib sendiri, dan
untuk mengambil langkah-langkah lain yang tepat untuk memperkuat perdamaian
universal;
3. Untuk mencapai kerja sama internasional dalam memecahkan masalah-masalah
internasional yang bersifat ekonomi, sosial, budaya, atau kemanusiaan, dan dalam
memajukan dan mendorong penghormatan terhadap hak asasi manusia dan
kebebasan mendasar bagi semua orang tanpa membedakan ras, jenis kelamin,
bahasa, atau agama;
4. Dan Menjadi pusat harmonisasi tindakan negara-negara dalam mencapai tujuan
bersama (Un.org., 2023).
Amanat UN Charter: Humanitarian Intervention
Pasal 41
• Dewan Keamanan dapat memutuskan tindakan apa yang tidak melibatkan
penggunaan kekuatan bersenjata yang akan diterapkan agar keputusannya dapat
dilaksanakan, dan Dewan Keamanan dapat meminta Anggota Perserikatan
Bangsa-Bangsa untuk menerapkan tindakan tersebut. Hal ini dapat mencakup
gangguan seluruhnya atau sebagian terhadap hubungan ekonomi dan kereta api,
laut, udara, pos, telegraf, radio, dan sarana komunikasi lainnya, serta pemutusan
hubungan diplomatik.
Pasal 42
• Jika Dewan Keamanan menganggap bahwa tindakan-tindakan yang diatur dalam
Pasal 41 tidak memadai atau terbukti tidak memadai, Dewan Keamanan dapat
mengambil tindakan melalui kekuatan udara, laut, atau darat jika diperlukan
untuk memelihara atau memulihkan perdamaian dan keamanan internasional.
Tindakan tersebut dapat mencakup demonstrasi, blokade, dan operasi lain
Hambatan
• Internal Palestina
Kelompok Idealis dan Realis
• Eksternal
Negara-Negara Muslim belum kompak
Pelanggaran oleh zionis israel
Amerika Serikat menjadi Body Guard Israel
Beberapa Langkah yang dapat dijalankan
• Pertama, memperkuat kesatuan rakyat Palestina untuk merdeka dan berdaulat dengan
atau tanpa keberadaan zionis di tanah air Palestina.
• Kedua, perlu kesepahaman dan kesepakatan di antara negara-negara Muslim terutama
yang tergabung dalam Organization of Islamic Confrence (OIC) mengenai pentingnya
Palestina merdeka dan berdaulat untuk menghindari bertambahnya korban jiwa dan
kerugian spiritual dan material. Bencana di tanah air Palestina ini seharusnya menjadi
pemicu kesadaran dan persatuan umat Islam seluruh dunia karena sepanjang hayat
umat ini menghadapi musuh yang sama yaitu para teroris penjajah.
• Ketiga, menggunakan kekuatan militer darat, laut, udara dan melakukan peredaan
ketegangan oleh Dewan Keamanan PBB dengan melakukan genjatan senjata dan
perlucutan senjata antar pihak yang bertikai.
• Keempat, penegakkan hukum dan sanksi atas perilaku teroris genocide, kejahatan
kemanusiaan, kejahatan perang dan agresi militer di International Criminal Court (ICC).
• Kelima, melakukan pendekatan kepada negara-negara yang masih menolak dan abstain
untuk mengakui Palestina sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat.
• Keenam, memberikan sanksi baik sanksi atas dasar hukum internasional maupun
sanksi sosial kepada para pendukung penjajahan di bumi Palestina.
• Ketujuh, jika sangat terpaksa maka terapkan “two-states solution” Palestina dan
negara zionis. Ini tentu bukan kemauan rakyat Palestina tetapi ini keterpaksaan.
• Kedelapan, meningkatkan status Palestina dari “non-member state” di Majelis
Umum PBB menjadi “member of United Nations”.
• Kesembilan, Indonesia khususnya diharapkan juga berperan lebih aktif untuk ikut
menyelesaian penjajahan atas rakyat Palestina sesuai dengan prinsip politik luar
negeri “Bebas Aktif” dengan menjalankan multi track diplomasi yaitu
menggunakan semua jalur diplomasi baik antar pemerintahan, organisasi
internasional, kelompok, corporations, masyarakat, individu dan berbagai event
untuk segera mewujudkan kemerdekaan dan kedaulatan bagi saudara kita negara
Palestina.
• Kesepuluh, begitu juga semua negara Muslim dan negara lainnya diharapkan
meningkatkan komitmennya untuk tegaknya hak asasi manusia di bumi Palestina
dan mendukung Kemerdekaan dan Kedaulatan Palestina.
Kemerdekaan dan Kedaulatan Palestina
bukan hanya urusan bangsa Palestina
tetapi sudah menjadi agenda dan
tanggung jawab negara secara global.
Semua negara bertanggungjawab untuk
segera mengakhiri penjajahan zionis atas
rakyat Palestina dan mewujudkan
Kemerdekaan dan Kedaulatan Palestina
di tanah airnya sendiri.
Rosulullah Shollallohu Alaihi wa Sallam telah memberitahukan kepada umat :
Artinya:
“Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku kelompok
yang selalu menolong di atas kebenaran atas musuh
mereka, orang-orang yang yang menyelisihi mereka tidak
akan membuat mereka goyah kecuali orang yang tertimpa
cobaan, sampai datang kepada mereka janji Allah Azza wa
Jalla. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah di manakah
mereka?” Beliau menjawab, “Baitul Maqdis dan sisi Baitul
Beberapa aktivitas dan karya saya dapat dilihat di :
Hatur Nuhun
Terima Kasih
Jazakumulloh Ahsanal Jaza