Anda di halaman 1dari 4

Upaya Dunia atas Konflik Israel-Palestina

1. Resolusi 242 Dewan Keamanan PBB, 1967


Resolusi Dewan Keamanan PBB 242 tanggal 22 November 1967 menyerukan pertukaran
tanah untuk perdamaian. Sejak itu, banyak upaya untuk membangun perdamaian di wilayah
mengacu pada Resolusi 242. Resolusi itu ditulis sesuai dengan Bab VI Piagam PBB, di mana
resolusi itu bersifat rekomendasi, bukan perintah.
2. Perjanjian Perdamaian Camp David, 1978
26 Maret 1979, foto diambil setelah Presiden Mesir Anwar Sadat, presiden Amerika Serikat
Jimmy Carter dan PM Israel Menachem Begin tandatangani perjanjian perdamaian di
Washington, AS. Koalisi negara-negara Arab, yang dipimpin Mesir & Suriah berjuang dalam
Yom Kippur (Perang Oktober 1973). Perang ini akhirnya mengarah pada pembicaraan damai
yang berlangsung 12 hari & menghasilkan dua kesepakatan
3. Konferensi Madrid, 1991
Amerika Serikat dan Uni Soviet bersama-sama menyelenggarakan sebuah konferensi di
ibukota Spanyol, Madrid. Konferensi di Madrid melibatkan Israel, Yordania, Lebanon,
Suriah, dan Palestina. Inilah untuk pertamakalinya mereka bertemu juru runding Israel. Di
sini tak banyak pencapaian ke arah perdamaian. Namun pertemuan tersebut membuahkan
kerangka dasar untuk negosiasi lanjutan.
4. Perjanjian Oslo, 1993
Negosiasi di Norwegia berlangsung antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina
(PLO). Inilah kesepakatan pertama antar kedua belah pihak yang disebut Perjanjian Oslo &
ditandatangani di Amerika bulan September 1993. Isinya antara lain penarikan pasukan Israel
dari Tepi Barat dan Gaza. Palestina mendapat kewenangan membangun sendiri otoritas
pemerintahan selama masa transisi 5 tahun
5. Perjanjian Camp David, 2000
Presiden AS saat itu, Bill Clinton, mengundang Perdana Menteri Israel, Ehud Barak, dan
Ketua PLO, Yasser Arafat, untuk membahas perbatasan, keamanan, pemukiman, pengungsi,
dan Yerusalem. Meskipun lebih rinci daripada sebelumnya, dalam negosiasi ini tidak tercapai
kesepakatan. Kegagalan untuk mencapai kesepakatan di Camp David tahun 2000 diikuti oleh
pemberontakan Palestina.
6. Inisiatif Perdamaian Arab, 2002
Negosiasi berikutnya di Washington, di Kairo dan Taba, Mesir. Namun, juga tanpa hasil.
Kemudian, Inisiatif Perdamaian Arab diusulkan di Beirut pada Maret 2002. Inisiatif
menyatakan jika Israel mencapai kesepakatan dengan Palestina tentang pembentukan negara
Palestina berdasarkan garis batas 1967, maka semua negara Arab akan tandatangani
perjanjian perdamaian dan hubungan diplomatik dengan Israel.
7. Peta jalan damai, 2003
Dalam kerangka Kuartet Timur Tengah, AS, Uni Eropa, Rusia & PBB mengembangkan peta
jalan damai. Pada bulan Juni 2003, Perdana Menteri Israel Ariel Sharon dan Pemimpin
Palestina Mahmoud Abbas, menerima peta jalan damai itu, dengan persetujuan Dewan
Keamanan PBB pada November. 2003. Jadwal kesepakatan akhir sejatinya bakal berlangsung
tahun 2005. Sayangnya, hal itu tidak pernah terlaksana.
8. Annapolis, 2007
2007, Presiden AS, George W. Bush jadi tuan rumah konferensi di Annapolis, Maryland,
yang bertujuan meluncurkan kembali proses perdamaian. PM Israel, Ehud Olmert &
Pemimpin Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas ambil bagian dalam pembicaraan dengan
pejabat puluhan negara-negara Arab. Disepakati, negosiasi lebih lanjut akan dilakukan
dengan tujuan mencapai kesepakatan damai pada akhir tahun 2008.
9. Washington 2010
Tahun 2010, atas upaya utusan khusus AS George Mitchell, PM Israel Benjamin Netanyahu
menyetujui dan menerapkan moratorium 10 bulan untuk permukiman di wilayah yang
dipersengketakan. Kemudian, Netanyahu dan Abbas setuju untuk kembali meluncurkan
negosiasi langsung guna menyelesaikan semua masalah. Negosiasi dimulai di Washington
pada September 2010, namun dalam beberapa minggu terjadi kebuntuan
10. Siklus eskalasi dan gencatan senjata
Babak baru kekerasan pecah di dan sekitar Gaza akhir tahun 2012. Gencatan senjata dicapai
antara Israel dan mereka yang berkuasa di Jalur Gaza berakhir Juni 2014. Penculikan dan
pembunuhan tiga remaja Israel pada Juni 2014 mengakibatkan kekerasan baru dan akhirnya
menyebabkan peluncuran operasi militer Israel, yang berakhir dengan gencatan senjata pada
tanggal 26 Agustus tahun 2014.
11. KTT Paris, 2017
Utusan dari lebih dari 70 negara berkumpul di Paris, Perancis, membahas konflik Israel -
Palestina. Netanyahu mengecam diskusi itu sebagai bentuk "kecurangan". Baik perwakilan
Israel maupun Palestina menghadiri pertemuan puncak. "Sebuah solusi dua negara adalah
satu-satunya kemungkinan," kata Menteri Luar Negeri Perancis, Jean-Marc Ayrault, dalam
acara tersebut. Penulis: Aasim Saleem (ap/as)

Peran Indonesia dalam Konflik Palestina-Israel


Berbagai diplomasi konkrit Indonesia bagi perwujudan kemerdekaan dan pembentukan
negara Palestina, diantaranya sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada bulan


April 2015

Yang menyepakati Declaration on Palestine yang pada intinya mengarisbawahi


dukungan negara-negara Asia dan Afrika terhadap perjuangan bangsa Palestina dalam
rangka memperoleh kemerdekaannya dan upaya menciptakan two-state solution.
Peringatan 60 Tahun KAA juga menghasilkan Deklarasi Penguatan New Asia Africa
Strategic Partnership yang diantaranya menegaskan kembali dukungan negara-negara
Asia dan Afrika bagi penguatan bantuan kapasitas kepada Palestina.

2. Menjadi tuan rumah International Conference on the Question of Jerusalem pada


tanggal 14-16 Desember 2015 bekerja sama dengan Organisasi Kerjasama Islam dan
United nations Committee on the Inalienable Rights of the Palestinian People.
Pertemuan secara khusus membahas isu Jerusalem yang merupakan salah satu
dari 6 outstanding core issues dari penyelesaian konflik Palestina dan Israel (isu
pengungsi, pemukiman ilegal Israel, perbatasan, keamanan, dan air).

3. Atas permintaan Presiden Palestina, menjadi tuan rumah KTT Luar Biasa (LB) OKI
ke-5 tentang Palestina dan Al-Quds Al-Sharif pada tanggal 6-7 Maret 206.

Pertemuan dilatarbelakangi proses perdamaian Palestina dan Israel yang tidak


mengalami kemajuan berarti, serta siklus baru kekerasan di Jerusalem, termasuk
pembatasan akses beribadah ke Masjid Al-Aqsa pada akhir tahun 2015. KTT LB OKI
menghasilkan 2 outcome documents, yaitu sebuah resolusi yang menegaskan posisi
prinsip dan komitmen OKI untuk mendukung Palestina dan Al-Quds Al-Sharif, dan
Jakarta Declaration gagasan Indonesia yang memuat langkah-langkah konkrit untuk
dilakukan oleh para pemimpin dunia Islam guna memajukan penyelesaian masalah
Palestina dan Al-Quds Al-Sharif.

Selain dukungan di tingkat multilateral, Indonesia juga membantu Palestina, antara lain:

 Bantuan “in kind" berupa pelatihan dan pengembangan kapasitas bagi 1.257 warga
Palestina.
 Komitmen pemberian pelatihan di bidang infrastruktur, teknologi, informasi,
pariwisata, light manufacturing, dan pertanian senilai USD 1,5 juta bagi warga
Palestina dibawah kerangka the Conference on Cooperation among East Asian
Countries for Palestinian Development (CEAPAD).
 Bantuan sebesar Rp 20 miliar untuk pembangunan Indonesian Cardiac Center di RS
As-Shifa di Gaza.
 Kontribusi kepada UNRWA sejak tahun 2009-2014 sebesar USD 360.000.

Saat ini tengah dijajaki kemungkinan menghidupkan kembali kontribusi rutin Indonesia
kepada UNRWA yang telah dinon-aktifkan sejak 2014, yakni diharapkan sebesar USD
200.000 per tahunnya.

Ke depannya seiring dengan masuknya Indonesia sebagai Anggota Tidak Tetap DK PBB
mulai tanggal 1 Januari 2019, Indonesia akan memanfaatkan keanggotaan di DK PBB
tersebut untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan upaya konkrit bagi terwujudnya
perdamaian antara Palestina-Israel. Hal itu akan menjadi salah satu isu utama yang akan
diusung Indonesia selama di DK PBB. Masa keanggotaan Indonesia di DK PBB berlangsung
hingga 31 Desember 2020.

Secara mendasar, posisi umum Indonesia terkait isu Palestina, sebagai berikut:

 Mendukung langkah-langkah Palestina dalam mewujudkan kemerdekaan.


 Mengembalikan sentralitas isu Palestina di dunia internasional di tengah konflik yang
terjadi di negara Timur Tengah saat ini.
 Mendorong pengakuan kedaulatan Palestina oleh negara anggota PBB dan organisasi
internasional.
 Mendukung inisiatif negara-negara dan PBB guna menghidupkan kembali
perundingan damai Palestina-Israel berdasarkan “solusi dua negara" (two state
solutions).
 Menggalang negara-negara OKI menemukan solusi damai penyelesaian masalah
Palestina – Israel.
 Terus mengupayakan agar Palestina, terutama kompleks Al Aqsa, ditempatkan dalam
Perlindungan Internasional (International Protection).

Adapun posisi umum Indonesia terkait kebijakan AS yang mengakui Jerusalem sebagai
ibukota Israel dan pemindahan Kedubes AS ke Jerusalem, sebagai berikut:

 Mengecam keras kebijakan AS tersebut.


 Langkah AS tersebut melanggar berbagai resolusi MU dan DK PBB, serta
mengancam proses perdamaian dan bahkan perdamaian itu sendiri.
 Mendorong negara-negara anggota PBB lainnya untuk tidak mengikuti langkah
Amerika Serikat.
 Pemerintah dan rakyat Indonesia, akan terus bersama dengan rakyat Palestina dalam
memperjuangkan kemerdekaan dan hak-haknya

Solusi untuk mengatasi konflik Palestina-Israel


1. Gencatan senjata terhadap Israel
2. Dukungan dari organisasi-organisasi dunia
3. Tindakan tegas terhadap pelanggaran HAM yang dilakukan Israel
4. Diadakannya pertemuan Solusi Dua-Negara

Anda mungkin juga menyukai