Anda di halaman 1dari 3

KEMANUSIAAN

Kemanusiaan berasal dari kata “manusia”, yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang sangat mulia
dari makhluk hidup lainnya. Manusia mempunyai potensi berpikir, rasa, karsa, dan cipta.
Manusia menempati kedudukan & martabat yang tinggi. Dengan kata lain,
Kemanusiaan yaitu perasaan yang dimiliki setiap manusia untuk mencegah kita dari
perbuatan yang jahat atau menentang dari ajaran agama

Krisis kemanusiaan di Indonesia: Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih
saying telah banyak tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal,
dan saling merugikan.

Faktor timbulnya krisis kemanusiaan : Peralihan kebudayaan Timur menjadi kebarat-baratan


seperti lazimnya seks bebas, pergaulan bebas, minum-minuman keras, diperbolehkannya
hubungan sesama jenis dll yang berakibat pada timbulnya kasus-kasus kejahatan
kemanusiaan.

Isu-Isu Kemanusiaan:

1. Isu Palestina.

Palestina adalah satu-satunya negara peserta Konferensi Asia-Afrika tahun 1955


yang hingga kini belum merdeka. Pendudukan Israel atas Palestina masih
berlangsung dan berbagai pelanggaran terhadap warga Palestina masih dilakukan.
Secara bilateral, Palestina terus berupaya untuk menggalang pengakuan dari
berbagai negara. Hingga 14 September 2015, tercatat 136 negara dari 193 anggota
PBB telah mengakui Palestina sebagai negara.

Tantangan Penyelesaian Konflik Palestina-Israel:

AS secara unilateral pada tanggal 6 Desember 2017 telah mengumumkan


keputusannya untuk mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel, dan telah diikuti
dengan pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Jerusalem tepat pada
tanggal 14 Mei 2018 dengan menempati gedung di dalam kompleks Konsulat
Jenderal AS di daerah Arnona, Yerusalem Barat.

Tindakan sepihak AS tersebut sangat menyimpang dari prinsip “two-state solution"


dan semangat damai dalam pelbagai resolusi MU dan DK PBB yang dikeluarkan sejak
tahun 1948, dan dinilai akan merusak proses perundingan damai di Timur Tengah
pada umumnya serta perundingan antara Palestina-Israel pada khususnya,
mengingat pengakuan tersebut memberikan keberpihakan bagi Israel dalam
melakukan perundingan di masa mendatang.
2. Pengungsi dan Pencari Suaka

Penanganan pengungsi dan pencari suaka dilakukan melalui Desk Penanganan


Pengungsi Luar Negeri dan Perdagangan Manusia (P2LNPM) di bawah Kemenko
Polhukam. Dalam koordinasinya dengan UNHCR dan IOM, Pemri memfasilitasi
sekitar 13.840 pengungsi dan pencari suaka yang tersebar di berbagai wilayah di
Indonesia terlepas dari status Indonesia yang bukan Negara Pihak Konvensi
Pengungsi 1951.

Dalam penanganan pengungsi dan pencari suaka dari luar negeri di Indonesia,
khususnya khususnya dalam situasi darurat, Pemerintah Indonesia secar akonsisten
memberikan pertimbangan khusus berlandaskan prinsip kemanusiaan dan aspirasi
HAM global, serta menghormati prinsip-prinsip kebiasaan internasional dalam
penanganan pengungsi seperti non-refoulement.

3. Kejahatan Lintas Negara

Kejahatan lintas negara merupakan bentuk kejahatan yang menjadi ancaman serius
terhadap keamanan dan kemakmuran global mengingat sifatnya yang melibatkan
berbagai negara. Untuk menanggulangi kejahatan tersebut, diciptakan sebuah
mekanisme multilateral melalui sebuah perjanjian internasional yang disebut United
Nations Convention on Transnational Organized Crime-UNTOC. UNTOC yang
dibentuk pada tahun 2000 menjadi panduan dasar bagi negara-negara dalam upaya
penanggulangan kejahatan lintas negara.

4. Perlucutan Senjata dan Non-proliferasi Senjata Pemusnah Massal

The Convention on the Prohibition of the Development, Production and Stockpiling


of Bacteriological (Biological) and Toxin Weapons and on their Destruction (Konvensi
Senjata Biologi/KSB) merupakan suatu perjanjian internasional di bidang arms
control yang melarang produksi, penimbunan senjata biologi. KSB mulai berlaku
(entry into force) pada tanggal 26 Maret 1975. Hingga bulan Desember 2018,
terdapat 182 negara yang merupakan Negara pihak dari KSB, dan 109 negara yang
merupakan Penandatangan KSB.

5. Isu Kososvo
Isu Kosovo hingga saat ini merupakan salah satu isu sensitif dalam masyarakat
internasional, khususnya terkait legalitas deklarasi kemerdekaan secara sepihak oleh
Kosovo tanpa melalui persetujuan negara induknya, Serbia. Kosovo juga menjadi
permasalahan utama yang mendominasi perpolitikan Serbia dan stabilitas di
kawasan.

Isu Kosovo dipicu oleh perseteruan antara etnis Serbia dan Albania yang berujung
pada Pernyataan Kemerdekaan Sepihak (Unilateral Declaration of Indepence) Kosovo
dari Serbia pada tanggal 17 Februari 2008. Konflik ini tidak saja menimbulkan
jatuhnya korban jiwa, namun juga mengakibatkan timbulnya arus pengungsi baik
dari komunitas etnis Albania maupun komunitas etnis Serbia. Berbagai upaya
mengatasi konflik tersebut telah dilakukan oleh masyarakat internasional, antara lain
PBB (Resolusi Dewan Keamanan PBB no. 1244/1999), Contact Group (AS, UE dan
Rusia), dan Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Masalah Kosovo, Mr. Martti
Ahtisaari.

6. Laut Cina Selatan

Laut China Selatan merupakan wilayah strategis yang berbatasan dengan Brunei
Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan RRT. Di beberapa
bagian terjadi tumpang tindih yurisdiksi antara claimant states (Brunei Darussalam,
Filipina, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan RRT) yang menjadikan potensi konflik di
wilayah ini cukup tinggi.

Dalam upaya menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan, para Menteri
Luar Negeri negara anggota ASEAN mengeluarkan ASEAN Declaration on the South
China Sea yang ditandatangani di Manila tanggal 22 Juli 1992. Adapun prinsip-prinsip
yang dimuat dalam deklarasi ini, antara lain, menekankan perlunya penyelesaian
sengketa secara damai, dan mendorong dilakukannya eksplorasi kerja sama terkait
dengan safety of maritime navigation and communication; pelindungan atas
lingkungan laut; koordinasi search and rescue; upaya memerangi pembajakan di laut
dan perampokan bersenjata serta perdagangan gelap obat-obatan.

7. Isu Kemanusiaan di Papua


Kantor urusan Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
menyoroti kasus-kasus dugaan pelanggaran HAM menjelang momen yang diyakini
sejumlah kalangan sebagai hari kemerdekaan Papua pada 1 Desember. PBB meminta
pemerintah Indonesia mencegah kekerasan lebih lanjut di Papua dan Papua Barat.

Pegiat HAM Papua menilai kasus kekerasan di Papua dan Papua Barat terus terjadi
lantaran tidak adanya penerapan pengadilan HAM dan Komisi Kebenaran dan
Rekonsiliasi seperti yang diamanatkan Undang Undang Otonomi Khusus.

Anda mungkin juga menyukai