Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Konflik yang terjadi antara Israel dan Pakistan adalah sebuah konflik perebutan
wilayah yang di mana kedua belah pihak mengklaim mempunyai hak yang sama atas tanah
tersebut. Tanah itu disebut tanah suci (yerusalem). Tanah yang diperebutkan itu disebut tanah
suci karena di atas tanah itu berdiri masjid al-Aqsa yang menjadi kiblat pertama umat Islam
namun, tepat dibawah masjid tersebut terdapat tembok ratapan yang juga disakralkan oleh
umat Yahudi. Oleh karena itu, tanah tersebut mengandung nilai historis dan nilai keagamaan
yang tinggi bagi agama Islam dan Yahudi1. Yerusalem adalah tempat penting bagi Israel. Di
mana di dalamnya terdapat Tembok Barat atau dikenal sebagai Tembok ratapan, yang
merupakan bagian dari dinding bagian yang tersisa dari bangunan Bait Suci. Tembok
Ratapan merupakan situs suci yang penting bagi umat Yahudi. Di dalam candi terdapat ruang
Maha Kudus, yang merupakan situs suci bagi umat Yahudi2.

Yerusalem berarti negeri nan damai, tentram dan sejahtera. Dalam bahasa Arab,
Yerusalem dikenal dengan nama “Baitul Maqdis”. Kota tersebut merupakan tempat
bertemunya tiga agama: Islam, Kristen, dan Yahudi3. Yerusalem adalah kota yang terletak di
persimpangan Israel dan West Bank. Lokasinya berada di antara Laut Mediterania dan Laut
Mati 50 km sebelah tenggara ibukota Israel, kota ini luasnya berkisar 123 km persegi 4.
Sementara itu, wilayah-wilayah yang berbatasan dengan Jerusalem oleh orang-orang

1
Thomas Michel, “Social and Religious Factors Affecting Muslim-Christian Relations”, Islam and Christian-
Muslim Relations, Vol. 8, No.1, 1997. Dalam Ajat Sudrajat,2012, Jerusalem: Kota dalam Sengketa,hal 2.
Diakses melalui http://staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Ajat%20Sudrajat,%20Prof.%20Dr.
%20%20M.Ag./Jerusalem%20-%20Kota%20dalam%20Sengketa.pdf pada tanggal 27 November 2016
2
Erica Chernofsky. 2014. Mengapa yerusalem menjadi kota suci?. BBC Indonesia. Diakses melalui
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2014/04/140418_majalahlain_yerusalem pada tanggal 27 november
2016.
3
Ibnu Safi.1994.Jerusalem Kola Suci yang Bergelimang Darah," Majalah Amanah, No. 24, him. 30-32,13 Mei,
Jakarta. Dalam Anonim. 2016. Gambaran umum kota yerusalem. Diakses melalui
http://www.aspacpalestine.com/id/item/4676-aspac-for-palestine-gamaran-umum-kota-yerusalem pada tanggal
27 november 2016.
4
BP. 2006. Yerusalem & Sion. Diakses melalui http://www.sarapanpagi.org/yerusalem-sion-vt243.html pada
tanggal 27 november 2016
Palestina dipandang sebagai bagian dari wilayah West Bank (Tepi Barat) 5. Jerusalem dibagi
menjadi dua bagian yaitu Jerusalem Barat dan Timur. Jerusalem Barat hampir semua
penduduknya adalah orang-orang Yahudi yang merupakan bagian dari Israel sejak didirikan
pada tahun 1948. Jerusalem Timur sebagian besar penduduknya adalah orang-orang Arab
dari Palestina. Jerusalem Timur dikuasai oleh Jordania antara tahun 1949 dan selama itu
selalu terjadi Perang Enam hari tahun 1967. Selama masa peperangan,, Yerusalem Timur di
ambil alih oleh Israel dan kemudian diklaim sebagai bagian dari wilayahnya. Israel
menyatakan bahwa Jerusalem merupakan ibukotanya, tetapi orang-orang Palestina
membantah pernyataan itu6.

Pada tanggal 14 mei 1948 negara Israel berdiri setelah PBB menyetujui pendiriannya di
tanah Palestina yang awalnya dibawah mandat Inggris. Israel adalah negara Yahudi yang
dikelilingi oleh negara yang mayoritas Muslim. Sehari setelah pendirian Negara Israel,
Negara Negara Arab yang terdiri dari Lebanon, Suriah, Yordania, Mesir dan Irak menyerang
Israel. Sejak saat itu peperangan terus terjadi. Konflik perebutan wilayah ini terjadi pada
tahun 1967 ketika Israel menyerang Mesir, Yordania dan Suriah serta merebut Sinai, jalur
Gaza, dataran tinggi Golan (Suriah) dan Yerussalem 7. Dalam sejarah menunjukkan bahwa
telah terjadi lima kali ketegangan ataupun peran antara Israel dengan negara-negara Arab.
Pertama, terjadi pada tahun (1948-1949) yakni sebuah perang yang bermula dari keputusan
PBB untuk melakukan partisi Palestina menjadi Negara Arab dan Yahudi sehingga
membangkitkan kemarahan dari beberapa Negara Arab tersebut yang berujung dalam bentuk
perang besar.8 Perang kedua meletus pada 29 Oktober sampai 7 November 1956 menyangkut
sengketa Terusan Suez. Perang ketiga pada tahun 1967 dapat dikatakan cukup tenang, kecuali

5
Febri Rama. 2016. Mengunjungi West Bank, Daerah di Palestina yang Kerap Terjadi Konflik diakses melalui
http://travelingyuk.com/mengunjungi-west-bank/19051/ pada tanggal 27 november 2016.

6
Thomas Michel, “Social and Religious Factors Affecting Muslim-Christian Relations”, Islam and Christian-
Muslim Relations, Vol. 8, No.1, 1997. Dalam Ajat Sudrajat,2012, Jerusalem: Kota dalam Sengketa,hal 2.
Diakses melalui http://staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Ajat%20Sudrajat,%20Prof.%20Dr.
%20%20M.Ag./Jerusalem%20-%20Kota%20dalam%20Sengketa.pdf pada tanggal 27 November 2016

7
Labib, Muhsin dan Abdurrahman. 2009. Gelegar Gaza, Denyut Perlawanan Palestina: Skenario agresi atas
Gaza tdak hanya dirancang di Tel Aviv dan Washington, tapi juga di Kairo, Riyadh, Amman dan lainnya.
Jakarta: Zahra Publishing House,hal 102-103. Diakses melalui
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/61687/Agus%20Sugianto.pdf?sequence=1 pada tanggal
27 November 2016

8
Riza Sihbudi.1993. Konflik dan diplomasi di Timur Tengah. Eresco, Dalam Anonim.2011,Politik Luar Negeri Israel.
Diakses melalui
konflik-konflik perbatasan yang tidak pernah menjadi konflik penting yang melibatkan
Negara-negara Arab yang berbatasan dengan Israel. Perang Keempat meletus pada tahun
1973 yakni perang antara Mesir dan Suriah melawan Israel. Dan yang terakhir yaitu perang
kelima terjadi pada tahun (1982) yaitu masalah Palestina sebagai kesatuan terdepan yang
memperjuangkan pulihnya hak hak rakyat Palestina yang paling asasi yang diakui baik dunia
Arab maupun dunia Internasional9.

Berbagai upaya perdamaian telah dilakukan oleh kedua belah pihak. Salah satu upaya
tersebut adalah dipertemukannya kedua pemimpin dari kedua Negara tersebut. Kesepakatan
ini secara resmi ditandatangani pada tanggal 13 september 1993 di Washington di bawah
pengawasan presiden Clinton. Di pihak Palestina ditandatangani oleh Mahmud Abbas dan di
pihak Israel ditandatangani oleh Shimon Peres, sebagaimana ini juga ditandatangani oleh
kedua menteri luar negeri AS dan Rusia selaku saksi. Namun hal tersebut tidak berjalan baik.
Sampai saat ini konflik antara Israel dan Palestina masih belum bisa diselesaikan. Upaya
upaya yang dilakukan oleh PBB tidak dapat berjalan baik. Begitupun Negara Negara lain
yang mencoba menyelesaikan konflik ini seperti Amerika Serikat dan Suriah juga tidak
mampu menjembatani perdamaian kedua Negara ini10.

Konflik antara Israel dan Palestina bukan lagi masalah antara kedua Negara, namun sudah
menjadi pusat perhatian dunia. Oleh karena itu kajian mengenai konflik Israel dan Palestina
ini menarik dan penting untuk diteliti. Agar kita bisa melihat akar dari persoalan konflik yang
sangat panjang ini. Apakah konflik ini dilandasi oleh faktor agama baik Islam maupun
Yahudi yang sama sama menganggap kesucian tanah tersebut atau faktor ras antar bangsa
Yahudi dan Arab Palestina.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana kepentingan Nasional Israel dalam memperluas wilayahnya di tanah suci
(Yerusalem) di Palestina?

9
Ibid
10
1.3 Landasan Konseptual

1.3.1 Kebijakan Luar Negeri

Secara pengertian umum, politik luar negeri (foreign policy) merupakan suatu nilai,
sikap, arah serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan, dan memajukan
kepentingan nasional di dalam dunia internasional. Pengertian politik luar negeri dapat
dibedakan menjadi dua yaitu pengertian politik luar negeri dalam arti luas dan sempit. Dalam
arti luas, pengertian politik luar negeri adalah pola perilaku yang digunakan oleh suatu negara
dalam berhubungan kepada negara lain. Sedangkan dalam arti sempit, pengertian politik luar
negeri adalah strategi atau taktik yang digunakan dalam menjalin kerja sama dengan negara
lain. Kerja sama yang dilakukan biasanya dilakukan dengan hal mengeluarkan doktrin,
diplomatik, merencanakan tujuan dalam waktu yang lama atau singkat dan membuat aliansi11.

Menurut Joshua Goldstein mengatakan bahwa pengertian Kebijakan Luar Negeri


adalah strategi-strategi yang diambil oleh pemerintah dalam menentukan aksi mereka di
dunia internasional.12 Sedangkan menurut K.J. Holsti, kebijakan luar negeri adalah tindakan
atau gagasan yang dirancang untuk memecahkan masalah atau membuat perubahan dalam
suatu lingkungan13.

1.3.2 Kepentingan Nasional

Dalam kepentingan nasional peran ‘negara’ sebagai aktor yang mengambil


keputusan dan memerankan peranan penting dalam pergaulan internasional
berpengaruh bagi masyarakat dalam negerinya. Demikian pentingnya karena ini yang
akan menjadi kemaslahatan bagi masyarakat yang berkehidupan di wilayah tersebut.
Seorang ahli, Thomas Hobbes menyimpulkan bahwa negara dipandang sebagai
pelindung wilayah, penduduk, dan cara hidup yang khas dan berharga. Demikian
karena negara merupakan sesuatu yang esensial bagi kehidupan warga negaranya.
11
Anonim. 2016. Politik Luar Negeri. Diakses melalui http://documents.tips/documents/politik-luar-negeri-
568a96bd97200.html pada tanggal 27 November 2016

12
Joshua Goldstein, 1999. International Relations, (New York: Longman), 147. Labib Syarief. Dalam Definisi, tujuan dan
kebijakan luar negeri melalui
https://www.academia.edu/9749867/Definisi_Tujuan_dan_Model_Kebijakan_Luar_Negeri pada tanggal 27 November 2016

13
Ibid
Tanpa negara dalam menjamin alat- alat maupun kondisi-kondisi keamanan ataupun
dalam memajukan kesejahteraan, kehidupan masyarakat jadi terbatasi. 14 Sehingga
ruang gerak yang dimiliki oleh suatu bangsa menjadi kontrol dari sebuah negara.
Kepentingan nasional tercipta dari kebutuhan suatu negara. Kepentingan ini dapat
dilihat dari kondisi internalnya, baik dari kondisi politik,ekonomi, militer, dan sosial
budaya.

Kepentingan nasional juga didasari akan suatu ‘power’ yang ingin diciptakan
sehingga negara dapat memberikan dampak langsung bagi pertimbangan negara agar
dapat pengakuan dunia. Peran suatu negara dalam memberikan bahan sebagai dasar
dari kepentingan nasional tidak dipungkiri akan menjadi kacamata masyarakat
internasional sebagai negara yang menjalin hubungan yang terlampir dari kebijakan
luar negerinya. Dengan demikian, kepentingan nasional secara konseptual
dipergunakan untuk menjelaskan perilaku politik luar negeri dari suatu negara. 15
Seperti yang dipaparkan oleh Kindleberger mengenai kepentingan nasional;

“...hubungan antara negara tercipta karena adanya perbedaan keunggulan


yang dimiliki tiap negara dalam berproduksi. Keunggulan komparatif (comparative
advantage) tersebut membuka kesempatan pada spesialisasi yang dipilih tiap negara
untuk menunjang pembangunan nasional sesuai kepentingan nasional...”16

Pengertian tersebut menjelaskan bahwa keberagaman tiap-tiap negara yang


ada di seluruh dunia memiliki kapasitas yang berbeda. Demikian tercipta dapat
terpengaruh dari domografi, karekter, budaya, bahkan cerita yang dimiliki negara
tersebut. Sehingga negara saat ingin melakukan kerjasama dapat melihat kondisi dari
keunggulan-keungulan yang dapat menjadi pertimbangan. Pelaksanaan kepentingan
nasional yang mana dapat berupa kerjasama bilateral maupun multilateral kesemua itu
kembali pada kebutuhan negara. Hal ini didukung oleh suatu kebijakan yang sama
14
Robert Jackson dan Georg Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal.
89 diakses melalui
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/11524/BAB%20II.pdf?sequence=2 pada tanggal 27 November
2016

15
P.Anthonius Sitepu. 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal.163
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/11524/BAB%20II.pdf?sequence=2 Pada tanggal 27 November
2016

16
Charles. P. Kindlerberger. Op.Cit,. hal.21 http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/11524/BAB
%20II.pdf?sequence=2 Pada tanggal 27 November 2016
halnya dengan yang dinyatakan oleh Hans J. Morgenthau bahwa kepentingan nasional
merupakan kemampuan minimum negara-negara untuk melindungi dan
mempertahankan identitas fisik, politik, dan kultural dari gangguan negara- negara
lain. Dari tinjauan itu, para pemimpin suatu negara dapat menurunkan suatu
kebijakan spesifik terhadap negara lain bersifat kerjasama maupun konflik. 17 Adanya
kepentingan nasional memberikan gambaran bahwa terdapat aspek- aspek yang
menjadi identitas dari negara. Hal tersebut dapat dilihat dari sejauh mana fokus
negara dalam memenuhi target pencapaian demi kelangsungan bangsanya. Dari
identitas yang diciptakan dapat dirumuskan apa yang menjadi target dalam waktu
dekat, bersifat sementara ataupun juga demi kelangsungan jangka panjang. Hal
demikian juga seiring dengan seberapa penting identitas tersebut apakah sangat
penting maupun sebagai hal yang tidak terlalu penting.

Konsep kepentingan nasional bagi Hans J. Morgenthau berpendapat bahwa


berbagai macam hal yang secara logika, kesamaan dengan isinya, konsep ini
ditentukan oleh tradisi politik dan konteks kultural dalam politik luar negeri kemudian
18
diputuskan oleh negara yang bersangkutan. Hal ini dapat menjelaskan bahwa
kepentingan nasional sebuah negara bergantung dari sistem pemerintahan yang
dimiliki, negara-negara yang menjadi partner dalam hubungan diplomatik, hingga
sejarah yang menjadikan negara tersebut menjadi seperti saat ini, merupakan tradisi
politik. Sedangkan tradisi dalam konteks kultural dapat dilihat dari cara pandang
bangsanya yang tercipta dari karakter manusianya sehingga menghasilkan kebiasaan-
kebiasaan yang dapat menjadi tolak ukur negara sebelum memutuskan menjalankan
kerjasama.

Dalam hal ini penulis menggunakan teori kepentingan nasional sebagai


landasan konseptual terhadap Konflik Israel Palestina dalam persengketaan wilayah
Yerussalem. Agresi militer yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina dalam
memperluas wilayahnya dilakukan untuk memenuhi kepentingan nasionalnya.Israel
menggunakan kepentingan nasionalnya berdasarkan dengan sistem

17
Theodore A. Coulumbis dan James H. Walfe. Op.Cit.Hal.115
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/11524/BAB%20II.pdf?sequence=2 Pada tanggal 27 November
2016

18
P.Anthonius Sitepu. 2011. Op,Cit. Hal. 165 Diakses melalui
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/11524/BAB%20II.pdf?sequence=2 Pada tanggal 27 November
2016
pemerintahannya.Dalam proses perpolitikan di Israel khususnya politik luar negeri
Israel, dijalankan berdasarkan kepentingan dalam negerinya. Maka, segala kebijakan
luar negerinya sedapat mungkin memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan
dalam negeri terutama untuk rakyat Israel yang di dominasi oleh kaum Yahudi.

1.4 Alur Pemikiran


Kebijakan Luar Negeri Israel
Terhadap Wilayah Yerussalem
oleh Benjamin Netanyahu

Bagaiamana Kepentingan
Israel dalam memperluas
wilayahnya di tanah Konsep Kepentingan
Yerussalem? Nasional

Kepentingan Israel terhadap Yerussalem

BAB II

POLITIK PEMERINTAHAN ISRAEL


2.1 Sistem Pemerintahan Israel

Israel merupakan Negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi.


Sebagaimana yang dipahami dalam konsep demokrasi adalah sebuah konsep yang
menjunjung tinggi nilai-nilai humanisme dan menjunjung tinggi kebebasan sebuah negara
tanpa adanya intervensi.19 Karakter pemerintahan negara Israel didasari oleh kebangkitan para
Yahudi di Palestina pada awal abad ke-19, dengan adanya imigrasi pertama kali yang
dimotivasi oleh ideologi nasional atau Alia Rishona serta dibentuknya World Zionist
Organization (1897) yang bertujuan untuk menciptakan suatu idenentitas politik Yahudi dan
terutama adalah sebuah negara.20Selain itu karena kuatnya pengaruh latar belakang dan
dominasi kubu haluan kanan menjadikan sistem pemerintahan negara Israel yang menganut
demokrasi menjadi bias. Sekalipun ada beberapa penganut radikal yang mengaku demokrat
tetapi tidak dapat menutupi pendirian mereka bahwa pada kenyataannya kedudukan
demokrasi lebih inferior daripada kedudukan norma-norma kolektif yang lebih tinggi seperti:
integritas teritori, supremasi dari hukum-hukum agama dan superioritas masyarakat Yahudi
yang bersifat a priori (sebuah istilah yang dipakai untuk menjelaskan bahwa seseorang
dapat berpikir dan memiliki asumsi tentang segala sesuatu, sebelum bertemu dengan
pengalaman dan akhirnya mengambil kesimpulan) terhadap masyarakat lainnya.21

Israel tidak mempunyai konstitusi tetap (UUD) sebagai landasan negara. Hal ini
dikarenakan beberapa hal berikut:

1. Penolakan dari para rabi (pemuka agama) dan partai berbasis agama karena konstitusi
dianggap akan melahirkan pertentangan antara UUD dan agama.
2. Konstitusi turut dianggap bertentangan dengan kebutuhan negara serta tuntutan politik
Israel yang terus mengalamai perkembangan.
3. Keadaan hukum dasar yang berbentuk tetap seperti konstitusi dipandang bisa
menghambat jalannya kegiatan negara Israel.

19
Bernard Reich. 2001. Israel Foreign Policy, in L. Carl Brown, ed., Diplomacy In The Middle
East: The International Relation of Regional and Outside Powers, I.B. Tauris: London and New
York. Dalam Anonim,2016. Kebijakan Politik Luar Negeri Israel Terhadap Sudan Selatan,hal 2. Diakses
melalui http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t19808.pdf pada tanggal 27 November 2016

Jehuda Reinharz & Anita Shapira, Essential Papers on Zionism. New York University Press, New York
20

& London, 1996, hlm. 567. Dalam Ria Almayrissa Suzan Silaban.2011. Tersendat-sendatnya Pemulihan Damai
Antara Israel dan Palestina Di Bawah Pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu,hal 9. Diakses
melalui http://repository.upnyk.ac.id/925/1/NEWWWW.pdf pada tanggal 27 November 2016

21
Ibid,hal 10
Karena tidak mempunyai landasan konstitusi tetap, maka Negara Israel hanya
menganut undang-undang yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhan. Dasar undang-
undang Israel merupakan kombinasi antara undang-undang umum Inggris, Turki
Utsmaniyah, dan UU terbitan Knesset.
Struktur pemerintahan Negara Israel menempatkan kepala negara/presiden sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi. Lembaga trias politica (Yudikatif, Eksekutif, dan Legislatif)
berada di bawah kepala negara. Kepala negara diangkat melalui voting tertutup anggota
Knesset (Parlemen), dengan masa jabatan selama 7 tahun. Daftar presiden Israel antara lain:

 1958-1952 Chaim Weizmann


 1952-1963 Yitzhak Ben-Zvi
 1963-1973 Zalman Shazar
 1973-1978 Ephraim Katzir
 1978-1983 Yitzhak Navon
 1983-1993 Chaim Herzog
 1993-2000 Ezer Weizman
 2000-2007 Moshe Katsav
 2007-2014 Shimon Peres
 2014 Reuven Rivlin

Pemerintahan Israel dijalankan oleh seorang perdana menteri beserta lembaga


kementriannya. Perdana Menteri sebagai kepala lembaga eksekutif bertanggung jawab 
langsung kepada Knesset (parlemen), sehingga mewajibkannya untuk meraih kepercayaan
dan dukungan penuh dari para anggota Knesset. Lembaga Legislatif Israel hanya diisi oleh
parlemen yang disebut "Knesset", dipimpin oleh Ketua Knesset. Knesset berwenang penuh
terhadap undang-undang, termasuk kepada jabatan presiden atau pengawas negara. Jumlah
anggota Knesset sebanyak 120 orang yang dipilih melalui pemilihan umum empat tahunan.
Calon anggota Knesset diajukan melalui partai politik dengan perolehan suara minimal 1,5%.
Negara Israel menganut sistem multi-partai, dengan ideologi partai yang berbeda.
Beberapa partai pada Negara Israel beserta ideologinya secara umum antara lain:

 Labor Party (Partai Buruh), penganut gagasan sosialime, didirikan oleh David Ben
Gurion, Perdana Menteri Israel pertama. Partai ini terbentuk dengan prakasa
kelompok Haganah dan Palmakh, hingga kini Partai Buruh termasuk salah satu partai
besar di Negara Israel.
 Maretz-Yachad Party, penganut gagasan sosialis demokratis, terbentuk dari
penggabungan organisasi Syacher dan partai Maretz. Meski turut mengusung
sosialisme, partai ini berselisih dengan Labor Party.
 The Likud Party, berdiri pada tahun 1973, termasuk salah satu partai terbesar Israel
pengusung gagasan sekuler-kapitalis.
 Partai Kadima, didirikan oleh Ariel Sharon, salah satu mantan perdana menteri Israel,
pada tahun 2005. Partai Kadima menyatakan diri sebagai perwakilan partai golongan
tengah-kanan.
 Shas Shisha Sedarim (Partai Shas), partai sayap kanan ekstrem berbasis agama
Yahudi, didirikan pada tahun 1984. Partai Shas bila diartikan secara mentah berarti
"Penjaga Taurat dari Timur".
 Miflaga Datit Leumit/ National Religious Party (Partai Mafdal), salah satu partai
nasionalis agamis. Partai ini berdiri sejak tahun 1956, dengan semangat nasionalis
Yahudi dengan konsep "Negara Israel Raya".
 United Torah Judaism, partai berbasis agama. Terbentuk atas peleburan tiga partai
berbasis agama: Agudat Israel, Degel HaTorah, dan Moria. Partai ini menjadikan
ajaran Taurat sebagai satu-satunya landasan dan sumber rujukan utama dalam politik,
pemerintahan, serta hukum, serta menolak konsep pemerintahan negara sipil.
 Ta'al The Arab Movement fo Renewal/United Arab List,  partai yang didirikan pada
tahun 1988 ini pada awalnya bernama "Arab Democratic Party". Pada tahun 1996
partai ini kemudian beraliansi dengan gerakan Islam dan merubah namanya menjadi
seperti sekarang.

Pada lembaga yudikatif, sistem peradilan Israel terdiri dari dua lembaga:

1. Mahkamah agama; semacam peradilan agama yang mengurus perkara perdata hukum
keluarga.
2. Mahkamah sipil; pengadilan independen, para hakim ditunjuk langsung oleh presiden
berdasarkan rekomendasi dari komite yang terbentuk dari delapan anggota dari
berbagai latar belakang. 22

2.2 Politik Luar Negeri

Proses perpolitikan di Israel khususnya politik luar negeri Israel, dijalankan


berdasarkan kepentingan dalam negerinya. Maka, segala kebijakan luar negerinya sedapat
mungkin memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan dalam negeri. Hal ini mengingat
sejarah berdirinya negara itu, Israel merasa keamanan dalam negerinya juga merupakan salah
satu fungsi diplomatic internasionalnya. Dalam proses kepentingan luar negeri Israel terhadap
negara-negara baik itu dunia Arab maupun negara-negara selain Arab tidak terlepas dari
tujuan utama politik luar negeri Israel.23 Ada 3 tujuan utama politik luar negeri Israel :
1. Tujuan pertama dan perhatian utama dari tujuan kebijakan luar negeri
Israel berada dalam kebijakan luar negeri dan keamanan yaitu untuk meningkatkan
keamanan negara. Kebijakan ini mempunyai bermacam-macam komponen dalam
meraihnya.
2. Tujuan yang kedua adalah membentuk, melestarikan dan mengembangkan
hubungan yang damai dengan negara-negara Arab, Timur Tengah dan Afrika dan
tidak hanya negara tetangga yang berdampingan tetapi juga di dunia Arab secara
menyeluruh. Tentunya ini akan memperkuat keamanan Israel dan juga akan
membebaskan Israel dari isolasi geografis regional dan juga mampu memfasilitasi
perdagangan dan pertukaran lain dengan tetangganya.
3. Tujuan yang ketiga adalah melindungi Yahudi yang menjadi minoritas di mana pun
juga, dan melestarikan hubungan antara mereka dan Israel sebagai satu-satunya
Negara Yahudi.
Dalam hal kebijakan luar negeri, para pemimpin Israel menempatkan sebuah
keamanan sebagai hal yang tidak dapat ditawar-tawar. Israel akan melindungi dirinya
terhadap negara-negara yang dianggap membencinya baik secara sembunyi-sembunyi

22
As-Suwaidan, Thariq Ensiklopedi Yahudi (Al-Yahuud, al-Mausu'ah al-Mushawwarah)
Jakarta: Pustaka Imam Syafi'i, 2015. Diakses melalui http://www.iqrabismirabbika.com/2016/09/sistem-politik-
negara-israel.html. pada tanggal 27 November 2016
23
Bernard Reich. 2001. Israel Foreign Policy, in L. Carl Brown, ed., Diplomacy In The Middle East: The
International Relation of Regional and Outside Powers, I.B. Tauris: London and New
York. Diakses melalui http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t19808.pdf pada tanggal 27 November 2016
maupun secara terang-terangan. Sehingga menjadikan Israel sebagai negara yang disegani
oleh negara-negara yang ada di kawasan Timur Tengah.24
Israel adalah negara Yahudi yang dikelilingi oleh negara yang mayoritas Muslim.
Israel sering melakukan konflik terhadap negara-negara tetangga. Dalam sejarah
menunjukkan bahwa telah terjadi lima kali ketegangan ataupun perang antara Israel dengan
negara-negara Arab. Pertama, terjadi pada tahun (1948-1949) yakni sebuah perang yang
bermula dari keputusan PBB untuk melakukan partisi Palestina menjadi Negara Arab dan
Yahudi sehingga membangkitkan kemarahan dari beberapa Negara Arab tersebut yang
berujung dalam bentuk perang besar.25
Perang kedua meletus pada 29 Oktober sampai 7 November 1956 menyangkut
sengketa Terusan Suez. Perang ketiga pada tahun 1967 dapat dikatakan cukup tenang, kecuali
konflik-konflik perbatasan yang tidak pernah menjadi konflik penting yang melibatkan
Negara-negara Arab yang berbatasan dengan Israel. Perang Keempat meletus pada tahun
1973 yakni perang antara Mesir dan Suriah melawan Israel. Dan yang terakhir yaitu perang
kelima terjadi pada tahun (1982) yaitu masalah Palestina sebagai kesatuan terdepan yang
memperjuangkan pulihnya hak-hak rakyat Palestina yang paling asasi yang diakui baik dunia
Arab maupun dunia Internasional.26
Andersen membagi kebijakan luar negeri Israel menjadi tiga fase. Pada fase pertama
Israel masih disibukkan dengan awal berdirinya negara. Israel membutuhkan pengakuan
Internasional. Diplomasi yang dijalankan disesuaikan dengan kebutuhan itu. Pada fase kedua
politik luar negeri Israel lebih menitik beratkan kepentingan domestik. Pembangunan dalam
negeri tergantung pada keamanan daerah perbatasan. Untuk melaksanakan hajatnya itu, Israel
membekali para diplomat asingnya agar dapat mendekati negara Arab tetangganya.27
Israel menggunakan politik carrot-and stick (bersahabat dan menyerang) dalam
berhubungan dengan negara tetangganya. Politik carrot dijalankan bagi negara yang mau
bernegosiasi dan bekerja sama dengan Israel. Dengan politik stick, Israel ingin menunjukkan
bahwa dia superior dalam bidang militer. Untuk menunjukkan kekuatannya ini, Israel
bergantung pada kemurahan negara Barat terutama Amerika Serikat (AS). Pada fase ketiga,
hubungan Israel dengan AS agak “merenggang”. AS menyadari kebutuhannya pada minyak
Timur Tengah. Embargo minyak Timur Tengah pada awal 1970-an cukup membuat repot
24
Riza Sihbudi.1993. Konflik dan diplomasi di Timur Tengah. Eresco. Di akses melalui http://library.um.ac.id/free-
contents/index.php/buku/detail/konflik-dan-diplomasi-di-timur-tengah-m-riza-sihbudi-m-hamdan-basyar-happy-bone-
zulkarnain-9311.html pada tanggal 27 November 2016
25
Ibid
26
Ibid
27
Ibid
AS. Kondisi ini membuat AS berpikir untuk mengubah politiknya di Timur Tengah. AS
akhirnya memperhatikan kepentingan negara Arab yang dianggapnya “moderat”. Perubahan
ini tentunya mengurangi perhatian AS kepada Israel yang sebelumnya menjadi “anak emas”.
Melihat keadaan ini, Israel menerapkan politik luar negerinya secara lebih pragmatis. Dari
beberapa unsur politik luar negeri yang ada, unsur yang dipakai dalam penulisan ini hanya
tiga yaitu, Self Preservation, Security, The Pursuit of Power. 28
1. Self-Preservation adalah kelangsungan hidup suatu negara yang memiliki konsep
kepentingan nasional yang bertujuan untuk mempertahankan diri agar negara-negara
yang memiliki power yang besar tidak melakukan atau merebut hegemoni kekuasaan.
Untuk mencapai self preservation ini, Israel melakukan hubungan-hubungan bilateral
dengan negara-negara tetangganya untuk memperkuat hegemoninya.
2. Security adalah sebuah konsep yang sangat mendasar yang sangat dijunjung tinggi
oleh Israel dalam menjalankan sistem pemerintahannya. Dalam sistem kepentingan
nasionalnya yang bertujuan untuk menjaga negara dari kekuasaan militer negara
lainnya.
3. The Pursuit Of Power adalah keinginan Israel untuk mengejar kekuasaan yang
mampu menjadikan Israel sebagai negara yang adidaya di dunia Arab.29

2.3 Hubungan Diplomatik Israel-Palestina


Serangan yang dilakukan oleh Israel ke Jalur Gaza pada akhir tahun 2008-awal 2009
tersebut, upaya untuk mewujudkan perdamaian yang permanen, adil, dan menyeluruh antara
Palestina dan Israel juga masih menghadapi kendala lainnya, yaitu terus berlanjutnya
kebijakan Israel untuk melakukan kegiatan pembangunan pemukiman-pemukiman Yahudi di
wilayah-wilayah Palestina, khususnya di Tepi Barat. Pembangunan pemukiman ini
merupakan salah-satu isu krusial yang sangat sensitif dalam upaya perundingan damai
Palestina-Israel.
Dalam kunjungannya ke Mesir pada tanggal 11 Mei 2009 untuk menemui Presiden
Hosni Mubarak di Cairo, PM Netanyahu tidak secara tegas menyatakan komitmennya
terhadap terwujudnya negara Palestina, sekalipun secara umum menyatakan komitmen
terhadap perdamaian di kawasan. Hal ini menunjukkan bahwa sejak menjabat kembali
sebagai PM Israel, Netanyahu belum banyak beranjak dari posisi yang hanya menjanjikan
28
Bernard Reich. 2001. Israel Foreign Policy, in L. Carl Brown, ed., Diplomacy In The Middle
East: The International Relation of Regional and Outside Powers, I.B. Tauris: London and New
York.
29
Ibid
peningkatan hubungan ekonomi dan keamanan dengan Palestina, dan menolak pembicaraan
mengenai isu-isu territorial.
Pada tanggal 18 Mei 2009, Presiden AS Barack Obama juga telah menerima
kunjungan PM Netanyahu. Dalam pertemuan tersebut, PM Netanyahu kembali menekankan
bahwa Israel tidak ingin memerintah Palestina dan ingin hidup damai dengan Palestina
sebagaimana yang disampaikannya kepada Presiden Hosni Mubarak dalam kunjungannya ke
Mesir. Namun demikian, PM Netanyahu juga menekankan bahwa apabila Palestina ingin
memulai kembali perundingan dengan Israel, Palestina harus terlebih dahulu mengakui Israel
sebagai negara Yahudi.
Presiden Obama sendiri telah mendesak PM Netanyahu untuk menghentikan berbagai
aksi pendudukan dan perluasan permukiman di Palestina dalam pertemuan kedua pemimpin
di Washington pada tanggal 18 Mei 2009 lalu. Desakan Pemerintah AS tersebut kemudian
ditanggapi oleh PM Netanyahu dalam pidatonya tanggal 14 Juni 2009 yang menyatakan akan
menyetujui pembentukan negara Palestina apabila Palestina dapat memenuhi tiga syarat
yaitu: Negara Palestina harus tanpa kekuatan militer; Negara Palestina juga tidak memiliki
penguasaan atas ruang udara dan garis perbatasan serta mengakui Israel sebagai negara
Yahudi; Negara Palestina juga harus mengakui bahwa Yerusalem sepenuhnya merupakan
ibukota Israel. Kendala lainnya adalah terkait dengan hak-hak material atas berbagai properti
milik pengungsi Palestina, Parlemen Israel (Knesset) pada bulan Agustus 2009 telah
mengesahkan suatu UU yang menyatakan bahwa Israel memiliki hak untuk menjual seluruh
properti dan harta-benda milik warga Palestina yang mengungsi dan bermukim di diaspora
sejak tahun 1948.Berbagai tindakan Israel tersebut ternyata juga telah mempersulit hubungan
antara Israel dan Amerika Serikat, terlebih mengingat administrasi Amerika Serikat di bawah
Presiden Obama telah mengambil posisi yang relatif lebih tegas dalam isu Palestina-Israel.
Hal itu tercermin dari hasil kunjungan PM Netanyahu ke Washington DC pada
tanggal 22-24 Maret 2010 , dimana setelah melakukan pembicaraan singkat dengan Presiden
Obama di Gedung Putih, itu tidak diakhiri dengan konferensi pers bersama sebagaimana
lazimnya dilakukan setiap kunjungan pemimpin Israel ke Amerika Serikat selama ini.
Dalam wawancara dengan stasiun televisi ABC pada tanggal 19 April 2010, PM
Benjamin Netanyahu masih dalam posisi yang sama untuk mempertahankan kelanjutan
pembangunan pemukiman Yahudi di Occupied Palestinian Territories (OPT). PM Netanyahu
menyatakan bahwa desakan Amerika Serikat agar Israel menghentikan pembangunan
pemukiman, itu adalah suatu hal yang tidak mungkin dipenuhi. Sejalan dengan itu, Menlu
Israel Avigdor Lieberman dalam kesempatan yang sama menyatakan bahwa “Jerusalem is the
eternal capital of Israel, and will not be re-partitioned”, serta menegaskan bahwa Otoritas
Nasional Palestina bukan mitra Israel dalam proses perdamaian. Bahkan, Deputi Menlu Israel
Dani Ayalon menyatakan bahwa “Israel does not need advice from anyone what so ever”.
Berbagai sikap non-kooperatif Israel tersebut kemudian juga diiringi dengan berbagai
tindakan yang bertentangan dengan semangat proses perdamaian, termasuk dilanjutkannya
pembangunan pemukiman di kawasan Ma’alev David yang berada di wilayah Ras Al-Amud,
Yerusalem Timur pada tanggal 9 Mei 2010. Israel merencanakan untuk membangun 140
rumah di wilayah ini, yang nantinya akan dihubungkan dengan pemukiman Ma’alev Zeitim
yang telah berdiri sebelumnya. Berbagai sikap dan tindakan Israel tersebut, tentunya jelas
mereduksi efektifitas pelaksanaan inisiatif Proximity Talk yang digagas oleh Amerika Serikat
pada awal Maret 2010 di bawah koordinasi Utusan Khusus Amerika Serikat untuk
Perdamaian Timur-Tengah, Duta Besar George Mitchell. Dalam skema ini, kedua pihak yang
bertikai melakukan komunikasi dan negosiasi mereka melalui Dubes Mitchell yang
melakukan shuttle diplomacy antara Tel Aviv dan Ramallah. Inisiatif Proximity Talkini
dimaksudkan sebagai upaya untuk memecah kebekuan proses perdamaian yang sempat
30
terhenti sejak Annapolis Conference 2007.

BAB III
KONFLIK ISRAEL PALESTINA

3.1 Perkembangan Konflik Israel-Palestina


Konflik yang terjadi di wilayah Palestina sejak mulai dari tahun 1948, 1956, 1967 dan
1973 hingga sekarang, walaupun dari sebagian besar kepala Negara-negara Timur Tengah

30
Tabloid Diplomasi,2010,Komitmen Indonesia Terhadap Proses Perdamaian DI Timur Tengah No. 33 III, - 14 Agustus
2010,hal 7. Diakses melalui http://www.tabloiddiplomasi.org/pdf/2010/DIPLOMASI%20JUli%202010_2.pdf pada tanggal
28 November 2016
sangat ingin mendamaikan perselisihan tersebut, terlihat “ketika berbagai pihak yang terlibat
dalam pertikaian, setuju mengadakan konferensi Madrid, 30-31 Oktober 1991” 31
Namun dari pihak pemerintah Amerika Serikat dan Inggris tak henti–henti
memberikan bantuan dukungan persenjataan teknologi kepada Israel dalam melakukan
operasi penyerangan militer dan proses pembangunan pemukiman ke wilayah Palestina.
Amerika Serikat tidak tanggung-tanggung memberikan dukungannya kepada pemerintahan
Israel dengan melakukan kerjasama militer dalam hal pelatihan uji coba persenjataan
teknologi canggih “Iron Dome” buatan dari Amerika, yang digunakan pemerintahan militer
Israel, Benjamin Netanyahu di dalam melakukan penyerangan ke wilayah Palestina. Hal
penting dukungan presiden Amerika Barack Obama dalam kebijakan politik luar negeri-nya
terhadap pemerintahan militer Israel adalah guna memperlancar bisnis persenjataan di kedua
belah pihak dalam hal pemenuhan kepentingan nasionalnya. Sebagaimana yang disampaikan
oleh Holsti, bahwa pada dasarnya hubungan mempunyai sifat konflik bahkan dalam bentuk
kerjasama antar pemerintah, sering terjadi perbedaan pandangan.32
Dukungan Amerika Serikat terhadap Israel memberikan keleluasaan bagi
pemerintahan Israel untuk melakukan agresi militernya ke wilayah Palestina secara angkuh
dengan maksud memberikan pesan diplomatic dari pemerintahan Benjamin Netanyahu
kepada Negara-negara lain, bahwa kekuatan militer Israel merupakan simbol kekuatan super
power, setelah negara adidaya Amerika Serikat. Dengan kearogansian kekuatan militernya,
Israel secara bebas melakukan penyerangan rudal ke wilayah Palestina, tanpa memperdulikan
hak asasi manusia suatu negara. Menurut Morgenthau dalam Mohtar Mas’oed (1990) bahwa
mengejar kekuasaan dapat membentuk dan mempertahankan pengendalian Negara terhadap
negara lain dan Lembaga-Lembaga Internasional, khususnya Dewan Keamanan Perserikatan
Bangsa-Bangsa dan tidak menghentikan tindakan tersebut, yang mungkin saja memberikan
dampak besar terhadap negara–Negara lain, khususnya Israel dalam mewujudkan kekuasaan
yang dimilikinya di wilayah Timur Tengah.
Jika ditinjau dari latar belakang sejarah, konflik Israel-Palestina merupakan bagian
dari konflik Arab-Israel yang lebih luas sejak 1940-an. Agresi Meliter Israel terakhir yang
dilancarkan sejak 26 Desember 2008 pada prinsipnya merupakan bagian yang tidak terpisah

31
M. Riza Sihbudi dan M. Hamdan Basyar. Konflik dan Diplomasi Di Timur Tengah. Eresco. Bandung. 1993. Dalam Jurnal
Ilmiah WIDYA 4 Volume 3 Nomor 1 Januari-April 2015 ,PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM MENCIPTAKAN
PERDAMAIAN DAN PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL DAN PALESTINA,hal 4. Diakses melalui
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=279624&val=6690&title=PERAN%20AMERIKA
%20SERIKAT%20DALAM%20MENCIPTAKAN%20PERDAMAIAN%20DAN%20PENYELESAIAN%20KONFLIK
%20ISRAEL%20DAN%20PALESTINA
32
Ibid
dari konflik Israel-Palestina sebelumnya. Untuk lebih jelasnya, kronologi konflik Israel-
Palestina dapat dipahami sebagaimana penjelasan berikut:

Tahun Peristiwa Deskripsi


1917 Deklarasi Balfour Balfour yang dipandang pihak
Mandat Palestina Yahudi dan Arab sebagai
janji untuk mendirikan tanah air
bagi kaum Yahudi

1922 Mandat Palestina


1936-1939 Revolusi Arab Pimpinan Amin al Husein yang
menyebabkan tidak
kurang 5000 warga Arab
terbunuh
1947 Rencana pembagian 29 November 1947,
wilayah oleh PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
menyetujui untuk mengakhiri
Mandat Britania untuk
Palestina dari tanggal 1 Agustus
1948 dengan
pemecahan wilayah mandat
1948 Deklarasi Negara Israel Israel diproklamirkan pada
tanggal 14 Mei 1948, sehari
kemudian langsung diserang
oleh tentara dari Libanon,
Yordania, Mesir, Irak, dan
negara Arab lainnya. Israel
berhasil memenangkan
peperangan dan merebut + 70%
dari luas total wilayah mandat
PBB Britania Raya.
1949 Perseteujuan gencatan 3 April 1949, Israel dan Arab
sepakat untuk melakukan
gencatan senjata. Israel
mendapat kelebihan 50 persen
lebih banyak dari yang
diputuskan rencana pemisahan
PBB
1956 Perang Suez 29 Oktober 1965, Krisis Suez,
sebuah serangan meliter
terhadap Mesir dilakukan oleh
Britania Raya, Perancis dan
Israel.
1964 Organisasi Pembebasan Mei 1964, Organisasi
Palestina (PLO) berdiri Pembebasan Palestina (PLO)
resmi berdiri, tujuannya untuk
menghancurkan Israel.
1967 Perang enam hari Dikenal dengan perang Arab-
Israel 1967, merupakan
peperangan antara Israel
menghadapi gabungan tiga
negara Arab: Mesir, Yordania
dan Suriah, yang
mendapatkan bantuan aktif dari
Resolusi Khartoum Sebuah pertemuan 8 pemimpin
negara Arab pada tanggal 1
September 1967 karena
terjadinya perang enam hari.
Resolusi ini berlanjut ke perang
Yom Kippur tahun 1973.
1968 Palestina menuntut Perjanjian Nasional Palestina
pembekuan Israel dibuat, dan secara resmi
Palestina menuntut pembekuan
Israel.
1970 War of Attrition Setelah perang enam hari (5-10
Juni 1967), terjadi
insiden serius di Terusan Suez.
Tembakan pertama
dilepaskan 1 Juli 1967, ketika
pasukan Mesir menyerang
patroli Israel, dan ini merupakan
awal dari perang War
of Attrition.
1973 Perang Yom Kippur Dikenal juga dengan Perang
Ramadhan pada tanggal 6-
26 Oktober 1973 karena
bertepatan dengan bulan
ramadhan. Perang ini
merupakan perang antara
pasukan Israel melawan koalisi
negara-negara Arab yang
dipimpin oleh Mesir dan Suriah,
terjadi pada hari raya Yom
Kipur, hari raya yang paling
besar dalam tradisi orang-orang
Yahudi.
1978 Kesepakatan Camp David Ditandatangani pada tanggal 17
September 1978 di Gedung
Putih yang diselenggarakan
untuk perdamaian di Tmur
Tengah. Jimmy Carter (Presiden
Amerika Serikat) memimpin
perundingan rahasia yang
berlangsung selama 12 hari
antara Presiden Mesir,
Anwar Sadat, dan Perdana
Menteri Israel, Menachem
Begin.
1982 Perang Libanon Perang
antara Israel dan
1990-1991 Perang Teluk
1993 Kesepakatan damai antara 13 September 1993, Israel dan
Palestina dan Israel PLO sepakat untuk saling
mengakui kedaulatan masing-
masing. Pertemuan Yaser
Arafat dan Israel Yitzhak Rabin
berhasil melahirkan
kesepakatan OSLO. Rabin
bersedia menarik pasukannya
dari Tepi Barat dan Jalur Gaza
serta memberi Arafat
kesempatan menjalankan
sebuah lembaga semiotonom
yang bisa memerintah di kedua
wilayah. Arafat
mengakui hak negara Israel
untuk eksis secara aman dan
damai
1996 Kerusuhan teromongan al Israel sengaja membuka
Aqsha terowongan Masjid al Aqsha
untuk memikiat para turis dan
membahayakan fondasi
mesjid bersejarah, pertempuran
berlangsung beberapa
hari.
1997 Israel menarik pasukannya dari
Hebron, Tepi Barat
1998 Perjanjian Wye River Oktober 1998, Perjanjian Wye
River yang berisi
penarikan Israel dan
dilepaskannya tahanan politik
dan
kesediaan Palestina untuk
menerapkan butir-butir
perjanjian Oslo, termasuk soal
penjualan senjata ilegal.
2000 KTT Camp David
2002 Israel membangun tembok
pertahanan di tepi Barat
diiringi rangkaian serangan
bunuh diri Palestina
2004 Mahkamah Internasional
menetapkan pembangunan
batas pertahanan menyalahi
hukum internasional dan
Israel harus merobohkannya
2005 Mahmud Abbas terpilih 9 Januari 2005, Mahmud Abbas
menjadi Presiden dari al Fatah terpilih
sebagai Presiden Otoritas
Palestina menggantikan Yaser
Arafat yang wafat pada 11
November 2004
Juni 2005, pertemuan Mahmud
Abbas dan Ariel Sharon di
Yerusalem. Mahmud Abbas
mengulur Jadwal Pemili karena
mengkhawatirkan kemenangan
diraih pihak
Hammas
Agustus 2005, Israel hengkang
dari pemukiman Gaza dan
empat wilayah pemukiman di
Tepi Barat
2006 Hamas memenangkan Januari 2006, Hammas
Pemilu memenangkan kursi Dewan
Legislatif, menyudahi dominasi
fatah selama 40 tahun
2008 Januari-Juli, ketegangan
meningkat di Gaza. Israel
memutus suplai listrik dan gas,
Hamas dituding tidak
mampu mengendalikan
kekerasan
November 2008, Hamas batal
ikut serta dalam
pertemuan univikasi Palestina
yang dilaksanakan di
Kairo, Mesir. Serangan roket
kecil berjatuhan di wilayah
Israel.
26 Desember 2008, Agresi
Israel ke Jalur Gaza. Israel
melancarkan Operasi Oferet
Yetsuka, yang dilanjutkan
dengan serangan udara ke pusat-
pusat operasi Hamas.
2014 8 Juli 2014,serangan kembali
diluncurkan. Agresi ini disebut
"Operation Protective Edge"

Nasib hubungan Israel dan Palestina tidak terlepas dari karakter dan kebijakan
pemerintahan di Israel, terlebih dengan berhasilnya Netanyahu menjadi perdana menteri
untuk kedua kalinya. Sejak awal menjabat sebagai perdana menteri dengan tegas Netanyahu
menyampaikan arah haluan kebijakannya ke depan, terutama mengenai hubungan
(perdamaian) dengan Palestina. Dasar-dasar kebijakan Netanyahu inilah yang menjadi batu
sandungan sulitnya pemulihan damai yang akan dicapai dengan Palestina. Koalisi
pemerintahan yang didominasi partai-partai ultranasionalis kanan dan ortodoks, kecuali Partai
Buruh semakin melancarkan kebijakan-kebijakan yang lebih menguntungkan secara sepihak
bagi Israel.
Sekalipun Netanyahu menyetujui gagasan perundingan langsung yang diusung oleh
Amerika Serikat, di lain sisi ia menutup peluang untuk direalisasikannya inti dari
perundingan langsung tersebut, yaitu mengenai two state solution, di mana Israel dan
Palestina berdiri sebagai dua negara dalam satu wilayah yang sama, yaitu Palestina.
Mengenai status Yerusalem pun Netanyahu bersikeras tidak akan pernah membagi wilayah
tersebut dengan Palestina. Kebijakan krusial Netanyahu lainnya yang mengancam pemulihan
damai dengan Palestina adalah ekspansi pemukiman Yahudi di teritori legal milik Palestina.
Secara signifikan, perlahan tapi pasti Israel menggerus identitas masyarakat Palestina dengan
kolonisasi para pemukim Yahudi. Mahmoud Abbas, sebagai presiden Otoritas Palestina yang
menginginkan perundingan damai menegaskan tidak akan melanjutkan perundingan apabila
Israel belum memberikan konsesi yang adil bagi Palestina. Akibat kebijakan pemerintahan
Netanyahu yang mendominasi tersebut sehingga perundingan langsung akan semakin jauh
dari kata sepakat antara Israel dan Palestina. Tidak munculnya kata sepakat dari salah satu
pihak perunding perdamaian dan saling klaim kepentingan yang dibawa oleh Israel maupun
Palestina adalah menjadi latar belakang jauhnya harapan akan realisasi damai dari setiap
perundingan.33
Di Palestina ada faksi yang eksis yaitu Hamas dan Fatah. Pada saat terjadi perbedaan
pendapat antara Fatah dan Hamas, ketika Yassir Arafat masih hidup, perbedaan tidak sampai
menimbulkan sengketa karena Hamas menghormati pemimpin Palestine Liberation
Organiza-tion (PLO) itu. Namun begitu Arafat meninggal dan diganti oleh Mahmod Abbas
sengketa tak terdamaikan, bahkan Abbas dikudeta di daerah Gaza. Gaza kemudian dibagi
menjadi dua yaitu Tepi Barat (Fatah) dan Jalur Gaza (Hamas). Sebenarnya sebelum terbagi
menjadi dua ada pemilu demokratis yang dimenangkan oleh Hamas. Tetapi Amerika, Eropa
dan sekutu tak mengakui bahkan Hamas diboikot dengan tujuan agar rakyat menderita dan
Abbas memimpin. Akan tetapi rakyat Palestina pro Hamas bersedia menderita karena melihat
Hamas lebih tulus dan islami dibanding dengan fatah yang sekuler. Sekarang Israel bertujuan
menghancurkan Hamas dan ingin mendudukkan fatah. Dalam protokoler Israel hanya ada dua
cara untuk menghadapi musuh: didominasi dan dihancurkan. Fatah cen-derung bisa
didominasi,sedang Hamas hanya hilang jika dihancurkan.
Tujuan HAMAS seperti yang digariskan oleh Ahmad Yasin (tokoh HAMAS) adalah
mendirikan negara Palestina berdasarkan syariat Islam meskipun mengakui bahwa Palestina
merupakan tanah suci kaum Muslimin, Yahudi dan Nasrani. Menurut Ahmad Yasin,
Palestina patut didirikan sebagai sebuah negara Islam karena mayoritas penduduk menganut
Islam. Sedangkan orang Yahudi dan Nasrani akan diperlakukan sesuai dengan ajaran
Qur’an.34
Transformasi terbaru Palestina selama beberapa hari terakhir dipengaruhi kegagalan
Israel menghadapi gerakan anti-Zionis dalam intifadha baru Quds yang dimulai sejak Maret
2016 lalu. Manuver militer Hamas di Jalur Gaza kali ini untuk membuktikan kepada rezim

33
Ria Almayrissa Suzan Silaban,2011, Tersendat-sendatnya Pemulihan Damai Antara Israel dan Palestina
Dibawah Pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Diakses melalui
http://repository.upnyk.ac.id/925/1/NEWWWW.pdf pada tanggal 27 November 2016

34
Ida Fitrianingrum, ,Peranan hamas dalam konflik palestina – israel tahun 1967 – 1972. Diakses melalui
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/5127/MTQ1Mjc=/Peranan-hamas-dalam-konflik-palestinaisrael-tahun-
19671972-abstrak.pdf
Zionis mengenai kemampuan gerakan muqawama Palestina dalam menghadapi agresi militer
Israel.
Berikut beberapa faktor yang melatar belakangi Agresi Militer Israel terhadap
Palestina :

1. Faktor Politik

Israel merupakan negara kecil, baik dari segi luas wilayah maupun jumlah
penduduk. Luas wilayah Negara Israel adalah 22.072 km2 dengan jumlah penduduk
sebesar 7.509.000 pada sensus tahun 2009 .35 Israel resmi memproklamasikan
kemerdekaannya tanggal 14 Mei 1948. Israel merupakan satu-satunya negara Yahudi
di dunia,yang merupakan Nation Home bagi orang-orang Yahudi yang tersebar di
berbagai negara terutama di negara-negara Eropa, Amerika, Australia, negara-negara
Arab dan Afrika. Bangsa Yahudi saat ini merupakan bangsa yang heterogen, hal ini
bisa dilihat dari ras, asal negara, budaya dan bahasa yang beraneka ragam. Untuk
meyatukannya, negara Israel menyatakan agama Yahudi, tulisan Ibrani dan bahasa
Ibrani sebagai bahasa Nasional. Setelah negara Israel berhasil didirikan oleh David
Ben Gurion pada tanggal 14 Mei 1948 di wilayah Palestina dengan bantuan organisasi
Zionis Internasional, maka tujuan organisasi Zionis Internasional berubah menjadi
pembela negara Israel. Israel kemudian berhasil mendapatkan pengakuan dari
Amerika Serikat, Inggris, Rusia (Rusia masih berbentuk Uni Sovyet) dan negara-
negara eropa pada tahun 1948. Sebagai sebuah negara, posisi Israel menjadi semakin
kuat dengan adanya pengakuan dari negara-negara barat. 36 Hal diatas telah
mengakibatkan perang antar penduduk sipil telah meluas menjadi konflik
Internasional, yakni ketika Israel terlibat konflik dengan negara-negara Arab, yakni
perang Arab-Israel tahun 1948, perang Israel-Mesir yakni perang Arab-Israel tahun
1948, perang Israel-Mesir tahun 1956, perang Arab-Israel tahun 1967 ,perang Israel-
Lebanon tahun 2000 dan 2006 .

35
Rostiani,Yeyen. 2009. Inside Gaza. “Genosida Israel di Gaza dan Palestina”. Jakarta: KinzaBook,hal 138-139.
Diakses melalui http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/61687/Agus%20Sugianto.pdf?
sequence=1 pada tanggal 27 November 2016
36
Lenczowski, George, 1992. Timur Tengah Di Kancah Dunia. Bandung: Penerbit SINAR BARU ALGESINDO,hal
256-261 . Diakses melalui http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/61687/Agus
%20Sugianto.pdf?sequence=1 pada tanggal 27 November 2016
Untuk mewujudkan cita-cita bangsa Yahudi mewujudkan negara Israel Raya
dengan wilayah yang terbentang dari sungai Nil di Mesir hingga ke sungai Eufrat di
Irak, Israel kemudian menerapkan politik Carrot and Stick (bersahabat dan
menyerang), politik carrot digunakan pada negara-negara Arab yang mau bekerja
sama. Sedangkan politik stick, ditujukan untuk memperlihatkan kekuatan Israel dalam
bidang militer yang superior bagi negara Arab yang tidak menghendaki keberadaan
Israel Politik ini diterapkan sejak berdirinya negara Israel tahun 1948. 37 Politik Carrot
terutama dilakukan Israel terhadap faksi Fatah, karena Fatah telah menempuh jalan
moderat dengan menyatakan bersedia mengakui eksistensi negara Israel pada tahun
1988. Politik Stick digunakan Israel terhadap negara-negara Arab maupun faksi-faksi
perlawanan yang dianggap bias membahayakan eksistensi negaranya. Israel bias
menerapkan politik Carrot and Stick, terutama politik Stick karena dukungan dari
Amerika Serikat, karena para pendukung negara Israel adalah orang-orang yang
paling berpengaruh di dunia, sebagian besar berada di Amerika Serikat. Para
pendukung negara Israel ini kemudian mendirikan organisasi lobi Yahudi di Amerika
Serikat, yakni Zionist Power Configuration (Lobi Yahudi Amerika) yang sering
disingkat ZPT. Lobi Yahudi di Amerika Serikat telah berhasil membuat kebijakan
Amerika Serikat sesuai dengan kepentingan Israel .38 Politik stick terutama dilakukan
Israel terhadap Hamas di Jalur Gaza. Setelah kemenangan Hamas dalam pemilu
Palestina pada tanggal 25 Januari 2006. Kemudian Hamas melakukan penculikan
Kopral Gilad Shalit pada tanggal 25 Juni 2006 di kota Kerem Shalom, wilayah
perbatasan Israel-Jalur Gaza. Israel kemudian menerapkan politik Isolasi Jalur Gaza
karena Israel merasa terncam dengan kemenangan Hamas yang tidak menginginkan
keberadaan Israel. Ini dilakukan Israel untuk memperlemah perjuangan Hamas dan
untuk menghukum rakyat Jalur Gaza yang telah memilih Hamas dalam pemilu
Palestina tahun 2006.

Setelah melakukan politik Isolasi Jalur Gaza, Israel kemudian melakukan


serangan militer sporadis ke jalur Gaza pada tahun 2006, yakni Operation Summer
37
Labib, Muhsin dan Abdurrahman. 2009. Gelegar Gaza, Denyut Perlawanan Palestina: Skenario agresi atas
Gaza tdak hanya dirancang di Tel Aviv dan Washington, tapi juga di Kairo, Riyadh, Amman dan lainnya.
Jakarta: Zahra Publishing House,hal 102-103. Diakses melalui
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/61687/Agus%20Sugianto.pdf?sequence=1 pada
tanggal 27 November 2016
38
Petras, James. 2009. Zionisme dan Keruntuhan Amerika. Jakarta: Zahra Publishing House,hal 25-27. Diakses
melalui http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/61687/Agus%20Sugianto.pdf?sequence=1
pada tanggal 27 November 2016
rains dan Operation Autumn Clauds. Namun dua operasi militer ini gagal dalam
mencapai misinya untuk membebaskan Kopral Gilad Shalit dan menghentikan
serangan roket Hamas ke wilayah Israel. Melihat kenyataan ini, kemudan Israel
menyatakan Jalur Gaza sebagai wilayah musuh pada bulan September 2007.39 Ini
dilakukan Israel agar punya dasar hukum di dalam negeri Israel untuk melakukan
serangan berkekuatan penuh ke Jalur Gaza.

Melihat kenyatan diatas, Israel kemudian melancarkan serangan militer


dengan kekuatan penuh ke Jalur Gaza.Serangan ini diberi nama Operation Cast Leads
tahun 2008-2009. Dengan harapan akan dapat menghancurkan kekuatan Hamas,
sehingga ancaman peace offensive dapat dihilangkan. Israel merencanakan agresi
militer ke Jalur Gaza dengan menggunakan senjata-senjata terlarang
yakni,menggunakan panah besi, menggunakan bom fosfor, menggunakan uranium
sisa terhadap warga sipil. Israel telah melakukan pembelian tank-tank mercava
sebanyak 10 unit dari Amerika Serikat yang difasilitasi peluru panah besi. Israel juga
mempersiapkan pembelian pesawat jet sebanyak 15 unit dari Rusia yang bisa
menembakkan bom fosfor dan depleted uranium (uranium sisa) dari udara.40

Hal ini dilakukan supaya menimbulkan efek jera bangsa-bangsa Arab kepada
Israel, khusunya warga Jalur Gaza. Agar tidak berani melawan Israel, kalau tidak
ingin mengalami kehancuran, kerusakan, menjadi korban luka-luka, menjadi cacat
dan tewas akibat serangan Israel.

Dan serangan militer yang terjadi pada tanggal 8 Juli 2014 di picu oleh 3
remaja Israel yang di culik dan tewas terbunuh.Israel menuding Hamas mendalangi
aksi penculikan. Sebaliknya Palestina menuding Perdana Menteri Benyamin
Netanyahu memanfaatkan kasus ini untuk mengganyang Hamas. Israel menyebut
Agresi ini "Operation Protective Edge"41

39
Kuncahyono,Trias. 2009. Tanah Terjanji, Intifadah dan Pembersihan Etnis. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Ibid,hal 262. Diakses melalui http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/61687/Agus
%20Sugianto.pdf?sequence=1 pada tanggal 27 November 2016

40
Labib, Muhsin dan Abdurrahman. 2009. Gelegar Gaza, Denyut Perlawanan Palestina: Skenario agresi atas
Gaza tdak hanya dirancang di Tel Aviv dan Washington, tapi juga di Kairo, Riyadh, Amman dan lainnya.
Jakarta: Zahra Publishing House,hal 128-131. Diakses melalui
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/61687/Agus%20Sugianto.pdf?sequence=1 pada
tanggal 27 November 2016
2. Faktor Ekonomi
Jalur Gaza juga memiliki ladang gas alam, terutama yang terletak di lepas
pantai. Pada tahun 2000, British Gas Gruop telah memompa dari dua sumur yaitu
Gaza Marine 1 dan Gaza Marine 2 yang berjarak sekitar 36 kilometer dari garis pantai
Jalur Gaza. Rencana Israel untuk mengambil alih ladang gas Jalur Gaza bertujuan
untuk mengintegrasikan dengan instalasi ladang gas lepas pantai Israel. Instalasi ini
akan me-nghubungkan koridor pengangkutan bahan bakar Israel yang terbentang dari
pelabuhan Eilat terminal pipa minyak di Laut Merah hingga pelabuhan laut, terminal
jalur pipa di Ashkelon, lalu menuju utara yaitu ke Haifa. Terakhir, jaringan itu akan
terhubung dengan jalur pipa yang akan dibuat antara Turki dan Israel yaitu di
pelabuhan Ceyhan,Turki.42

3. Faktor Geopolitik

Secara Geografis Jalur Gaza adalah sebuah wilayah di Palestina yang bentuknya
memanjang dan sempit, berada di sebelah barat daya Israel. Istilah Jalur Gaza muncul
pada tahun 1948 sejak negara Israel berdiri yang digunakan untuk menyebut wilayah
Palestina yang berada di barat daya Israel. Selain itu ditinjau dari letak astronomis
Jalur Gaza terletak pada 34,17 BT – 34,34 BT dan 31,17 LU – 34,36 LU. Panjang
wilayah Jalur Gaza 45 km, lebar 10 km, sehingga jika dijumlah luas Jalur Gaza adalah
365 km2 dengan jumlah penduduk 1,5 juta orang.

Wilayah Jalur Gaza lainnya yang juga sangat strategis adalah wilayah
Jabaliya. Wilayah perbukitan yang relative datar ini terdiri dari dua bagian yakni
wilayah Jabaliya Barat dan Jabaliya Timur. Wilayah Jabaliya memiliki sumber air
bawah tanah yang melimpah. Wilayah Jalur Gaza kepadatan penduduknya tinggi.
Kota-kota di Jalur Gaza merupakan kota dengan banyak bangunan-bangunan

41
Berita Harian Kompas.com,10 Juli 2014, Serangan Udara Israel Kembali Tewaskan 14 Warga Palestina.
Diakses melalui
http://internasional.kompas.com/read/2014/07/10/07073181/Kamis.Dini.Hari.Serangan.Udara.Israel.Kembali.
Tewaskan.14.Warga.Palestina pada tanggal 28 November 2016

42
Rostiani,Yeyen. 2009. Inside Gaza. “Genosida Israel di Gaza dan Palestina”. Jakarta: KinzaBooks,hal 109-114.
Diakses melalui http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/61687/Agus%20Sugianto.pdf?
sequence=1 pada tanggal 27 November 2016
pemukiman penduduk. Salah satu kota terpadat adalah kota Gaza yang berdasarkan
sensus tahun 2006, jumlah penduduknya 409.680 jiwa.

Dengan Operation Cast Leads, Israel mengincar wilayah Jalur Gaza untuk
kemudian dijadikan bagian dari wilayah Israel. Dengan mengambil alih kembali
bekas permukiman-permukiman Yahudi yang telah di tinggalkan Israel di Jalur Gaza
pada tahun 2005, yakni permukiman Morag, Nezarim, Kefar Darom, Blok Qatif, Eley
Sinay, Dugit dan Nissanit.43 Jika usaha ini berhasil maka permukiman-permukiman
Yahudi yang ada di wilayah Israel, terutama Israel selatan akan terhubungkan dengan
bekas permukiman-permukiman Yahudi di Jalur Gaza. Wilayah Jalur Gaza terletak di
sebelah Barat Daya Israel. Wilayah Jalur Gaza menjadi penghalang bagi Israel untuk
mengakses pantai selatan Palestina. Wilayah pantai Jalur Gaza merupakan wilayah
yang landai dengan ombak yang tenang, karena terletak di teluk mediterania, sehingga
memungkinkan pelabuhan Jalur Gaza bisa beroperasi sepanjang tahun. Dengan
kondisi ini memungkinkan kapal-kapal dagang dapat merapat di pelabuhan Jalur
Gaza.Wilayah pantai Jalur Gaza berpotensi sebagai pusat perdagangan. Wilayah
Perdagangan Israel terutama terpusat di pantai utara Israel. 44

3.2 Upaya Perdamaian

1. Upaya PBB
Dalam konflik Israel-Palestina yang terjadi pada tahun 2008-2009 dewan
keamanan PBB mengeluarkan resolusi nomor 1860 tahun 2009. Dimana resolusi
tersebut berisikan salah satunya mengenai penekanan wilayah gaza merupakan bagian
dari negara palestina. Dalam konflik Israel Palestina dewan keamanan PBB
mengeluarkan resolusi-resolusinya kepada Israel, baik berupa seruan lunak maupun
mendesak agar Israel mengambil atau menahan diri dari tindakan tindakan tertentu,
hingga pesan pesan lebih tajam menuntut tindakan Israel dan mengecam

43
Kuncahyono,Trias. 2009. Tanah Terjanji, Intifadah dan Pembersihan Etnis. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.Ibid.hal 251.

44
Nur, ferry. 2010. Mavi Marmara Menembus Gaza. Jakarta: Gema Insani,hal 86-87. Diakses melalui
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/61687/Agus%20Sugianto.pdf?sequence=1 pada
tanggal 27 November 2016
tindakanya.Untuk lebih jelasnya, berikut terdapat beberapa resolusi yang dikeluarkan
oleh dewan keamanan PBB terhadap Israel:45
 Resolusi 106, 29 maret 1955: mengecam Israel karena seranganya atas Gaza.
 Resolusi 127, 22 januari 1958: Menyarankan israel agar menutup zona tak
bertuan di jerussalem.
 Resolusi 162, 11 april 1961: mendesak Israel untuk mentaati keputusan-
keputusan PBB
 Resolusi 237, 14 juni 1967: mendesak Israel untuk mengizinkan kembalinya
para pengungsi baru Palestina pada 1967
 Resolusi 250, 27 april 1968: menyerukan pada israel agar tidak
menyelenggarakan parade militer di jerussalem
 Resolusi 251, 2 mei 1968: sangat menyesalkan parade militer israel di
jerussalem bertentangan dengan resolusi 250
 Resolusi 252, 21 mei 1968: menyatakan tidak sah aksi-aksi Israel menyatukan
jerussalem sebagai ibukota yahudi.
 Resolusi 259, 27 september 1968: menyesalkan penolakan israel untuk
menyambut misi PBB untuk memeriksa pendudukan.
 Resolusi 270, 26 agustus 1969: mengecam israel karena serangan udaranya
atas
desa-desa di Lebanon selatan
 Resolusi 271, 15 september 1969: mengecam israel karena penolakanya untuk
mematuhi resolusi-resolusi mengenai jerussalem.
 Resolusi 298, 25 september 1971: menyesalkan tindakan Israel mengubah
status jerussalem.
 Resolusi 444, 19 januari 1979.: menyesalkan kurangnya kerja sama israel
dengan pasukan penjaga perdamaian PBB
 Resolusi 446, 22 maret 1979: menetapkan bahwa pemukimanpemukiman
israel merupakan suatu rintangan serius bagi perdamaian dan meminta isral
agar menaati konvensi jenewa keempat.
 Resolusi 452, 20 juli 1979: menyerukan pada israel agar berhenti
membangun pemukiman-pemukiman di wilayah pendudukan.

45
Resolusi 2649, dalam United Nations Resolutions On Palestine and Arab- Israel Conflic 1, 78-79,. Dalam
Susan Agustina,2012, Peranan Dewan Keamanan PBB dalam Penyelesaian Konflik Israel-Palestina
(STUDI KASUS RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB NOMOR 1860 TAHUN 2009),hal 40-43. Diakses
melalui http://scholar.unand.ac.id/6633/1/1251.pdf pada tanggal 28 November 2016
 Resolusi 465, 1 maret 1980: menyesalkan pemukiman pemukiman israel dan
meminta semua negara anggota agar tidak membantu program pemukiman
israel.
 Resolusi 468, 8 mei 1980: menyerukan pada israel agar membatalkan
pengusiran tidak sah terhadap dua orang walikota dan seorang hakim palestina
dan memberikan kemudahan bagi mereka untuk kembali
 Resolusi 469, 20 mei 1980: sangat menyesalkan penolakan israel untuk
mentaati perintah dewan untuk tidak mendeportasikan orang orang palestina.
 Resolusi 471, 5 juni 1980: mengungkapkan keprihatinan mendalam atas
penolakan israel untuk mentaati konvensi jenewa keempat.
 Resolusi 476, 30 juni 1980: mengulangi pernyataan bahwa klaim israel atas
jerussalem batal dan tidak sah
 Resolusi 478, 20 agustus 1980: mencela israel dalam pengertian paling
keras karena klaimnya atas jerussalem dalam hukum dasarnya.
 Resolusi 484, 19 desember 1980: Menyatakan wajib agar Israel
menerima kembali dua walikota palestina yang dideportasikan.
 Resolusi 573, 4 oktober 1985: mencela israel dengan keras karena
membom tunisia dalam serangan atas markas besar PLO.
 Resolusi 592, 8 desember 1986: Sangat menyesalkanpembunuhan para
mahasiswa palestina di Bir Zeit University oleh pasukan Israel
 Resolusi 605, 22 desenber 1978: sangat menyesalkan kebijaksanaan
kebijaksanaan dan praktek praktek israel yang menyalahi hak hak asasi
manusia dari bangsa palestina.
 Resolusi 607, 5 januari 1988: menyerukan pada israel agar tidak
mendeportasi orang orang palestina dan memintanya dengan sangat agar
mentaati konvensi jenewa keempat.
 Resolusi 608, 14 januari 1988: sangat menyesalkan bahwa Israel menentang
PBB dan mendeportasi penduduk sipil palestina.
 Resolusi 636, 6 juli 1989: sangat menyesalkan pendeportasian orangorang
palestina oleh israel.
 Resolusi 641, 30 agustus 1989: menyesalkan tindakan tindakan Israel yang
terus mendeportasian orang-orang palestina.
 Resolusi 672, 12 oktober 1990: mengecam israel karena tindakan
kekerasanya terhadap orang-orang palestina di haram al-syarif/ temple mount.
 Resolusi 673,24 oktober 1990: menyesalkan penolakan israel untuk
bekerjasama dengan PBB.
 Resolusi 681, 20 desember 1990: menyesalkan tindakan Israel mengulangi
lagi pendeportasian orang-orang palestina.
 Resolusi 694, 24 mei 1991: menyesalkan tindakan Israel mendeportasikan
orang-orang palestina dan menyerukannya agar memastikan keselamatan dan
kembalinya mereka dengan segera.
 Resolusi 726, 6 januari 1992: mengecam keras tindakan Israel
mendeportasikan orang-orang palestina.
 Resolusi 799, 18 desember 1992: mengecam keras tindakan Israel
mendeportasi 413 orang palestina dan menyerukan pengembalian mereka
dengan segera.46

2. Upaya PLO (Palestine Liberty Organization)

Berdasarkan perjanjian Camp David pada Maret 1979, Mesir dan Israel
menandatangani pakta perdamaian. Berdasarkan perjanjian damai ini, Israel
mengembalikan Semenanjung Sinai yang direbut dalam Perang Enam Hari 1967
kepada Mesir.Selain itu, perjanjian damai ini juga membahas pembentukan
pemerintahan otonomi di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Namun, upaya pembicaraan
masa depan Palestina ini gagal. Sebab, Palestina tidak menerima proposal otonomi
terbatas untuk Tepi Barat dan Jalur Gaza seperti diajukan Israel. Sementara itu, Israel
juga menolak melakukan negosiasi dengan PLO, meski PLO sudah diakui PBB
sebagai entitas perwakilan bangsa Palestina. Kebuntuan ini berujung dengan berbagai
kekerasan, misalnya Perang Lebanon 1982 dan pembantaian di kamp pengungsi Sabra
dan Shatila pada 16-18 September 1982.
Pada 1987, pecahlah apa yang disebut dengan Intifada Pertama. Intifada ini
adalah perlawanan rakyat Palestina terhadap pendudukan Israel di Jalur Gaza, Tepi

46
Ibid
Barat, dan Jerusalem Timur. Intifada ini berlangsung hingga 1993, saat perjanjian
Oslo ditandatangani.

Perjanjian Oslo

Pada 9 September 1993, Pemimpin PLO Yasser Arafat mengirim surat kepada
PM Israel Yitzhak Rabin. Isi surat itu adalah PLO mengakui hak hidup Israel dan
secara resmi meninggalkan cara-cara perjuangan bersenjata. Pada 13 September 1993,
Arafat dan Rabin menandatangani perjanjian di Washington DC yang kemudian
menjadi dasar negosiasi yang berlangsung di Oslo, Norwegia. Setelah melalui jalan
panjang, proses perdamaian Oslo dimulai.Selama proses perdamaian Oslo, kedua
pihak diwajibkan merundingkan solusi dua negara. Namun, pembicaraan menuju
solusi dua negara gagal dan PLO-Israel mencoba mencari kesepakatan yang saling
menguntungkan. Proses pembicaraan ini akhirnya selesai pada 20 Agustus 1993.
Meskipun namanya adalah perjanjian Oslo, tetapi kesepakatan antara PLO dan
Israel ini ditandatangani Yasser Arafat dan Yitzhak Rabin di Washington DC dengan
disaksikan Presiden AS Bill Clinton. Saat itulah terjadi jabat tangan bersejarah Yasser
Arafat dan Yitzhak Rabin.
Salah satu bagian penting Perjanjian Oslo ini adalah terbentuknya
pemerintahan Otorita Palestina yang membawahi Jalur Gaza dan Tepi Barat. Di
bawah perjanjian ini Palestina mulai mendapat wewenang memerintah di Tepi Barat
dan Jalur Gaza. Palestina bahkan sudah bisa membentuk perangkat pemerintahan,
kepolisian, parlemen, dan institusi pemerintahan lain. Balasannya, Otorita Palestina
harus mempromosikan toleransi terhadap Israel dan mengakui hak Israel untuk tetap
eksis.
Pada 28 September 1995, Yitzhak Rabin dan Yasser Arafat menandatangani
Kesepakatan Interim Israel-Palestina. Di bawah kesepakatan ini, para pemimpin PLO
bisa kembali ke daerah pendudukan dan memberikan otonomi kepada bangsa
Palestina. Imbalannya tetap sama, yaitu mengakui keberadaan Israel dan
meninggalkan cara-cara kekerasan dalam perjuangan.Namun, kesepakatan ini
ditentang Hamas dan sejumlah faksi radikal Palestina yang siap melakukan
perjuangan bersenjata, termasuk aksi bom bunuh diri di Israel demi membebaskan
Palestina. 47

3.Upaya The NAASP Ministerial Conference on Capacity Building for Palestine

 Sebagai upaya untuk menerapkan pilar pertama dari NAASP pada


solidaritas politik secara khusus pada isu Palestina, Indonesia dan Afrika Selatan
sepakat untuk tuan rumah NAASP Ministerial Conference on Capacity Building for
Palestine pada 14 Juli 2008 di Jakarta, Indonesia. Konferensi tersebut adalah co-
diketuai oleh H.E Dr. N Hassan Wirajuda, Menteri Luar Negeri, Republik Indonesia
dan H.E Zola Skewyiya, Menteri Pembangunan Sosial, Republik Afrika Selatan.
Konferensi ini dibuka secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia, H.E DR Susilo
Bambang Yudhoyono.
Konferensi ini dihadiri oleh 218 delegasi dari 53 negara Asia Afrika, 3
negara dari Amerika Latin (Brazil, Venezuela dan Chili) dan 3 organisasi
Internasional (IDB, UNSCWA dan UNRWA). Dari 56 negara menghadiri pada
konferensi, 9 negara diwakili oleh Menteri, 15 negara oleh Wakil Menteri Luar
Negeri dan sisanya diwakili oleh Pejabat Senior atau Duta.
   Melalui konferensi, negara-negara peserta NAASP menegaskan kembali
dukungan mereka bagi hak-hak rakyat Palestina untuk menjadi independen serta
untuk penciptaan akhirnya Negara Palestina. negara peserta NAASP juga menegaskan
kembali komitmen mereka untuk membantu pengembangan Palestina melalui
program capacity building. Dalam terang ini, berdasarkan matriks dari komitmen
negara-negara yang diajukan oleh negara-negara peserta pada konferensi tersebut, ada
20 (dua puluh) negara peserta NAASP yang telah berkomitmen untuk memberikan
program peningkatan kapasitas bagi Palestina di periode 2008-2013 pada 5 (lima )
bidang utama yaitu sosial (63 program pelatihan), pemerintah (42 program pelatihan),
ekonomi (31 program pelatihan), infrastruktur (program 5 pelatihan) dan keuangan (1
program pelatihan). Indonesia melalui Presiden Republik Indonesia pada konferensi

47
Ervan Hardoko,2012, Dari Camp David hingga Perjanjian Oslo,Kompas.News. Diakses melalui
http://internasional.kompas.com/read/2012/11/30/0645155/Dari.Camp.David.hingga.Perjanjian.Oslo pada tanggal 28
November 2016
tersebut telah berkomitmen untuk melaksanakan proyek-proyek yang akan melatih
1.000 warga Palestina selama lima tahun (2008 sampai 2013) di berbagai bidang.48

BAB IV

KEPENTINGAN NASIONAL ISRAEL DALAM

MEMPERLUAS WILAYAHNYA DI TANAH YERUSSALEM (PALESTINA)

Keputusan PBB membagi wilayah Palestina menjadi dua negara menuai protes rakyat
Palestina yang sudah sejak lama menempati wilayah tersebut. Sementara keputusan PBB ini
disambut bangsa Yahudi dengan mendirikan negara Israel pada tanggal 14 Mei 1948
bertepatan dengan berakhirnya mandat pemerintah Inggris di wilayah Palestina yang
didukung oleh Inggris dan Amerika Serikat.

Hal ini bertentangan dengan keinginan warga Palestina yang tidak menginginkan
pembagian wilayah tersebut.49 Keinginan bangsa Yahudi mendirikan negara Israel di
Palestina kerena telah mengklaim sebagai tanah leluhurnya. Tanah air yang diimpikan sejak
masa diaspora yakni masa tercerai berainya suatu bangsa yang tersebar di berbagai penjuru
dunia dan bangsa tersebut tidak memiliki negara selama berabad-abad berada dalam
pengasingan di negara-negara pembuangan dan berpencar-pencar di berbagai pelosok dunia.
50

48
Tabloid Diplomasi,2010,Komitmen Indonesia Terhadap Proses Perdamaian DI Timur Tengah No. 33 III, - 14 Agustus
2010,Op.cit,hal 11. Diakses melalui http://www.tabloiddiplomasi.org/pdf/2010/DIPLOMASI%20JUli%202010_2.pdf pada
tanggal 28 November 2016

49
KBBI. 2012. Penyusun Departemen Pendidikan Nasional. Edisi Keempat.. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. Hal 325 Diakses melalui http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/61687/Agus
%20Sugianto.pdf?sequence=1 Pada tanggal 27 November 2016
50
Hermawati, 2005. Sejarah Agama dan Bangsa Yahudi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Pada tanggal 27
November 2016

Anda mungkin juga menyukai