Anda di halaman 1dari 9

Nama: Annisa Mutma’inna

Nim: 11910722953

Kelas: Pendidikan Kimia/C/1

PETA KONSEP

Materialisme

Evolusi
dalam Asal Usul
Mutasi Kehidupan
Pandangan
Islam

Seleksi
Alam
Evolusi dalam Pandangan Islam

1. Evolusi dan Tokoh-tokohnya


Kata evolusi berasal dari bahasa Latin evolution yang salah satu artinya adalah
perkembangan. Menurut kamus Websters, kata evolusi berasal dari kata evolution, yang
memiliki pengertian suatu perkembangan dari suatu bentuk ke bentuk lain. Pencetus teori
evolusi yang terkenal adalah J.B De Lamarck (1774-1829 M), Charles Darwin (1809-1882
M), dan Alfred Russel Wallace (1823-1913 M).

Lamarck, seorang ahli botani kelahiran prancis dijuluki sebagai “Bapak Evolusi”. Teori
Lamarck menyebutkan bahwa, “makhluk hidup mewariskan sifat-sifat yang mereka peroleh
selama hdup ke generasa berikutnya”.

Darwin tidak pernah menganyam pendidikan formal di bidang biologi. Ia hanya meimliki
ketertarikan amatir pada alam dan makhluk hidup. Minat tersebut mendorongnya bergabung
secara sukarela dalam ekspedisi pelayaran dengan sebuah kapal bernama H.M.S. Beagle.
Dimana kapal tersebut berangkat dari Inggris tahun 1832 dan mengarungi berbagai belahan
dunia selama lima tahun. Darwin muda sangat takjub melihat beragam jenis spesies makhluk
hidup, terutama jenis-jenis burung finch tertentu di kepulauan Galapagos. Ia mengira bahwa
variasi pada paruh burung-burung tersebut disebabkan oleh adaptasi mereka terhadap habitat.

Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal usul kehidupan dan spesies berdasarkan
pada konsep “adaptasi terhadap lingkungan”. Menurut Darwin (Hart, 1987:113): “Aneka
spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal dari
nenek moyang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat
kondisi alam”. Darwin menamakan proses ini “evolusi melalui seleksi alam”. Dalam bukunya
The Origin of Species, Charles Darwin mengatakan: “Semua spesies berasal dari satu nenek
moyang yang sama melalui proses yang terjadi secara kebetulan.”

Namun, teori Seleksi Alam pertama kali dicetuskan Alfred Wallace. Beliau mencetuskan
teori tersebut setelah penelitiannya di Pulau Ternate, Nusantara. Yang kemudian, disana pula
ia menemukan garis imajiner atau yang disebut dengan Garis Wallace. Dikarenakan aspek
keuangan, Wallace memberikan catatan tentang penelitiannya kepada Darwin. Seleksi Alam
membahas seputar gagasan bahwa makhluk hidup paling kuat menyesuaikan diri dengan
kondisi alam habitatnya akan hidup, sebaliknya yang tidak mampu akan punah.

2. Evolusionis dan Kreasionisme


Teori-teori evolusi ini, terutama teori Darwin banyak menimbulkan perdebatan. Sehingga
timbullah kelompok evolusionis yang mendukung teori evolusi (Darwin), dan kelompok
kreasionisme yang menentang teori ini.

Kebanyakan orang menerima apa pun yang mereka peroleh dari ilmuwan sebagai
kebenaran sejati. Tidak terlintas dalam pikiran mereka bahwa ilmuwan pun mungkin
memeiliki berbagai prasangka filosofis atau ideologis. Pada kenyataannya, ilmuwan
evolusionis telah memaksakan prasangka dan pandangan filosofis mereka kepada masyarakat
luas dengan kedok keilmuwan.

Pertama kali penolakan terhadap teori evolusi dikumandangkan oleh Jamaludin Al-
Afghani melalui karyanya Refutation Of The Materialists (1881). Begitu juga dengan Samuel
Wilber Force pada saat pertemuan British Association Darwin for the Advancement of
Science yang diadakan di Oxford University Museum pada tahun 1860 M. Muhammad
Quthub juga menolak teori Darwin dengan menegaskan bahwa manusia mempunyai ciri
khas psikologi yang sama sekali tidak dimiliki oleh kera. Ciri-ciri tersebut adalah:

1) Kemampuan berpikir secara khusus dan umum.


2) Kesatuan nisbi dari tindakan rasionalnya yang tidak dimiliki oleh hewan
3) Adanya kelompok-kelompok kesatuan sosial

Menyadari hal ini, Darwin mengakui ada banyak permsalahan yang tidak mampu
dijelaskannya dalam bukunya pada bab berjudul “Difficulties of the Theory”. Namun seiring
berjalannya waktu, kemajuan ilmu pengetahuan telah meruntuhkan semua mitos ini dan
mengungkapkan bahwa makhluk hidup adalah karya penciptaan yang paling unggul.

3. Kritik Islam terhadap Teori Evolusi


Materialisme

Teori evolusi ternyata telah menjadi pondasi sebuah filsafat menyesatkan sebagian besar
manusia, yaitu “materialism”, yang mengandung sejumlah pemikiran penuh kepalsuan
tentang mengapa dan bagaimana manusia muncul di muka bumi. Materalisme mengajarkan
bahwa tidak ada sesuatu pun selain materi dan materi adalah sesnsi dari segala sesuatu, baik
yang hidup maupun yang tidak hidup. Berawal dari pemikiran ini, materialism mengingkari
keberadaan Sang Maha Pencipta, yaitu Allah. Dengan mereduksi segala sesuatu ke tingkat
materi, teori ini mengubah manusia menjadi makhluk yang hanya berorientasi kepada materi
dan berpaling dari nilai-nilai moral. Ini adalah awal dari bencana besar yang akan menimpa
hidup manusia.

Kerusakan ajaran materialisme tidak hanya terbatas pada tingkat individu. Ajaran ini juga
mengarah untuk meruntuhkan nilai-nilai dasar suatu negara dan masyarakat dan menciptakan
sebuah masyarakat tanpa jiwa dan rasa sensitif, yang hanya memperhatikan aspek materi.
Satu lagi kejahatan materialisme adalah dukungannya terhadap ideologi-ideologi anarkis dan
bersifat memecah belah, yang mengancam kelangsungan kehidupan bernegara dan
berbengasa. Komunisme, ajaran terdepan di antara ideologi-ideologi ini, merupakan
konsekuensi politis alami dari filsafat materialisme.

Contohnya salah seorang ahli biologi evolusionis ternama di Turki yang melihat tujuan
dari penilaian akibat keyakinan buta ini. Ilmuwan ini membahas probabilitas pembentukan
secara kebetulan sitokrom-C. Bagi ilmuwan ini, menerima sebuah kemungkinan yang
“mendekati nol” lebih ilmiah daripada menerima fakta penciptaan. Padahal menurut pedoman
ilmiah, jika terdapat dua alternatif penjelasan tentang suatu kejadian dan salah satunya
memiliki kemungkinan yang “mendekati nol”, maka yang benar adalah alternatif lainnya.
Namun pendekatan materi alistis dogmatis ini melarang pengakuan terhadap Pencipta Yang
Maha Agung. Sudut pandang materialistis dogmatis menjadi penyebab banyaknya ilmuwan
ternama yang ateis.

Masalah psikis orang-orang yang tidak beriman telah ada sepanjang sejarah. Dalam Al-
Qur’an dinyatakan: “Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-
orang yang telah mati berbicara dengan mareka dan Kami kumpulkan (pula) segala
sesuatu ke hadapan mereka niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah
menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (Q.S. al-An’am(6) : 111)

Sebagaimana dijelaskan ayat tersebut, pemikiran dogmatis para evolusionis bukan sesuatu
yang baru, bahkan bukan karakteristik mereka saja. Nyatanya, apa yang dipertahankan
ilmuwan evolusionis bukanlah pemikiran ilmiah modern, melainkan kebodohan yang telah
mendarah daging sejak zaman masyarakat penyembah berhala yang tidak beradab. Aspek
kejiwaan yang sama disebutkan juga dalam ayat lain: “Dan jika seandainya Kami
membukakan kepada mereka salah satu dari pintu-pintu langit, lalu mereka terus-
menerus naik ke arasnya, tentulah mereka berkata: ‘Sesungguhnya pandangan kamilah
yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang-orang yang terkena sihir’.” (Q.S. al-Hijr(15)
: 14-15)

Asal usul kehidupan

Evolusionis menyatakan bahwa makhluk hidup membentuk diri mereka sendiri secara
mandiri dari benda mati, atau yang dimaksud dengan “kebetulan”. Namun, dalam ilmu
biologi hal ini tidak mungkin terjadi sebab benda mati tidak dapat memunculkan kehidupan.
Menurut Harun Yahya, hal itu hanyalah bentuk kepercayaan takhayul sejak abad pertengahan
yang disebabkan oleh pemahaman primitive di zaman Darwin.

Ilmiahnya, protein adalah molekul pembangun sel. Protein terbuat dari molekul-molekul
yang lebih kecil yaitu, asam amino. Setiap protein memiliki urutan asam amino tertentu dan
urutan ini harus benar-benar tepat. Urutan ini berdasarkan perintah yang disimpan dalam
DNA sel. Namun, nampaknya hal ini sangat tidak mungkin untuk dapat terbentuk secara
“kebetulan”. Dan setiap sel hidup terbentuk dari penggandaan sel hidup lainnya. Itu artinya,
sel sebelumnya itu diciptakan bukan secara kebetulan. Sebab isi di dalam sel yang begitu
kompleks dan rumit. Hukum “kehidupan muncul dari kehidupan sebelumnya” telah
menggugurkan teori evolusi. Dan dalam Al-Qur’an disebutkan, “Dia mengeluarkan yang
hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup.” (QS. Ar-Rum (30):
19)

Bahkan di dalam Al-Qur’an disebutkan dengan sangat mengesankan tahap demi tahap
penciptaan makhluk hidup, yang dapat dilihat dalam Q.S.Al-Anbiyaa (21):30, Q.S. AnNur
(24):45, Q.S.Thaha (20):53, dan Q.S. Nuh (71):14. Ketika Alquran menguraikan tentang
proses penciptaan manusia pertama, Alquran menunjuk kepada sang Pencipta
denganmenggunakan pengganti nama bentuk tunggal, sebagaimana dalam Q.S. Shaad (38):71
yang artinya berbunyi; “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah”.
Selanjutnya dalam Q.S. Shaad (38) :75; “Apa yangmenghalangi kamu (Iblis) sujud kepada
apa yang Aku ciptakandengan kedua tangan-Ku ?”. Tetapi, ketika berbicara tentang
prosespenciptaan manusia secara umum, Allah Yang Maha Penciptaditunjuk dengan
menggunakan bentuk jamak. Dalam Q.S. At-Tiin(95) : 4 dinyatakan, “Sesungguhnya kami
telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

Al-Quran tidak menguraikan secara rinci proses kejadian Adam,namun mayoritas ulama
dinamai manusia pertama. Yangdisampaikannya dalam konteks ini hanyalah:

a. Bahan awal manusia dari tanah.


b. Bahan tersebut disempurnakan.
c. Setelah proses penyempurnaan selesai, ditiupkan kepadanyaruh Ilahi (Q.S. Al-Hijr
{15}:28-29); (Q.S. Shaad {38}:71-72).

Dalam hadis Rasulullah SAW, disebutkan bahwa: “Setiaporang diantaramu diciptakan


dalam rahim ibunya dari setetes“nuthfah” selama empat puluh hari, lalu dia menjadi
“alaqah”selama kurun waktu yang sama, kemudian menjadi“mudghah”(seperti makanan
yang dikunyah) selama kurun waktuyang sama juga. Kemudian Allah mengutus Malaikat
datangkepadanya dengan membawa empat perintah. Sang malaikat itudiperintahkan untuk
menuliskan rezeki, usia, amal-perbuatan danakhir nasibnya bahagia atau sengsara, lantas
meniupkan ruhkepadanya. (HR Bukhari, 1971:152).

Hadis lain disebutkan: Ketika “nuthfah” telah berusia empatpuluh hari, Allah mengutus
malaikat yang membentuknya,menciptakan pendengaran, pengelihatan, kulit, daging dan
tulangnya,lalu bertanya, Tuhanku, apakah dia laki-laki atau perempuan.(HRMuslim,
1993:45).

Neo-Darwinisme

Teori Darwin jatuh terpuruk dalam krisis karena hukum-hukum genetika yang ditemukan
pada perempat pertama abad ke-20. Meskipun begitu, sekelompok ilmuwan yang bertekad
bulat tetap setia kepada Darwin berusaha mencari jalan keluar. Mereka berkumpul dalam
sebuah pertemuan yang diadakan oleh Geological Society of America pada tahun 1941.
Dalam pertemuan terserbut, mereka berfokus kepada pertanyaan tentang asal usul variasi
menguntungkan yang diasumsikan menjadi penyebab makhluk hidup berevolusi (sebuah
masalah yang tidak mampu dijelaskan oleh Darwin sendiri dan dielakkan dengan bergantung
kepada teori Lamarck).
Gagasan mereka kali ini adalah “mutasi acak (Random Mutations)”. Mereka menamakan
teori baru ini “Teori Evolusi Sintesis Modern (The Modern Synthetic Evolution Theory)”,
yang dirumuskan dengan menambahkan konsep mutasi pada teori seleksi alam Darwin.
Dalam waktu singkat, teori ini dikenal sebagai “Neo-Darwinisme” dan mereka yang
mengemukakannya disebut “neo-Darwinis”.

Modal Neo-Darwinis, menyatakan bahwa kehidupan telah mengalami perubahan atau


berevolusi melalui dua mekanisme alamiah, yaitu Seleksi Alam dan Mutasi. Dasar teori ini
sebagai berikut: seleksi alam dan mutasi adalah dua mekanisme yang saling melengkapi.
Modifikasi evolusioner berasal dari mutasi secara acak yang terjadi pada struktur genetis
makhluk hidup. Sifat-sifat yang ditimbulkan oleh mutasi kemudian diseleksi melalui
mekanisme seleksi alam dan dengan demikian makhluk berevolusi.

Akan tetapi jika teori ini kita teliti lebih jauh, ternyata mekanisme evolusi semacam ini
tidak ada sama sekali, sebab tidak ada kontribusi dari seleksi alam maupun mutasi kepada
pernyataan bahwa beragam spesies telah berevolusi dan berubah dari satu spesies menjadi
spesies yang lain.

Seleksi Alam

Darwin mendefinisikan seleksi alam sebagai “mekanisme yang menjaga agar spesies
tidak berubah tanpa menjadi rusak”. Seleksi alam membahas seputar gagasan bahwa makhluk
hidup paling kuat adalah yang paling mampu menyesuaikan diri dengan tempat hidup maka
mereka akan tetap hidup. Darwin adalah orang pertama yang mengemukakan bahwa seleksi
alam memiliki kekuatan evolusi.

Akan tetapi, sejak masa Darwin, tidak pernah dikemukakan sebuah bukti pun yang
menunjukkan bahwa seleksi alam telah menyebabkan makhluk hidup berevolusi. Seleksi
alam sama sekali tidak memberikan kontribusi kepada teori evolusi. Sebab mekanisme ini
tidak pernah mampu menambah atau memperbaiki informasi genetis suatu spesies. Seleksi
alam juga tidak dapat mengubah satu spesies menjadi spesies lain.

Seleksi alam hanya mengeliminir individu-individu suatu spesies cacat, lemah atau tidak
mampu beradaptasi dengan habitatnya. Mekanisme ini tidak dapat menghasilkan spesies
baru, atau organ-organ baru. Dengan demikian, seleksi alam tidak mampu menyebabkan
apapun berevolusi.

Mutasi

Mutasi didefinisikan sebagai pemutusan atau penggantian yang terjadi pada molekul
DNA, yang terdapat dalam inti sel makhluk hidup dan berisi semua informasi genetis.
Pemutusan atau penggantian ini diakibatkan pengaruh luar seperti radiasi. Setiap mutasi
adalah ‘kecelakaan’ dan merusak nukleotida yang membangun DNA atau mengubah
posisinya.

Mutasi, yang sering dijadikan tempat berlindung evolusionis, bukan tongkat sihir yang
dapat mengubah makhluk hidup ke bentuk yang lebih maju dan sempurna. Setiap upaya
untuk menghasilkan mutasi yang menguntungkan berujung kepada kegagalan. Selama
puluhan tahun, evolusionis melakukan berbagai percobaan untuk menghasilkan mutasi pada
lalat buah, karena serangga ini berproduksi sangat cepat sehingga mutasi akan muncul
dengan cepat pula. Dari generasi ke generasi lalat ini telah dimutasikan, namun mutasi yang
menguntungkan tidak pernah dapat dihasilkan.

Ada tiga alasan utama mengapa mutasi tidak dapat dijadikan bukti yang mendukung
pernyataan evolusionis:

1) Efek langsung dari mutasi membahayakan.


Mutasi terjadi secara acak, karenanya mutasi hampir selalu merusak makhluk
hidup yang mengalaminya. Logika mengatakan bahwa intervensi secara tak sengaja
pada sebuah struktur sempurna dan kompleks tidak akan memperbaiki struktur
tersebut, tetapi merusaknya.
2) Mutasi tidak menambahkan informasi baru pada DNA suatu organisme.
Partikel-partikel penyusun informasi genetika terenggut dari tempatnya, rusak atau
terbawa ke tempat lain. Mutasi tidak dapat memberi makhluk hidup organ atau sifat
baru. Mutasi hanya mengakibatkan ketidaknormalan.
3) Agar dapat diwariskan pada generasi selanjutnya, mutasi harus terjadi pada sel-sel
reproduksi organisme tersebut.
Perubahan acak yang terjadi pada sel biasa atau organ tubuh tidak dapat diwariskan
kepada generasi selanjutnya. Sebagai contoh, mata manusia yang berubah akibat efek
radiasi atau sebab lain, tidak akan diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Kesimpulan
Evolusi lebih merupakan sebuah kepercayaan (atau tepatnya keyakinan) karena mereka
tidak mempunyai bukti satu pun untuk teori mereka. Mereka tidak pernah menemukan satu
pun bentuk peralihan, seperti makhluk setengah reptil-setengah ikan, atau lainnya. Mereka
tidak mampu membuktikan bahwa satu protein, atau bahkan satu molekul asam amino
penyusun protein dapat terbentuk dalam kondisi yang mereka sebut sebagai kondisi bumi
purba.

Banyak spesies di bumi ini yang mirip satu sama lain, salah satu contohnya manusia dan
kera, yang banyak menarik perhatian. Ketertarikan ini menjadi sangat ekstrem sehingga
membuat beberapa orang mempercayai tesis palsu evolusi. Terlepas dari kemiripan tampilan,
ada perbedaan sangat besar antara manusia dan kera. Jiwa merupakan perbedaan paling
penting yang jauh memisahkan manusia dengan makhluk-makhluk lain.

Kenyataannya telah jelas dan terbukti. Seluruh kehidupan merupakan karya agung yang
dirancang sempurna. Ini selanjutnya memberikan bukti lengkap bagi keberadaan Pencipta,
Pemilik kekuatan, pengetahuan dan kecerdasan yang tak terhingga. Pencipta itu adalah Allah,
Tuhan langit dan bumi, dan segala sesuatu di antaranya.
Daftar Pustaka
Darwin, Charles. 2007. The Origin of Spesies, (terj). Tim Pusat Penerjemah
UniversitasNasional, Jakarta: Yayasan Obor IndonesDarwin.

Khadafi, Muhammad. 2008. Kritik dan Pandangan Harun Yahya Terhadap Teori Evolusi
Manusia (Evolusionisme). Yogyakarta.

Syafi’i, Ahmad. 2006. Kritik Islam atas Teori Evolusi Darwin (Suatu Kajian Tentang Asal-
usul Kehidupan Manusia). Jurnal Hunafa. Vol,03. No,03.

Yahya, Harun. 2003. End of Darwinism (terj. Menyibak Tabir Evolusi). Jakarta: PT.
Globalmedia Cipta Publishing

Yahya, Harun. 2003. The Collapse of the Theory of Evolution in 20 Questions (terj.
Runtuhnya Teori Evolusi dalam 20 Pertanyaan). Surabaya: Risalah Gusti

Yahya, Harun. 2001. The Evolution Deceit (Terj. Keruntuhan Teori Evolusi). Bandung:
Dzikra

Anda mungkin juga menyukai