Anda di halaman 1dari 5

Studi kasus Perjuangan Kemerdekaan Palestina saat ini dari sudut pandang pelanggaran HUKUM

HAMANITERA dan upaya Palestina menggunakan HUKUM DIPLOMATIK dalam rangka


mengejar atau mendapatkan kepentingannya melalui REZIM INTERNASIONAL

1.1 Latar Belakang


Beberapa bulan terakhir ini (sejak tanggal 27 Desember 2008 – 20 Januari 2009), dunia
internasional dikejutkan dengan adanya serang- an melalui pemboman lewat udara maupun darat yang
dilakukan oleh Israel terhadap Palestina di Jalur Gaza. Serangan ini sebenar- nya ditujukan untuk
melumpuhkan pejuang Hamas (Harakat al Muwaqawwamatul Islamiyah) atau secara harwiyah disebut
Gerakan Perlawanan Islam agar menghentikan serangan roketnya ke Israel serta menghentikan suplai
senjata HAMAS yang dikirim melalui terowong- an-terowongan bawah tanah.
Hamas dicap sebagai organisasi teroris, oleh Israel, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Namun oleh
pendukungnya, organisasi itu dianggap sebagai kekuatan perjuangan yang sah untuk membela Palestina
dari pendudukan brutal militer Yahudi. Akibat dari serangan yang berlangsung selama 22 hari tersebut
sekitar 1434 penduduk Palestina tewas menjadi korban. Korban pen- duduk sipil berjumlah 960, 239 polisi
dan 235 pejuang Hamas. Dari 960 penduduk sipil yang tewas terdiri dari 288 anak, 121 wanita, dan 409
penduduk sipil selain wanita dan anak- anak. Menurut data dari Departemen Kesehatan Palestina, korban
luka-luka mencapai 5303 yang terdiri dari 1606 anak-anak dan 828 Wanita.1 Sebagi-an besar penduduk
sipil men- jadi korban atas serangan yang membabi buta. Kerusakan rumah diderita oleh 6000 kepala
keluarga yang mengalami rusak ringan dan 10.000 kepala keluarga mengalami rusak parah. Kerugian
diperkirakan mencapai 2,2 milyar dollar AS. Di samping itu penduduk juga mengalami kesulitan untuk
mengungsi dan menerima bantuan kemanusiaan karena adanya blokade di perbatasan Palestina dan Mesir.
Serangan Israel juga telah menghancurkan rumah-rumah, masjid dan kantor lembaga bantuan PBB dan
infra-struktur lain.
Sebagian besar negara di berbagai belahan dunia, terutama negara-negara yang sebagian besar
penduduknya beragama islam mengutuk agresi Israel ke Palestina. Bahkan badan Hak Asasi Manusia di
Israel sendiri mengecam tindakan tersebut. Para pembela hak-hak asasi manusia internasional dengan tegas
me-nyatakan bahwa agresi ini merupakan kejahatan perang. Selain itu Israel dalam erangannya ke Palestina
juga telah mengakui menggunakan senjata kimia yaitu bom fosfor putih yang sebenarnya telah ada
pelarangan menggunakan sen-jata tersebut karena akan merugikan penduduk sipil. Hal ini terlihat dari
bangunan yang hancur dan luka bakar yang sangat parah dari para korban.
Atas situasi tersebut, negara-negara yang tergabung dalam Liga Arab segera mengadakan
pertemuan untuk membahas tindakan apa yang harus segera ditempuh untuk menyelesaiakan konflik.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengeluarkan Resolusi No 1860/2009 agar para pihak yang berperang
segera mengadakan gencatan senjata, namun para pihak tidak menghiraukan resolusi tersebut. PBB juga
telah mengakui bahwa blokade Israel terhadap Gaza merupakan kejahatan perang. Organisasi Kon- ferensi
Islam juga menuntut penyelidikan atas kejahatan perang Israel. Masyarakat inter- nasional bertanya-tanya
mengapa PBB sebagai organisasi inter-nasional yang berwenang untuk menyelesaikan masalah yang
mengganggu per- damaian dan keamanan internasional tidak dapat segera bertindak. Berdasarkan

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas, sebagai berikut:
1. Bagaimana Perjuangan Kemerdekaan Palestina saat ini dari sudut pandang pelanggaran
HUKUM HAMANITERA ?
2. Bagaimana Upaya Palestina menggunakan HUKUM DIPLOMATIK dalam rangka mengejar

1
atau mendapatkan kepentingannya melalui REZIM INTERNASIONAL ?

1.4 Perjuangan Kemerdekaan Palestina saat ini dari sudut pandang pelanggaran HUKUM
HAMANITERA
Dengan mengetahui prinsip-prinsip dalam hukum humaniter dan prinsip yang terkandung dalam
Piagam PBB, jelas bahwa agresi Israel telah melanggar prinsip-prinsip dalam hukum humaniter. Agresi
Israel ke Palestina selama 22 hari telah mengakibatkan korban penduduk sipil sekitar 1443 orang tewas
dan 5000 orang luka- luka. Hal ini bertentangan dengan prinsip ke- manusiaan. Prinsip kemanusiaan dan
perlin- dungan terhadap penduduk sipil telah lama dikenal dalam membatasi korban karena peperangan.
Alasan yang mendorong untuk diadakan pembatasan dalam perang, yaitu:
a. adanya kenyataan bahwa kerugian yang di timbulkan oleh perang terhadap kemanusia- an
menuntut diadakan pembatasan dalam melaksanakan perang
b. Kekejaman yang dilakukan karena perang terhadap manusia adalah bertentanga dengan
peradaban manusia yang menuntut diadakan pembatasan perang sesuai dengan martabat
manusia
c. Adanya pengaruh faham perikemanusiaan dalam perang
Dalam Protokol Tambahan (selanjutnya disingkat PT) I Tahun 1977 Bab IV mengatur tentang
Penduduk Sipil. Pasal 50 PT I tahun 1977 ini secara tegas membedakan orang-orang sipil dan pen-duduk
sipil. Pasal 48 menentukan: pihak-pihak dalam sengketa harus membedakan antara penduduk sipil dan
kombatan dan antara objek sipil dan sasaran militer, dan karenanya harus mengarahkan operasinya hanya
terhadap sasaran militer saja.
Pasal 53 menentukan perlindungan bagi objek-objek budaya dan tempat pemujaan. Perlindungan
terhadap objek-objek yang di perlukan untuk kelangsungan hidup penduduk sipil diatur dalam Pasal 54.
Pihak yang bersengketa dilarang menimbulkan kelaparan sampai mati pada orang-orang sipil sebagai
suatu cara berperang. Pasal 56 menentukan perlindungan terhadap bendungan, tanggul, pusat pembangkit
tenaga listrik tidak boleh dijadikan sasaran perang.
Israel juga telah melanggar prinsip pembedaan, dimana dalam serangannya tidak mem- bedakan
antara penduduk sipil dan kombatan serta antara objek-objek militer dan objek- objek sipil yang tidak
boleh dijadikan sasaran serangan militer. Sebagian besar korban yang tewas adalah penduduk sipil yang
mencapai jumlah 960 jiwa. Selain itu Israel telah meng- hancurkan objek-objek sipil antara lain, rumah
penduduk sipil, rumah sakit, sekolah- sekolah, gedung PBB, instalasi listrik dan air, bahkan tempat ibadah.
Berkaitan dengan pelanggaran prinsip perikemanusiaan yang lain yaitu adanya larang- an untuk
menimbulkan luka yang berlebihan. Israel telah menggunakan bom fosfor putih yang menimbulkan luka
yang berlebihan bagi pen- duduk sipil. Bom fosfor putih mengakibatkan luka bakar yang parah sampai
menembus tulang manusia. Bom fosfor putih merupakan senjata yang telah dilarang digunakan dalam
perang (Yuliantiningsih, 2009).

1.4 Upaya Palestina menggunakan HUKUM DIPLOMATIK dalam rangka mengejar atau
mendapatkan kepentingannya melalui REZIM INTERNASIONAL
Dalam konteks hubungan internasional, politik luar negeri sebuah negara selalu
dipengaruhi oleh kebijakan politik dalam negerinya. Artinya, segala kebijakan politik luar negeri
yang terbangun tidak akan terlepas dari aspek kebijakan dalam negeri. Indonesia adalah salah satu negara
yang mengadopsi konsep kebijakan politik luar negerinya berdasarkan kepentingan politik dalam negeri.
Dalam konstitusi undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia dijelaskan bahwa politik luar negeri
Indonesia adalah politik yang bebas aktif.Bebas berarti bahwa tidak terikat oleh sebuah idiologi atau
politik negara asing maupun blok-blok negara tertentu. Sedangkan Aktif berarti bahwa berperan aktif

2
dalam menjaga perdamaian dunia serta mengembangkan prinsip kebebasan, persamaan, kerjasama
internasional dengan menghormati kedaulatan negara-negara lain.
Prinsip bebas aktif inilah yang menjadi ruh atau semangat perjuangan Indonesia untuk
mengembangkan perannya di konteks internasional. Salah satu negara yang menjadi fokus Indonesia
dalam memperjuangankan hak kemerdekaannya adalah Palestina.Indonesia telah lama menjalin hubungan
diplomasi dengan Palestina.Sejarah mencatat bahwa salah satu negara di Timur Tengah yang mendukung
dan memberikan pengakuannya kepada Indonesia pasca proklamasi adalah Palestina.
Komitmen Indonesia dalam menentang kolonialisme dan imperialisme telah ditegaskan oleh para
pemimpin bangsa sejak diraihnya kemerdekaan Negara Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Pengalaman masa penjajahan kurang lebih 350 tahun telah mengajarkan kepada bangsa Indonesia akan
pahitnya hidup di bawah kolonisasi bangsa lain. Melalui pengalaman ini, Indonesia menyadari bahwa
pentingnya sebuah negara yang lepas dari penjajahan adalah sebuah hak yang harus didapatkan oleh negara
itu sendiri. Selain itu, Indonesia dengan prinsip bahwa penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan menentang setiap penjajahan, salah satunya adalah apa yang dilakukan Israel terhadap
Palestina. Pendudukan Israel terhadap Palestina merupakan salah satu bagian dari penjajahan yang
tidak berperikemanusiaan. Konflik yang terjadi antara Israel dengan Palestina menjadi konflik
yang berkepanjangan.Di mana konflik ini melibatkan banyak hal termasuk melibatkan negara- negara di
luar Israel dan Palestina.Konflik Israel-Palestina merupakan konflik yang memperebutkan wilayah salah
satunya adalah wilayah Jerusalem. Jerusalem merupakan kota suci tiga agama samawi yakni Yahudi,
Kristen dan Islam.
Selain sebagai kota suci, Jerusalem juga merupakan kota dengan sumber peradaban yang tinggi.
Perpaduan tiga agama samawi menjadikan Jerusalem sebagai salah satu daerah di Timur Tengah yang
diperebutkan antara Israel dan negara Arab (Palestina) yang pada akhirnya berujung konflik. Kronologi
konflik pertama kali antara Israel dan Palestina dalam sejarah dimulai pada 1917-1947 di mana pada masa
pemerintahan Inggris di Palestina dengan Jerusalem sebagai pusat pemerintahannya.
Melalui deklarasi inilah yang pada akhirnya Inggris menyerahkan mandat Palestina
kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kemudian, PBB mengusulkan pembagian dua negara
yakni Yahudi dan Arab (Palestina). Hingga pada tahun 1948, sebuah deklarasi berdirinya Israel sebagai
sebuah entitas negara. Hal inilah yang menandai terjadinya peranguntuk pertama kalinya antara Israel
dengan Palestina dan berakhir tahun 1949 dalam waktu sementara.
Seiring dengan perkembangan zaman, konflik Israel Palestina semakin massif. Hal ini ditandai
terjadinya perang lima hari antara Israel dan Arab. Hingga PBB mengeluarkan dua resolusi yang
menyerukan kepada Israel agar menghentikan segala aksi yang akan mengubah status Jerusalem (“RI jalin
langkah tekan Trump,” 2017). Peranan PBB dalam menciptakan perdamaian di Timur Tengah menjadi
salah satu pengharapan dalam membangun konsep perdamaian di Timur Tengah yang berujung dengan
perjanjian Oslo. Hingga pada 7 Desember 2017, sebuah pengakuan sepihak dari Amerika Serikat (AS)
yang disampaikan oleh Presiden AS, Donald Trump yakni mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel dan
akan memindahkan kantor kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Jerusalem. Sebuah pengakuan yang
memberikan implikasi yang besar terhadap perdamaian dunia di Timur Tengah.
Hadirnya Amerika dalam kontekstasi pergulatan di Timur Tengah, memberikan pola dan struktur
politik yang berbeda. Amerika Serikat yang dulunya menyatakan diri sebagai negara dengan pembawa
pesan damai dan juga dikenal sebagai negara pembawa demokrasi di mana unsur keadilan dan perdamaian
menjadi salah satu bagian yang tak terpisahkan, kini berubah menjadi negara dengan membawa unsur
gejolak konflik di Timur Tengah di masa pemerintahan Donald Trump. Tentu, dalam konteks politik luar
negeri sebuah negara akan selalu berbeda di setiap rezim yang lahir. Jack C. Plano dan Roy Alton
menjelaskan bahwa terdapat limafaktor yang paling menentukan proses pembuatan keputusan yaitu Self-

3
Preservation, Security, National Well-being, Protection and advancement of technology, and The pursuit
of Power. Amerika Serikat merupakan negara yang menerapkan konsep dari kelima ini untuk menjalankan
politik luar negerinya.
Dilihat dari sejarahnya, Timur Tengah merupakan salah satu kawasan yang memiliki posisi yang
sangat strategis, sehingga barang siapa yang menguasainya akan mempunyai kedudukan strategis di dunia,
keunikannya geopolitik dan geostrateginya diakui oleh negara- negara besar. Hal ini mengemuka pasca
Perang Dunia II, situasi global saat itu ditandai oleh dominasi politik dan ekonomi negara-negaraindustri
besar serta perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Dan kawasan Timur Tengah
muncul sebagai kekuatan baru sekaligus “obyek” penting yang mulai diperhitungkan dalam konstelasi
politik dunia (Satris, 2019).

1.5 Kesimpulan
Dari pemaparan ulasan diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan mengetahui prinsip-prinsip dalam
hukum humaniter dan prinsip yang terkandung dalam Piagam PBB, jelas bahwa agresi Israel telah
melanggar prinsip-prinsip dalam hukum humaniter. Alasan yang mendorong untuk diadakan pembatasan
dalam perang, yaitu: adanya kenyataan bahwa kerugian yang di timbulkan oleh perang terhadap
kemanusia- an menuntut diadakan pembatasan dalam melaksanakan perang dan kekejaman yang
dilakukan karena perang terhadap manusia adalah bertentanga dengan peradaban manusia yang menuntut
diadakan pembatasan perang sesuai dengan martabat manusia serta adanya pengaruh faham
perikemanusiaan dalam perang.
Israel juga telah melanggar prinsip pembedaan, dimana dalam serangannya tidak mem- bedakan
antara penduduk sipil dan kombatan serta antara objek-objek militer dan objek- objek sipil yang tidak
boleh dijadikan sasaran serangan militer.
Indonesia adalah salah satu negara yang mengadopsi konsep kebijakan politik luar negerinya
berdasarkan kepentingan politik dalam negeri. Dalam konstitusi undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia dijelaskan bahwa politik luar negeri Indonesia adalah politik yang bebas aktif. Bebas berarti
bahwa tidak terikat oleh sebuah idiologi atau politik negara asing maupun blok-blok negara tertentu.
Salah satu negara yang menjadi fokus Indonesia dalam memperjuangankan hak kemerdekaannya
adalah Palestina.Indonesia telah lama menjalin hubungan diplomasi dengan Palestina.Sejarah mencatat
bahwa salah satu negara di Timur Tengah yang mendukung dan memberikan pengakuannya kepada
Indonesia pasca proklamasi adalah Palestina.
Konflik yang terjadi antara Israel dengan Palestina menjadi konflik yang berkepanjangan. Di mana
konflik ini melibatkan banyak hal termasuk melibatkan negara- negara di luar Israel dan Palestina.Konflik
Israel-Palestina merupakan konflik yang memperebutkan wilayah salah satunya adalah wilayah Jerusalem.
Perpaduan tiga agama samawi menjadikan Jerusalem sebagai salah satu daerah di Timur Tengah yang
diperebutkan antara Israel dan negara Arab (Palestina) yang pada akhirnya berujung konflik.
Amerika Serikat yang dulunya menyatakan diri sebagai negara dengan pembawa pesan damai dan
juga dikenal sebagai negara pembawa demokrasi di mana unsur keadilan dan perdamaian menjadi salah
satu bagian yang tak terpisahkan, kini berubah menjadi negara dengan membawa unsur gejolak konflik di
Timur Tengah di masa pemerintahan Donald Trump. Dilihat dari sejarahnya, Timur Tengah merupakan
salah satu kawasan yang memiliki posisi yang sangat strategis, sehingga barang siapa yang menguasainya
akan mempunyai kedudukan strategis di dunia, keunikannya geopolitik dan geostrateginya diakui oleh
negara- negara besar.

4
DAFTAR PUSTAKA

Satris, R. (2019). Peranan Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Palestina Pasca Pengakuan Jerusalem
Sebagai Ibu Kota Israel. Politea: Jurnal Pemikiran Politik Islam, 2(2), 161.
https://doi.org/10.21043/politea.v2i2.5884
Yuliantiningsih, A. (2009). Agresi Israel Terhadap Palestina Perspektif Hukum Humaniter Internasional.
Jurnal Dinamika Hukum, 9(2), 110–118. https://doi.org/10.20884/1.jdh.2009.9.2.219

Anda mungkin juga menyukai