Anda di halaman 1dari 4

PERAN PEMUDA DALAM MASALAH KEMANUSIAN DAN HAM

Pembahasan mengenai hak asasi manusia (HAM) terus muncul dalam perbincangan
sehari-hari, baik dalam skala nasional maupun internasional. Hal ini dikarenakan setiap
individu memiliki hak-haknya sendiri yang perlu diperjuangkan dan dijaga. HAM dianggap
sebagai nilai universal yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Faktanya, HAM didukung
oleh instrumen internasional yang menetapkan lembaga-lembaga sebagai pengawas dan
pelindung HAM. Secara historis, akar HAM dapat ditelusuri kembali ke abad ke-20, di mana
hak-hak individu yang sebelumnya dianggap sebagai hak kodrati kemudian diubah menjadi
hak hukum. Peristiwa kekejaman yang dilakukan oleh rezim Nazi selama Perang Dunia II
mendorong komitmen internasional melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk
menyusun peraturan internasional yang adil dan menyeluruh guna melindungi hak asasi
manusia di bawah naungan PBB.

Dapat dipahami bahwa hukum internasional adalah serangkaian peraturan dan


ketentuan yang mengatur hubungan antara negara-negara dan subjek hukum lain di dalam
masyarakat internasional. Seiring dengan perkembangan abad ke-20, definisi ini telah meluas
untuk mencakup hubungan kerjasama dan ketergantungan yang meningkat antar negara, serta
organisasi internasional yang semakin banyak. Hukum internasional tidak hanya mengatur
negara-negara, tetapi juga subjek hukum lain seperti organisasi internasional, kelompok
supranasional, dan gerakan pembebasan nasional. Perkembangan ini juga telah menyebabkan
penerapan hukum internasional terhadap individu dalam hubungannya dengan negara-negara.
Kaidah atau norma-norma hukum internasional menetapkan hak dan kewajiban bagi subjek
hukum internasional, termasuk negara, lembaga dan organisasi internasional, serta individu
dalam situasi tertentu. Hukum internasional saat ini tidak hanya terkait dengan perdamaian
dan keamanan, tetapi juga mencakup isu-isu politik, dekolonisasi, ekonomi, teknologi,
lingkungan, dan HAM. Hal ini bertujuan untuk mencapai kesejahteraan, keselarasan, dan
kehidupan yang harmonis di antara berbagai negara. Namun, hingga saat ini perdebatan
seputar HAM belum menemui penyelesaian yang efektif di mana banyak isu terkait HAM
masih mengalami kepasifan dalam penegakan dan penyelesaiannya.1

Belakangan ini, terjadi eskalasi yang mencuat dalam konflik antara Israel dan
Palestina. Ketegangan konflik ini kembali memuncak karena serangan dari pasukan militan
Hamas terhadap Israel. Aksi serangan ini dilakukan oleh Hamas sebagai respons terhadap

1
Dedy Nursamsi, Instrumen dan Institusi Internasional Dalam penegakan HAM, Salam; Jurnal Sosial dan
Budaya Syar’i. Vol. II No. 2 Desember 2015. ISSN: 2356, hal 428-430.
penindasan dan ketidakadilan yang dilakukan oleh Israel terhadap warga Palestina. Akibat
serangan dari Hamas, lebih dari 300 orang dilaporkan meninggal dan lebih dari 2.000 orang
mengalami luka-luka di Gaza dan Israel sebagai dampak dari serangan roket yang
diluncurkan oleh militan Hamas. Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina
melaporkan setidaknya 232 orang tewas dan 1.790 lainnya mengalami luka-luka di Gaza
akibat serangan balasan dari pihak Israel.2

Kalau kita kaji lebih dalam tentang konflik antara Israel dan Palestina, dimana konflik
tersebut merupakan konflik yang telah berlangsung selama beberapa dekade dan memiliki
akar yang kompleks, terkait dengan klaim teritorial dan masalah politik, agama, dan sosial.
Histori singkat konflik ini bermula Pada awal abad ke-20, wilayah Palestina berada di bawah
kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah. Setelah Perang Dunia I, Kesultanan Utsmaniyah runtuh,
dan Inggris menduduki wilayah Palestina berdasarkan Perjanjian Perwakilan McMahon-
Hussein. Kemudian Periode Mandat Britanian yaitu pada tahun 1917, Deklarasi Balfour
dikeluarkan oleh pemerintah Inggris yang menjanjikan pendirian "rumah bagi bangsa
Yahudi" di Palestina. Setelah Perang Dunia II dan peningkatan persekutuan Zionis Yahudi,
PBB merumuskan rencana pembagian Palestina pada tahun 1947. Kemudian Pembentukan
Negara Israel dan Perang Kemerdekaan yaitu Pada 1948, Israel dinyatakan sebagai negara
berdaulat. Namun, pernyataan ini diikuti oleh serangan dari negara-negara tetangga Arab,
yang tidak setuju dengan pembentukan negara Israel. Ini memicu Perang Arab-Israel
pertama. Kemudian Perang Enam Hari dan Perang Yom Kippur yaitu Pada tahun 1967,
terjadi Perang Enam Hari, di mana Israel berhasil merebut kendali atas Tepi Barat, Jalur
Gaza, Dataran Tinggi Golan, dan Semenanjung Sinai. Perang Yom Kippur tahun 1973
kemudian terjadi sebagai usaha kembali merebut wilayah yang hilang. Kemudian Konflik
Intifada yaitu dua pemberontakan yang terjadi di wilayah Palestina, dikenal sebagai Intifada
Pertama (1987-1993) dan Intifada Kedua (2000-2005), yang melibatkan protes rakyat
Palestina terhadap pendudukan Israel.

Beberapa upaya perdamaian dan negosiasi telah dilakukan oleh komunitas


internasional, termasuk Proses Oslo pada tahun 1990-an yang bertujuan untuk mencapai
penyelesaian dua negara yang melibatkan pembentukan negara Palestina yang
merdeka.Konflik Israel-Palestina tetap menjadi salah satu konflik paling rumit dan sulit di

2
Eskalasi Konflik Hamas-Israel: Ratusan Orang Meninggal dan Ribuan Lainnya Terluka, diakses pada Minggu, 8
Oktober 2023 | 12:30 WIB, diambil dari : https://indonesiadefense.com/eskalasi-konflik-hamas-israel-ratusan-
orang-meninggal-dan-ribuan-lainnya-terluka.
dunia, dengan kedua belah pihak masih berjuang untuk mencapai kesepakatan damai dan
solusi jangka panjang.3

Dalam pembahasan tentang HAM, baik dari perspektif sejarah maupun melalui
analisis konflik Israel-Palestina, penting bagi kita untuk mengambil peran yang proaktif
dalam menangani kompleksitas masalah HAM dan situasi konflik yang terus berkembang.
Anak muda, khususnya kita sebagai generasi penerus bangsa, memiliki tanggung jawab besar
untuk memimpin dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagaimana kita
sebagai anak muda dapat bertindak?

Setiap masalah, jika diperhatikan dengan cermat, pasti memiliki solusi yang mungkin.
Konflik, dalam konteks apa pun, tidak boleh dibenarkan karena hanya akan menimbulkan
kerumitan, kekacauan, dan korban yang tidak terlibat secara langsung. Konflik antara Israel
dan Palestina bukan hanya masalah agama, politik, atau kekuasaan, tetapi juga merupakan
masalah kemanusiaan yang harus segera diselesaikan. Peran kita sebagai mahasiswa, yang
merupakan intelektual dan pemikir muda bangsa, bukan hanya diam dan menyaksikan, tetapi
juga berkontribusi dalam membawa suara perdamaian ke setiap aspek kehidupan sehari-hari.

Dalam menanggapi konflik ini, kita dapat merenungkan sebuah konteks hadis Nabi
Muhammad saw. yang menekankan pentingnya perdamaian antara dua entitas.ketika ada
seorang Muslim saling bunuh membunuh, maka tida ada yang untung dari keduanya, karena
sama saja sanksi bagi yang membunuh dengan yang terbunuh keduanya sama-sama masuk
neraka. Penjelasan tentang ini dapat kita temukan pada kumpulan hadits Sahih Bukhari pada
No. Hadist: 30. Berikut teks haditsnya :

‫َح َّد َثَنا َع ْبُد الَّرْح َمِن ْبُن اْلُمَباَر ِك َح َّد َثَنا َحَّم اُد ْبُن َز ْيٍد َح َّد َثَنا َأُّيوُب َو ُيوُنُس َع ْن اْلَحَس ِن َع ْن اَأْلْح َنِف ْبِن َقْيٍس‬
‫َقاَل َذ َهْبُت َأِلْنُص َر َهَذ ا الَّرُج َل َفَلِقَيِني َأُبو َبْك َر َة َفَقاَل َأْيَن ُتِر يُد ُقْلُت َأْنُصُر َهَذ ا الَّرُج َل َقاَل اْر ِج ْع َفِإِّني َسِم ْع ُت‬
‫َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقوُل ِإَذ ا اْلَتَقى اْلُم ْس ِلَم اِن ِبَس ْيَفْيِهَم ا َفاْلَقاِتُل َو اْلَم ْقُتوُل ِفي الَّناِر َفُقْلُت َيا َر ُسوَل‬
‫ِهَّللا َهَذ ا اْلَقاِتُل َفَم ا َباُل اْلَم ْقُتوِل َقاَل ِإَّنُه َك اَن َح ِر يًصا َع َلى َقْتِل َص اِح ِبِه‬

Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Al Mubarak Telah menceritakan kepada
kami Hammad bin Zaid Telah menceritakan kepada kami Ayyub dan Yunus dari Al Hasan
3
Misri A. Muchsin, PALESTINA DAN ISRAEL: Sejarah, Konflik dan Masa Depan, MIQOT Vol. XXXIX No. 2 Juli-
Desember 2015, hal 392-404.
dari Al Ahnaf bin Qais berkata; aku datang untuk menolong seseorang kemudian bertemu
Abu Bakrah, maka dia bertanya: “Kamu mau kemana?” Aku jawab: “hendak menolong
seseorang” dia berkata: “Kembalilah, karena aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Jika dua orang muslim saling bertemu (untuk berkelahi)
dengan menghunus pedang masing-masing, maka yang terbunuh dan membunuh masuk
neraka”. aku pun bertanya: “Wahai Rasulullah, ini bagi yang membunuh, tapi bagaimana
dengan yang terbunuh?” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Dia juga
4
sebelumnya sangat ingin untuk membunuh temannya”.

Meskipun hadis ini secara spesifik mengacu pada hubungan antar umat Islam, prinsip
perdamaian yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW merupakan ajaran islam yang
rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi seluruh alam). Dalam konteks konflik antara Israel dan
Palestina, konfrontasi antara keduanya harus dihindari. Oleh karena itu, kita sebagai pemuda
harus mengadopsi paradigma pemikiran yang matang untuk mewujudkan perdamaian,
menghindari korban lebih lanjut, dan mencegah pencatatan sejarah yang kelam.

4
Hadits 31: Dua Muslim yang Saling Membunuh, Keduanya Masuk Neraka, di akses pada 9 november 2011, di
ambil dari : https://www.tarbawia.com/2011/11/hadits-31-dua-muslim-yang-saling.html.

Anda mungkin juga menyukai