Anda di halaman 1dari 9

MEMAHAMI MAKNA PERDAMAIAN, GENOSIDA, DAN

TERORISME YANG MENGANCAM DUNIA

Disusun Oleh :
1. Nur Alifia Putri S.
2. Nurhilal Maulana
3. Putri Annisa Ameiliana
4. Rahmita Huzna

Kelas : XII IPS 2

SMA NEGERI 1 CILEGON


TAHUN AJARAN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam suatu negara tidak dapat berdiri sendiri. Seperti halnya individu sebagai
makhluk sosial. Negara tentunya akan memerlukan negara atau komponen yang lain.
Bahkan ada pula negara yang memiliki keterkaitan serta ketergantungan dalam aspek
ekonomi, sosial, dan politik. Jika adanya keterkaitan antar negara dengan negara lain
tersebut tentunya ada sebuah hubungan yang baik. Salah satunya merupakan negara
kita sendiri yaitu negara indonesia dengan negara-negara lain. Dinamakan masyarakat
global, ditandai adanya saling ketergantungan antar bangsa, adanya persaingan yang
ketat dalam suatu kompetisi dan dunia cenderung berkembang kearah perebutan
pengaruh antar bangsa, baik lingkup regional, ataupun lingkup global.
Namun pada kenyataanya masih banyak hubungan yang bertentangan antara
negara satu dengan yang lain. Yang mengakibatkan terjadinya konflik dan terusiknya
perdamaian dunia. Konflik biasanya dipicu dengan adanya masalah dalam hal sosial,
ekonomi, politik, agama maupun kebudayaan. Terjadinya konflik akibat adanya
keserakahan, kurang saling menghargai dan mengerti antara satu dengan yang lain.
Dari masalah di atas dalam makalah ini akan membahas mengenai apa yang dimaksud
dengan perdamaian dunia itu sendiri, cara mewujudkan perdamaian dunia serta
partisipasi indonesia dalam perdamaian dunia.
BAB II
PEMBAHASAN

a. Memahami Makna Perdamaian, Genosida, dan Terorisme yang Mengancam Dunia


1. Perdamaian
Ada sebuah definisi kuno dan sederhana tentang pengertian damai. Dalam
bahasa Romawi Kuno, damai disebut dengan kata pax yang diartikan sebagai
absentia belli atau suatu keadaan dari ketiadaan perang. tetapi juga dapat berarti
sebagai sebuah keadaan yang tenang yang ada disekitar kita, atau menggambarkan
emosi yang ada didalam diri, bahkan dapat juga berarti sebagai kombinasi dari
semua hal tersebut. Perdamaian dunia yang ingin dicapai memang harus selalu
doperjuangkan. Tidaklah mengherankan jika kemudian lahir sejumlah tokoh yang
memperjuangkan perdamaian dengan melakukan tindakan-tindakan yang terpuji. 
Ada pandangan yang berbeda tentang makna dari perdamaian. Namun, pada
umumnya, tidak ada Negara atau bangsa yang menolak perdamaian. Negara-
negara yang memiliki pengalaman buruk karena perang mungkin akan bertanya
tentang perdamaian.
Bagi bangsa yang telah merasakan pahitnya perang, akan berpendapat bahwa
konflik antarnegara hamper mustahil untuk dihentikan. Konflik antarnegara
muncul karena beberapa alasan, seperti perbedaan ideology, perebutan kekuasaan,
dan penguasaan wilayah.
Kita dapat mempelajari banyak hal dari peristiwa masa lalu salah satunya
sebelum pecahnya Perang Dunia I, kebijakan luar negeri dari Negara-negara yang
kuat dan maju saat itu berpusat pada Negara masing-masing. Hal ini berakibat
pada pecahnya Perang Dunia I yang melanda hamper seluruh Eropa. Perang Dunia
I kemudian dimenangi oleh pihak sekutu (Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan
Rusia). Amerika kemudian menyebarkan propaganda bahwa perang yang terjadi di
Eropa saat itu akan menjadi perang yang terakhir. Akan tetapi, pada kenyataannya,
Perang Dunia II tetap terjadi. Perang Dunia II berlangsung lebih hebat serta
menimbulkan lebih banyak korban jiwa dan harta benda.

Sebenarnya, situasi damai dan perdamaian dapat dicapai dengan mudah.


Perdamaian dunia dapat dicapai jika terjadi kesepakatan dari semua Negara untuk
menghentikan peperangan, menjaga perdamaian bersama-sama, dan menciptakan
suasana tenang dan damai pada dunia. Lahirlah sejumlah tkoh yang
memperjuangkan perdamaian. Mereka berhak mendapat pernghargaan berupa
nobel perdamaian. Beberapa nama tokoh yang dimaksud adalah sebagai berikut.
 Theodore Roosevelt (1906)
 Marthin Luther King Jr. (1964)
 Henry Kissinger dan La Ductho (1973)
 Anwar Sadat (1978)
 Bunda Teresa (1979)
 Nelson Mandela dan Frederick Willem de Klerk (1973)
 Yasser Arafat, Shimon Peres, dan Yitzhak Rabin (1994)
 John Hume dan David Timble (1998)
 Wangari Maathai (2004)
2. Genosida
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, genosida adalah pembunuhan besar-
besaran terhadap suatu bangsa atau ras. Kata genosida pertama kali digunakan
oleh seorang ahli hukum dari Polandia yang bernama Raphael Lemkin pada 1944.
Dalam bukunya yang berjudul Axis Rule in Occupied Europe yang diterbitkan di
Amerika Serikat, ia mengatakan kata ini bersal dari bahasa Yunani, yaitu genos
yang berarti ras, bangsa, rakyat dan bahasa latin caedere yang artinya
pembunuhan. Jadi, genosida dapat diartikan sebagai pembunuhan secara besar-
besaran yang dilakukan secara sistematis. Genosida dilakukan denga maksud
untuk memusnahkan terhadap suku bangsa, ras, bangsa atau kelompok tertentu.
Genosida merupakan salah satu dari empat jenis pelanggaran hak asasi manusia
(HAM) berat yang berada dalam wilayah kekuasaan hukum internasional.
Genosida adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan
dan memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis,
atau agama. Definisi tersebut berdasarkan Statuta Roma dan Undang – Undang
Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Berdasarkan dua hal tersebut,
genosida dapat dilakukan dengan cara, antara lain :
a. Membunuh anggota keluarga dan mengakibatkan penderitaan fisik atau
mental terhadap anggota kelompok,
b. Menciptakan kemusnahan secara fisik, baik sebagian maupun secara
keseluruhan terhadap kelompok,
c. Melakukan tindakan pencegahan kelahiran secara paksa, dan
d. Memindahkan anak-anak secara paksa dari kelompok yang satu ke dalam
kelompok yang lainnya.
Selain itu, ada yang disebut denngan genosida kebudayaan. Genosida
kebudayaan berarti pemusnahan terhadap peradaban dari suatu bangsa beserta
kebudayaannya. Misalnya, melakukan pelarangan penggunaan bahasa dari suatu
kelompok, mengubah atau menghancurkan sejarahnya, atau menghancurkan
symbol-simbol peradabannnya. Contohnya :
a.  pembantaian terhadap suku indian atau pribumi di benua Amerika yang
dilakukan oleh para penjajah eropa pada 1498
b. pembantaian terhadap suku Aborogin di Australia oleh Kerajaan Britania
Raya pada 1788.
c. pembantaian terhadap orang-orang Yahudi, orang-orang Gypsi, dan suku
bangsa Slavia oleh tentara Nazi Jerman pada masa perang Dunia II
d. pembantaian terhadap lebih dari dua juta jiwa rakyat Kamboja oleh rezim
Khmer Merah pada 1975-1979
e. pembantaian di Rwanda terhadap suku Hutu dan Tutsi sekitar 1994.
3. Terorisme
Menurut KBBI, kata terorisme memiliki arti penggunaan kekerasan untuk
menimbulkan ketakkutan dala usaha mencapai tujuan (terutama tujuan politik);
praktik tindakan teror. Adapun teroris diartikan sebagai orang yang menggunakan
kekerasan untuk menimbulkan rasa takut, biasanya untuk tujuan politik.
Menurut Webster’s New World Dictionary (1989), terror memiliki pengertian
suatu perbuatan yang menyebabkan atau menimbulkan perasaan takut kepada
seseorang. Sementara, terorisme berarti tindakan meneror dengan menggunakan
kekerasan atau mengancam untuk merusak moral, mengintimidasi, dan
menaklukkan. Ezzat E. Fattah, seorang ahli kriminologi, mengdefinikan terorime
berasal dari kata terror. Kata terror dalam bahasa latin disebut dengan terre yang
artinya menakut-nakuti. Adapun kata terorisme digunakan untuk menggambarkan
penggunaan terror secara sistematis.
Dari beberapa definisi yang ada, terorisme dapat diartikan sebagai setiap
tindakan melawan hukum yang dilakukan dengan cara menebarkan terror secara
meluas dikalangan masyarakat. Terror tersebut dapat dilakukan melalui ancaman
atau kekerasa, baik yang terorganisasi maupun tidak, serta berakibat adanya
penderitaan fisik/psikis dalam waktu yang lama. Pada umumnya, terorisme dapat
dikategorikan sebagai tindak kejahatan yang luar biasa dan kejahatan terhadap
kemanusiaan.
Pasca Perang Dunia II, kita hamper tidak mengenal kata damai karena berbagai
pengolakan berkembang dan berlangsung secara berkelanjutan. Permasalahan
yang muncul tersebut membuat dunia menjadi tidak stabil dan terus bergejolak.
Ketidakstabilan ini memunculkan frustrasi dari banyak Negara berkembang yang
sedang dalam perjuangan menuntut hak-haknya.
Terdapat ciri-ciri terorisme, yakni sebagai berikut :
a. Terorganisasi dengan baik dan didukung dengan sikap disiplin yang tinggi
dan militant.
b. Terorisme umumnya mempunyai tujuan politik, tetapi untuk mencapai
tujuannya dapat juga dengan melakukan tindak criminal.
c. Tidak mengindahkan norma-norma yang berlaku, seperti norma agama, dan
norma hukum.
d. Memilih target atau sasaran yang dapat menimbulkan efek psikologis,
seperti menimbulkan ketakutan dan menciptakan kepanikan.
Tindakan terror berskala internasional dengan kategori diantaranya :
a. Melaksanakan tindakan kekerasan dengan melibatkan lebih dari satu
Negara, misalnya dengan cara membajak pesawat terbang kormesial.
b. Melakukan tindakan kekerasan yang dapat menarik perhatian dunia.
c. Tindakan memedulikan kepentingan Negara atau tempat pelaksanaan aksi
terror tersebut.
Pada umumnya, kelompok yang melakukan terror selalu mempunyai tujuan
diantaranya sebagai berikut.
a. Mendapatkan pengakuan, baik secar lokal, nasional, bahkan internasional
atas apa yang diperjuangkan.
b. Memperlihatkan kekerasan sehingga meresahkan masyarakat dan
memancing pemerintah untuk melakukan tindakan represif.
c. Mengganggu, melemahkan, melecehkan, dan mempermalukan pemerintah,
militer, atau aparat keamanan lainnya.
d. Menunjukan ketidakmampuan pemerintah dalam melindungi dan
memberikan rasa aman kepada warga Negara.
e. Memperoleh uang atau perlengkapan lainnya dibutuhkan untuk menunjang
kebutuhan perjuangannya.
Berikut beberapa contoh kerja sama antarkelompok teroris.
 Pertemuan di Badawi yang berlangsung sekitar 1971 yang dihadiri oleh
beberapa perwakilan kelompok teroris Eropa dan Timur Tengah.
Mereka membangun kerja sama dalam pelaksanaan aksi terror, seperti
serangan ke lapangan terbang Tel Aviv, Israel, pada 1972.
 Pertemuan di Lanarca (Siprus) pada 1999, pertemuan tersebut sebagai
kelanjutan dari kelanjutan dari kerja sama yang telah disepakati di
Badawi, yaitu di antara kelompok ini akan membangun kerja sama
taktis dengan saling membantu dan memperkuat kerja sama dalam
melancarkan aksi-aksi terror yang lebih besar.
 Kasus pegeboman Kedutaan Amerika di Pakistan pada 9 Mei 2002.
Dalam hal ini kelompok Al-Qaeda membayar sejumlah teroris lokal di
Pakistan untuk merencanakan peledakan bom di luar Kedutaan
Amerika Serikat.
Gerakan terorisme telah menjadi ancaman tersendiri bagi terwujudnya
perdamaian dunia khususnya di Indonesia. Beberapa aksi terror di Indonesia
diantaranya, seperti pengeboman kediaman Duta Besar Filipina di Jakarta pada
2000, pengeboman gerai KFC di Makassar pada 2001, dan hotel J. W. Marriot dan
Ritz Carlton Jakarta pada 2009. Gerakan ini akhirnya dapat dikendalikan dengan
ditangkapnya para pelaku dan pemimpinnya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pengertian damai seharusnya tidak hanya mengacu kepada ketiadaan perang, tetapi
juga kepada tidak adanya genosida, terorisme, serta bentuk kekerasan lainnya yang
mengancam perdamaian dunia. Perdamaian dunia sebenarnya dapat dicapai jika
semua Negara di dunia menyelesaikan konflik dengan cara menghindari perang.
Genosida diartikan sebagai peristiwa pembunuhan secar besar-besaran terhadap
suka bangsa, rasa tau kelompok dengan maksud untuk memusnahkannya. Dan
terorisme juga berkembang dengan cepat yang dilandasi oleh sejumlah hal, seperti
ideology, fanatisme agama, dan pemberontakan.
DAFTAR PUSTAKA

http://gelgeliska.blogspot.com/2017/02/a.html
Ratna Hapsari, M. Adil. 2016. SEJARAH INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XII:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai