Anda di halaman 1dari 31

https://www.bing.com/images/search?

view

BUKU AJAR

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (KWN) UNTUK


MAHASISWA

SEBUAH UPAYA MENGHIDUPI JATI DIRI BANGSA

MINTO RAHAYU, S.S., M.Si.

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2021

1
BAB 4
HAK ASASI MANUSIA

4.1 Sejarah Perkembangan Gerakan Hak Asasi Manusia


Dewasa ini hak asasi manusia (HAM) telah mengglobal di samping demokratisasi dan
lingkungan hidup, bahkan menjadi bahan untuk menekan suatu bangsa. Indonesia sebagai negara
yang ikut dalam deklarasi HAM telah terpanggil untuk merevisi hukum yang berhubungan dengan
HAM melalui amandemen UUD 1945, yaitu dengan ditambahkannya pada Bab XA tentang HAM;
yang terdiri atas 10 pasal dan 26 ayat.
Sebelum amandemen pun, masalah hak dan kewajiban WNI telah diwadahi, pada Bab X
tentang Warga Negara, pasal 26 (1, 2, 3), 27 (2, 3), 28, 30 (1); sedangkan kewajiban tertera pada
pasal 27 (1) dan 30 (1). Namun perkembangan global terhadap isu HAM memperkuat Indonesia
untuk mengamanatkan Deklarasi Universal HAM dalam UUD 1945 yang telah diamandemen.
Berangkat dari sifat kedaulatan negara yaitu memaksa, monopoli, kekuatan; sering terjadi
penyalahgunaan wewenang oleh penguasa negara. Untuk itulah gagasan menegakkan HAM, yang
sama tuanya dengan peradaban manusia, bertujuan menghilangkan perlakuan tidak manusia atas
perbedaan suku, ras, peradaban, dan sebagainya. Ide penegakan HAM dimulai di Inggris (Raja
John of Enggland) tahun 1215, pada kesatria memaksa raja Inggris untuk menandatangani
perjanjian Magna Charta.
Magna Charta berisi pembatasan hak-hak raja pada kaum aristokrat yang menguasai
wilayah dan berhak atas hasil pertanian dan menyerahkan sebagian kepada raja (upeti); tetapi
rakyat, petani, tukang, dan sebagainya tetap dijadikan obyek penindasan. Pemungutan upeti ini
berkaitan dengan kekuasaan wilayah (geopolitik). Sampai pertengahan abad XX peperangan masih
didominasi keluarga raja, rakyat hanya kawula yang tunduk pada perintah raja. Upaya penegakan

2
HAM di Eropa ditandai dengan Perjanjian Perdamaian Westphalia tahun 1648, model ini lebih
bersifat multidimensional.
Pada abad XVII-XX hubungan antar dinasti, yang berdaulat atas wilayah dan penduduk,
dengan ciri-ciri (Cassesse,1994:4-8):
1) Negara hidup dalam keadaan alamiah, tidak ada hukum yang mengatur politik
penguasa; hanya mengandalkan intuisinya sendiri sehingga masalah diselesaikan
dengan perang Hukum yang diberlakukan ialah Giambatista Vico adalah jus
gentinum alamia; yaitu hukum oleh pemenang perang, yang kalah harus membujuk
agar tidak menghinakan.
2) Adanya prinsip resiprositas (perlakuan timbal balik) sebagai akibatnya, sifat
individualistik makin menonjol dan anarkis. Hubungan sosial diatur oleh hubungan
bilateral, yang salah dihukum atau disandera, oleh karena itu peperangan sangat
mudah terjadi akibatnya rakyat makin sengsara. Jika ada pihak yang
keuntungannya berkurang, dan terjadi perubahan perjanjian atau membatalkannya.
3) Rakyat adalah pihak yang tidak berarti, yang dilindungi oleh penguasa, rakyat
hanya menjadi obyek sehingga dapat berpindah ke penguasa lain; tergantung mana
yang dirasa lebih menguntungkan. Contoh: bajak laut dianggap paling jahat
sehingga harus dihukum seberat-beratnya.
Menghadapi masalah tersebut, kaum aristokrat dan intelektual berjuang menegakkan HAM
dengan upaya:
1) UU Hak (Bill of Ringht) 1689, disahkan oleh Raja James II dari Inggris, merupakan
perlawanan badan legislatif dalam revolusi tak berdarah tahun 1688.
2) UU Hak (Bill of Ringht) 1776, disusun oleh rakyat Amerika Serikat berdasarkan
Declaration of Independen dan dimasukkan ke konstitusi Amerika. UU ini sangat
individualis dan sangat mementingkan hak ketimbang kewajiban. Hal ini didasari
oleh rasa tidak senang kaum imigran (Amerika) pada penguasa gereja
Khatolik/Anglikan.
3) Deklarasi hak manusiawi dan warga negara Perancis 1789 (Declaration des Droits
de I’homme et du), merupakan perlawanan kaum intelektual, borjuis terhadap
monarki absolut, aristokrat, rohaniawan khatolik. Untuk memacu semangat
berjuang digunakan semboyan “liberte, egalite, fraternite”.

3
Pada masa ini, penegakan HAM dipengaruhi pemikiran John Lock dan Jean Jacques
Rousseau yang bersifat politis tentang pengertian kebebasan.

4.2 Pengertian Hak Asasi Manusia


Hak asasi manusia adalah terjemahan dari human right yang berarti hak manusia (tanpa
asasi), di Indonesia menggunakan istilah basic right atau hak dasar. Human right berarti
perlindungan terhadap seseorang dari penindasan oleh siapapun, negara atau bukan negara,
sedangkan basic right menyangkut perlindungan WN atau penduduk dari penindasan oleh negara.
Di Indonesia istilah HAM mulai muncul tahun 1950 (M. Yamin 1952, Prof Soenarko 1951, Prof
Kuncoro 1960, Drs. Marbangun Hardjowirogo 1977), tetapi tidak semua hak manusia bersifat
pokok, asasi, mendasar.
Aristoteles menganggap hukum alam (nature right) merupakan hasil pemikiran manusia
demi terciptanya keadilan. Keadilan berarti:
1) Adil dalam undang-undang bersifat temporer, berubah sesuai tempat dan waktu.
2) Adil menurut alam bersifat langgeng dan umum, karena terlepas dari kehendak
manusia, bahkan kadang bertentangan dengan kehendak manusia.
Semua hak merupakan sistem normatif, seperti moralis, aturan organisasi, serta sistem
hukum lokal, negara, nasional, dan internasional. Hak dasar diklasifikasikan menurut jenis sistem
normatif yang berakar positive legal ringht adalah suatu yang diakui dan diterapkan dalam sistem
hukum suatu kelompok.

4.2.1 Hakikat Hak Asasi Manusia


1) HAM adalah suatu konsepsi mengenai pengakuan atas harkat dan martabat manusia
yang dimiliki secara alamiah yang melekat pada setiap manusia tanpa perbedaan
bangsa, ras, agama, dan jenis kelamin.
2) HAM (universal) ialah hak dan kebebasan dasar manusia yang secara alamiah
melekat pada diri manusia dan tanpa itu manusia tidak dapat hidup secara wajar
sebagai manusia.
3) Dewan Pertahanan Nasional mengajukan tiga tokok ukur HAM fundamental, yaitu:
a. Hak yang bersifat karunia Tuhan Yang Maha Esa.
b. Hak yang terkait dengan kelangsungan eksistensi manusia.

4
c. Hak yang bersifat universal.

Sedangkan hak yang tidak bersifat fundamental ialah hak manusia yang timbul sebagai
akibat perkembangan kehidupan manusia dalam masyarakat nasional maupun internasional, yaitu:
1) HAM berasal dari martabat dan pantas melekat dalam manusia dan manusia adalah
sentral dari HAM dan kemerdekaan dasar, secara konsekuen harus menjadi pewaris
yang terpenting dan harus berpartisipasi secara aktif dalam merealisasikan hak dan
kebebasan.
2) Ruang lingkup HAM meliputi bidang ekonomi, politik, sosial budaya, dan hankam.
3) Untuk mewujudkan konsepsi HAM, masing-masing orang hidup dalam ber-MBN yang
dituangkan dalam berbagai aturan/undang-undang sehingga HAM dilindungi oleh
aturan perundang-undangan sehingga pelanggaran akan beresiko sanksi hukum.
4) Jaminan hukum HAM dilaksanakan dengan semangat persaudaraan dan kekeluargaan.
5) HAM tidak tak terbatas; untuk ketertiban susila, keselamatan dan keamanan serta
kesejahteraan umum, pengakuan dan penghormatan atas hak-hak orang lain dibatasi
oleh hukum nasional.

https://www.bing.com/images/search?q=hukum%20humanite

4.3 Humanisasi Perang


4.3.1 Asal-usul Hukum Humaniter
Pelanggaran HAM tidak terlepas dari perang fisik (bersenjata). Awal kesengsaraan
manusia disebabkan oleh perbudakan, penjualan manusia, penyiksaan, perkosaan, dan
penghapusan etnis (genocide). Peperangan menjadi semakin kejam, terutama masa abad

5
pertengahan (transisi menuju masyarakat beradab) sehingga timbul upaya untuk menjinakkan
peperangan.
Pada pencerahan (renainsance) di Eropa melahirkan intelektual baru yang mengubah
peradaban primitif ke modern. Mereka juga mendobrak dogma-dogma agama Kristen (Khatolik).
Pada waktu itu, aristokrat menyewa tentara bayaran untuk menjaga wibawa sekaligus mendukung
petualangannya, akibatnya penindasan tetap ada bahkan berskala besar. Sebaliknya gerakan
humanis juga berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, salah satu pelopornya
ialah Jean Henri Dunant.
Juni 1859, Jean Henri Dunant menyaksikan penderitaan orang yang luka di medan tempur
Solferino di Italia, akibat perang antara Austria dan Sardinia (dibantu Perancis) maupun
pendertitaan akibat perang sebelumnya, di semenanjung Krim antara Rusia (Dinasti Romanov)
dan Turki (Dinasti Ottoman); mendorong diadakan Perjanjian Perjanjian Paris. Perjanjian ini
mendorong penguasa untuk mengambil tindakan atas dasar peri kemanusiaan (humaniter). Pada
masa itu, perang banyak dilakukan oleh tentara bayaran untuk kepentingan dinasti. Sebelun ada
hukum, perang biasa di darat; baru pada Konvensi Jenewa (1864) mengatur perlakuan korban
perang darat. Pada konvensi Den Haag (1907) diatur pengurangan perang darat, dan diberlakukan
perang laut; dengan ketentuan:
1) Ketentuan di mulai dari darat.
2) Hukum dan kebiasaan perang di darat.
3) Perbaikan perlakuan terhadap orang yang luka di medan perang darat.
Sejak 1949 (setelah Perang Dunia II) dilakukan Konvensi Jenewa yang membahas secara
rinci masalah hukum perang baik di darat maupun di laut; hasilnya terkenal dengan nama Hukum
Humaniter (Humanitarian Law of War).

4.3.2 Kejahatan Perang


Perang Dunia I (PD I) diyakini, dipicu oleh terbunuhnya Putra Mahkota Kekaisaran
Austria-Hongaria oleh seorang Serbia. Austria-Hongaria dibantu Rusia dan Jerman memerangi
Serbia yang dibantu Inggris, Perancis, menyusul Amerika Serikat. Dalam perang itu, pasukan
Jerman membunuhi tentara lawan dan penduduk sipil. Pasca PD I, diadakan perjanjian perdamaian
yang ditandatangani oleh Jerman, Inggris, dan negara sekutu lainnya. Dalam perjanjian itu, ada
satu pasal tentang Pengadilan Khusus (special tribunal) untuk mengadili Kaisar Wilhelm II dari

6
Jerman karena tentaranya melakukan tindakan tidak bermoral. Pasal lainnya, adanya persetujuan
Jerman yang mengakui hak negara Sekutu untuk mengadili semua orang yang dituduh melakukan
tindak pidana kejahatan perang yang tradisional. Fakta, Kaisar Jerman lolos dari pengadilan
internasional karena melarikan diri ke negeri Belanda, dan Ratu Belanda menolak ekstradisi.
Yang perlu dicermati, sejak Perjanjian Versailles (1919) membawa hikmah:
1) Perbuatan individu melanggar hukum dan kebiasaan perang dinyatakan sebagai
tindak pidana kejahatan perang berdasarkan perjanjian internasional.
2) Individu anggota tentara Jerman dapat diwajibkan memberi pertanggungjawaban
di depan pengadilan khusus.

PD II memakan korban ± 60 juta umat manusia (35% jumlah penduduk dunia saat itu) dan
kebanyakan korban meninggal karena senjata, dari konvensional sampai nuklir. Korban tidak
hanya militer tetapi juga warga sipil. Setelah Jerman menyerah, dibentuklah Mahkamah Militer
Internasional di Nurenberg untuk mengadili Pimpinan Pemerintahan Jerman, Militer, dan anggota
Partai Nazi, pada bulan Agustus 1945. Mahkamah Militer Internasional di Tokyo digelar bulan
september 1945 untuk mengadili Pimpinan Pemerintahan dan Militer Jepang. Namun, sesuai
dengan Hukum Humaniter (Konvensi Jenewa) yang diadili hanya sebagian orang/tentara,
berdasarkan tuduhan yang disepakati, yaitu:
1) Kejahatan terhadap perdamaian, termasuk merencanakan dan menyiapkan perang.
2) Kejahatan perang, yaitu tindak kekerasan yang menyebabkan penindasan dan lain-
lain.
3) Kejahatan terhadap kemanusiaan, yaitu pembunuhan, perbudakan, tindakan tidak
berperikemanusaan terhadap penduduk sipil, sebelum dan selama perang.
Proses peradilan militer ini membawa dampak positif bagi hukum internasional, yaitu
bahwa individu dapat dikenai hukum atas kejahatannya. Individu dapat dijadikan subyek dan
obyek hukum, padahal Perjanjian Westphalia (1648) masih mempertahankan sebagai hukum antar
negara. Dampak lainnya ialah resolusi PBB, 11 Desember 1945 yang menyetujui asas hukum yang
dipakai dalam dua peradilan militer tersebut sebagai konsep HAM. Komisi Hukum Internasional
PBB, yang memberikan kontribusi tercapainya Universal Declaration of Human Ringht, 10
Desember 1948.

7
4.4 eklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DU HAM)

4.4.1 Unsur Dasar DU HAM


Usai PD I muncul gerakan persamaan derajat manusia yang berlanjut ke gerakan kebangsaan
dan ingin membentuk bangsa yang merdeka dan memiliki negara. Dalam upaya menentukan nasib
sendiri, Vladimir I Lenin, ingin menciptakan negara baru bagi rakyat terjajah dan menata kembali
negara yang ada, sesuai dengan kehendak dan aspirasi rakyat. Woodrow, lebih moderat dan masih
menghormati imperium penjajah. Pasca PD I, Presiden Amerika mengusulkan batas wilayah baru
dan memberikan kesempatan kepada rakyat untuk memilih kedaulatannya sendiri. Dua kedaulatan
besar itu ialah Austria-Hongaria dan Turki (Ottoman). Bagi rakyat terjajah diterapkan sistem
mandat, yang sebenarnya adalah bentuk neokolonialisme.
Dekade 40-an dunia seolah dibagi dua, yaitu Blok Barat (Sekutu) dan Blok Sosialis
berhadapan dengan Blok Poros (Acec) Jerman, Italia, dan Jepang. Negara Barat menyadari bahwa
perang akan membawa kesengsaraan, mereka menentang hegonomi agresif dalam bentuk
kebijaksanaan. Jepang dan Jerman menerapkan ajaran geopilitik Karl Haushofer. Rusia menentang
kebijaksanaan rasis dan kebencian Jerman atas umat manusia (terutama ras semit). Dengan
kalahnya Poros, para pemenang perang pecah menjadi dua kubu, yaitu kubu sosialis (Tirai Besi)
dan Negara Barat (liberal/demokrasi).
Negara sekutu khawatir, hukum alam akan kembali sehingga muncul gagasan memberi
perlindungan pada kebebesan individu. Franklin D. Roosevelt mengemukakan empat hak utama,
yaitu kebebasan berbicara, kebebasan menyembah Tuhan, kebebasan dari kemiskinan, dan
kebebasan dari rasa takut. Keempat kebebasan ini dituangkan dalam Atlantic Charter, yang
disepakati oleh tiga negarawan yaitu Josep Stalin, Franlin D Roosevelt, dan Winston Churchill
(1941). Panca PD II, kaum Yahudi menemukan ada gerakan operasional untuk mencegah
kemerosotan moral manusia ke dalam kebiadaban, seperti yang dilakukan NAZI. Keduanya
dijadikan dasar peradilan khusus di Nurrenberg dan Tokyo tahun 1945.
Gagasan HAM didasarkan atas sejarah Amerika Serikat yang tidak mengenal kelas, dan di
Perancis dengan revolusi borjuis. Revolusi Perancis diilhami oleh revolusi Amerika, berubah
menjadi revolusi rakyat menentang monarki absolut, gagasan ini dikenal dengan Gloriun
Revolution. Sebagai tindak lanjutnya, pemikiran HAM dimasukkan dalam Deklarasi kemerdekaan

8
Amerika serikat ke dalam pasal-pasal yang berkaitan dengan hak pribadi. Menurut Abdul Hakim
Nusantara (1994) HAM universal didirikan atas empat tonggak, yaitu:
1) Hak-hak pribadi antara lain hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan.
2) Hak-hak milik individu dalam kelompok sosial .
3) Kebebasan-kebebasan sipil dan hak-hak politik untuk ikut serta dalam pemerintahan.
4) Hak-hak yang berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.
Menanggapi DU HAM, muncul dua kelompok; yaitu kelompok universal dan kelompok
komunitarian/partikularistik, sehingga terdapat perbedaan persepsi. Dalam sidang PBB 1946-
1948, perbedaan tersebut tercermin jelas, yaitu:
1) HAM universal absolut, yang menentang HAM sebagai nilai seperti yang
dideklarasikan oleh PBB, bahwa HAM menghargai masalah sosial, budaya yang
melekat pada masing-masing bangsa dan negara. Pandangan ini dianut oleh negara-
negara maju, dan dijadikan alat menekan bagi negara sedang berkembang (dunia
ketiga).
2) HAM universal relatif, yang memandang secara universal dengan beberapa
pengecualian demi satu alasan, misalnya karena membahayakan negara.
3) HAM komunitarian absolut, yang memandang HAM sebagai persoalan masing-
masing bangsa tanpa memberikan alasan yang kuat. Kelompok ini memandang
HAM sebagai masalah universal, namun juga menjadi masalah nasional, sehingga
perlu dicari rumusan yang cocok untuk setiap negara.

4.4.2 Rumusan DU HAM


Dalam Mukadimah Deklarasi Universal tentang HAM yang telah disetujui dan diumumkan
oleh Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 217 A (III) tangggal 10 Desember 1948, terdapat
pertimbangan-pertimbangan berikut:
1) Menimbang bahwa pengakuan atas martabat yang melekat dan hak-hak yang sama dan
tidak terasingkan dari semua anggota keluarga kemanusiaan, keadilan dan perdamaian di
dunia.
2) Menimbang bahwa mengabaikan dan memandang rendah pada HAM telah mengakibatkan
perbuatan bengis yang menimbulkan rasa kemarahan dan bahwa terbentuknya suatu dunia
akan membuat manusia mengecap kenikmatan bebas berbicara, bebas beragama serta

9
bebas rasa takut dan bebas dari kekurangan telah dinyatakan sebagai aspirasi tertinggi dari
rakyat jelata.
3) Menimbang bahwa hak-hak manusia perlu dilindungi oleh peraturan hukum supaya orang
tidak akan terpaksa memilih pemberontakan sebagai usaha yang terakhir guna menentang
kezaliman dan penjajahan.
4) Menimbang bahwa persahabatan antara negara-negara perlu dianjurkan.
5) Menimbang bahwa bangsa-bangsa dari anggota PBB dalam piagam telah menyatakan hak
dasar manusia, martabat serta penghargaan manusia dan hak yang sama bagi laki-laki dan
perempuan dan telah memutuskan akan meningkatkan kemajuan sosial dan tingkat
penghidupan yang lebih baik dalam kemerdekaan yang lebih luas.
6) Menimbang bahwa negara-negara anggota telah berjanji akan mencapai perbaikan
penghargaan umum terhadap pelaksanaan hak-hak manusia dan kebebasan asas dalam
kerja sama PBB.
7) Menimbang bahwa pengertian umum terhadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan ini
adalah penting sekali untuk pelaksanaan janji ini secara benar.
Deklarasi Universal HAM (DU HAM) terdiri atas 30 pasal, semua pasal berbicara tentang
hak, hanya satu kata kewajiban, pada pasal 29 ayat 1, yaitu: Setiap orang mempunyai kewajiban
terhadap masyarakat di tempat ia mendapatkan kemungkinan untuk mengembangkan pribadinya
sepenuhnya dan seutuhnya. Namun demikian setiap kata hak sebenarnya identik dengan kata
kewajiban.
Masing-masing individu dan semua orang yang beragama akan sependapat dengan ketiga
puluh pasal DU HAM tersebut. Namun manakala manusia telah memproklamasikan diri menjadi
suatu kaum atau bangsa dalam suatu negara, status manusia individu akan menjadi status warga
negara. Pemberian hak sebagai warga negara dalam mekanisme kenegaraan. Sebagai warga
negara, masing-masing individu tidak hanya memperoleh hak tetapi juga kewajiban.

4.5 Hak Asasi Manusia di Indonesia


Dekade 60-an dunia (Huntington) terbagi menjadi tiga blok, yaitu Blok Barat, Blok
Sosialis, dan Blok negara yang sedang berkembang/dunia ketiga. Dalam dekade ini berlangsung
perang kemerdekaan Rakyat Indo Cina dan berakhir dengan pembentukan empat negara merdeka,
yaitu Republik Rakyat Demokrasi Vietman, Kerajaan Laos, Kamboja, dan Vietnam Selatan.

10
Sementara Belanda dalam Konverensi Meja Budar menghasilkan negara Republik Indonesia
Serikat (RIS). Kerajaan Vietnam menjadi republik Vietnam, Kerajaan Laos netral dalam
menyatukan Vietman, dan Kerajaan Kamboja menjadi Republik Kamboja.
Di dunia Barat, terkenal dengan Teori Domino, yang menyatakan bahwa negara yang
berdekatan dengan negara sosialis, lambat atau cepat akan menjadi sosialis pula; ini membatasi
ruang liberal dan individual. Sementara di negara berkembang sering terjadi pemberontakan
karena ketidakpuasan kepada pemerintah pusat yang memicu negara Barat ikut campur. Ditambah
lagi negara berkembang belum mempunyai filosofi HAM yang tersurat sehingga pelanggaran
HAM masih terjadi. Salah satu bentuk ikut campur Negara Barat ini adalah memfasilitasi
pembentukan lembaga swadaya masyarakat atau nongoverment organization.
Sesuai dengan amanat UUD 1945, Indonesia telah membuat UU Nomor 39/1999 tentang
HAM. Di dalamnya memuat hak dasar manusia, kewajiban dasar manusia, kewajiban dan hak
dasar pemerintah, hak dan kewajiban masyarakat, peradilan bagi pelanggar HAM, serta
pembentukan Komisi Nasional HAM. Komisi ini bertujuan antara lain mengembangkan kondisi
bagi pelaksanaan HAM serta meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM guna
perkembangan pribadi manusia. UU ini memuat HAM pasal-pasal: hak untuk hidup, hak
berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi,
hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita, hak
anak.

https://www.bing.com/images/search?view

11
4.5.1 Hak Asasi Manusia di Negara Hukum
HAM dan negara hukum tidak dapat dipisahkan, karena hukum mengatur keadilan dan
ketertiban. Proses berubahnya absolutisme menuju negara hukum berkembang dengan adanya
gerakan reformasi renaisance. Manusia diberi kebebasan menentukan jalannya sendiri. Thomas
Aquino menyatakan bahwa manusia mempunyai hak tertentu dan kewajiban tertentu yang
dihormati dan dipertahankan.
Dengan bantuan John Locke (teori perjanjian masyarakat), Montesque (teori pembagian
pemerintahan), Voltaire; mendukung dan ikut mengembangkan perjanjian HAM di daratan Eropa,
dan tercipta Deklarasi HAM dan Penduduk Negara; yang menegaskan bahwa:
a. Semua manusia itu lahir dan tetap bebas dan sama dalam hukum. Perbedaan sosial
hanya didasarkan pada kegunaan umum.
b. Tujuan negara melindungi hak-hak alami dan tidak dapat dicabut. Hak alami
meliputi hak kebebasan, hak milik, hak keamanan, hak perlindungan.

Dari tinjauan di atas maka HAM dilandasi oleh tekad yang dibenarkan, yaitu:
1) HAM berasal atau bersumber dari Tuhan, sering disebut hukum alam yang memiliki
atau memberikan kepada semua orang per-individu tanpa memperbedakan status orang
per orang.
2) Dalam hak asasi, mengarah/mengutamakan lebih dahulu kepuasan batin semua pihak
yang dapat memberikan kontribusi positif dan aktif pada kepuasan lahiriah.
3) Penjabaran/aplikasi HAM berkembang terus seirama dengan perkembangan pikir
budaya, cita-cita manusia dan iptek.
4) Manusia tidak bisa kehilangan hak asasinya karena ia akan tidak lagi secara kodrati
menjadi manusia.
5) HAM selalu melekat pada setiap orang untuk sepanjang hidupnya tanpa dapat diambil
atau dicabut, kecuali ada pelanggaran atas aturan hukum yang berlaku, lewat keputusan
hakiki yang adil dan benar.
6) Keberadaan negara, antara lain untuk menghormati dan memperkenalkan HAM sesuai
dengan kesepakatan bersama demi pengembangan martabat manusia.

12
7) Kesadaran memiliki dan melaksanakan HAM harus dikaitkan pula dengan kewajiban
asasi dan tanggung jawab asasi.

4.5.2 Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia


Soenawar Soekawati, 1977:11 dalam bukunya Negara Kertagama, menyatakan antara
lain tentang rule of law dalam praktek ketatanegaraan, yang jelas terlihat dalam perumusan “...
bijaksana mengemudikan perdata tinggi dan segala kerja.... baginda makin keras berusaha untuk
dapat bertindak bijak...dalam pengadilan tidak sembarangan tetapi tetap terlihat undang-
undang... adil segala putusan yang diambil sehingga semua merasa puas...”
Hal ini membuktikan bahwa sejak zaman nenek moyang, kita telah mengenal norma
hukum dan perundang-undangan dalam semangat kekeluargaan dan kebersamaan yang harus
dipelihara secara cermat lewat suatu tindakan yang arif dan bijaksana. Konferensi Regional PBB
di Kabul 1964, membahas pelaksanaan HAM di negara berkembang yang sedang membangun, di
antaranya menyimpulkan bahwa negara tersebut ada kemungkinan melakukan penyimpangan
dalam pelaksanaan HAM. Konferensi tersebut menyepakati memberi kelonggaran/toleransi
pelaksanaan HAM negara berkembang. Demikian setiap negara dapat mengajukan reservation
terhadap konvensi yang diklarifikasi dan negara harus mematuhinya.
KTT Nonblok di Jakarta 1992, antara lain telah menyepakati bahwa berlakunya HAM di
masing-masing negara dipengaruhi oleh kepribadian dan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi
oleh bangsa yang bersangkutan, serta tidak dibenarkan satu negara memaksakan kehendaknya
kepada negara lain. Sedangkan Konferensi ASEAN Inter Parliamentary Organization (AIPO) di
Kualalumpur 1992, menyepakati HAM berkaitan dengan nilai-nilai luhur serta pada kondisi sosial,
ekonomi, politik masing-masing negara yang dinamis. Hal ini juga ditegaskan kembali pada
Deklarasi Vienna 1993.
Konsep HAM yang berlaku untuk semua manusia yang bersifat universal sesuai dengan
Pancasila, yang pada Pidato Kenegaraan, Agustus 1990 ditandaskan bahwa HAM sesuai dengan
sila 2; Kemanusiaan yang adil dan beradab, sila 4; Kerakyatan yang mencerminkan HAM, sila 5;
Keadilan sosial, mencerminkan dimensi ekonomi dan HAM, semua berakar dari Ketuhanan Yang
Maha Esa.
Dalam UUD 1945 dari mulai pembukaan sampai pasal-pasal dan ayat-ayatnya, banyak hal
yang mencerminkan HAM di Indonesia, yaitu:

13
1) Preambule; hak kemerdekaan/menentukan nasib sendiri: Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-
keadilan.
2) Pasal 26 (1) Hak berwarga negara: Yang menjadi warga negara ialah orang-orang
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disyahkan oleh undang-undang
sebagai warga negara.
3) Pasal 27 Hak dan Kewajiban akan kesamaan dan persamaan di depan hukum, hak
bekerja untuk hidup layak, dan hak membela negara (1) Segala warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kekecualiannya,(2) Tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (3)
Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
4) Pasal 28 Hak berserikat, berkumpul, dan berpendapat: Kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya di tetapkan
dengan undang-undang. Pasal 28 A sampai 28 J memuat revitalisasi DU HAM.
5) Pasal 29 Hak beragama: (1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, (2)
negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
6) Pasal 30 Hak dan kewajiban ikut serta dalam Hankam: (1) Tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha Hankam negara, (2) Usaha Hankam negara
dilaksanakan melalui sistem Hankam rakyat semesta oleh TNI dan Polri sebagai
kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
7) Pasal 31 Hak dan kewajiban akan pendidikan: (1) Setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya, (3) Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang
diatur dengan undang-undang.
8) Pasal 33 Hak kesejahteraan sosial: (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
atas asas kekeluargaan, (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara yang

14
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasasi oleh negara, (3) Bumi, air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
9) Pasal 34 Hak jaminan sosial: (1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara
oleh negara, (2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan, (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

5.6 Fasilitasi DU HAM dalam UUD 1945


Pasal 28 A: Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
Pasal 28 B: (1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang syah. (2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28 C: (1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari iptek, seni dan
budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dengan memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
Pasal 28 D: (1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. (2) Setiap orang
berhak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan dan perlakuan yang adil dan layak
dalam hubungan kerja. (3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang
sama dalam pemerintahan. (4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraannya.
Pasal 28 E: (1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak
kembali. (2) Setiap orang berhak atas kebebasan menyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. (3) Setiap orang berhak
atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.

15
Pasal 28 F: Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Pasal 28 G: (1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman
dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
yang merupakan hak asasi. (2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau
perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh
suaka politik dari negara lain.
Pasal 28 H; (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan. (2) Setiap orang berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan
khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan. (3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat. (4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.
Pasal 28 I: (1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah HAM yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun (2) Setiap orang
berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. (3)
Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan beradaban. (4) Perlindungan, pemajuan, penegakan dan
pemenuhan HAM adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah. (5) Untuk
menegakkan dan melindungi HAM sesuai dengan prinsip dengan negara hukum yang
demokratis, maka pelaksanaan HAM dijamin, diatur, dan dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan.

16
Pasal 29 J: (1) Setiap orang wajib menghormati HAM orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (2) Di dalam menjalankan hak dan
kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan
dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

4.7 Produk Perundang-undangan tentang HAM di Indonesia


Seiring dengan makin lancarnya roda reformasi di Indonesia, terutama bidang hukum dan
perundang-undangan, pelanggaran HAM yang selama ini ditutup-tutupi seperti kasus Aceh,
Tanjung Priok, Marsinah, Ambon, dan sebagainya, sekarang mulai dibuka. Pemeriksaan atas
pelanggaran HAM sudah berjalan dengan adanya Menteri yang menanganinya. Beberapa produk
hukum Indonesia yang berhubungan dengan HAM antara lain:
1) Tap MPR-RI Nomor XVIII/1998 tentang HAM
2) Keputusan Presiden RI Nomor 50 tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia
3) Undang-undang RI Nomor 5 tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Menentang
Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman lain yang Kejam, Tidak Manusiawi
atau Merendahkan Martamat Manusia
4) Undang-undang RI Nomor 9 tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat di Muka Umum
5) Undang-undang RI Nomor 21 tahun 1999 tentang Konvensi ILO Mengenai
Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan
6) Undang-undang RI Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
7) Undang-undang RI Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
8) Undang-undang RI Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
9) Undang-undang RI Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang
10) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 tahun 1999 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia

17
11) Peraturan Pemerintah Pengganti Nomor 1 tahun 2002 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme
12) Keputusan Presiden RI Nomor 181 tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti
Kekerasan terhadap Perempuan
13) Keputusan Presiden Nomor 40 tahun 2004 tentang Rencana Aksi Nasional HAM
2004-2009

4.8 Negara Hukum


Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Jean Jacques Rousseau, memahami hukum harus
bertolak dari cara pandang bangsa. Pola hidup berkelompok memerlukan ketertiban, dari sinilah
muncul hukum. Menurut liberalisme, manusia dilahirkan bebas, dalam membentuk negara dan
kontrak sosial; asas ini disebut cara pandang individualistik atau asas perorangan. Sedangkan
menurut Integralistik (dianut oleh Indonesia), hubungan antar-individu dengan masyarakat
diutamakan kepentingan masyarakatnya dengan tetap menghargai dan mengormati hak
persorangan.
Menurut Indonesia, kehidupan berkelompok bernegara didasarkan atas: Atas berkat
rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya membentuk
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya. (Pembukaan UUD 1945 alinea III) Konstruksi ini adalah kesepakatan (bukan
kontrak sosial) bahwa individu bebas dan di sisi lain ada negara yang dibentuk oleh individu yang
bebas tersebut. Dalam hal ini menunjukkan ada pihak yang memerintah dan ada pihak yang
diperintah. Kondisi ini mempengaruhi arti hukum.
Di Indonesia, hidup berkelompok dipandang sebagai suatu integral, yaitu satu kepentingan
rakyat dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan pemerintah (dalam arti luas) sebagai
penyelenggara kehidupan bernegara atas nama rakyat. Jadi, manusia tidak dilahirkan bebas, tetapi
dilahirkan dalam keterikatan dengan orang lain. Keterikatan inilah yang menentukan keberadaan
hukum.

4.8.1 Pengertian Hukum Menurut UUD 1945


Penjelasan umum nomor IV alinea II UUD 1945 berisi pandangan bangsa Indonesia
tentang hukum; Maka telah cukup jikalau UUD hanya memuat aturan-aturan pokok, hanya

18
memuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada Pemerintah Pusat dan lain-lain penyelenggara
Negara untuk menyelenggarakan kehidupan negara dan kesejahteraan sosial. Jadi hukum adalah
alat menyelenggarakan ketertiban dan kesejahteraan, hal ini dipertegas dalam penjelasan pasal 28,
29, ayat 1 dan 34 UUD 1945, yaitu: Pasal-pasal, baik yang hanya mengenai warga negara
maupun yang mengenai seluruh hasrat bangsa Indonesia untuk membangun negara yang bersifat
demokratis dan hendak menyelenggarakan keadilan sosial dan perikemanusiaan.
Jika kata pasal, diganti dengan kata hukum, maka hukum adalah:
a. Hasrat bangsa Indonesia untuk membentuk negara yang demokratis.
b. Pedoman untuk mewujudkan perikemanuaaan.
c. Pedoman untuk mewujudkan keadilan sosial.
Jadi hukum ialah alat untuk menegakkan tata tertib dan untuk mendapatkan kesejahteraan sosial,
yang bersifat demokratis, adil, dan berperikemanusiaan.

4.8.2 Prinsip Hukum Indonesia secara Formal dan Material


Prinsip hukum yang dimuat dalam UUD 1945
1) Penjelasan umum, nomor III UUD 1945 yang merupakan unsur pokok Negara Hukum
Indonesia, yaitu UUD menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
“Pembukaan” dalam pasal-pasalnya. Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana
kebatinan dari UUD Negara Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita
hukum (Reshtsidee) yang menguasai hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis
(UUD), maupun yang tidak tertulis. Kalau kata pokok-pokok pikiran diganti dengan
Pancasila, maka Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum. (Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia).
2) Penjelasan UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, butir I, yaitu: Negara
Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan
belaka (Machtsstaat). Rumusan juga ditegaskan pada pasal 1 ayat 3 UUD 1945 hasil
amandeman, yaitu kekuasaan berdasarkan atas hukum disebut kewibawaan, yang
bermakna sebagai suatu kekuasaan yang diakui. Hal ini tercermin dalam aparatur
pemerintahan yang bersih dan berwibawa. (negara Indonesia yang berdasarkan atas
hukum).

19
3) Penjelasan UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan, yaitu: Pemerintahan berdasarkan
atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absulutisme (kekuasaan yang tidak
terbatas). Artinya pemerintah berjalan atas sistem konstitusi bukan atas sistem hukum
negara liberal. (pemerintah berdasarkan konstitusi).
4) Pasal 27 ayat 1 UUD 1945, yaitu: Segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahannya
dengan tidak ada kecualinya. Rumusan ini tidak sama dengan makna equality before
the law menurut konsepsi rul eof law tetapi menegaskan adanya hak dan kewajiban,
serta dukungan terhadap pemerintah (pola hak dan kewajiban).
5) Penjelasan Pasal 24 dan 24 UUD 1945, yaitu: Kekuasaan Kehakiman ialah kekuasaan
yang merdeka artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Setelah
diamandemen berbunyi; Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
peradilan.(kekuasaan kehakiman yang mandiri).

4.8.3 Penegakan Hukum di Indonesia


Sistem bernegara diasumsikan merupakan cerminan aspirasi rakyat atau amanat
penderitaan rakyat dalam kegiatan lembaga-lembaga perwakilan rakyat, hasilnya adalah
kedaulatan rakyat. Manusia, hakikatnya memiliki cipta, rasa, dan karsa yang berbeda, dan sering
memicu konflik, yang justru menjadi modal bagi upaya konsensus demi kelestarian kelompok
tersebut. Pembukaan UUD 1945 (Penjelasan Umum nomor IV) menyatakan bahwa Pancasila
adalah suatu pandangan yang bersifat kekeluargaan atau integralistik, bukan bersifat perorangan
atau individualistik. Demikian bunyinya: Meskipun dibikin UUD yang menurut kata-katanya
bersifat kekeluargaan, apabila semangat para penyelenggara negara, para pemimpin
pemerintahan itu bersifat perseorangan, UUD tadi tentu tidak ada artinya dalam praktek.
Pada zaman modern, prinsip negara adalah kekuasaan di tangan rakyat keseluruhan sebagai
kekuasaan tertinggi yang dituangkan dalam kedaulatan rakyat. Untuk itu perlu ditumbuhkan
budaya politik suatu bangsa sesuai dengan budaya bangsa yang bersangkutan, Di Indonesia
dilaksanakan dalam bentuk lembaga musyawarah sebagai penampungan aspirasi rakyat yang
bersifat integral bukan dualistis ataupun dialektis; yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

20
Jika pandangan hidup dimulai dari falsafah bangsa, ideologi negara, tata cara
berdemokrasi/berkelompok, sikap perilaku perorangan; maka kehidupan nasional akan terjamin
dalam kerangka identitas nasional sehingga akan memunculkan kepatuhan/disiplin nasional.
Disiplin nasional ialah kepatutan, yang merupakan syarat mutlak pada kehidupan berkelompok
yang bersumber pada pandangan bangsa tersebut. Dengan adanya hukum, kegiatan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara; mempunyai kepastian hukum sebagai pelaksanaan hak dan kewajiban,
baik rakyat maupun penyelenggara negara.

1) Kehidupan berkedaulatan rakyat/demokrasi pada sistem pemerintahan Negara,


dijelaskan pada Penjelasan Umum nomor IV UUD 1945, yaitu:
a. Negara Indonesia berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan kekuasaan belaka.
b. Pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi tidak bersifat absolutisme.
c. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan MPR (sejak 9 November 2001,
Amandemen: kedaulatan yang berada di tangan rakyat dilakukan sepenuhnya oleh
MPR diubah menjadi kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
UUD).
d. Presiden ialah penyelenggara negara tertinggi di bawah Majelis.
e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
f. Menteri Negara ialah pembantu Presiden; Menteri Negara tidak bertanggung jawab
kepada DPR
g. Kekuasaan tertinggi di tangan rakyat.

2) Kehidupan yang berperikemanusiaan tercantum dalam Penjelasan Umum UUD 1945


nomor II butir 4 tentang Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan, yaitu: Negara
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa (yang pelaksanaannya) menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab. Juga dimuat dalam pasal 33, yaitu:
a. Produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan
anggota-anggota masyarakat.
b. Kemakmjuran masyarakatlah yang diutamakan dan bukan kemakmuran seseorang.
c. Perekonomian harus disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas kekeluargaan.

21
d. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak yang harus dikuasai oleh negara.
e. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok
kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
f. Hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak boleh ada di tangan
orang seorang.
g. Bangun perusahaan yang sesuai dengan perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan ialah koperasi.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Indonesia adalah negara hukum yang
demokratis, sehingga perlu dikembangkan sinergi bangsa untuk mencapai masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila, seperti terdapat pada tujuan nasional. Kepentingan nasional yaitu
mencapai tujuan nasional, dikenal dengan prinsip yuridis formal pada Negara Hukum Indonesia,
yang dilaksanakan berdasarkan:
1) Bahwa hukum kita dibentuk sehingga ada pembentukan hukum.
2) Bahwa hukum itu diterapkan sehingga ada pelayanan hukum.
3) Bahwa hukum itu ditegakkan karena menghadapi hambatan dalam penerapannya.
4) Bahwa hukum itu dikembangkan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
ilmu, pengetahuan, teknologi, dan seni.

4.9 Kesadaran Masyarakat Hukum


Indonesia adalah negara nasional (bukan kesukuan) yang mengatasi segala paham
golongan dan paham perseorangan, dalam kesatuan hukum yang mengabdi pada kepentingan
nasional. Kondisi ini terlihat pada kesatuan sosial budaya; yaitu:
1) Masyarakat Indonesia adalah satu dalam keanekaragaman suku, agama, dan
kepercayaan yang dari padanya dituntut mewujudkan kemajuan masyarakat yang
merata dan seimbang, serta adanya keselarasan kehidupan yang seimbang, sesuai
dengan kemajuan bangsa.
2) Ada satu kebudayaan nasional yang tumbuh dan berakar dalam puncak-puncak
kebudayaan daerah.

22
3) Ada kesatuan bahasa, lambang negara, dan sistem pendidikan.

Sedang dilihat dari kesatuan ekonomi dan keadilan sosial ialah:


1) Kekayaan Indonesia adalah milik bersama seluruh bangsa dan digunakan untuk
kemakmuran rakyat.
2) Pembangunan nasional dalam bidang ekonomi merupakan pembangunan ekonomi
seluruh wilayah Indonesia sehingga perlu pemerataan dan seirama dengan
keunggulan/kearifan lokal/daerah.
3) Kemajuan ekonomi sektoral daerah dapat dimanfaatkan daerah lain secara timbal balik.

Pancasila adalah dasar negara, untuk mengembangkan nilai-nilai Pancasila diperlukan


kesadaran hukum. Untuk memantapkan pertumbuhan Demokrasi Pancasila dalam menampung
aspirasi rakyat, membuka hubungan timbal balik antara rakyat dengan lembaga perwakilan rakyat
dan dengan pemerintah. Jadi dalam pembangunan nasional, lembaga/organisasi kemasyarakatan
perlu ditingkatkan sesuai dengan kekhususannya (agama, politik, profesi, daerah, dan sebagainya)
dalam rangka menjamin aspirasi masyarakat.
Perwujudan nilai-nilai Pancasila dalam hidup berkelompok yang diinginkan oleh bangsa
Indonesia ialah:
1) Bermasyarakat; tiadanya penjajahan ataupun eksploitasi antar manusia,
berperikemanusiaan, dan berkepribadian.
2) Berbangsa; ke-Bhineka Tunggal Ika-an, kemajuan adab, budaya, persatuan, serta
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.
3) Bernegara; berdasarkan kedaulatan rakyat, berdasar atas hukum, negara persatuan yang
mengatasi segala kepentingan golongan dan perseorangan, serta berdasarkan
musyawarah.

Realisasinya, tumbuh kelompok kegiatan yang lebih terinci yang disebut tatanan dasar;.
tatanan warga negara, tatanan hukum, tatanan kehakiman, tatanan kesejahteraan, tatanan
berorganisasi, tatanan kerukunan hidup antar umat beragama dan antar agama, dan sebagainya.
Pada setiap tatanan, tumbuh hak dan kewajiban masing-masing, baik sebagai pemimpin maupun
anggota. Tatanan berdasarkan hak dan kewajiban ini akan memunculkan lembaga/organisasi

23
kemasyarakatan yang pada akhirnya akan membentuk lembaga kenegaraan. Hubungan hukum
antara dua kelembagaan ini, dapat dilihat dari dua segi, yaitu:
1) Hubungan antara rakyat dengan lembaga perwakilan.
2) Hubungan antara rakyat dengan orang atau organisasi masyarakat yang mewakilinya.
Dalam rangka mencapai tujuan nasional, setidaknya ada dua masalah, yaitu:
a. Bagaimana wujud masyarakat atau negara Indonesia yang merdeka, bedaulat, adil, dan
makmur?
b. Bagaimana semangat dan wujud manusia Indonesia yang bersifat kekeluargaan.
Untuk menjawabnya, pembangunan nasional dirumuskan dalam pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya serta pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, berdasarkan nilai-nilai Pancasila
menuju manusia yang religius, berbudaya, berteknologi, menghargai harkat martabat manusia dan
sesamanya, nasionalisme (tidak sempit).

4.10 Keadilan dalam Hukum Indonesia

https://www.bing.com/images/search?view

4.10.1 Kedudukan Hukum pada Pemerintah dan Masyarakat


Pancasila dalam NKRI mempunyai kedudukan sebagai yuridis konstitusi, ideologi negara;
yang harus mampu memberikan orientasi, wawasan, asas, pedoman normatif dalam seluruh bidang
kehidupan. Jadi lima sila pada Pancasila menjadi landasan moral bagi seluruh warga negara dalam
tata hidupnya dan bagi negara dalam tata negaranya. Moral adalah alat ukur untuk menilai baik
atau buruk, jika sistem hukum dan institusi sosial telah ambruk, maka diperbaiki; diperbarui
menurut prinsip moral. Nilai-nilai moral ini diwadahi dalam hukum positif yang dapat memaksa
semua pihak untuk mematuhinya.

24
Hukum disusun, hakikatnya, untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat keseluruhan,
yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Masyarakat dikatakan dalam kondisi berkeadilan
dalam hubungan masyarakat dan yang diwujudkan hubungan dari atas ke bawah, dari bawah ke
atas, dan sejajar; jika memenuhi hak kewajiban sesuai dengan proporsinya. Hal ini dinamakan
keadilan sosial.
Tiga macam keadilan (Aristoteles) dalam hubungan antar manusia dalam masyarakat:
1) Keadilan Distributif (Distributive Justice) terwujud jika hal yang sama
diperlakukan sama, bentuk konkretnya ialah sikap adil negara terhadap seluruh
warga negara atau negara wajib memenuhi keadilan terhadap warganya.
2) Keadilan Legal (Legal Justice) diwujudkan jika setiap anggota masyarakat
melaksanakan fungsinya dengan benar sesuai dengan kemampuannya. Bentuk
konkretnya ialah ketaatan warga negara terhadap negaranya sesuai dengan hukum
yang berlaku.
3) Keadilan Komukatatif (Communicative Justice) berlangsung antara sesama
warga masyarakat dalam saling memenuhi keadilan sesuai dengan haknya
masing-masing.

4.10.2 Keadilan berdasarkan Pancasila


Analisis makna Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, ditegaskan pada ceramah
Bung Karno tahun 1960 bahwa Keadilan sosial ialah suatu masyarakat, atau suatu sifat masyarakat,
atau suatu sifat masyarakat yang adil dan makmur, berbahagia buat semua orang, tidak ada
penghinaan, tidak ada penindasan, tidak ada penghisapan. Tidak ada exploitation de l’homme par
l’homme (pemerasan, penghisapan tenaga oleh manusia terhadap manusia lainnya). Semua
bahagia, cukup sandang, cukup pangan, gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja. Jadi
dalam tatanan masyarakat yang berkeadilan terdapat dua kondisi dasar, yaitu:
1) Masyarakat yang berkeadilan, yang merujuk pada tata hidup untuk memenuhi
kebutuhan hidup, dalam bidang kejiwaan, rohani, mental spiritual; yang
bercirikan;
a. Berbahagia buat semua orang.
b. Tidak ada penghinaan.
c. Tidak ada penindasan.

25
d. Tidak ada penghisapan.
e. Masyarakat yang damai.
f. Tidak ada kesewenang-wenangan.
2) Masyarakat yang berkemakmuran, yang merujuk pada tata hidup yang
memenuhi kebutuhan fisik material, yaitu:
a. Kemakmuran yang merata di seluruh rakyat yang bersifat dinamis.
b. Kerta raharja atau makmur sejahtera, masyarakat yang berkecukupan
kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
Keadilan berdasarkan Pancasila, yaitu sistem hukum yang dikembangkan berdasarkan niali-
nilai Pancasila dengan mewujudkan keadilan, menjaga dinamika kehidupan bangsa, dan menjamin
proses realisasi diri bagi warga negara Indonesia.

https://www.bing.com/images/search?view

4.10.3 Permasalahan dalam Penegakan Keadilan


Masih banyak permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia, di antaranya kependudukan,
kemiskinan, kesenjangan sosial, ketergantungan, kelestarian lingkungan hidup.
1) Kependudukan, bukan sebatas mengurangi jumlah penduduk, tetapi cara
menyedihkan sarana dan prasarana hidup yang dibutuhkan; oleh karena itu program
keluarga berencana tidak serta merta dapat meningkatkan kesejahteraan karena
kesadaran penduduk, pada dasarnya, adalah kedewasaan dan kematangan terhadap
eksistensinya.
2) Kemiskinan, awalnya hanya masalah ekonomi, sekarang lebih pada budaya yang
didukung oleh sikap konsumtif dan kurang dinamisnya masyarakat, baik dalam
bentuk ide yang tidak realistis, mistis, dan lemahnya kesadaran etis dan etos kerja.

26
3) Kesenjangan, yang meliputi tingkat kehidupan baik pribadi, ekonomi, maupun
kesempatan berkembang disebabkan kurangnya wujud keadilan sosial, khususnya
distributif dan legal.
4) Ketergantungan, menyangkut seluruh kegiatan budaya yang harusnya mandiri,
bebas; namun pengaruh dunia Barat dan iptek membuat masyarakat di negara ketiga
semakin tergantung.
5) Kelestarian lingkungan, sebenarnya ada kearifan tradional “harmonis dengan
alam”, namun sikap individualisme dan metrteialisme mengikis kearifan tersebut
sehingga muncul usaha menguasai alam yang mendorong sikap serakah.
Itulah yang menjadi tantangan pembangunan Indonesia, sehingga perlu:
a. Pembinaan masyarakat menjadi bangsa yang dewasa, bermutu, dan sadar akan
kelestarian eksistensinya secara bertanggung jawab.
b. Pembinaan masyarakat menjadi bangsa yang mandiri dalam semangat kerja
sama yang produktif.
c. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
d. Melaksanakan pemerataan dalam masyarakat untuk mengubah kehidupan yang
semula feodal menjadi demokratis.
e. Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan manusia.
Konsekuensi dari semua ini, diperlukan tatanan hukum yang dikaitkan dengan:
1) Penyusunan/pengaturan perundang-undangan yang mencerminkan keadilan yang
melibatkan masyarakat melalui perwakilan.
2) Pelaksanaan hukum secara obyektif dan mandiri, jangan sampai ada ukuran
rangkap.
3) Aparat hukum yang berkualitas dalam sikap etis, dan memiliki pengetahuan dan
pengalaman sehingga dapat berbuat adil.

4.11 Etika Kehidupan Berbangsa


Etika kehidupan berbangsa adalah rumusan yang bersumber dari ajaran agama, dan nilai
budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila. Etika ini disusun untuk membantu memberikan
penyadaran tentang penting tegaknya etika dan moral dalam kehidupan berbangsa. Dengan
mencermati berbagai kondisi masa lalu dan masa kini serta tantangan masa depan, diperlukan etika

27
berbangsa yang mengacu pada persatuan dan kesatuan bangsa, ketahanan pribadi, kemandirian,
keunggulan dan kejayaan, serta kelestarian lingkungan. Etika berbangsa mengedepankan
kejujuran, amanah, keteladanan, sportivitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa
malu, tanggung jawab, menjaga kehikmatan, serta martabat diri sebagai warga bangsa.

1) Etika Sosial Budaya


Etika sosial budaya bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan
menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai,
saling mencintai, dan saling menolong di antara sesama. Untuk itu perlu
ditumbuhkembangkan budaya malu; berbuat kesalahan, budaya keteladanan.
Etika ini bertujuan mengembangkan kembali kehidupan berbangsa yang berbudaya
tinggi dengan menggugah, menghargai, dan mengembangkan budaya nasional yang
bersumber dari budaya daerah agar mampu melakukan adaptasi, interaksi dengan bangsa
lain, tindakan proaktif sejalan dengan tuntutan globalisasi. Untuk itu diperlukan
penghayatan dan pengamalan agama yang benar, kemampuan adaptasi, ketahanan dan
kreativitas budaya masyarakat.

2) Etika Politik dan Pemerintahan


Etika politik dan pemerintahan bertujuan mewujudkan pemerintahan yang bersih,
efisien, dan efektif serta menumbuhkan suasana politik yan demokratis, yang bercirikan
keterbukaan, rasa tanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan,
jujur dalam persaingan, kesediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar, serta
menjunjung tinggi HAM dan keseimbangan hak dan kewajiban dalam kehidupan berbangsa.
Etika pemerintahan mengamanatkan penyelenggaraan negara yang memiliki rasa
kepedulian tinggi dalam memberikan pelayanan kepada publik, siap mundur apabila dirinya
melanggar ketentuan yang berlaku atau tidak dapat memenuhi amanat masyarakat; bangsa;
dan negara, jujur, amanah, sportif, rendah hati, siap melayani, berjiwa besar, tidak arogan,
toleran, dan tindakan yang terpuji lainnya.
Masalah potensial yang dapat menimbulkan permusuhan dan pertentangan diselesaikan
secara musyawarah dengan kearifan dan kebijaksanaan sesuai dengan nilai agama dan
budaya; dengan tetap menjunjung tinggi perbedaan manusiawi dan alami. Etika ini

28
diharapkan mampu menciptakan suasana harmonis antarpelaku dan antarkekuatan sosial
politik serta antarkelompok kepentingan lainnya untuk mencapai kemajuan bangsa dan
negara dengan mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi dan
golongan.

3) Etika Ekonomi dan Bisnis


Etika ekonomi dan bisnis bertujuan melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang
bercirikan persaingan jujur, berkeadilan, mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi,
daya tahan ekonomi dan kemampuan saing, dan memberdayakan ekonomi yang berpihak
kepada rakyat kecil melalui kebijakan yang berkesinambungan.
Etika ini mencegah terjadinya praktik monopoli, oligopoli, kebijakan ekonomi yang
mengarah pada korupsi, kolusi, dan nepotisme, diskriminasi, yang berdampak negatif pada
efisiensi, persaingan sehat, dan keadilan serta menghindari perilaku menghalalkan segala
cara dalam memperoleh keuntungan.

4) Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan


Etika penegakan hukum yang berkeadilan dimaksudkan untuk menumbuhkan
kesadaran bahwa tertib sosial, ketenangan, dan keteraturan hidup bersama hanya dapat
diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang berpihak kepada
keadilan. Keseluruhan aturan hukum yang menjamin tegaknya supremasi dan kepastian
hukum sejalan dengan upaya pemenuhan rasa keadilan yang hidup dan berkembang di
masyarakat.
Etika ini meniscayakan penegakan hukum secara adil, perilaku yang sama dan tidak
diskriminatif terhadap setiap warga negara di hadapan hukum, dan menghindari
penggunaan hukum secara salah sebagai alat kekuasaan dan bentuk-bentuk manipulasi
hukum lainnya.

5) Etika Keilmuan
Etika keilmuan bertujuan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek) agar warga bangsa mampu menjaga harkat dan martabatnya, berpihak

29
kepada kebenaran untuk mencapai kemaslahatan dan kemajuan sesuai dengan nilai-nilai
agama dan budaya.
Etika ini diwujudkan secara pribadi ataupun kolektif dalam cipta, karsa, dan karya yang
tercermin dalam perilaku kreatif, inovatif, invertif, dan komunikatif dalam kegiatan
membaca, belajar, meneliti, menulis, berkarya, serta menciptakan iklim kondusif bagi
pengembangan iptek.
Dalam hal ini ditegaskan pentingnya budaya kerja keras dengan menghargai dan
memanfaatkan waktu, disiplin dalam berpikir dan berbuat, serta menepati janji dan
komitmen diri untuk mencapai hasil yang terbaik. Di samping itu, etika ini juga mendorong
tumbuhnya kemampuan menghadapi hambatan, rintangan, dan tantangan dalam
kehidupan, kreatif, dan pantang menyerah.

6) Etika Lingungan
Etika ligkungan menegaskan pentingnya kesadaran menghargai dan melestarikan
lingkungan hidup serta tata ruang secara berkelanjutan dan bertanggung jawab.

LATIHAN
1. Jelaskan permasalahan HAM pada abad XVII-XIX dalam hubungan antardinasti?
2. Jelaskan, bagaimana perjuangan kaum aristorat dan intelektual dalam memperjuangkan
penegakan HAM?
3. Jelaskan yang dimaksud dengan Magna Carta di bidang HAM, dan bagaimana
pelaksanaannya?
4. Jelaskan pengertian HAM, human right, basic right, nature right, legal right?
5. Jelaskan hakikat HAM, jelaskan pula perbedaan hak universal dan hak fundamental?
6. Uraikan dengan singkat latar belakang hukum humaniter?
7. Bagaimana pendapat anda tentang kejahatan perang, bagaimana bangsa Indonesia (TNI)
menyikapinya?
8. Uraikan dengan singkat latar belakang DU HAM?
9. Jelaskan, mengapa di antara kata hak di DU HAM hanya ada satu kata kewajiban, bagaimana
pendapat anda?
10. Uraikan dengan singkat latar belakang UU tentang HAM di Indonesia?

30
11. Jelaskan hal yang landasan tekad yang membenarkan HAM?
12. Jelaskan HAM di negara hukum dan bagaimana implementasinya di Indonesia?
13. Bagaimana pendapat Anda tentang amandeman UUD 1945 yang berkaitan dengan pasal XA
tentang HAM?
14. Jelaskan hak dan kewajiban warga negara Indonesia, dan bagaimana pelaksanaannya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara?
15. Bagaimana pendapat anda tentang produk perundang-undangan tentang HAM di Indonesia?
16. Jelaskan yang dimaksud dengan negara hukum dan apa yang melandasinya:
17. Bagaimana prinsip hukum Indonesia baik secara formal maupon secara material?
18. Jelaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum yang demokratis?
19. Bagaimana pendapat anda tentang kesadaran masyarakat Indonesia terhadap hukum di
Indonesia?
20. Jelaskan, bagaimana bentuk hidup berkelompok yang diinginkan oleh bangsa Indonesia?
21. Jelaskan keadilan menurut Aristoteles, dan bagaimana implementasinya dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia?
22. Jelaskan (latar belakang) permasalahan dalam penegakan keadilan di Indonesia?
23. Jelaskan tujuan etika berbangsa bagi warga negara Indonesia?
24. Jelaskan etika keilmuan, dan bagaimana anda mengimplemantasinya sebagai mahasiswa?
25. Jika anda masuk/berada dalam dunia bisnis, etika apa yang akan/harus anda
kembangkan/lasanakan?

31

Anda mungkin juga menyukai