KEWARGANEGARAAN
“Hak Azasi Manusia Dan Negara Hukum”
DISUSUN OLEH :
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah Pendidikan Pancasila.
Makalah tentang Hak Azasi Manusia dan Hukum Negara ini disusun untuk
melengkapi tugas Kewarganegaraan. Pengembangan dan penyusunan materi diberikan secara
urut. Penyajian materi didesain untuk memperkuat pemahaman konsep tentang HAM dan
Hukum Negara,
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun
hadapi. Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala tersebut
dapat teratasi.
Penyusunan makalah ini disesuaikan dengan referensi yang didapat dari buku maupun
internet. Segala kritik dan saran yang membangun senantiasa diharapkan penyusun demi
penyempurnaan tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca dan bermanfaat bagi pendidik
serta rekan-rekan dalam mengembangkan ilmu pendidikan pancasila.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Hak asasi manusia merupakan anugrah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormat,
dijujung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah,dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martbat manusia. Penegakan HAM yang kuat
terjadi ketika bangsa ini memperjuangkan hak asasinya, yaitu:”kemerdekaan”, yang telah
beradab-adab dirampas oleh penjajah.
Para pendiri negara ini telah merasakan sendiri bagaimana pendrtitaan yang dialami
karna hak azasinya diinjak-injak oleh penjajah. Oleh karena itu, tidak mengherankan setelah
berhasil mencapai kemerdekaan, para pendiri negeri ini mengutamakan prinsip-prinsip HAM
dalam Konsitusi RI ( Undang-Undang Dasar 1945 dan Pembukaannya) sebagai pedoman dan
cita-ciat yang harus dileksanakan dan dicapai. Sejak memasuki era reformasi,indonesia telah
melakukan upaya pemajuan HAM, termaksud menciptkan hukum positif. Kasus Pelanggaran
HAM di indonesia emang masih banyak yang belum terselesaikan dan tuntas sehingga
diharapkan perkembangan dunia HAM di indonesia dapat terwujud kearah yang lebih baik.
Salah satu toko HAM di indoesia adalah Munir yang tewas dibunuh diatas pesawat udara
saat menuju Belanda dari indonesia. Oleh karena itu sebagai warga negara yang baik kita
seharusnya menjujung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa mebeda-bedakan
status,golongan,keturunan,jabatan,agama, suku dan lain srbagainya, makalah ini akan
memeperdalam pengetahuan kita tentang HAM dan kaitan antara HAM dan Negara Hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
1) HAM adalah suatu konsepsi mengenai pengakuan atas harkat dan martabat manusia
yang dimiliki secara alamiah yang melekat pada setiap manusia pada perbedaan
bangsa,ras,agama,dan jenis kelamin.
2) HAM (universal) ialah hak dan kebebasan dasar manusia yang secara alami melekat
pada diri dan tanpa itu manusia tidak dapat hidup secara wajar sebagai manusia.
3) Dewan Pertahanan Nasional mengajukan tiga tokoh ukur HAM fudenmental,yaitu:
a. Hak yang bersifat karunia Tuhan Yang Maha Esa.
b. Hak yang terkait dengan kelangsugan ekstensi manusia.
c. Hak yang bersifat universal.
Sedangkan hak yang tidak bersifat fundamental ialah hak manusia yang timbul
sebagai akibat perkembangan kehidupan manusia dalam masyarakat nasional maupun
internasional,yaitu ;
1) HAM berasal dari martabat dan pantas melekat dalam manusia dan manusia
adalah sentral dari HAM dan kemerdekaan dasar,secara konsuken harus
menjadi pewaris yang terpenting dan harus berpartisipasi secara aktif dalam
merealisasikan hak dan kebebasan.
2) Ruang lengakap HAM meliputi bidang ekonomi,politik,sosial budaya dan
hankam.
3) Untuk mewujudkan konsepsi HAM, setiap orang hidup dalam ber MBN yang
dituangkan dalam barbagai aturan perundang-undangan sehingga pelanggaran
akan beresiko sanksi hukum.
4) Jaminan hukum HAM dileksanakan dengan semangat persaudaraan dan
kekeluargaan.
5) HAM tak terbatas;untuk ketertiban susila,keselamatan dan keamanan serta
kesejahteraan umum,pengakuan dan kekeluargaan.
2. Humanisasi Perang
2.1. Asal-Usul Hukum Humaniter
Pelanggaran HAM tidak terlepas dari perang fisik (bersenjata) awal kesengsaraan
manusia disebabkan oleh perbudakaan, penjualan manusia.penyiksaan,pemerkosaan,
dan penghapusan etnis (genocide).perperangan menjadi semakin kejam,terutama
masa abad pertengahan (transisi menuju masyarakat beradaba) sehingga timbul
upaya untuk menjinakkan peperangan.
Pada zaman pacerahaan renainsnce di Eropa melahirkan intelektual baru yang
mengubah paerbedaan ke moderen. Mereka juga mendobrak dogma-dogma agama
Kristen(Katolik). Pada wakru itu, aristokrat menyewa tentara bayaran untuk menjaga
wibawa sakaligus mendukung petualangannya,akibat nya penindasaan tetap ada
bahkan berskala besar.sebaliknya gerakan humanis juga berkembang sejalan dengan
perkembangan iimupengetahuan,salah satu pelopornya ialah Jean Henri Dunant.
Juni 1859,Jean Henri Dunant menyaksikan penderitan orang yang terluka di
medan tempur Solferino di italia,akibat perang antara Austria dan sardinia (dibantu
Perancis) maupun penderitaan akibat perang sebelumnya,di semenanjung Krim
antara Rusia (Dinasti Romanov) dan Turki (Dinasti Ottoman); mendorong diadakan
perjanjian Paris.perjanjian ini mendorongkan penguasa untuk mengambil tindakan
atas dasar peri kemanusiaan (humaniter). Pada masa itu,perang bnyak dilakukan oleh
tentara banyaran untuk kepntingan dinasti. Sebelum ada hukum,perang bisa didarat;
baru pada konvensi Jenewa ( 1864) mengatur perlakuan korban perang darat. Pada
konvensi Den Haag (1907) diatur pengurangan perang darat,dan diberlakukan perang
laut; dengan ketentuan
a. Ketentuan dimulai dari darat.
b. Hukum dan kebiasaan perang di darat.
c. Perbaikaan perlakuan terhadap orang yang luka di medan perang darat.
Sejak 1949 (setelah perang dunia II) Konvensi Jenewa membahas secara rinci
masalah hukum perang baik di darat maupun dilaut : hasilnya terkenal dengan nama
Hukum Humaniter (Humanitarian Law Of war) .
2.2 Kejahatan Perang
Perang Dunia I (PD I) diyakni,dipicu oleh terbunuhnya Putra Mahkota Kekaisaran
Austria-Hongaria oleh seorang Serbia. Austria-Hongaria dibantu Rusia dan Jerman
memerangi Serbia yang dibantu Inggris,Prancis,menyusul Amerika Serikat. Dalam
perang itu, pasukaan Jerman membunuhi tentara lawan dan penduduk sipil. Pasca PD I,
diadakan perjanjian perdamaian yang di tanda tangani oleh satu pasal tentang
Pengandilan Khusus (special tribunal) untuk mengadili Kaisar Wilhelm II dari jerman
tentaranya melakukan tidakan yang tidak bermoral. Pasal lainya, adanya persetujuan
Jerman yang mengakui hak negara sekutu untuk mengadili semua orang yang dituduh
melakukan tindak pidana kejahatan perang tradisional. Fakta, Kaisar Jerman lolos dari
pengadilan internasional karena melarikan diri ke negeri Beland, dan Ratu Belanda
menolak ekstradisi.
Yang perlu dicermati,sejak perjanjian versailes (1919) membawa hikmah seperti
berikut ini.
a. Perbuatan individu melanggar hukum dan kebiasaan perang dinyatakan sebagai
tindak pidana kejahatan perang berdasarkan perjanjian internasional.
b. Individu anggota tentara Jerman dapat diwajibkan memberi pertanggung jawaban
didepan pengadilan khusus.
PD II memakan korban ± 60 juta umat manusia (35% jumlah penduduk dunia saat
itu) dan kebanyakaan korban meninggal karena senjata, dan konvensional sampai
nuklir. Korban tidak hanya militer tetapi juga warga sipil. Setelah Jerman
menyerang,dibentuklah Mahkamah Militer Internasional di Nurenberg untuk
mengadili pimpinan pemerintahan jerman, militer dan anggota partai nazi, pada bulan
Agustus 1945. Mahakamah Militer Internasional di Tokyo digelar bulan september
1945 untuk mengadili Pimpinan Pemerintahan dan Militer Jepang. Namun, sesuai
dengan Hukum Humaniter (konvensi Jenewa) yang diadili hanya sebagian
orang/tentara, berdasarkan tuduhan yang disepkati:
a. Kejahatan terhadpan perdamaian, termaksud merencanakan dan menyiapkan
perang.
b. Kejahatan perang, yaitu tindak kekerasan yang menyebabkan penindasaan
dan lain-lain.
c. Kejahatan terhadap kemanusiaan, yaitu pembunuhan,perbudakaan,tindakaan
tidak berperikemanusian terhadap penduduk sipil,sebelum dan selama perang.
Proses peradilan militer ini membawa dampak positif bagi hukum internasional,
yaitu bajwa individu dapat dikenai hukum atas padahal paerjanjian westphalia (1648)
masih mempertahankan sebagian hukum antara negara. Dampak lainnya ialah resolusi
PBB, 11 Desember 1945 yang menyetujui asas hukum yang dipakai dalam dua
peradilan militer tersebut sebagai konsep HAM. Komisi Hukum Internasional PBB,
yang memberikan kontribusi tercapaiannyan Universal Declaration of Human Ringht,
10 Desember 1948.
3. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia ( DU HAM)
Deklarsi Universal HAM (DU HAM) terdiri atas 30 pasal,semua pasal berbicara
tentang hak, hanya sati kata kewajiban, pada pasal 29 ayat 1, yaitu “setiap orang
mempunyai kewajiban terhadap masyarakat di tempat ia mendapatkan kemungkinaan
untuk mengembangkan pribadinya sepenuhnya dan sutuhnya”. Namun setiap kata hak
sebenarnya identik dengan kata kewajiban.
Dari tinjauan di atas HAM dilandasi oleh tekad yang dibenarkan,seperti berikut ini .
1) HAM berasal atau bersumber dari Tuhan, sering disebut hukum alam yang memiliki
atau memberikan kepada semua orang perindividuan tanpa memperbedakan status
orang perorang.
2) Hak asasi, mengarah/mengutamakan lebih dahulu kepuasaan batin semua pihak yang
dapat memberikan kontribusi positif dan aktif pada kepuasaan lahiriah.
3) Penjabaran/apikasi HAM berkembang terus seirama dengan perkembangan pikir
budaya,cita-cita manusia dan iptek.
4) Manusia tidak bisa kehilangan hak asasinya kalau tidak ia akan tidak lagi secara
kodrati menjadi manusia.
5) HAM selalu melekat pada setiap orang untuk sepanjang hidupnya tanpa dapat
diambil atau dicabut,lewat keputusan hakiki yang adil dan benar.
6) Keberadaan negara,anatar lain untuk menghormati dan memperkenalkan HAM sesuai
dengan kesepakatan bersama demi pengembangan martabat manusia.
7) Kesadaran memeiliki dan meleksanakan HAM harus dikatikan pula dengan
kewajiban asasi dan tanggung jawab asasi.
4.2 Hak Dan Kewajiban Negara Indonesia
Soenawar Soekawati (1977 : 11) dalam bukunya kertagama, menyatakan antara lain
tentang rule of law dalam pratek ketatanegaraan,yang jelas terlihat dalam perumusaan
“...bijaksana mengemudikaan perdata tinggi dan segala kerja... baginda makin keras
berusahaa untuk dapat bertindak bijak...dalam pengadilaan tidak sembarangan tetapi tetap
terlihat undang-undang...adil segala putusan yang diambil sehingga semua merasa puas..”
Dalam UUD 1945 dari mulai pembukuaan sampai pasal-pasal dan ayat-
ayatnya,banyak hal yang mencerinkan HAM di indonesia.
1) Preambule ; hak kemerdekaan/menentukan nasib sendiri: Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu mak penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-
keadilaan.
2) Pasal 26 (1) Hak Warga negara: Yang menjadi warga negara ialah orang-orang
indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disyahkah oleh undang-undang
sebagai warga negara.
3) Pasal 27 Hak dan kewajiban akan kesamaan dan persamaan didepan hukum,hak
bekerja untuk hidup layak, dan hak membela negara.
4) Pasal 28 Hak berserikat,berkumpul,dan berpedapatan Kemerdekaan berserikat dan
berkumpul,mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagaianya ditetapkan
dengan undang-undang. Pasal 28 A sampai 28 J memuat revitalisasi DU HAM.
5) Pasal 29 Hak beragama
6) Pasal 30 Hak dan kewajiban ikut serta dalam Hankam
7) Pasal 31 Hak dan kewajiban akan pendidikan
8) Pasal 33 Hak kesejahteraan sosial
9) Pasal 34 Jaminan Sosial
5. Negara Hukum
Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Jean Jacques Rousseau,memahami hukum
harus bertolak dari cara bangsa. Pola hidup berkelompok memerlukan ketertibaan, dari
sini lah muncul hukum. Menurut liberalisme, manusia dilahirkan bebas, dalam
membentuk negara dan kontra sosial; asas ini disebut cara pandang individualistik atau
asas perorangan. Sedangkan menurut Intergralistik (dianut oleh Indonesia), hubungan
antra-individu dengan masyrakat diutamakan kepentingan masyarakatnya dengan tetap
menghargai dan menghormati hak persorangan.
Menurut indonesia, kehidupan berkelompok bernegaradidasarkan atas: Atas berkat
rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya (Pembukaan UUD 1945 alinea III)
Konsekuensi dari semua ini,diperlukan tatan hukum yang dikaitkan dengan hal-hal
dibawah ini ;
1. Penyusunan/peraturan perudang-undagan mencerminkan keadilan yang
melibatkan masyarakat melalui perwakilan.
2. Peleksanaan hukum secara objectif dan mandiri,jangan sampai ada ukuran
rangkap.
5) Etika keilmuan
Etika keilmuan bertujuan menjujung tinggi nilai-nilai kemanusian ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) agar warga bangsa mampu menjaga harkat dan
martabatnya.
6) Etika Lingkungan
Etika lingkungan menegaskan pentingnya kesadaran menghargai dan
melestarikan lingkungan hidup serta tata ruang secara berkelajutan dan bertanggung
jawab.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
HAM merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan
Negara atau dengan kata lain pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur
penyelenggaraan Negara. HAM merupakan sumber dari segala sumber hukum, HAM
merupakan kaidah hukum Negara yang secara konstitusional mengatur Negara
Republik Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah serta
pemerintah Negara.
Oleh karena itu pancasila ditetapkan sebagai dasar Negara Indonesia sebagai
landasan. HAM dan Hukum Negara Indonesia yaitu hasil pemikiran mendalam dari
bangsa Indonesia, yang dianggap, diyakini sebagai kenyataan nilai dan norma yang
paling benar, dan adil untuk melakukan kegiatan hidup berbangsa dan bernegara di
manapun mereka berada. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa indonesia, yang
membedakan dengan bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa
Indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa
Indonesia sepanjang masa.
B. Saran
Warga negara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan tinggal
di negara Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknya warga negara Indonesia harus lebih
meyakini atau mempercayai, menghormati, menghargai, menjaga, memahami dan
melaksanakan segala hal yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya dalam
pemahaman bahwa filsafat Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Kewarganegaraan tentang Hak Azasi Manusia dan Hukum Negara.