Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hak asasi manusia (human rights) merupakan hak manusia, yang melekat pada
manusia, dimana manusia juga dikaruniai akal pikiran dan hati nurani. Hak asasi
manusia bersifat universal yang berarti melampaui batas-batas negeri, kebangsaan,
dan ditujukan pada setiap orang baik miskin maupun kaya, laki-laki atau perempuan,
normal maupun penyandang cacat dan sebaliknya. Dikatakan universal karena hak-
hak ini dinyatakan sebagai bagian dari kemanusiaan setiap sosok manusia, tak peduli
apapun warna kulitnya, jenis kelaminnya, usianya, latar belakang kultural dan agama
atau kepercayaan spiritualitasnya.

Pengertian Hak Asasi Manusia yang diatur dalam hukum positif

Negara Indonesia yaitu diatur dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang berbunyi sebagai berikut :

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai Makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerahNya yang wajib dihormati dan dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.

Menurut John Locke, seorang ahli pikir di bidang ilmu negara berpendapat bahwa
hak-hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan sebagai
hak yang kodrati. Ia memperinci hak asasi manusia sebagai berikut :

1. Hak hidup (the right of life)

2. Hak kemerdekaan (right to liberty)

1
3. Hak milik (right to property)

Secara teoritis, hak-hak asasi manusia yang terdapat dalam The Universal Decaration
of Human Rights dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu :

1. Yang menyangkut hak-hak politis dan yuridis

2. Yang menyangkut hak-hak atas martabat dan integritas manusia

3. Yang menyangkut hak-hak sosial, ekonomi dan budaya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana konsep generasi Hak Asasi Manusia yang berkembang di dunia?
2. Bagaimana korelasi antara paham individualisme dan marxismes ?
3. Bagaimanakah implementasi generasi ham didalam UUD 1945?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Bagaimana konsep Hak Asasi Manusia yang berkembang di dunia?
2. Bagaimana korelasi antara paham individualisme dan marxisme?
3. Bagaimana implementasi generasi Hak Asasi Manusia didalam UUD 1945?

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 KONSEP HAM DI DUNIA


A. Konsep HAM Dalam Paham Individualisme
Konsep Barat liberal dalam perjalanan sejarah kemanusiaan telah menganut filosofi
individualistik. Artinya manusia sebagai subjek hukum pribadi (perzoonlijk)
memiliki hak-hak individual yang harus dihormati sebagai hak bawaan sejak
kelahirannya. Karena itu, dalam konsep Barat hak-hak individu sangat dihormati dan
dihargai sebagai hak yang harus mendapat perlindungan oleh negara dan pemerintah
sebagai wujud penghormatan atas nilaLnilai individualistik kemanusiaan.

Miriam Budiardjo (2008:213), mengatakan bahwa gagasan pemikiran tentang


penghormatan dan penghargaan HAM di Eropa, terutama di Eropa Barat bermula
pada abad XVII dengan munculnya konsep tentang hukum alam (natural law) dan
hak-hak aIamiah (natural right). Beberapa abad sebelum itu di Inggris (abad
pertengahan) masalah tentang hak sudah mulai ramai dibicarakan.

Inggris pada tahun 1215 yang dipimpin oleh Raja John telah menandatangani suatu
piagam perjanjian dengan kaum bangsawan yang dikenal dengan Magna Charta.
Inggris pada waktu itu yang bersifat feodal absolut, telah dipaksa oleh kaum
bangsawan untuk mengakui hak-hak dari golongan bangsawan sebagai kompensasi
untuk dukungan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan perang di kala itu.

Hak yang dijamin oleh raja sebagaimana tertuang dalam Piagam Perjanjian (Magna
Charta), adalah hak politik dan sipil yang mendasar, seperti hak untuk diakui
kepemilikannya atas tanah dan hak untuk diperiksa di muka hakim (habeas corpus).
Meskipun awalnya hak-hak itu hanya dinikmati oleh kaum bangsawan, akan tetapi

3
dalam perkembangannya kemudian hak-hak itu juga menjadi bagian dari hak semua
warga negara.

Memasuki abad XVII sampai abad XVIII pemikiran tentang hak asasi mengalami
kemajuan pesat di Eropa, di mana konsep tentang kekuasaan raja yang diperolehnya
berdasarkan pemberian Tuhan atau wahyu Ilahi (Devine Right of Kings) atau hak
suci raja sebagai dasar legitimasi kekuasaan absolutisme raja mulai dipertanyakan
dan digugat, oleh karena banyaknya raja yang bertindak sewenang-wenang.

Dampak dari kemajuan-kemajuan ekonomi rakyat dan meningkatnya taraf pendidikan


rakyat memunculkan golongan baru yaitu Borjuis (golongan ekonomi mapan dan
berpendjdikan), maka golongan bangsawan, golongan Borjuis bersekutu dan menyatu
dengan rakyat menghendaki agar legitimasi kekuasaan king dan hubungannya dengan
rakyat supaya didasarkan atas sesuatu yang rasional. Karenanya harus ada kontrak
sosial dan politik antara king dengan rakyat.

Pemikiran-pemikiran pembaharuan tersebut, tercermin dalam gagasan dari Filsuf-


filsuf masa reinans (pencerahan) atau “(Enlightenment) yang menganut paham
liberalisme, seperti Thomas Hobbes (1588-1679), Jhon Locke (1632-1704), De la
Montesquieu (1689-1755), JJ. Rousseau (1712-1778), sekalipun mereka tersebut
berbeda dalam interpretasi, namun semuanya membayangkan suatu masa lalu di
mana manusia hidup dalam keadaan alami (nature). Dalam keadaan alam ini semua
manusia sama martabatnya (equal) tunduk pada hukum alam, dan memilikj hak-hak
alam yang dalam perkembangannya mengharuskan manusia untuk menggunakan
rasio dalam menata kehidupan bernegara, sehingga diperlukan adanya kontrak antara
penguasa dengan rakyat yang kemudian melahirkan teori kontrak sosial dan Teori
Rasionalitas (Miriam Budiardjo,2008:212).

Hak-hak alamiah manusia dimaksudkan, adalah hak atas hidup (life), hak kebebasan
(liberty) dan hak kepemilikan (property) dan untuk itu maka penguasa harus
memerintah dengan persetujuan rakyat (government by consent). Hak-hak ini,
sifatnya melekat secara individual pada manusia. Karenanya dapat dikatakan bahwa

4
dunia Barat dan Amerika umumnya memandang HAM sebagai hak individual yang
melekat secara interen pada diri manusia.

Konsep Barat tentang HAM adalah individualistik, sesuai dengan paham kebebasan
dan kemerdekaan individual (freedom and liberty individuale), yang menjadi ideologi
negaranya, sehingga kapitalis/liberalisme tumbuh subur di Eropa Barat pada
umumnya dan Amerika.

B. Konsep HAM dalam Paham Komunisme


Dapat dikatakan bahwa ideologi sosialis-komunis, adalah kebalikan dari prinsip
ideologi kapitalis atau liberalisme yang berkembang di Eropa dan Amerika pada
umumnya. Ideologi Sosialis-Komunis menempatkan individu sebagai sampingan dari
kolektifitas, sehingga hak-hak individu harus tunduk pada hak-hak kolektifitas yang
diatur oleh negara demi pemerataan.

Meninjau pandangan sosialis-komunis terhadap HAM, tidak dapat dilepaskan dengan


Rusia (Uni Soviet), oleh karena pada negara inilah mula kali munculnya paham
tersebut sebagaj pengembangan dari ajaran Karl Marx, Marxisme dan Leninisme,
yang kemudian berkembang baik di bagian timur Eropa maupun di negara-negara
Asia (Jimly Asshiddiqie, 201 1:245).
Pada tahun 1917 di Rusia telah terjadi Revolusi yang menentang Tsar, yang dipimpin
oleh Lenin (1870-1924) revolusi yang djpelopori oleh golongan komunis itu telah
berhasil mendirikan negara baru berdasarkan ideologi Marxisme-Leninisme
(Marxisme sesuai tafsiran Lenin) atau komunisme (Miriam Budiardjo,2008:217).

Revolusi itu telah membawa penderitaan besar bagi kalangan atas (high class),
terutama setelah Stalin mengambil alih pimpinan pada tahun 1924, dengan
kebijakannya yang sadis di mana semua orang yang dianggap anti revolusioner
dibunuh dan ditawan dalam kamp-kamp konsentrasi.
Setelah Perang Dunia II berakhir, Uni Soviet berhasil tampil pada panggung politik
dunia Internasional sebagai pesaing Amerika Serikat yang adidaya sampai pada akhir

5
tahun 1989 ketika Uni Soviet runtuh sebagai nation state dan terpecah-pecah menjadi
beberapa negara, sehingga Uni Soviet ibarat lenyap ditelan bumi sebagai simbol
komunisme dan pendekar dunia kedua pesaing Amerika.

Ideologi Sosialis-Komunis lebih menekankan pada hak-hak masyarakat dan negara di


bawah pengendalian ketat oleh negara, dibanding hak-hak individu. sosialis komunis
memperjuangkan dengan gigih kepentingan rakyat pekerja dengan memperkuat dan
mengembangkan sistem sosialis, karena komando tertinggi ada di tangan sosialis
yang dilaksanakan oleh negara, jika suatu hak dianggap sebagai ancaman terhadap
ideologi komunis, maka hak itu tidak memperoleh perlindungan, karenanya HAM
sangat terbatas maknanya. Sosialis komunis memandang HAM hanya dikala hak-hak
itu untuk kepentingan warga negara dalam arti masyarakat secara kolektifitas bukan
sebagai individu dan hak-hak mana menopang perjuangan sosialis komunis.

2.2 Ada korelasi antara Marxisme dengan Individualisme dalam sudut pandang
HAM
Kita mulai dari Marxisme yang mengajarkan tentang kebersamaan / komunal yang
artinya milik rakyat umum atau milik bersama. Teori Marxisme pertama kali
dirumuskan oleh Karl Max (1818-1883). Sedangkan individualis menekankan pada
kebebasan secara personal atau perorangan. Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa
antara kedua sudut pandang ini sangat berbeda yaitu dalam hal yang mendasar antara
HAM dalam paham kebersamaan dan paham perorangan.

2.3 Konsep Generasi Hak Asasi Manusia (HAM)


A. Generasi Pertama : Hak Sipil dan Politik
Generasi pertama HAM (dari abad ke 17 dan ke 18), memuat hak-hak “kebebasan”
yang sering dijadikan rujukan untuk mewakili hak-hak sipil dan politik, yaitu hak-hak
asasi manusia yang “klasik”. Generasi pertama HAM ini adalah hak-hak yang
dimasukan dalam pasal 2-12 DUHAM. Hak-hak tersebut pada hakekatnya ingin

6
melindungi kehidupan pribadi manusia atau menghormati otonomi setiap orang atas
dirinya sendiri (kedaulatan individu).

Hak yang termasuk kedalam generasi pertama ini adalah :


Hak sipil, yaitu :
a. hak untuk menentukan nasib sendiri;
b. hak untuk hidup;
c. hak untuk tidak dihukum mati;
d. hak untuk tidak disiksa;
e. hak untuk tidak ditahan secara sewenang-wenang; dan
f. hak atas peradilan yang adil, independen, dan tidak berpihak.
Hak politik, yaitu :
a. hak untuk berekspresi atau menyampaikan pendapat;
b. hak untuk berkumpul dan berserikat;
c. hak untuk mendapatkan persamaan perlakuan di depan hukum;
d. hak untuk memilih dan dipilih; dan
e. hak untuk duduk dalam pemerintahan.
Rumpun hak ini disebut juga hak negatif yang mensyaratkan tidak adanya campur
tangan negara di dalam perwujudan hak. Negara justru lebih rentan melakukan
pelanggaran HAM jika bertindakaktif terkait hak-hak ini.

B. Generasi Kedua : Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya


Hak-hak Ekosob merupakan kontribusi dari negara-negara sosialis yang menomor-
satukan pemenuhan kesejahteraan warganya.
Hak-hak yang termasuk dalam rumpun hak ini antara lain :
Hak ekonomi, yaitu :
a. hak untuk bekerja;
b. hak untuk mendapatkan upah yang sama atas pekerjaan yang sama;
c. hak untuk tidak dipaksa bekerja;
d. hak untuk cuti;

7
e. hak atas makanan dan perumahan; dan
f. hak atas kesehatan.
Hak sosial, yaitu :
a. hak atas jaminan sosial;
b. hal atas tunjangan keluarga;
c. hak atas pelayanan sosial;
d. hak atas jaminan saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjanda, mencapai
usia lanjut;
e. hak ibu dan anak untuk mendapat perawatan dan bantuan istimewa; dan
f. hak perlindungan sosial bagi anak-anak di luar perkawinan.
Hak kebudayaan, yaitu :
a. hak atas pendidikan;
b. hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan kebudayaan;
c. hak untuk menikmati kemajuam ilmu pengetahuan; dan
d. hak untuk memperoleh perlindungan atas hasil karya cipta.
Hak ini disebut pula sebagai hak positif yang mengisyaratkan peran aktif negara
dalam pemenuhannya. Oleh karena itulah, hak-hak generasi kedua ini dirumuskan
dalam bahasa yang positif, yaitu “hak atas” (“right to”), bukan dalam bahasa negatif:
“bebas dari” (“freedom from”).

C. Generasi Ketiga : Hak Solidaritas


Rumpun hak ini merupakan tuntutan negara-negara berkembang atau Dunia Ketiga
atas tatanan internasional yang lebih adil.
Hak-hak yang termasuk dalam rumpun hak ini antara lain :
a. hak atas penentuan nasib sendiri di bidang ekonomi, sosial, politik, dan
kebudayaan;
b. hak atas pembangunan ekonomi dan sosial;
c. hak untuk berpartisipasi dalam, dan memperoleh manfaat dari warisan bersama
umat manusia (common heritage of mankind), serta informasi-informasi dan
kemajuan lain;

8
d. hak atas perdamaian;
e. hak atas lingkungan yang sehat; dan
f. hak atas bantuan kemanusiaan.

D. Generasi keempat :
Satu generasi ini diusung oleh Jimly Ashiddique, dimana menurutnya dalam bukunya
Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi (hal. 209-228) HAM generasi pertama
sampai ketiga hanya konsep HAM yang dilihat dari perspektif vertikal yaitu
hubungan antara rakyat dengan penguasa. Sedangkan hak generasi keempat adalah
konsepsi hak asasi manusia yang dilihat dari perspektif yang bersifat horizontal.
Menurutnya, melihat perkembangan zaman ini muncul tiga kelompok kekuasaan
horizontal, yaitu kekuasaan negara di satu pihak, kekuasaan ekonomi (kapitalisme
global/perusahaan multinasional di lain pihak, dan kekuasaan masyarakat madani di
lain pihak lagi. Singkatnya ada tiga kelompok kekuasaan yang saling berpengaruh
yaitu state, market, dan civil society, termasuk nongovernmental organizaton
(NGO/LSM). Dengan demikian, hak generasi keempat adalah hak kelompok yang
satu untuk tidak ditindas oleh yang lain, baik antar kelompok maupun intrakelompok,
dalam pola hubungan horizontal.
UU HAM juga telah memasukkan hak-hak terkait sipol dan ekosob seperti pasal-
pasal berikut ini:
Hak Sipil:
Pasal 9 UU HAM
Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf
kehidupannya.
Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin.
Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Pasal 20 UU HAM
Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhamba.
Perbudakan atau perhambaan, perdagangan budak, perdagangan wanita, dan segala
perbuatan berupa apapun yang tujuannya serupa, dilarang.

9
Hak Politik:
Pasal 23 UU HAM:
Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politiknya.
Setiap orang bebas untuk mempunyai, mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapat
sesuai hati nuraninya, secara lisan dan atau tulisan melalui media cetak maupun
elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban,
kepentingan umum, dan keutuhan negara.
Pasal 24 UU HAM:
Setiap orang berhak untuk berkumpul, berapat, dan berserikat untuk maksud-maksud
damai.
Setiap warga negara atau kelompok masyarakat berhak mendirikan partai politik,
lembaga swadaya masyarakat atau organisasi lainnya untuk berperan serta dalam
jalannya pemerintahan dan penyelenggaraan negara sejalan dengan tuntutan
perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Hak Ekonomi:
Pasal 38 UU HAM
Setiap warga negara, sesuai dengan bakat, kecakapan, dan kemampuan, berhak atas
pekerjaan yang layak.
Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya dan berhak
pula atas syarat-syarat ketenagakerjaan yang adil.
Setiap orang, baik pria maupun wanita yang melakukan pekerjaan yang sama,
sebanding, setara atau serupa, berhak atas upah serta syarat-syarat perjanjian kerja
yang sama.
Setiap orang, baik pria maupun wanita, dalam melakukan pekerjaan yang sepadan
dengan martabat kemanusiaannya berhak atas upah yang adil sesuai dengan
prestasinya dan dapat menjamin kelangsungan kehidupan keluarganya.
Hak Sosial :
Pasal 41 UU HAM

10
Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk hidup layak
serta untuk perkembangan pribadinya secara utuh.
Setiap penyandang cacat, orang yang berusia lanjut, wanita hamil, dan anak-anak,
berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus.
Hak Kebudayaan
Pasal 71 UU HAM
Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakan, dan
memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam Undang-undang ini, peraturan
perundang-undangan lain, dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang
diterima oleh negara Republik Indonesia.
Pasal 72 UU HAM
Kewajiban dan tanggungjawab pemerintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 71,
meliputi langkah implementasi yang efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan keamanan negara, dan bidang lain.

Aliran HAM manakah yang dianut negara Indonesia?


Lebih lanjut UU HAM, UU Sipol, maupun UU Ekosob, dan regulasi-regulasi lainnya
adalah implementasi dari bentuk konsep HAM yang digunakan di Indonesia. Ia
berpendapat bahwa unsur-unsur HAM yang memiliki ciri khas untuk kepentingan diri
sendiri (seperti hak untuk hidup, hak untuk memiliki sesuatu) adalah konsep HAM
individualistik. Sedangkan unsur-unsur HAM yang memiliki ciri khas antar individu
atau suatu kelompok atau berkaitan dengan keadilan (hak untuk mendapat upah yang
sama, mendapat jaminan sosial, hak untuk berkumpul) adalah konsep HAM aliran
paham marxisme.

11
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN DAN SARAN


Konsep HAM yang berkembang di dunia terdapat beberapa yaitu :
a. Konsep HAM paham komunisme
menempatkan individu sebagai sampingan dari kolektifitas, sehingga hak-hak
individu harus tunduk pada hak-hak kolektifitas yang diatur oleh negara demi
pemerataan, serta memandang HAM hanya dikala hak-hak itu untuk kepentingan
warga negara dalam arti masyarakat secara kolektifitas bukan sebagai individu dan
hak-hak mana menopang perjuangan sosialis komunis.
b. Konsep HAM paham Liberalisme/paham individualistis diartikan sebagai
kebebasan untuk bertindak, berpendapat, kebebasan untuk memeluk agama dan
berbagai bentuk kebebasan yang berkaitan dengan terpenuhinya tuntutan HAM.
Korelasi antara konsep HAM paham liberalisme dan komunisme adalah paham
tersebut saling berkaitan yaitu paham komunisme sebagai pemerjuang HAM
masyarakat dan paham liberalisme sebagai pemerjuang HAM dalam kebebasan
berpendapat, kebebasan memeluk agama, dan terpenuhinya tuntutan tuntutan HAM.
Implementasi generasi HAM dalam UUD 1945 contohnya pada pasal pasal :
a.Pasal 20 UU HAM:
Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhamba.
Perbudakan atau perhambaan, perdagangan budak, perdagangan wanita, dan segala
perbuatan berupa apapun yang tujuannya serupa, dilarang.
Pengimplementasiannya adalah adanya UU Tindak Pidana Perdagangan Orang
sehingga tidak terjadi perbudakan.
b. Pasal 24 UU HAM:
Setiap orang berhak untuk berkumpul, berapat, dan berserikat untuk maksud-maksud
damai.
Setiap warga negara atau kelompok masyarakat berhak mendirikan partai politik,
lembaga swadaya masyarakat atau organisasi lainnya untuk berperan serta dalam

12
jalannya pemerintahan dan penyelenggaraan negara sejalan dengan tuntutan
perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Adanya partai politik di Indonesia menunjukan kebebasan HAM dalam berserikat.
c. Pasal 9 UU HAM
Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf
kehidupannya.
Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin.
Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Maka setiap orang memiliki kebebasan untuk hidup dan setiap orang tidak berhak
untuk merampas hidup orang lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa :
Konsep konsep HAM yang Ada di Indonesia saling terkait dan terhubung antar satu
dengan yang lain sehingga perpaduan konsep HAM tersebut menghasilkan suatu
kesibambungan dalam masyarakat walaupun dalam pengimplementasinya tidak
berjalan seperti yang diharapkan.
Solusinya adalah perlunya kesadaran setiap masyarakat dalam pengimplementasian
didunia nyatanya karena sebagus bagusnya konsep HAM yang terdapat di Indonesia
apabila tidak di realisasi maka sama saja bohong.

13
DAFTAR PUSTAKA

Gatra, Phalita. 2019. “Konsep Hak Asasi Manusia yang Digunakan Di Indonesia”
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt58e0c8234493e/konsep-hak-
asasi-manusia-yang-digunakan-di-indonesia, diakses pada 21 September 2019 pukul
20.05
Perbawati, Candra. 2019.Konstitusi dan Hak Asasi Manusia. Bandarlampung; Pusat
kajian konstitusi dan peraturan perundang-undangan.
Putra, Imam Setia. 2018. “HAM dan Desentralisasi” .
https://www.academia.edu/29384975/1._HAM_dan_Desentralisasi.docx, diakses
pada 21 November 2019 pukul 16.21
Radjab, Suryadi. 2002. Dasar-dasar Hak Asasi Manusia. Jakarta: PBHI.
Sahid, Panji Muhammad. 2018. “Tiga Generasi Hak Asasi Manusia dan
Implementasinya Dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia”.
https://www.academia.edu/38595188/Tiga_Generasi_Hak_Asasi_Manusia_dan_Impl
ementasinya_Dalam_Peraturan_Perundang-_Undangan_di_Indonesia, diakses pada
21 September 2019 pukul 20.10

14
Suyahmo. 2015. Demokrasi Dan HakAsasiManusia. Yogyakarta : Magnum
PustakaUtama
Wignjosoebroto, Soetandyo. 2007. Hak Asasi Manusia Konsep Dasar dan
Perkembangan Pengertiannya dari Masa ke Masa. Jakarta : ELSAM.
https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt58e0c8234493e/konsep-hak-asasi-
manusia-yang-digunakan-di-indonesia/

15

Anda mungkin juga menyukai