Hak asasi manusia (human rights) merupakan hak manusia, yang melekat pada
manusia, dimana manusia juga dikaruniai akal pikiran dan hati nurani. Hak asasi
manusia bersifat universal yang berarti melampaui batas-batas negeri, kebangsaan,
dan ditujukan pada setiap orang baik miskin maupun kaya, laki-laki atau perempuan,
normal maupun penyandang cacat dan sebaliknya. Dikatakan universal karena hak-
hak ini dinyatakan sebagai bagian dari kemanusiaan setiap sosok manusia, tak peduli
apapun warna kulitnya, jenis kelaminnya, usianya, latar belakang kultural dan agama
atau kepercayaan spiritualitasnya.
Negara Indonesia yaitu diatur dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang berbunyi sebagai berikut :
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai Makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerahNya yang wajib dihormati dan dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
Menurut John Locke, seorang ahli pikir di bidang ilmu negara berpendapat bahwa
hak-hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan sebagai
hak yang kodrati. Ia memperinci hak asasi manusia sebagai berikut :
1
3. Hak milik (right to property)
Secara teoritis, hak-hak asasi manusia yang terdapat dalam The Universal Decaration
of Human Rights dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu :
2
BAB II PEMBAHASAN
Inggris pada tahun 1215 yang dipimpin oleh Raja John telah menandatangani suatu
piagam perjanjian dengan kaum bangsawan yang dikenal dengan Magna Charta.
Inggris pada waktu itu yang bersifat feodal absolut, telah dipaksa oleh kaum
bangsawan untuk mengakui hak-hak dari golongan bangsawan sebagai kompensasi
untuk dukungan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan perang di kala itu.
Hak yang dijamin oleh raja sebagaimana tertuang dalam Piagam Perjanjian (Magna
Charta), adalah hak politik dan sipil yang mendasar, seperti hak untuk diakui
kepemilikannya atas tanah dan hak untuk diperiksa di muka hakim (habeas corpus).
Meskipun awalnya hak-hak itu hanya dinikmati oleh kaum bangsawan, akan tetapi
3
dalam perkembangannya kemudian hak-hak itu juga menjadi bagian dari hak semua
warga negara.
Memasuki abad XVII sampai abad XVIII pemikiran tentang hak asasi mengalami
kemajuan pesat di Eropa, di mana konsep tentang kekuasaan raja yang diperolehnya
berdasarkan pemberian Tuhan atau wahyu Ilahi (Devine Right of Kings) atau hak
suci raja sebagai dasar legitimasi kekuasaan absolutisme raja mulai dipertanyakan
dan digugat, oleh karena banyaknya raja yang bertindak sewenang-wenang.
Hak-hak alamiah manusia dimaksudkan, adalah hak atas hidup (life), hak kebebasan
(liberty) dan hak kepemilikan (property) dan untuk itu maka penguasa harus
memerintah dengan persetujuan rakyat (government by consent). Hak-hak ini,
sifatnya melekat secara individual pada manusia. Karenanya dapat dikatakan bahwa
4
dunia Barat dan Amerika umumnya memandang HAM sebagai hak individual yang
melekat secara interen pada diri manusia.
Konsep Barat tentang HAM adalah individualistik, sesuai dengan paham kebebasan
dan kemerdekaan individual (freedom and liberty individuale), yang menjadi ideologi
negaranya, sehingga kapitalis/liberalisme tumbuh subur di Eropa Barat pada
umumnya dan Amerika.
Revolusi itu telah membawa penderitaan besar bagi kalangan atas (high class),
terutama setelah Stalin mengambil alih pimpinan pada tahun 1924, dengan
kebijakannya yang sadis di mana semua orang yang dianggap anti revolusioner
dibunuh dan ditawan dalam kamp-kamp konsentrasi.
Setelah Perang Dunia II berakhir, Uni Soviet berhasil tampil pada panggung politik
dunia Internasional sebagai pesaing Amerika Serikat yang adidaya sampai pada akhir
5
tahun 1989 ketika Uni Soviet runtuh sebagai nation state dan terpecah-pecah menjadi
beberapa negara, sehingga Uni Soviet ibarat lenyap ditelan bumi sebagai simbol
komunisme dan pendekar dunia kedua pesaing Amerika.
2.2 Ada korelasi antara Marxisme dengan Individualisme dalam sudut pandang
HAM
Kita mulai dari Marxisme yang mengajarkan tentang kebersamaan / komunal yang
artinya milik rakyat umum atau milik bersama. Teori Marxisme pertama kali
dirumuskan oleh Karl Max (1818-1883). Sedangkan individualis menekankan pada
kebebasan secara personal atau perorangan. Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa
antara kedua sudut pandang ini sangat berbeda yaitu dalam hal yang mendasar antara
HAM dalam paham kebersamaan dan paham perorangan.
6
melindungi kehidupan pribadi manusia atau menghormati otonomi setiap orang atas
dirinya sendiri (kedaulatan individu).
7
e. hak atas makanan dan perumahan; dan
f. hak atas kesehatan.
Hak sosial, yaitu :
a. hak atas jaminan sosial;
b. hal atas tunjangan keluarga;
c. hak atas pelayanan sosial;
d. hak atas jaminan saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjanda, mencapai
usia lanjut;
e. hak ibu dan anak untuk mendapat perawatan dan bantuan istimewa; dan
f. hak perlindungan sosial bagi anak-anak di luar perkawinan.
Hak kebudayaan, yaitu :
a. hak atas pendidikan;
b. hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan kebudayaan;
c. hak untuk menikmati kemajuam ilmu pengetahuan; dan
d. hak untuk memperoleh perlindungan atas hasil karya cipta.
Hak ini disebut pula sebagai hak positif yang mengisyaratkan peran aktif negara
dalam pemenuhannya. Oleh karena itulah, hak-hak generasi kedua ini dirumuskan
dalam bahasa yang positif, yaitu “hak atas” (“right to”), bukan dalam bahasa negatif:
“bebas dari” (“freedom from”).
8
d. hak atas perdamaian;
e. hak atas lingkungan yang sehat; dan
f. hak atas bantuan kemanusiaan.
D. Generasi keempat :
Satu generasi ini diusung oleh Jimly Ashiddique, dimana menurutnya dalam bukunya
Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi (hal. 209-228) HAM generasi pertama
sampai ketiga hanya konsep HAM yang dilihat dari perspektif vertikal yaitu
hubungan antara rakyat dengan penguasa. Sedangkan hak generasi keempat adalah
konsepsi hak asasi manusia yang dilihat dari perspektif yang bersifat horizontal.
Menurutnya, melihat perkembangan zaman ini muncul tiga kelompok kekuasaan
horizontal, yaitu kekuasaan negara di satu pihak, kekuasaan ekonomi (kapitalisme
global/perusahaan multinasional di lain pihak, dan kekuasaan masyarakat madani di
lain pihak lagi. Singkatnya ada tiga kelompok kekuasaan yang saling berpengaruh
yaitu state, market, dan civil society, termasuk nongovernmental organizaton
(NGO/LSM). Dengan demikian, hak generasi keempat adalah hak kelompok yang
satu untuk tidak ditindas oleh yang lain, baik antar kelompok maupun intrakelompok,
dalam pola hubungan horizontal.
UU HAM juga telah memasukkan hak-hak terkait sipol dan ekosob seperti pasal-
pasal berikut ini:
Hak Sipil:
Pasal 9 UU HAM
Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf
kehidupannya.
Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin.
Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Pasal 20 UU HAM
Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhamba.
Perbudakan atau perhambaan, perdagangan budak, perdagangan wanita, dan segala
perbuatan berupa apapun yang tujuannya serupa, dilarang.
9
Hak Politik:
Pasal 23 UU HAM:
Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politiknya.
Setiap orang bebas untuk mempunyai, mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapat
sesuai hati nuraninya, secara lisan dan atau tulisan melalui media cetak maupun
elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban,
kepentingan umum, dan keutuhan negara.
Pasal 24 UU HAM:
Setiap orang berhak untuk berkumpul, berapat, dan berserikat untuk maksud-maksud
damai.
Setiap warga negara atau kelompok masyarakat berhak mendirikan partai politik,
lembaga swadaya masyarakat atau organisasi lainnya untuk berperan serta dalam
jalannya pemerintahan dan penyelenggaraan negara sejalan dengan tuntutan
perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Hak Ekonomi:
Pasal 38 UU HAM
Setiap warga negara, sesuai dengan bakat, kecakapan, dan kemampuan, berhak atas
pekerjaan yang layak.
Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya dan berhak
pula atas syarat-syarat ketenagakerjaan yang adil.
Setiap orang, baik pria maupun wanita yang melakukan pekerjaan yang sama,
sebanding, setara atau serupa, berhak atas upah serta syarat-syarat perjanjian kerja
yang sama.
Setiap orang, baik pria maupun wanita, dalam melakukan pekerjaan yang sepadan
dengan martabat kemanusiaannya berhak atas upah yang adil sesuai dengan
prestasinya dan dapat menjamin kelangsungan kehidupan keluarganya.
Hak Sosial :
Pasal 41 UU HAM
10
Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk hidup layak
serta untuk perkembangan pribadinya secara utuh.
Setiap penyandang cacat, orang yang berusia lanjut, wanita hamil, dan anak-anak,
berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus.
Hak Kebudayaan
Pasal 71 UU HAM
Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakan, dan
memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam Undang-undang ini, peraturan
perundang-undangan lain, dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang
diterima oleh negara Republik Indonesia.
Pasal 72 UU HAM
Kewajiban dan tanggungjawab pemerintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 71,
meliputi langkah implementasi yang efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan keamanan negara, dan bidang lain.
11
BAB III PENUTUP
12
jalannya pemerintahan dan penyelenggaraan negara sejalan dengan tuntutan
perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Adanya partai politik di Indonesia menunjukan kebebasan HAM dalam berserikat.
c. Pasal 9 UU HAM
Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf
kehidupannya.
Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin.
Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Maka setiap orang memiliki kebebasan untuk hidup dan setiap orang tidak berhak
untuk merampas hidup orang lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa :
Konsep konsep HAM yang Ada di Indonesia saling terkait dan terhubung antar satu
dengan yang lain sehingga perpaduan konsep HAM tersebut menghasilkan suatu
kesibambungan dalam masyarakat walaupun dalam pengimplementasinya tidak
berjalan seperti yang diharapkan.
Solusinya adalah perlunya kesadaran setiap masyarakat dalam pengimplementasian
didunia nyatanya karena sebagus bagusnya konsep HAM yang terdapat di Indonesia
apabila tidak di realisasi maka sama saja bohong.
13
DAFTAR PUSTAKA
Gatra, Phalita. 2019. “Konsep Hak Asasi Manusia yang Digunakan Di Indonesia”
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt58e0c8234493e/konsep-hak-
asasi-manusia-yang-digunakan-di-indonesia, diakses pada 21 September 2019 pukul
20.05
Perbawati, Candra. 2019.Konstitusi dan Hak Asasi Manusia. Bandarlampung; Pusat
kajian konstitusi dan peraturan perundang-undangan.
Putra, Imam Setia. 2018. “HAM dan Desentralisasi” .
https://www.academia.edu/29384975/1._HAM_dan_Desentralisasi.docx, diakses
pada 21 November 2019 pukul 16.21
Radjab, Suryadi. 2002. Dasar-dasar Hak Asasi Manusia. Jakarta: PBHI.
Sahid, Panji Muhammad. 2018. “Tiga Generasi Hak Asasi Manusia dan
Implementasinya Dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia”.
https://www.academia.edu/38595188/Tiga_Generasi_Hak_Asasi_Manusia_dan_Impl
ementasinya_Dalam_Peraturan_Perundang-_Undangan_di_Indonesia, diakses pada
21 September 2019 pukul 20.10
14
Suyahmo. 2015. Demokrasi Dan HakAsasiManusia. Yogyakarta : Magnum
PustakaUtama
Wignjosoebroto, Soetandyo. 2007. Hak Asasi Manusia Konsep Dasar dan
Perkembangan Pengertiannya dari Masa ke Masa. Jakarta : ELSAM.
https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt58e0c8234493e/konsep-hak-asasi-
manusia-yang-digunakan-di-indonesia/
15