Anda di halaman 1dari 18

KECONDONGAN SIKAP PBB TERHADAP NEGARA

PEMEGANG HAK VETO

MAKALAH
diajukan guna memenuhi tugas kelompok Matakuliah Organisasi Internasional
Kelas A2

Oleh:

Athira Alifia Putri Amani NIM 190910101076


Bella Veranza Fendiartuti NIM 190910101083
Beau Reyhan Sinatria NIM 190910101112
Bergas Wahyu Sejati NIM 190910101124
David Richard Warami NIM 190910101127
Yanas Hana Lusita Wijono NIM 190910101129

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendirian Perserikatan Bangsa-Bangsa berangkat dari ketakutan akan
terulangnya tragedi kelam umat manusia yaitu perang dunia. Kekhawatiran ini
terlihat di dalam pembukaan piagam PBB yang berbunyi : We the Peoples of
United Nations determined to save our succeeding generations from scourage
of war, which twice in our lifetime has brought sorrow to mankind and…
Dengan demikian maka jelaslah salah satu tugas utama dari PBB ialah untuk
menjaga keamanan dan perdamaian internasional. Tugas tersebut dijalankan
oleh Dewan Keamanan PBB yang di dalam menjalankan tugasnya itu dengan
dua cara yaitu penyelesaian konflik internasional secara damai atau secara
paksa.
Setelah berakhirnya Perang Dunia kedua peta politik dunia pun berubah.
Negara yang dulunya merupakan negara jajahan berangsur-angsur menyatakan
kemerdekaannya. Negara-negara dunia ketiga yang tersebar mulai dari Afrika,
Asia dan Pasifik bahkan Timur tengah pun beramai-ramai masuk bergabung
didalam PBB. Sejak berdiri hingga kini sebenarnya PBB telah melaksanakan
tugasnya dengan baik, hanya saja masih ada beberapa hal yang menjadi
perhatian oleh masyarakat internasional terkait tugasnya didalam menjaga
perdamaian dan keamanan internasional. Perimbangan susunan keanggotaan
Dewan Keamanan PBB dan hak veto adalah faktor yang mempengaruhi
kinerja PBB.
Keaanggotaan Dewan Keamanan PBB terbagi menjadi dua jenis yaitu
anggota tetap yang berjumlah 5 negara dan anggota tidak tetap yang berganti
dalam kurun waktu dua tahun. Anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan
Bangsa-Bangsa ditetapkan di dalam piagam dengan asumsi bahwa kelima
negara (Inggris, Amerika Serikat, China, Perancis dan Rusia) ialah negara
besar yang dapat menjaga dan memelihara perdamaian dunia. Untuk itu
kelima negara tersebut diberikan hak veto dan juga status luar biasa. Status
luar biasa disematkan kepada anggota tetap DK PBB dikarenakan mereka
diberikan tanggung jawab besar di dalam menjaga perdamaian dunia, maka
selaras pernyataan tersebut mereka juga diberikan hak suara final veto
sehingga salah satu dari anggota DK PBB mengeluarkan veto untuk
menolak/menggagalkan suatu keputusan yang sudah disepakati oleh anggota
lain maka keputusan tersebut tidak dapat dilaksanakan.
Hak veto yang dimiliki oleh negara-negara besar di Dewan tetap
Keamanan PBB pada awalnya dibicarakan bahwa kelima negara tersebut
dianggap sangat berperan dan bertanggung jawab didalam penyelesaian
Perang Dunia II dan hak veto tersebut ialah imbalan dari tanggung jawab
mereka terhadap perdamaian dan keamanan internasional. Secara hukum
kekuasaan yang dimiliki oleh anggota tetap Dewan Keamanan PBB ialah
sebuah hak istimewa meskipun jika dipandang secara hukum mereka tidak
memiliki tanggung jawab negara anggota PBB lainnya, pada piagam hanya
menentukan bahwa perdamaian dan keamanan internasional berada dibawah
tanggung jawab utama dari dewan keamanan dan bukannya anggota tetap
dewan keamanan.
Kekuatan dari hak veto yang pada awalnya bertujuan agar dewan
keamanan memiliki kekuatan yang memadai ternyata telah menyimpang dari
tujuan awalnya tersebut. Pada beberapa kasus hak veto digunakan untuk
mempengaruhi PBB didalam mengeluarkan keputusan. Dengan demikian
semakin membuat kelima negara anggota tetap dewan keamanan PBB terlihat
lebih tinggi dibanding negara-negara anggota PBB yang lain. Hal ini
menimbulkan pandangan bahwa hak veto ternyata juga menciderai salah satu
asas yang berlaku di PBB yaitu asas persamaan kedaulatan (principle of the
sovereign equallity).
Dewasa ini negara-negara dunia ketiga mulai memunculkan opini mereka
bahwa lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB beserta hak vetonya
perlu ditinjau kembali dengan pertimbangan perkembangan demokrasi yang
telah semakin mengglobal dan carutnya penyelesaian sengketa internasional
yang berdampak kepada masalah kemanusiaan akibat disalahgunakannya hak
veto. Salah satu contoh pengaruh negara pemegang hak veto terhadap PBB
ialah pada saat Rusia menjatuhkan veto kepada draft resolusi nomor
S/2015/562 yang berisi tuntutan untuk membentuk lembaga peradilan khusus
untuk menyelidiki kasus jatuhnya pesawat Malaysia Airlines , sehingga
Piagam tersebut tidak dapat diadopsi oleh Dewan Keamanan PBB.
Keberadaan hak veto tersebut tentu bertentangan dengan prinsip persamaan
kedaulatan. Prinsip persamaan kedaulatan menempatkan semua negara
anggota PBB dalam kedudukan yang sama baik dari segi hak dan kewajiban.
Adanya hak veto membuat kelima negara anggota tetap seakan memiliki
kedaulatan yang lebih dibandingkan dengan negara anggota lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah dan alasan berdirinya PBB?
2. Bagaimana struktur organ PBB?
3. Mengapa PBB condong terhadap negara-negara pemegang hak veto?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan pembuatan dari
makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Sejarah dan alasan berdirinya PBB.
2. Struktur organ PBB.
3. Sikap PBB yang condong ke negara – negara pemegang hak veto.

1.4 Teori
Salah satu teori peran organisasi internasional ialah organisasi
internasional berperan sebagai instrumen (alat) bagi para anggota organisasi
internasional tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sikap
PBB sebagai salah satu dari organisasi internasional di dunia, sesuai dengan
teori peran organisasi internasional sebagai instrumen tersebut. PBB didirikan
dengan empat tujuan utama yaitu :
1. Menjaga perdamaian di seluruh dunia.
2. Mengembangkan dan menjaga hubungan baik antar negara.
3. Mencapai kerjasama internasional untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat, mengatasi kelaparan, penyakit dan kurangnya pendidikan dan
meningkatkan kesadaran akan hak dan kebebasan negara.
4. Negara-negara di dunia untuk mencapai tujuan PBB.
Hal ini dibuktikan dengan adanya kebijakan-kebijakan PBB yang sesuai
dengan alasan didirikannya. Beberapa di antaranya adalah adanya misi
pemeliharaan perdamaian, memberi sanksi militer bagi pihak yang
mengancam keamanan, serta upaya pengendalian senjata berbahaya seperti
nuklir.
BAB 2. PEMBAHASAN

5.1 Sejarah dan Alasan Berdirinya PBB


Perserikatan Bangsa-Bangsa atau biasa disingkat PBB (bahasa Inggris:
United Nations atau disingkat UN) adalah sebuah organisasi internasional
yang anggotanya hampir seluruh negara di dunia. Lembaga ini dibentuk untuk
memfasilitasi dalam hukum internasional, pengamanan internasional, lembaga
ekonomi, dan perlindungan sosial.
PBB didirikan di San Fransisco pada 24 Oktober 1945 setelah Konferensi
Dumbarton Oaks di Washington, DC, namun Sidang Umum yang pertama –
yang dihadiri wakil dari 51 negara – baru berlangsung pada 10 Januari 1946 di
Church House, London. Sejak didirikan hingga tahun 2007, sudah tercatat ada
192 negara yang menjadi anggota PBB. Markas pertama PBB berada di San
Francisco, namun sejak tahun 1946 sampai sekarang kantor pusatnya terletak
di di New York.
Church House adalah sebuah bangunan yang menjadi markas pusat dari
perkumpulan gereja-gereja (Anglikan) di Inggris, terletak di sebelah selatan
dari Dean’s Yard di sebelah Wesminter Abbey di kota London. Gereja ini
pada saat itu diduga kuat menjadi salah satu tempat berkumpulnya tokoh-
tokoh gereja yang menjadi seorang Freemason.
Bangunan ini didesain oleh Sir Herbert Barker, sekitar tahun 1930-an,
sebagai pengganti gedung yang terdahulu, yang diresmikan pada tahun 1902
oleh Coorperation of Church House yang berdiri sejak 1888. Bangunan ini
dimaksudkan sebagai peringatan perayaan emas 50 tahun bertahtanya Ratu
Victoria yang menjadi ratu sejak 1887. Batu pertama pembangunan bangunan
ini diletakkan oleh Ratu Mary pada 26 Juni 1937 dan diresmikan oleh Raja
George VI pada 10 Juni 1940.
King George VI merupakan pendukung utama dan anggota aktif Craft
(Freemason) dan pada tahun 1953 Uskup Anglikan ke XVI juga seorang
Freemason (Lihat buku Christianity and Freemasonry; Kirby). Uskup Agung
Geoffrey Fisher juga seorang Freemason, termasuk pula Uskup Agung
Canterbury (1945-1961).
Selanjutnya, diketahui bahwa istilah “United Nations” dicetuskan pertama
kali oleh Franklin D. Roosevelt sewaktu masih berlangsung Perang Dunia II.
Sosok Franklin D. Roosevelt perlu diketahui ternyata selain sebagai Presiden
Amerika Serikat, ia juga merupakan anggota penting dari Organisasi Yahudi
Freemasonry- yang memiliki beberapa organisasi underbow berkedok gerakan
sosial dan amal seperti Lions Club dan Rotary Club. Setidaknya terdapat dua
catatan mengenai aktivitasnya di organisasi Mason tersebut. Satu sumber
menyatakan Rosevelt bergabung dengan sebuah organisasi Lodge pada
tanggal 11 Oktober 1911. Sedangkan sumber lain menyatakan ia masuk pada
28 November 1911.
Nama PBB/UNO digunakan secara resmi pertama kali pada 1 Januari
1942. Tujuannya untuk mengikat wakil-wakil Pihak Berseteru kepada prinsip-
prinsip Piagam Atlantik serta untuk menerima sumpah dari mereka guna
menjaga keamanan Kuasa Paksi. Setelah upaya itu, Pihak Berseteru terus
memantapkannya dengan ditandatanganinya kesepakatan-kesepakatan dalam
persidangan-persidangan di Moscow, Kaherah dan Taheran sewaktu masih
berperang pada tahun 1943. Dari bulan agustus sampai Oktober 1944, wakil-
wakil dari Perancis, Republik China, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Soviet
bertemu untuk memperincikan rancangan-rancangan di Estet Dumbarton
Oaks, Washington, D.C.
Dari pertemuan-pertemuan selanjutnya dicapailah rancangan pokok
mengenai tujuan, wakil-wakil anggota dari tiap negara, struktur, serta susunan
dewan untuk memelihara keamanan dan keselamatan antarbangsa, kerjasama
ekonomi dan sosial antarbangsa. Rancangan ini telah dibicarakan dan
diperdebatkan oleh beberapa wakil negara dan utusan bangsa.
Pada 25 April 1945, persidangan PBB tentang penyatuan antar bangsa,
dimulai di San Francisco. Selain dihadiri oleh wakil-wakil negara juga
organisasi umum -termasuknya Lions Club yang diundang khusus untuk
menggubah piagam PBB. Tak kurang 50 negara yang menghadiri persidangan
ini menandatangani “Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa”. Polandia yang
tidak menghadiri persidangan itu diberi satu tempat khusus, baru dua bulan
kemudian tepatnya pada 26 Juni wakilnya menandatangani piagam itu.
Selanjutnya, Perserikatan Bangsa Bangsa ditetapkan secara resmi pada 24
Oktober 1945, selepas piagamnya telah diratifikasi oleh lima anggota tetap
Dewan Keamanan (DK), yaitu Amerika Serikat, Inggris, Uni Soviet, Perancis,
Republik China serta diikuti anggota lainnya yang terdiri 46 negara di Church
House, London, Inggris pada 10 Januari 1946 yang diikuti 51 negara.
Kantor Pusat PBB saat ini dibangun di sebelah Sungai East (East River),
New York City pada tahun 1949 di atas tanah yang dibeli dari John D.
Rockefeller, Jr. dengan dana bersama sebanyak 8.5 juta dollar AS jadi bukan
milik Amerika Serikat. John D. Rockfeller pun juga diketahui merupakan
anggota Freemason. Arsiteknya dari berbagai bangsa, termasuknya Le
Corbusier (Perancis), Oscar Niemeyer (Brazil), dan wakil-wakil dari beberapa
negara yang lain. Tim ini diketuai oleh Wallace K. Harrison, Pimpinan
Harrison & Abramovitz (NYC). Kantornya dibuka secara resmi pada 9 Januari
1951.
Tokoh-tokoh PBB juga banyak sekali diisi oleh tokoh-tokoh dan pentolan
anggota-anggota Freemason dan cabang-cabangnya. Dalam sebuah artikel
tercatat nama U Thant (UN Secretary General), Robert Strange McNamara
(US Secretary of Defense 1961-1968; President World Bank 1968-1981).
Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB adalah sebuah organisasi
internasional yang beranggotakan hampir seluruh negara di Dunia. Organisasi
ini dibentuk agar keamanan dan perdamaian antarnegara bisa selalu terjaga
dengan baik.
Sebelum PBB, ada Liga Bangsa-Bangsa (LBB) yang diharapkan bisa
menjaga perdamaian dunia. Organisasi ini didirikan saat Perang Dunia I tahun
1919. Melansir dari Encyclopedia Britannica, LBB dibubarkan pada 1946
karena gagal mencegah Perang Dunia II. Dampak Perang Dunia II membuat
banyak negara menginginkan perdamaian dan keamanan bersama. Amerika
Serikat, Inggris, dan Uni Soviet kemudian berembuk untuk membuat
organisasi perdamaian. Tiga negara tersebut merupakan pendiri dari PBB.
Wakil dari tiga negara tersebut adalah Presiden Amerika Serikat Franklin
Delano Roosevelt, Perdana Menteri Inggirs Winston Churchill, dan Perdana
Menteri Uni Soviet Joseph Stalin. Mengadopsi tujuan LBB, tujuan utama dari
PBB adalah menjaga keamanan dan perdamaian dunia. PBB berdiri pada 24
Oktober 1945 di San Francisco, California, Amerika Serikat.
Pembentukan ini ditandai dengan piagam PBB yang ditandatangani oleh
50 negara di dunia. Dari jumlah awal sebanyak 50 negara, PBB sekarang
beranggotakan 193 negara di dunia. PBB melakukan ini dengan bekerja untuk
mencegah konflik, membantu pihak yang berkonflik untuk berdamai, menjaga
perdamaian, dan menciptakan kondisi yang memungkinkan perdamaian
bertahan dan berkembang. Kegiatan ini sering kali tumpang tindih dan harus
saling memperkuat agar efektif. Dewan Keamanan PBB memiliki tanggung
jawab utama untuk perdamaian dan keamanan internasional.

5.2 Struktur Organ PBB


Berdasarkan Pasal 7 Piagam PBB, terdapat enam organ utama dalam PBB.
Organ-organ ini memiliki peran yang penting terhadap terciptanya tujuan dan
prinsip-prinsip PBB terutama dalam mewujudkan perdamaian dan keamanan
internasional. Organ-organ PBB yaitu sebagai berikut (Sianturi et al., 2014):
1. Majelis Umum (General Assembly)
Majelis Umum terdiri wakil semua negara anggota PBB. Wakil
dari semua negara anggota ini tidak lebih dari lima. Dalam menentukan
wakilnya, setiap negara dapat memutuskan sendiri bagaimana cara
pemilihan wakil tersebut.
Majelis Umum merupakan organ tertinggi di PBB. Berdasarkan
Bab IV Piagam PBB (Pasal 9-14), Majelis Umum memiliki wewenang
yang luas dalam memberikan saran maupun rekomendasi. Majelis Umum
dapat membicarakan mengenai persoalan-persoalan yang ada dalam ruang
lingkup Piagam ataupun yang berhubungan dengan kekuasaan dan fungsi
suatu badan. Majelis Umum juga dapat memberikan saran dan
rekomendadi kepada anggota dan Dewan Keamanan mengenai setiap
masalah. Apabila terjadi suatu permasalahan atau sengketa di suatu negara,
Majelis Umum berwenang untuk memberikan saran terhadap persoalan
tersebut.
2. Dewan Keamanan (Security Council)
Dewan Keamanan PBB terdiri dari lima anggota tetap dan sepuluh
anggota tidak tetap yang dipilih untuk masa jabatan dua tahun. DK PBB
memiliki peranan penting dalam menjaga dan memelihara perdamaian
internasional sesuai dengan Piagam PBB. Dalam masalah perdamaian dan
keamanan, DK PBB merupakan pemegang peran primer sementara
Majelis Umum memegang peran sekunder. Jika terdapat negara bukan
anggota PBB yang sedang mengalami konflik, maka negara tersebut dapat
meminta bantuan DK PBB untuk menyelesaikan masalah. DK PBB wajib
menyampaikan secara tahunan dan bila perlu laporan khusus kepada
Majelis Umum untuk dipertimbangkan.
3. Dewan Ekonomi dan Sosial (Economic and Social Council)
Dewan Ekonomi dan Sosial terdiri merupakan organ yang terdiri
dari 24 anggota dan dipilih oleh Majelis Umum untuk masa jabatan tiga
tahun. Dewan Ekonomi dan Sosial ini tercipta tidak lepas dari konteks
sejarah yang bersumber dari berbagai kerjasama ekonomi internasional.
Fungsi dari Dewan Ekonomi dan Sosial yaitu untuk bertanggungjawab
kepada MU dalam kegiatan ekonomi dan sosial PBB dan melakukan studi,
diskusi, konferensi, rekomendasi, merancang konvensi, dan mengundang
konferensi terkait bidang ekonomi, sosial, serta IT.
4. Dewan Perwalian (Trusteeship Council)
Dewan Perwalian didirikan oleh PBB untuk mengatur
pemerintahan daerah-dearah yang ditempatkan di bawah pengawasan PBB
melalui persetujuan dari perwalian individual. Tujuannnya antara lain
adalah untuk mengusahakan kemajuan penduduk, memastikan perlakuan
yang sama dalam persoalan ekonomi dan sosial, dan sebagainya.
5. Mahkamah Internasional (Internatioal Court of Justice)
Mahkamah Internasional merupakan badan peradilan utama di
PBB. Mahkamah Internasional terdiri dari 15 hakim untuk masa jabatan
lima tahun. Negara manapun berhak mengajukan seseorang untuk menjadi
hakim di Mahkamah Internasional dengan persetujuan dari Majelis Umum
dan Dewan Keamanan. Secara hirearki, Mahkamah Internasional
merupakan lembaga independen yang tidak berada di bawah organ PBB
lainnya. Mahkamah Internasional bertugas untuk menyelesaikan sengketa
melalui jalur hukum, berbeda dengan Dewan Keamanan yang
menyelesaikan sengketa melalui jalur politis.
6. Sekretariat (The Secretariat)
Sekretariat merupakan organ yang terdiri dari seorang Sekretaris
Jenderal dan beberapa staf. Sekjen diangkat oleh Majelis Umum atas usul
dari Dewan Keamanan. Sekjen sering mendapat tugas politik tertentu yang
berkaitan dengan penyelesaian sengketa suatu negara. Sekjen dapat
membawa sengketa tersebut ke Dewan Keamanan untuk diselesaikan.
Sekjen berperan penting dalam menjalankan fungsi jasa dengan baik.
7. Badan-Badan Khusus lainnya
Selain organ-organ PBB di atas, beberapa badan khusus lainnya
juga membantu PBB dalam menyelesaikan sengketa-sengketa
internasional. Hal ini dikarenakan PBB tidak dapat bergerak sendiri tanpa
bantuan organ teknis yang berada di bawahnya dalam bekerjasama untuk
mengatur persoalan atau masalah yang bersifat teknis yang tidak
seharusnya bergantung pada PBB.

5.3 Kecondongan PBB terhadap Negara Pemegang Hak Veto


Berdasarkan Piagam PBB pasal 1 ayat 1, salah satu tujuan didirikannya
PBB adalah untuk menjaga kedamaian dan keamanan internasional melalui
tindakan kolektif negara-negara anggotanya. PdigBB, sebagai satu satunya
organisasi internasional yang bertujuan mempersatukan negara-negara, jelas
harus bersikap demokratis dan inklusif dalam pengambilan keputusan-
keputusannya. Oleh karen itu pada pasal 2 ayat (1) Piagam PBB diatur
mengenai persamaan kedaulatan negara-negara. Bahwa setiap negara
mempunyai kedaulatan yang sama dan tidak ada kedaulatan negara manapun
yang mengungguli negara lain. Lebih lanjut, pada pasal 27 ayat (1) Piagam
PBB juga dinyatakan bahwa semua anggota memiliki satu hak suara (tidak
ada pembedaan antara anggota tetap maupun tidak tetap) dalam pengambilan
keputusan di dalam DK PBB untuk menjalankan pengambilan suara yang
lebih inklusif dan demokratis.
PBB, memang, mempunyai banyak organ di dalamnya dalam mencapai
tujuan-tujuan PBB. Akan tetapi, dalam kaitannya dengan perdamaian dan
keamanan jnternasional, DK PBB merupakan organ paling krusial dalam
pencapain hal tersebut. Hal tersebut diperkuat oleh ayat-ayat pada pasal 7
Piagam PBB yang mengatur seberapa penting dan besarnya peran DK PBB
dalam mengatasi/mencegah tindakan-tindakan yang dapat mengancam
perdamaian serta keamanan internasional. Selain itu pula, peran DK PBB juga
secara tidak langsung diperkuat melalui hasil dari World Summit 2005
mengenai Responsibility To Protect (R2P), yang berbunyi:
“Through the United Nations, The international community also has the
responsibility to use appropriate diplomatic, humanitarian and other peaceful
means, in accordance with Chapters VI and VIII of the Charter, to help
protect populations from genocide, war crimes, ethnic cleansing and crimes
against humanity” (Majelis Umum PBB, 2005)
Namun, dalam Piagam PBB, terdapat sebuah pasal yang bertemtangan
dengan prinsip-prinsip PBB yang telah dipaparkan diatas, yaitu pasal 27 ayat
3. Pada pasal tesebut, diatur bahwa pengambilan keputusan yang bersifat
prosedural di dalam PBB harus sekurang-kurangnya mendapatkan persetujuan
9 dari 15 DK PBB, termasuk seluruh anggota tetap. Berdasarkan pasal
tersebut, untuk sebuah keputusan prosedural dapat diimplementasikan maka
tidak boleh ada satupun anggota tetap yang menentang keputusan teuniversity
sebut. Hal itu kemudian memberikan keistimewaan terhadap para anggota DK
PBB, yang kemudian dikenal juga sebagai hak veto. Lantas, apa alasan
diciptakannya hak veto? dan mengapa negara P5 mempunyai keistimewaan
dalam proses pencapaian tujuan-tujuan PBB (terutam dalam DK)? Ada 5 poin
yang akan dipaparkan sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Pertama, negara pemegang veto menghindarkan PBB untuk terlibat dalam
hal-hal yang diragukan (sebagai hal genting atau tidak) oleh negara
anggotanya; membuat PBB bisa lebih berfokus kepada hal-hal yang lebih
genting atau hal yang sudah tidak diragukan kepentingannya (Alexey R
Boguslavskiy, 2018). Hal tersebut bisa dilihat melalui kaca mata Rusia
terhadap penembakan Pesawat Malaysia di Ukraina. Rusia beranggapan
bahwa peristiwa penembakan pesawat Malaysia bukanlah sesuatu hal yang
dapat mengancam perdamaian internasional yang ada dan tidak harus menjadi
salah satu fokus PBB guna mengoptimalkan kinerja PBB pada kasus-kasus
lainnya.
Kedua, hak veto merupakan tanggung jawab yang diberikan terhadap
negara-negara P5 sebagai pemenang PD II untuk menjaga dan menjamin
pelaksanaan perdamaian internasional. P5, sebagai negara-negara pemenang
Perang Dunia II, merupakan negara-negara yang berhasil mengatasi dan
menyelesaikan salah satu konflik terbesar terhadap stabilitas dan
keberlangsungan perdamaian internasional, yaitu Perang Dunia II. Oleh
karena hal tersebut, negara-negara P5 kemudian diberikan hak istimewa
karena dianggap mempunyai kredibilitas yang lebih besar dalam menjaga
perdamaian internasional di masa-masa yang akan datang.
Ketiga, hak veto merupakan sebuah bentuk variasi pengambilan keputusan
di dalam DK PBB yang tidak akan memperburuk status quo perdamaian
internasional yang ada (Thomas Weiss & Giovanna Kuele, 2014). Memang
tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa kesempatan dimana veto sebagai
sebuah hak digunakan untuk mencapai kepentingan negara para pemegangnya,
seperti veto yang dilakukan russia terhadap resolusi untuk mengatasi perang di
Suriah. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri juga bahwa veto yang dilakukan
tersebut tidak membawa ancaman terhadap kondisi perdamaian internasional
yang ada. Konflik Suriah, memang, mengancam perdamaian internasional,
tetapi tidak secara langsung. Hal tersebut bisa dilihat pada situasi keamanan
negara-negara Asia Tenggara yang tidak terpengaruh sama sekali oleh konflik
yang terjadi di Suriah.
Keempat, veto merupakan bentuk kebijaksanaan yang telah menopang
berdirinya PBB dan stabilitas perpolitikan internasional selama beberapa
dekade (Vladmir Putin, 2013). Tidak ada yang menginginkan PBB untuk
mengalami nasib yang sama seperti Liga Bangsa Bangsa, yang runtuh karena
tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap perpolitikan internasional
yang ada. Tanpa adanya veto oleh negara-negara P5, pengambilan keputusan
mungkin akan berakhir seimbang, menciptakan keambiguan terhadap
keputusan yang akan dilaksanakan, dan menghasilkan lebih banyak resolusi
yang tidak terlaksana (sehingga mengarah pada pengurangan pengaruh
terhadap situasi internasional seperti LBB dahulu). Selain itu, tidak dapat
dipungkiri, jika hal tersebut terjadi maka dapat membuat negara lain berusaha
mengambil tindakan tanpa melalui persetujuan PBB (seperti yang terjadi pada
masa berdirinya Liga Bangsa Bangsa, dimana banyak negara berkekuatan
besar yang mengambil tindakan tanpa mempertimbangkan keputusan LBB
terlebih dahulu).
Kelima, veto merupakan instrumen untuk mencegah kemungkinan perang,
mengatasi politik kekuasaan, dan menolak zero-sum games (Wang Yi, 2015).
Salah satu cara yang dapat diambil untuk menjawab pernyataan-pernyataan
mengenai kecondongan PBB dalam mencapai perdamaian internasional
terhadap pemegang hak veto adalah dengan memprediksi bagaimana situasi
dunia jika tidak adanya hak veto. Tanpa adanya hak veto, perdamaian
internasional mungkin tidak dapat terjaga dengan baik dan mungkin tidak
akan ada negara Palestina jika AS berhasil memengaruhi 8 anggota DK PBB
lainnya untuk menyetujui keinginannya. Hal tersebut membuktikan bahwa
salah satu alasan condongnya sikap PBB terhadap negara-negara pemegang
veto disebabkan oleh harapan untuk menghindari politik kekuasaan oleh
negara berkekuatan besar, menolak zero-sum games, dan menjaga check and
balance diantara negara-negara pemegang vero sendiri.
Meskipun demikian, pada hakikatmya, hanya pada keputusan-keputusan
yang bersifat prosedural sajalah veto dapat dilakukan, yaitu keputusan yang
mengarah kepada hal-hal yang mempengaruhi mekanisme berjalannya rapat
DK. Akan tetapi, karena tidak adanya penjelasan lebih lanjut mengenai hal
prosedural di dalam Piagam PBB, hak khusus negara P5 (atau yang kemudian
dikenal sebagai hak veto) sering kali digunakan diluar konteks yang
seharusnya. Kegunaan dan kerugian veto dalam mekanisme pengambilan
keputusan sendiri masih menjadi perdebetan hangat negara-negara dunia
hingga saat ini; beberapa berargumen bahwa veto tidak diperlukan dan
beberapa berargumen sebaliknya. Walaupun begitu, seperti yang telah
dijelaskan diatas, veto masihlah diperlukan sebagai instrumen pengambilan
keputusan di dalam PBB.

BAB 3. KESIMPULAN

Perang dunia kedua menjadi salah satu sejarah kelam yang pernah
dihadapi seluruh umat manusia. Perang antar umat manusia yang meninggalkan
jejak nyata dan membekas ingatan bangsa-bangsa di seluruh dunia. atas dasar rasa
kekhawatiran akan terjadi perang dunia kembali, maka tercipta kerjasama antar
Negara-negara yang terwujud dalam bentuk Organisasi Internasional sebagai
instrument atau alat bagi para anggota untuk mencapai tujuan. Salah satunya
adalah PBB atau perserikatan Bangsa-bangsa, yang didirikan di San Fransisco
pada 24 Oktober 1945. PBB atau United Nations (UN) bertugas untuk menjaga
keamanan, perdamaian internasional, serta turut serta menyelesaikan konflik
internasional. Di dalam struktur organisasi PBB terbagi menjadi beberapa bagian
yaitu Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dna Sosial, Dewan
Perwalian, Mahkamah Internasional, Sekretariat, dan Badan-badan Khusus.
Terdapat dua jenis keanggotaan PBB, anggota tetap dan anggota tidak
tetap. Keanggotaan tetap PBB diisi oleh lima Negara yang dinilai memiliki hak
veto dan dinilai memiliki status yang luar biasa karna mengemban tanggung
jawab besar di dalam menjaga perdamaian dunia. Kelima Negara itu adalah
Inggris, Amerika Serikat, China, Prancis, dan Rusia. Kelima Negara ini
mendapatkan hak veto, sebuah hak istimewa sebagai kekuatan untuk menolak atau
menggagalkan suatu keputusan yang sudah disepakati anggota lain. Alasan utama
pemberian hak veto adalah pertama, Negara pemegang hak veto dapat
menghindarkan PBB untuk terlibat dalam hal yang diragukan oleh Negara
anggotanya, sehingga PBB dapat fokus kepada hal-hal yang lebih genting. Kedua,
hak veto merupakan tanggung jawab yang diberikan Negara-negara P5, sebagai
pemenang Perang Dunia II. Ketiga, sebuah bentuk variasi pengambilan keputusan
dalam DK PBB. Keempat, merupakan bentuk kebijaksanaan yang menopang
berdirinya PBB dan stabilitas politik internasional. Kelima, sebagai bentuk
instrument untuk mencegah kemungkinan perang, mengatasi politik kekuasaan,
dan menolak zero-sum games (Wang Yi, 2015). Pemeberian hak veto kepada
Negara-negara pemenang perang dunia ini menghasilkan beberapa keputusan
yang tepat seperti keberadaan Negara Palestina saat ini mungkin tidak akan ada.
Tetapi Palestina dapat bertahan karena Negara pemegang hak veto tidak
menyetujui keinginan Amerika Serikat terhadap Palestina. Kecondongan sikap
PBB terhadap Negara-negara pemegang veto ini dapat menghindari politik
kekuasaan Negara berkekuatan besar.
Meski demikian hak veto dinilai baik hanya pada keputusan-keputusan
yang bersifat procedural, hal-hal yang berjalan sesuai dengan mekanisme PBB
sahaja. Penggunaan hak veto yang awalnya bertujuan agar dewan keamanan
memiliki kekuatan yang memadai ternyata terdapat penyimpangan dalam
pelaksanaannya. Pada beberapa kasus hak veto digunakan untuk mempengaruhi
PBB dalam membuat keputusan. Sering kali digunakan diluar konteks yang
seharusnya. Hal ini menyalahi salah satu tujuan didirikannya PBB, dimana pada
awalnya PBB didirikan untuk menjaga keadamaian dan keamanan internasional
juga menyatukan Negara-negara. Dimana sikap yang PBB terapkan kepada
seluruh anggota organisasi seharusnya setara dan sama rata. Setiap Negara yang
bergabung menjadi anggota PBB mempunyai kedaulatan yang sama dan adil,
tidak ada rasa mengungguli atau diungguli Negara lain. Keuntungan dan kerugian
penggunaan hak veto dalam pengambilan keputusan dalam rapat PBB sendiri
hingga saat ini masih menjadi perdebatan hangat antar Negara-negara di dunia.
Beberapa beranggapan hak veto diperlukan dan beberapa merasa hak veto tidak
diperlukan. Tetapi hak veto tetap diperlukan sebagai instrument pengambilan
keputusan di PBB.
DAFTAR PUSTAKA

Alexey R Boguslavskiy. (2018). Pernyataan pada pleno Majelis Umum PBB 20


November 2018. Diakses melalui
https://www.un.org/press/en/2018/ga12091.doc.htm pada 15 Desember
2020.

Majelis Umum PBB. (2005). Resolution adopted by the General Assembly on 16


September 2005 about the 2005 World Summit Outcome. (diakses melalui
https://documents-dds-
ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/N05/487/60/PDF/N0548760.pdf?OpenElem
ent pada 15 Desember 2020).

Ruben Carlos. (2017). Understanding the Security Council Veto.


https://www.amun.org/security-council-veto/ (diakses pada 15 Desember
2020).

Sara Davies, Alex Bellamy. (2014). Don’t be too quick to condemn the UN
security council power of veto. https://theconversation.com/dont-be-too-
quick-to-condemn-the-un-security-council-power-of-veto-
29980#:~:text=The%20veto%20allows%20Security%20Council,of
%20cas es%20%E2%80%93%20where%20they%20can. (diakses pada 15
Desember 2020).
Sianturi, M. H., A, A., & J, L. (2014). Peran PBB sebagai Organisasi
Internasional dalam Menyelesaikan Sengketa Yurisdiksi Negara
Anggotanya dalam Kasus State Immunity antara Jerman dengan Italia
terkait Kejahatan Perang Nazi. Journal of International Law, 2(1).
https://media.neliti.com/media/publications/14991-ID-peran-pbb-sebagai-
organisasi-internasional-dalam-menyelesaikan-sengketa-

Thomas Weiss, Giovanna Kuele. (2014). The Veto: Problems and Prospects.
https://www.e-ir.info/2014/03/27/the-veto-problems-and-prospects/
(diakses pada 15 Desember 2020).

Vladimir Putin. (2013). A Plea For Caution from Russia.


https://www.nytimes.com/2013/09/12/opinion/putin-plea-for-caution-
from-russia-on-syria.html (diakses pada 15 Desember 2020).

Wang Yi. (2015). Pidato saat the fourth World Peace Forum (WPF). (Diakses
melalui http://losangeles.china-consulate.org/eng/topnews/t1277592.htm
pada 15 desember 2020)

Anda mungkin juga menyukai