Perserikatan Bangsa-Bangsa
[PBB]
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Perserikatan Bangsa-Bangsa” ini dengan
baik.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
pelajaran PPKN. Kami berharap karya tulis sederhana ini, dapat berguna untuk menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai materi ini.
Meskipun makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan untuk menyempurnakan makalah ini. Terima Kasih
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Lahirnya PBB ........................................................................... 4
2.2 Tujuan PBB ....................................................................................................... 5
2.3 Asas PBB ........................................................................................................... 6
2.4 Keanggotaan PBB ............................................................................................. 7
2.5 Peran Indonesia Dalam PBB ............................................................................. 8
2.6 Sejarah Berdirinya PBB ..................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Rencana konkrit awal untuk organisasi dunia baru ini dimulai di bawah naungan
Departemen Luar Negeri AS pada tahun 1939. Franklin D. Roosevelt dipercaya sebagai seorang
yang pertama menciptakan istilah "United Nations" atau Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai
istilah untuk menggambarkan negara-negara Sekutu. Istilah ini pertama kali secara resmi
digunakan pada | Januari 1942, ketika 26 pemerintah menandatangani Piagam Atlantik, dimana
masing-masing negara berjanji untuk melanjutkan usaha perang.
Banyak hal yang menyebabkan Liga Bangsa-Bangsa ini tidak berhasil, diantaranya:
Perang Dunia Il yang membawa banyak dampak buruk bagi masyarakat dunia. Dampak
tersebut membuat banyak negara menginginkan perdamaian dan keamanan bersama. Amerika
Serikat, Inggris, dan Uni Soviet kemudian berdiskusi untuk membuat organisasi perdamaian.
Melihat kegagalan ini, akhirnya diambil beberapa langkah dalam mempertahankan kedamaian
dunia seperti di bawah ini:
Indonesia resmi menjadi anggota PBB ke-60 pada tanggal 28 September 1950 dengan suara
bulat dari para negara anggota. Hal tersebut terjadi kurang dari setahun setelah pengakuan
kedaulatan ole Belanda melalui Konferensi Meja Bundar. Indonesia dan PBB memiliki
keterikatan sejarah yang kuat mengingat kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tahun
1945, tahun yang sama ketika PBB didirikan. Sejak tahun itu pula PBB secara konsisten
mendukung Indonesia untuk menjadi negara yang merdeka, berdaulat, dan mandiri. Peran PBB
terhadap Indonesia pada masa revolusi fisik cukup besar seperti ketika terjadi Agresi Militer
Belanda I, Indonesia dan Australia mengusulkan agar persoalan Indonesia dibahas dalam
sidang umum PBB. Selanjutnya, PBB membentuk Komisi Tiga Negara yang membawa
Indonesia-Belanda ke meja Perundingan Renville. Ketika terjadi Agresi militer Belanda II, PBB
membentuk UNCI yang mempertemukan Indonesia-Belanda dalam Perundingan Roem Royen.
Sebagai negara anggota PBB, Indonesia terdaftar dalam beberapa lembaga di bawah
naungan PBB. Misalnya, ECOSOC (Dewan Ekonomi dan Sosial), ILO (Organisasi Buruh
Internasional), maupun FAO (Organisasi Pagan dan Pertanian). Salah satu prestasi Indonesia
di PBB adalah sat Menteri Luar Negeri Adam Malik menjabat sebagai ketua sidang Majelis
Umum PBB untuk masa sidang tahun 1974.
Indonesia juga terlibat langsung dalam pasukan perdamaian PBB. Dalam hal in Indonesia
mengirimkan Pasukan Garuda untuk mengemban misi perdamaian PBB di berbagai negara
yang mengalami konflik. Pencapaian Indonesia di Dewan Keamanan (DK) PBB adalah ketika
pertama kali terpilih sebagai anggota tidak tetap DK PBB periode 1974-1975. Indonesia terpilih
untuk Redua kalinya menjadi anggota tidak tetap DK PBB untuk periode 1995-1996.
Dalam keanggotaan Indonesia di DK PBB pada periode tersebut, Wakil Tetap RI Nugroho
Wisnumurti feroatat dua kali meniadi Presiden DK-PBB. Terakhis, Indonesia torpilih untuk
keliga Kalinya sebagai anggola tidak tetap DK PBB untik nasa bakti 2007-2009. Proses
pemilihan dilakukan Majelis Umum PBB melalu;
Demungutan suara dengan perolehan 158 suara dukungan dari keseluruhan 192 negara anggota
yang memiliki hak pilih.
Indonesia merupakan salah satu anggota pertama Dewan HAM dari 47 negara anggota PBB
lainnya yang dipilih pada tahun 2006. Indonesia kemudian terpilih kembali menjadi anggota
Dewan HAM untuk periode 2007-2010 melalui dukungan 165 suara negara anggota PBB.
2.3 Tujuan PBB
Pelaksanaan demokrasi baru terbatas pada berfungsinya pers atau media yang mendukung
revolusi kemerdekaan.Maklumat Pemerintah Republik Indonesia 3 November 1945
"Berhubung dengan usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat kepada Pemerintah,
PBB didirikan pada 24 Oktober 1945, dua bulan setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus
1945.
Tujuan PBB tertuang dalam piagam PBB 1945. PBB memiliki empat tujuan utama, yaitu:
1. Menjaga perdamaian
4. Pusat penyelarasan
PBB didirikan berdasarkan asas PBB yang mendasari keberlangsungan organisasi ini.
Berikut asas PBB dalam menjalankan peran dan tugasnya:
2. Tiap negara anggota wajib menjalankan kewajibannya dengan penuh keihlasan sesuai
dengan yang disebutkan dalam Piagam PBB
3. Setiap perselisihan yang terjadi pada negara anggota harus diselesaikan dengan cara
damai atau melalui jalan diplomasi
4. Setiap negara dilarang untuk melakukan kekerasan atau tindakan ancaman lainnya
dalam berhubungan degan negara lain
5. Setiap negara wajib membantu PBB dalam mencapai tujuannya yang berdasarkan
Piagam PBB
6. PBB selalu berusaha untuk melindungi negara yang bukan anggotanya untuk dapat
menjalankan asas-asas PBB yang telah dibentuk
7. PBB tidak memiliki hak untuk ikut campur dalam masalah dalam negeri atau internal
negara anggota
2.4 Keanggotaan PBB
Pada saat didirikan, PBB memiliki 51 negara anggota. Saat ini, PBB memiliki 193 negara
anggota. Jumlah ini, hampir mencakup seluruh negara di dunia.
Negara terakhir yang bergabung dengan PBB adalah Sudan Selatan pada 2011 lalu. Indonesia
menjadi anggota PBB pada 28 September 1950.
Saat Perang Dunia II akan berakhir pada 1945, negara-negara di dunia menginginkan
perdamaian. Cita-cita melandasi perwakilan dari 50 negara berkumpul di San Francisco,
California dari 25 April hingga 26 Juni 1945. Dua bulan setelah pertemuan, mereka menyusun
dan menandatangani Piagam PBB, sekaligus menandai lahirnya organisasi internasional baru,
PBB. PBB diharapkan dapat mencegah terjadinya kembali perang dunia. Selanjutnya, empat
bulan setelah konferensi berakhir, maka PBB secara resmi dimulai, pada 24 Oktober 1945.
Berikut 51 daftar negara anggota PBB di awal berdiri:
Argentina
Australia
Belgia
Bolivia
Brasil
Kanada
Chili
China
Kolombia
Kosta Rika
Kuba
Cekoslowakia
Denmark
Republik Dominika
Ekuador
Mesir
El Salvador
Ethiopia
Prancis
Yunani
Guatemala
Haiti
Honduras
India
Iran
Irak
Lebanon
Liberia
Luksemburg
Meksiko
Belanda
Selandia Baru
Nikaragua
Norwegia
Panama
Paraguay
Peru
Filipina
Polandia
Arab Saudi
Suriah
Turki
Afrika Selatan
Inggris
Amerika Serikat
Uruguay
Venezuela
Yugoslavia
1946
Selang satu tahun, PBB menerima empat negara anggota baru yakni Afganistan, Islandia,
Thailand (dulu masih bernama Siam), dan Swedia. Dengan demikian, jumlah negara anggota
PBB menjadi 55.
1947
Pada 1947, terdapat dua negara anggota baru yakni Pakistan dan Yaman. Jadi, jumlah negara
anggota PBB menjadi 57.
1948-1950
Selama periode 1948 hingga 1950, terdapat tambahan satu negara anggota baru setiap tahun,
sehingga totalnya ada tiga anggota baru PBB. Pada 1950, Indonesia bergabung dengan PBB
sebagai anggota ke-60.
Dalam sejarahnya, Indonesia sempat keluar dari anggota PBB yakni pada 1 Januari
1965. Alasannya, Presiden Soekarno menolak diakuinya Malaysia (saat itu masih bernama
Federasi Malaysia) sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan (DK) PBB.
1955
Tahun 1955, terdapat 16 negara anggota baru PBB. Dengan tambahan itu, total negara anggota
PBB menjadi 76 negara.
Albania
Austria
Bulgaria
Kamboja
Finlandia
Hongaria
Irlandia
Italia
Yordania
Laos
Libya
Nepal
Portugal
Rumania
Spanyol
1956
Ada empat negara baru yang menjadi anggota PBB, yakni Jepang, Maroko, Sudan, dan Tunisia.
Maka, total negara anggota PBB menjadi 80 negara pada 1956.
1957
Tahun ini ada dua anggota baru, yakni Ghana dan Malaysia yang kala itu masih berbentuk
Federasi Malaysia. Seperti dijelaskan sebelumnya, masuknya Federasi Malaysia ditentang oleh
Presiden Soekarno sehingga memutuskan Indonesia hengkang dari PBB.
1958
Hanya ada satu anggota baru pada tahun ini yakni Guinea di Afrika Barat. Negara yang
beribukota di Conakry menambah daftar negara anggota PBB menjadi 82 negara.
Negara Indonesia mendukung penuh tujuan utama PBB, yaitu menjaga perdamaian dan
keamanan dunia. Hal ini tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 di alinea keempat.
Dukungan tersebut dibuktikan dengan Indonesia jadi anggota PBB pada 28 September 1950,
hampir setahun setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Walaupun pernah keluar
dari keanggotaan PBB pada 7 Januari 1965, Indonesia kembali jadi anggota PBB pada 28
September 1966 hingga saat ini.
Sebagai salah satu anggota, Indonesia musti menjalankan peran-peran yang tertuang dalam
pasal 2 Bab 1 Piagam PBB, yaitu ikut berperan dalam menjaga perdamaian dunia, memberi
bantuan kemanusiaan di berbagai negara, dan membantu menyelesaikan konflik di berbagai
negara.
Indonesia terpilih menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan sebanyak empat kali. Periode
pertama pada tahun 1974-1975, periode kedua tahun 1995-1996, periode ketiga pada tahun
2007-2009, dan periode keempat pada tahun 2019 hingga Desember 2020.
Selain menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, ternyata Indonesia pernah menjadi
anggota Dewan HAM PBB. indonesia terpilih menjadi anggota Dewan HAM pada tahun 2006,
kemudian terpilih lagi untuk periode 2007-2010 melalui 165 suara negara anggota PBB.
Itulah beberapa peran Indonesia dalam membantu PBB dalam menciptakan perdamaian dunia.
Indonesia berperan cukup aktif untuk memajukkan kedamaian bagi dunia.
Pada tahun 1945 saat kemerdekaan Indonesia diumumkan, Indonesia masih dalam kondisi
belum stabil baik dari segi politik, ekonomi, dan keamanan. Dalam keadaan yang baru saja
merdeka, Indonesia membutuhkan bantuan dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan yang
tidak dapat diperoleh dari dalam negeri sendiri dan juga dalam mencapai kepentingan
nasionalnya. Selain untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai kepentingan nasionalnya, tujuan
lain Indonesia bergabung dengan organisasi seperti PBB ataupun kerja sama lainnya adalah
untuk menunjukkan keberadaannya di dunia internasional serta diakui sebagai negara yang
merdeka. Oleh karena itu, Indonesia menjalin hubungan kerjasama dengan negara lain, baik
dalam bentuk bilateral, multilateral, maupun melalui organisasi internasional, sejak
memproklamasikan kemerdekaannya. Salah satu diantara berbagai kerjasama dan hubungan
yang dilakukan Indonesia adalah kerjasama dan hubungan dengan PBB (Perserikatan Bangsa-
Bangsa). Indonesia bergabung dengan PBB pada tanggal 28 September 1950 sebagai anggota
ke 60. Dengan demikian, secara tidak langsung kemerdekaan Indonesia telah diakui oleh
negara-negara lain yang juga berada di PBB dan memiliki kedudukan yang sama dengan 59
negara anggota lainnya, setelah sang Saka Merah Putih dikibarkan di depan Gedung Markas
Besar PBB. Indonesia memiliki hak yang sama dengan negara lainnya untuk ikut menciptakan
dan melaksanakan ketertiban dan perdamaian dunia serta dapat turut serta memecahkan
permasalahan-permasalahan dunia.
Lima belas tahun setelah bergabung dengan PBB, Indonesia melalui surat resmi menteri luar
negeri, Dr. Soebandrio tertanggal 20 Januari 1965, menyatakan bahwa Indonesia keluar dari
PBB sejak tanggal 1 januari 1965. Keputusan Indonesia untuk keluar dari PBB adalah karena
terpilihnya Malaysia sebagai anggota tidak tetap DK PBB dan juga merupakan puncak
kekecewaan Indonesia terhadap PBB (Official Net News, 2014).
• Terpilihnya Malaysia sebagai Anggota Tidak Tetap DK PBB
Sehingga diterimanya Malaysia sebagai anggota tidak tetap DK PBB sama halnya
dengan memberikan pengakuan terhadap Federasi Malaysia yang Indonesia anggap sebagai
boneka Inggris dan akan membahayakan Indonesia. Inggris yang merupakan salah satu anggota
tetap Dewan Keamanan PBB tentu saja memiliki pengaruh yang kuat dalam pengambilan
keputusan dan pembuatan kebijakan PBB. PBB yang berpihak kepada negara-negara barat
seperti Inggris, akan merespon pencalonan Malaysia sebagai anggota tidak tetap DK PBB
dengan positif. PBB akan mengambil keputusan yang condong dan memihak Malaysia yang
merupakan negara buatan Inggris. Hal ini terlihat dengan adanya rencana pencalonan dan
penetapan Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, walaupun pada waktu
itu Indonesia telah menyatakan ancaman untuk keluar dari keanggotaan PBB.
Walaupun ada alasan lain mengenai keluarnya Indonesia dari PBB, akan tetapi
terpilihnya Malaysia sebagai anggota tidak tetap DK PBB, menguatkan niat Indonesia untuk
keluar dari organisasi internasional tersebut. Sebelumnya, pada saat Malaysia dicalonkan untuk
menjadi anggota tidak tetap DK PBB, Indonesia sudah menunjukkan penolakannya terhadap
pencalonan Malaysia tersebut. Bahkan, Presiden Soekarno mengancam akan keluar dari PBB
apabila Malaysia benar-benar terpilih menjadi anggota tidak tetap DK PBB. Keberatan
Indonesia itu juga disampaikan oleh Kepala Perutusan Tetap RI di PBB kepada Sekertaris
Jenderal PBB, U Thant (Sukamyani, Umang, Sedono, Kristianto, & Raharjo, 2008).
1). Agar para anggota PBB tidak mendukung masuknya Malaysia ke dalam PBB.
2). Agar anggota-anggota PBB lebih memilih tetap tinggalnya Indonesia dalam PBB daripada
mendukung masuknya Malaysia ke dalam Dewan Keamanan PBB.
Namun ancaman Indonesia yang menyatakan akan keluar dari PBB tidak mendapatkan respon
yang baik dari PBB. Bahkan, pada tanggal 7 Januari 1965, Malaysia terpilih menjadi anggota
tidak tetap DK PBB. Sehingga Indonesia mengambil keputusan untuk keluar dari keanggotaan
PBB, sesuai surat resmi menteri luar negeri, Dr. Soebandrio tertanggal 20 Januari 1965, yang
menyatakan bahwa Indonesia keluar dari PBB secara resmi pada tanggal 1 januari 1965
(Sukamyani, Umang, Sedono, Kristianto, & Raharjo, 2008).
Pada masa itu, dimana perang dingin yang terjadi antara blok barat dengan blok timur
sedang berlangsung. Seharusnya PBB sebagai organisasi internasional harus bersikap netral
dan menjadi organisasi interasional yang dapat mewujudkan dan memelihara perdamaian
internasional serta membantu memecahkan masalah ekonomi, sosial dan kemanusiaan
internasional. PBB tidak seharusnya memihak pada salah satu blok yang sedang terlibat konflik
dalam perang dingin kala itu. Sehingga PBB dapat benar-benar memberikan wadah bagi
negara- negara anggotanya yang tentu saja memiliki ideologi dan sistem pemerintahan yang
berbeda-beda, untuk dapat saling berkomunikasi dan menyelesaikan permasalahan dunia
dengan cara musyawarah tanpa adanya keterpihakan disatu sisi saja. Namun Presiden Soekarno
menilai PBB malah menunjukkan keterpihakannya terhadap negara-negara barat seperti
Amerika Serikat dan sekutunya. Salah satu bukti yang memperkuat pandangan Soekarno
tersebut terhadap keterpihakan PBB terhadap negara-negara barat adalah mengenai kedudukan
markas PBB yang berada di Amerika Serikat tepatnya di New York. Bahkan, sampai saat ini
PBB masih tetap bermarkas di New York.
Presiden Soekarno juga beranggapan bahwa PBB selain berpihak kepada negara-negara
barat, PBB juga merupakan organisasi internasional yang dibentuk dengan berlandaskan paham
kolonialisme dan imperialisme negara barat yang tidak disukai oleh Presiden Soekarno.
Sebagaimana yang disampaikan Presiden Soekarno dalam pidatonya di Sidang Umum PBB ke-
15 (Kepustakaan Presiden-Presiden Republik Indonesia, 2006):
Imperialisme dan kolonialisme adalah buah dari sistem negara Barat itu,
dan seperasaan dengan mayoriteit yang luas dari pada Organisasi ini, saya benci
pada imperialisme, saya jijik pada kolonialisme, dan saya khawatir akan akibat-
akibat perjuangan hidupnya yang terakhir yang dilakukan dengan sengitnya.
Dua kali didalam masa hidup saya sendiri sistim Negara Barat itu telah merobek-
robek dirinya sendiri dan pernah hampir saja menghancurkan dunia dalam suatu
bentrokan yang sengit.
Setelah Indonesia memutuskan untuk keluar dari keanggotaan PBB, Indonesia menjadi
terasingkan dari pergaulan negara-negara dunia. Keluarnya Indonesia dari keanggotan PBB
membuat ruang gerak Indonesi menjadi sempit. Hal ini membuat Indonesia tidak dapat
memenuhi kebutuhan dan kepentingan nasionalnya yang dapat tidak dapat dipenuhi sendiri,
melainkan membutuhkan bantuan asing atau negara lain dalam pemenuhannya. Oleh karena
itu, setelah pergantian kepemimpinan dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto, Indonesia
merubah pula sikap terhadap PBB. Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto,
Indonesia menyatakan keinginannya untuk kembali menjadi anggota PBB. Dalam sidang pada
3 Juni 1966, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mendesak pemerintah untuk mengusahakan agar
Indonesia kembali menjadi anggota PBB (Pujiastuti, Tamtomo, & Suparno, 2007). Kemudian,
keinginan Indonesia kembali menjadi anggota PBB disampaikan lewat pesan kepada Sekertaris
Jenderal PBB pada tanggal 19 September 1966. Keinginan Indonesia itu disambut hangat pada
Majelis Umum PBB pada 28 September 1966 (Wirayudha, 2015). Indonesia kembali menjadi
anggota PBB untuk melanjutkan kerjasama penuh dengan PBB. Indonesia juga kembali
melanjutkan partisipasinya dalam sesi ke-21 sidang Majelis Umum PBB. Perubahan sikap
politik luar negeri Indonesia pada masa itu dipusatkan pada perbaikan citra Indonesia dimata
dunia dan pembangunan ekonomi Indonesia yang terpuruk pada masa pemerintahan Presiden
Soekarno. I Indonesia kembali menjadi anggota PBB dengan mengirimkan lima
perwakilannya, yaitu Adam Malik, Laksamana Udara Rusmin Nuryadin, M. Yusuf, L. N. Palar,
dan Ruslan Abdulgani. Kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB mendapat sambutan baik
dari beberapa negara di Asia, bahkan dari pihak PBB sendiri. Sambutan baik PBB terhadap
kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB ditunjukkan dengan dipilihnya Adam Malik
sebagai Ketua Majelis Umum PBB tahun 1971. Tidak hanya kembali menjadi anggota PBB,
tetapi Indonesia juga memperbaiki hubungannya dengan beberapa negara seperti Malaysia,
India, Filipina, Thailand, Australia, dan sejumlah negara lainnya yang sempat hubungannya
dengan Indonesia renggang pada masa pemerintahan Presiden Soekarno (Pujiastuti, Tamtomo,
& Suparno, 2007).
Majelis Umum merupakan satu dari enam badan utama dalam Perserikatan Bangsa-
Bangsa.
Dewan Keamanan merupakan satu dari enam badan utama PBB, Dewan Keamanan
PBB memiliki tugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional.
Dewan Ekonomi dan Sosial adalah Badan Utama PBB yang menangani berbagai
masalah atau isu-isu ekonomi dan sosial, termasuk juga didalamnya yaitu pendidikan,
kesehatan, dan kebudayaan.
4. Dewan Perwalian (Trusteeship Council)
Dewan Perwalian merupakan salah satu badan utama PBB. Dewan Perwalian dibentuk
pada tahun 1945 melalui Piagam PBB untuk memerintah dan mengawasi wilayah-wilayah
perwalian, yang mana wilayah-wilayah perwalian tersebut merupakan wilayah-wilayah yang
tidak memiliki pemerintahan sendiri sehingga wilayah-wilayah tersebut ditempatkan di bawah
wewenang Dewan Perwalian Perserikatan Bangsa-Bangsa.
6. Sekretariat (Secretariat)
Sekretariat PBB adalah salah satu badan utama PBB. Sekertariat PBB dipimpin oleh
seorang Sekretaris Jenderal dengan dibantu oleh puluhan ribu staf sipil Internasional dari
berbagai negara, Sekretaris Jenderal diangkat oleh Majelis Umum atas rekomendasi Dewan
Keamanan. Sedangkan staf sekretariat akan diangkat oleh Sekretaris Jenderal menurut
peraturan yang ditetapkan Majelis Umum.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dengan demikian kita telah mengetahui berbagai aspek mengenai Perserikatan Bangsa-
bangsa (PBB) Murupakan organisasi internasional yang terbesar dari segi jumlah anggotanya.
Dan memiliki fungsi yang sangat strategis dan kehidupan berbangsa.Yang dalam proses
pendirinyannya memiliki jalan panjang. Dan keberadaan PBB di tengah gelojak dunia sangat
membantu untuk menyelesaiakan berbagi masalah di dunia ini seperti politik, sosial, budaya,
dan sebagainya
Juga fungsi serta tugas dari organisasi PBB dapat dengan nyata kita rasakan di seluruh dunia
seperti ketika bencana gempa dan tsunami yang melanda aceh dan nias. Dan juga proses
perdamaian di berbagai belahan dunia lainnya.
Tapi disisi lain kita terdapat fakta yang mencegangkan yaitu pengaruh zionisme di PBB.
Mulai dari lambang, keanggotaan, dan pengambilan keputusan oleh PBB yang sangat
menguntungkan negara maju dan membebani negara negara berkembang seperti pinjaman
IMF dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA