Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PPKN

Perserikatan Bangsa-Bangsa
[PBB]

KELOMPOK 3 (XI IPS 3):


❖ Aydhelia Meinnisa W.
❖ Elis Kalisa
❖ Fernandez Jhon Lois
❖ Fernando Sihotang
❖ Natasya Jenni S.
❖ Rahma Dewi Hendelina S.S
❖ Syhera Rosdia N.
❖ Yissia Alezandra
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Perserikatan Bangsa-Bangsa” ini dengan
baik.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
pelajaran PPKN. Kami berharap karya tulis sederhana ini, dapat berguna untuk menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai materi ini.

Meskipun makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan untuk menyempurnakan makalah ini. Terima Kasih
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Lahirnya PBB ........................................................................... 4
2.2 Tujuan PBB ....................................................................................................... 5
2.3 Asas PBB ........................................................................................................... 6
2.4 Keanggotaan PBB ............................................................................................. 7
2.5 Peran Indonesia Dalam PBB ............................................................................. 8
2.6 Sejarah Berdirinya PBB ..................................................................................... 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah organisasi internasional yang beranggotakan


negara-negara berdaulat yang bertujuan menghindari perang dunia dan mala petaka
kemanusiaan akibat perang. Piagam PBB ditandatangani ole delegasi 51 negara pada tanggal
26 Juni 1945. Dan Piagam PBB mulai beroperasi pada tanggal 24 Oktober 1945.
Seperti Liga Bangsa-Bangsa, tujuan utama PBB adalah menjaga perdamain dan keamanan
internasional, menyelesaikan sengketa secara damai, melakukan tindakan kolektif, mencegah
ancaman terhadap perdamaian, mempromosikan kerjasama sosial ekonomi internasional dan
hak asasi manusia. Keanggotaan PBB terbuka bagi negara-negara yang cinta damai untuk
mendukung penyelesaian sengketa secara damai.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut maka ada beberapa permasalahan yang akan ditekankan pada
penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana latar belakang berdirinya PBB?


2. Apa tujuan pembentukan PBB?
3. Apa saja saja asas dalam PBB?

1.3 Tujuan Penelitian


Dalam pembuatan makalah tentang PBB in memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah:

1. Mempelajari tentang PBB.


2. Mengetahui sejarah berdirinya dan tujuan PBB.
3. Mengetahui alasan Indonesia masuk dan keluar dari PBB
4. Mengetahui susunan keanggotaan dan tugas Badan-badan PBB
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Berdirinya PBB

Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB adalah sebuah organisasi internasional yang


didirikan pada 24 Oktober 1945, dengan tujuan untuk mendorong kerjasama internasional.
Sebagaimana kita ketahui sebelumnya, cikal bakal dari PBB adalah League of Nations atau
Liga Bangsa-Bangsa. Namun kegagalan dari liga inilah yang menyebabkan munculnya
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Liga Bangsa-Bangsa dianggap gagal mencegah meletusnya
Perang Dunia II (1939-1945). Untuk mencegah meletusnya Perang Dunia Ketiga, yang mana
tidak dinginkan oleh seluruh umat manusia, pada tahun 1945 PBB didirikan untuk
menggantikan Liga Bangsa-Bangsa yang gagal dalam rangka untuk memelihara perdamaian
internasional, dan meningkatkan keriasama dalam memecahkan masalah ekonomi, sosial, dan
kemanusiaan internasional.

Rencana konkrit awal untuk organisasi dunia baru ini dimulai di bawah naungan
Departemen Luar Negeri AS pada tahun 1939. Franklin D. Roosevelt dipercaya sebagai seorang
yang pertama menciptakan istilah "United Nations" atau Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai
istilah untuk menggambarkan negara-negara Sekutu. Istilah ini pertama kali secara resmi
digunakan pada | Januari 1942, ketika 26 pemerintah menandatangani Piagam Atlantik, dimana
masing-masing negara berjanji untuk melanjutkan usaha perang.

Banyak hal yang menyebabkan Liga Bangsa-Bangsa ini tidak berhasil, diantaranya:

1. Aturan yang berlaku di Liga Bangsa-Bangsa tidak mengikat.


2. Tidak adanya kekuatan yang nyata dalam mengambil tindakan bagi negara yang
membuat pelanggaran, terutama pada negara besar
3. Menjadi alat politik bagi negara besar yang juga anggota di dalamnya
4. Tujuan dari Liga Bangsa-Bangsa yang berubah dari perdamaian internasional justru
menjadi politik internasional
5. Kegagalan ini menyebabkan Liga Bangsa-Bangsa dibubarkan pada tanggal 24 Oktober
1945.

Perang Dunia Il yang membawa banyak dampak buruk bagi masyarakat dunia. Dampak
tersebut membuat banyak negara menginginkan perdamaian dan keamanan bersama. Amerika
Serikat, Inggris, dan Uni Soviet kemudian berdiskusi untuk membuat organisasi perdamaian.
Melihat kegagalan ini, akhirnya diambil beberapa langkah dalam mempertahankan kedamaian
dunia seperti di bawah ini:

A. Ditandatanganinya Piagam Atlantik pada tanggal 14 Agustus 1941 oleh Winston


Churchill, Perdana Menteri Inggrsi, dan Franklin D. Roosevelt, Presiden Amerika
Serikat.
B. Dikeluarkannya Declaration of the United Nations pada tanggal 1 Januari 1942 yang
isinya setuju pada isi Piagam Atlantik
C. Adanya maklumat Moscow yang menyatakan diperlukannya organisasi yang menjaga
perdamaian dunia pada tanggal 30 Oktober 1943
D. Dumberston Oaks membuat kerangka asas PBB dan segala perangkat yag dibutuhkan
pada tanggal 7 Oktober 1944
E. Konferensi Yalta yang diadakan pada Februari 1945 dimana dibicarakan hak suara
dalam Dewan Keamanan PBB
F. Ditandatanganinya Piagam PBB pada tanggal 25 April hingga 26 Juni 1945 oleh 51
negara anggota PBB. Penandatanganan ini dilakukan di Konferensi San Fransisco
G. Diadakannya ratifikasi Piagam PBB di tanggal 24 Oktober 1945 oleh lima anggota tetap
PBB

Indonesia resmi menjadi anggota PBB ke-60 pada tanggal 28 September 1950 dengan suara
bulat dari para negara anggota. Hal tersebut terjadi kurang dari setahun setelah pengakuan
kedaulatan ole Belanda melalui Konferensi Meja Bundar. Indonesia dan PBB memiliki
keterikatan sejarah yang kuat mengingat kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tahun
1945, tahun yang sama ketika PBB didirikan. Sejak tahun itu pula PBB secara konsisten
mendukung Indonesia untuk menjadi negara yang merdeka, berdaulat, dan mandiri. Peran PBB
terhadap Indonesia pada masa revolusi fisik cukup besar seperti ketika terjadi Agresi Militer
Belanda I, Indonesia dan Australia mengusulkan agar persoalan Indonesia dibahas dalam
sidang umum PBB. Selanjutnya, PBB membentuk Komisi Tiga Negara yang membawa
Indonesia-Belanda ke meja Perundingan Renville. Ketika terjadi Agresi militer Belanda II, PBB
membentuk UNCI yang mempertemukan Indonesia-Belanda dalam Perundingan Roem Royen.

Pemerintah RI mengutus Lambertus Nicodemus Palar sebagai Wakil Tetap RI yang


pertama di PBB. Duta Besar Palar bahkan telah memiliki peran besar dalam usaha mendapatkan
pengakuan internasional terhadap kemerdekan Indonesia pada saat konflik antara Belanda dan
Indonesia pada tahun 1947. Duta Besar Palar memperdebatkan posisi kedaulatan Indonesia di
PBB dan di Dewan Reamanan. Pada saat itu palar hanya sebagai "peninjau" di PBB karena
Indonesia. belum menjadi anggota pada saat itu. Pada saat berpidato di muka Sidang Maielis
Umum PBB ketika Indonesia diterima sebagai anggota PBB, Duta Besar Palar berterima kasih
kepada para pendukung Indonesia dan berjanji bahwa Indonesia akan melaksanakan
kewajibannya sebagai anggota PBB. Posisi Wakil Tetap RI dijabatnya hingga tahun 1953.

Sebagai negara anggota PBB, Indonesia terdaftar dalam beberapa lembaga di bawah
naungan PBB. Misalnya, ECOSOC (Dewan Ekonomi dan Sosial), ILO (Organisasi Buruh
Internasional), maupun FAO (Organisasi Pagan dan Pertanian). Salah satu prestasi Indonesia
di PBB adalah sat Menteri Luar Negeri Adam Malik menjabat sebagai ketua sidang Majelis
Umum PBB untuk masa sidang tahun 1974.

Indonesia juga terlibat langsung dalam pasukan perdamaian PBB. Dalam hal in Indonesia
mengirimkan Pasukan Garuda untuk mengemban misi perdamaian PBB di berbagai negara
yang mengalami konflik. Pencapaian Indonesia di Dewan Keamanan (DK) PBB adalah ketika
pertama kali terpilih sebagai anggota tidak tetap DK PBB periode 1974-1975. Indonesia terpilih
untuk Redua kalinya menjadi anggota tidak tetap DK PBB untuk periode 1995-1996.

Dalam keanggotaan Indonesia di DK PBB pada periode tersebut, Wakil Tetap RI Nugroho
Wisnumurti feroatat dua kali meniadi Presiden DK-PBB. Terakhis, Indonesia torpilih untuk
keliga Kalinya sebagai anggola tidak tetap DK PBB untik nasa bakti 2007-2009. Proses
pemilihan dilakukan Majelis Umum PBB melalu;

Demungutan suara dengan perolehan 158 suara dukungan dari keseluruhan 192 negara anggota
yang memiliki hak pilih.

Di Komisi Hukum Internasional PBB international Law Commission ( ILC), Indonesia


mencatat prestasi dengan terpilihnya mantan Menu Mochtar Kusumarmadja sebagai anggota
ILC pada periode 1992-2001. Pada pemilihan terakhir yang berlangsung pada sSidang Majelis
Umum PBB ke-61, Duta Besar Nugroho Wisnumurti terpilih sebagai anggota ILC periode
2007-2011, setelah bersaing dengan 10 kandidat lainnya dari Asia, dan terpilit kembali untuk
masa tugas 2012-2016.

Indonesia merupakan salah satu anggota pertama Dewan HAM dari 47 negara anggota PBB
lainnya yang dipilih pada tahun 2006. Indonesia kemudian terpilih kembali menjadi anggota
Dewan HAM untuk periode 2007-2010 melalui dukungan 165 suara negara anggota PBB.
2.3 Tujuan PBB

Pelaksanaan demokrasi baru terbatas pada berfungsinya pers atau media yang mendukung
revolusi kemerdekaan.Maklumat Pemerintah Republik Indonesia 3 November 1945
"Berhubung dengan usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat kepada Pemerintah,
PBB didirikan pada 24 Oktober 1945, dua bulan setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus
1945.
Tujuan PBB tertuang dalam piagam PBB 1945. PBB memiliki empat tujuan utama, yaitu:

1. Menjaga perdamaian

PBB bertujuan emelihara perdamaian dan keamanan internasional, serta melakukan


tindakan-tindakan bersama yang efektif untuk mencegah dan melenyapkan ancaman terhadap
pelanggaran-pelanggaran perdamaian; dan akan menyelesaikan dengan jalan damai, serta
sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan hokum internasional, mencari penyelesaian terhadap
pertikaian-pertikaian internasional atau keadaan-keadaan yang dapat mengganggu perdamaian.

2. Mengembangkan hubungan persahabatan antar bangsa

Mengembangkan hubungan persahabatan antar bangsa-bangsa berdasarkan penghargaan


atas prinsip-prinsip persamaan hak dan hak untuk menentuan nasib sendiri, dan mengambil
tindakan-tindakan lain yang wajar untuk memperteguh perdamaian universal.

3. Memecahkan persoalan kesejahteraan

Tujuan PBB selanjutnya adalah membantu negara-negara bekerja sama untuk


meningkatkan kehidupan orang miskin, untuk mengatasi kelaparan, penyakit dan buta huruf,
dan untuk mendorong penghormatan terhadap hak dan kebebasan satu sama lain.

PBB mengadakan kerjasama internasional guna memecahkan persoalan-persoalan


internasional dibidang ekonomi, sosial, kebudayaan, atau yang bersifat kemanusiaan
internasional dan dalam mempromosikan penghormatan terhadap hak asasi manusia dan
kebebasan fundamental.

4. Pusat penyelarasan

PBB menjadi pusat bagi penyelarasan segala tindakan-tindakan bangsa-bangsa dalam


mencapai tujuan bersama tersebut.
Lebih lanjut, tujuan PBB yang tercantum dalam Pasal 1 Piagam adalah:

1. Memelihara perdamaian dan keamanan.


2. Mengembangkan hubungan bersahabat antarbangsa.
3. Mengusahakan kerja sama internasional dalam memecahkan permasalahan yang
bersifat ekonomi, sosial, kebudayaan, dan kemanusiaan serta memajukan dan
mendorong penghormatan hak asasi dan kebebasan dasar manusia.

2.3 Asas PBB

PBB didirikan berdasarkan asas PBB yang mendasari keberlangsungan organisasi ini.
Berikut asas PBB dalam menjalankan peran dan tugasnya:

1. Setiap anggota negara PBB memiliki persamaan kedudukan dan kedaulatan

2. Tiap negara anggota wajib menjalankan kewajibannya dengan penuh keihlasan sesuai
dengan yang disebutkan dalam Piagam PBB

3. Setiap perselisihan yang terjadi pada negara anggota harus diselesaikan dengan cara
damai atau melalui jalan diplomasi

4. Setiap negara dilarang untuk melakukan kekerasan atau tindakan ancaman lainnya
dalam berhubungan degan negara lain

5. Setiap negara wajib membantu PBB dalam mencapai tujuannya yang berdasarkan
Piagam PBB

6. PBB selalu berusaha untuk melindungi negara yang bukan anggotanya untuk dapat
menjalankan asas-asas PBB yang telah dibentuk
7. PBB tidak memiliki hak untuk ikut campur dalam masalah dalam negeri atau internal
negara anggota
2.4 Keanggotaan PBB

Pada saat didirikan, PBB memiliki 51 negara anggota. Saat ini, PBB memiliki 193 negara
anggota. Jumlah ini, hampir mencakup seluruh negara di dunia.
Negara terakhir yang bergabung dengan PBB adalah Sudan Selatan pada 2011 lalu. Indonesia
menjadi anggota PBB pada 28 September 1950.

Saat Perang Dunia II akan berakhir pada 1945, negara-negara di dunia menginginkan
perdamaian. Cita-cita melandasi perwakilan dari 50 negara berkumpul di San Francisco,
California dari 25 April hingga 26 Juni 1945. Dua bulan setelah pertemuan, mereka menyusun
dan menandatangani Piagam PBB, sekaligus menandai lahirnya organisasi internasional baru,
PBB. PBB diharapkan dapat mencegah terjadinya kembali perang dunia. Selanjutnya, empat
bulan setelah konferensi berakhir, maka PBB secara resmi dimulai, pada 24 Oktober 1945.
Berikut 51 daftar negara anggota PBB di awal berdiri:

Argentina

Australia

Belgia

Bolivia

Brasil

Republik Belarus (dulu masih bernama Republik Sosialis Soviet Belarusia)

Kanada

Chili

China

Kolombia

Kosta Rika

Kuba

Cekoslowakia

Denmark

Republik Dominika
Ekuador

Mesir

El Salvador

Ethiopia

Prancis

Yunani

Guatemala

Haiti

Honduras

India

Iran

Irak

Lebanon

Liberia

Luksemburg

Meksiko

Belanda

Selandia Baru

Nikaragua

Norwegia

Panama

Paraguay

Peru

Filipina

Polandia
Arab Saudi

Suriah

Turki

Ukraina (dulu masih bernama Republik Sosialis Soviet Ukraina)

Afrika Selatan

Rusia (dulu masih bernama Uni Republik Sosialis Soviet)

Inggris

Amerika Serikat

Uruguay

Venezuela

Yugoslavia

1946

Selang satu tahun, PBB menerima empat negara anggota baru yakni Afganistan, Islandia,
Thailand (dulu masih bernama Siam), dan Swedia. Dengan demikian, jumlah negara anggota
PBB menjadi 55.

1947

Pada 1947, terdapat dua negara anggota baru yakni Pakistan dan Yaman. Jadi, jumlah negara
anggota PBB menjadi 57.

1948-1950

Selama periode 1948 hingga 1950, terdapat tambahan satu negara anggota baru setiap tahun,
sehingga totalnya ada tiga anggota baru PBB. Pada 1950, Indonesia bergabung dengan PBB
sebagai anggota ke-60.

Dalam sejarahnya, Indonesia sempat keluar dari anggota PBB yakni pada 1 Januari
1965. Alasannya, Presiden Soekarno menolak diakuinya Malaysia (saat itu masih bernama
Federasi Malaysia) sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan (DK) PBB.

Pasalnya, Presiden Soekarno menilai Federasi Malaysia merupakan bentuk kolonialisme


imperialisme modern.
Namun, ketika Presiden Soeharto menjabat pada 1966 Indonesia masuk kembali sebagai
anggota PBB. Kembalinya Indonesia ini mendapatkan sambutan baik dari Majelis Umum PBB.

1955

Tahun 1955, terdapat 16 negara anggota baru PBB. Dengan tambahan itu, total negara anggota
PBB menjadi 76 negara.

Albania

Austria

Bulgaria

Kamboja

Sri Lanka (dulu masih bernama Ceylon)

Finlandia

Hongaria

Irlandia

Italia

Yordania

Laos

Libya

Nepal

Portugal

Rumania

Spanyol

1956

Ada empat negara baru yang menjadi anggota PBB, yakni Jepang, Maroko, Sudan, dan Tunisia.
Maka, total negara anggota PBB menjadi 80 negara pada 1956.
1957

Tahun ini ada dua anggota baru, yakni Ghana dan Malaysia yang kala itu masih berbentuk
Federasi Malaysia. Seperti dijelaskan sebelumnya, masuknya Federasi Malaysia ditentang oleh
Presiden Soekarno sehingga memutuskan Indonesia hengkang dari PBB.

1958

Hanya ada satu anggota baru pada tahun ini yakni Guinea di Afrika Barat. Negara yang
beribukota di Conakry menambah daftar negara anggota PBB menjadi 82 negara.

Keseluruhan 193 Negara PBB

1. Afghanistan - 19 November 1946


2. Afrika Selatan - 7 November 1945
3. Albania - 14 Desember 1955
4. Aljazair - 8 Oktober 1962
5. Amerika Serikat - 24 Oktober 1945
6. Andorra - 28 Juli 1993
7. Angola - 1 Desember 1976
8. Antigua dan Barbuda - 11 November 1981
9. Arab Saudi - 24 Oktober 1945
10. Argentina - 24 Oktober 1945
11. Armenia - 2 Maret 1992
12. Australia - 1 November 1945
13. Austria - 14 Desember 1955
14. Azerbaijan - 2 Maret 1992
15. Bahama - 18 September 1973
16. Bahrain - 21 September 1971
17. Bangladesh - 17 September 1974
18. Barbados - 9 Desember 1966
19. Belanda - 10 Desember 1945
20. Belarus - 24 Oktober 1945
21. Belgia - 27 Desember 1945
22. Belize - 25 September 1981
23. Benin - 20 September 1960
24. Bhutan - 21 September 1971
25. Bolivia - 14 November 1945
26. Bosnia dan Herzegovina - 22 Mei 1992
27. Botswana - 17 Oktober 1966
28. Brasil - 24 Oktober 1945
29. Brunei Darussalam - 21 September 1984
30. Bulgaria - 14 Desember 1955
31. Burkina Faso - 20 September 1960
32. Burundi - 18 September 1962
33. Tanjung Verde - 16 September 1975
34. Chad - 20 September 1960
35. Chile - 24 Oktober 1945
36. Pantai Gading - 20 September 1960
37. Denmark - 24 Oktober 1945
38. Djibouti - 20 September 1977
39. Dominika - 18 Desember 1978
40. Ekuador - 21 Desember 1945
41. El Salvador - 24 Oktober 1945
42. Eritrea - 28 Mei 1993
43. Estonia - 17 September 1991
44. Ethiopia - 13 November 1945
45. Rusia - 24 Oktober 1945
46. Fiji - 13 Oktober 1970
47. Filipina - 24 Oktober 1945
48. Finlandia - 14 Desember 1955
49. Gabon - 20 September 1960
50. Gambia - 21 September 1965
51. Georgia - 31 Juli 1992
52. Ghana - 8 Maret 1957
53. Grenada - 17 September 1974
54. Guatemala - 21 November 1945
55. Guinea - 12 Desember 1958
56. Guinea-Bissau - 17 September 1974
57. Guinea Khatulistiwa - 12 November 1968
58. Guyana - 20 September 1966
59. Haiti - 24 Oktober 1945
60. Honduras - 17 Desember 1945
61. Hongaria - 14 Desember 1955
62. India - 30 Oktober 1945
63. Indonesia - 28 September 1950
64. Iran - 24 Oktober 1945
65. Irak - 21 Desember 1945
66. Irlandia - 14 Desember 1955
67. Islandia - 19 November 1946
68. Israel - 11 Mei 1949
69. Italia - 14 Desember 1955
70. Jamaika - 18 September 1962
71. Jepang - 18 Desember 1956
72. Jerman - 18 September 1973
73. Kamboja - 14 Desember 1955
74. Kamerun - 20 September 1960
75. Kanada - 9 November 1945
76. Kazakhstan - 2 Maret 1992
77. Kenya - 16 Desember 1963
78. Kepulauan Marshall - 17 September 1991
79. Kepulauan Solomon - 19 September 1978
80. Britania Raya dan Irlandia Utara - 24 Oktober 1945
81. Kirgizstan - 2 Maret 1992
82. Kiribati - 14 September 1999
83. Kolombia - 5 November 1945
84. Komoro - 12 November 1975
85. Kongo - 20 September 1960
86. Kosta Rika - 2 November 1945
87. Kroasia - 22 Mei 1992
88. Kuba - 24 Oktober 1945
89. Kuwait - 14 Mei 1963
90. Latvia - 17 September 1991
91. Lebanon - 24 Oktober 1945
92. Lesotho - 17 Oktober 1966
93. Liberia - 2 November 1945
94. Libya - 14 Desember 1955
95. Liechtenstein - 18 September 1990
96. Lithuania - 17 September 1991
97. Luksemburg - 24 Oktober 1945
98. Madagaskar - 20 September 1960
99. Maladewa - 21 September 1965
100. Malawi - 01 Desember 1964
101. Malaysia - 17 September 1957
102. Mali - 28 September 1960
103. Malta - 01 Desember 1964
104. Mauritania - 27 Oktober 1961
105. Mauritius - 24 April 1968
106. Meksiko - 7 November 1945
107. Mesir - 24 Oktober 1945
108. Mikronesia - 17 September 1991
109. Monako - 28 Mei 1993
110. Mongolia - 27 Oktober 1961
111. Montenegro - 28 Juni 2006
112. Maroko - 12 November 1956
113. Mozambik - 16 September 1975
114. Myanmar - 19 April 1948
115. Namibia - 23 April 1990
116. Nauru - 14 September 1999
117. Nepal - 14 Desember 1955
118. Niger - 20 September 1960
119. Nigeria - 7 Oktober 1960
120. Nikaragua - 24 Oktober 1945
121. Norwegia - 27 November 1945
122. Oman - 7 Oktober 1971
123. Pakistan - 30 September 1947
124. Palau - 15 Desember 1994
125. Panama - 13 November 1945
126. Papua Nugini - 10 Oktober 1975
127. Paraguay - 24 Oktober 1945
128. Perancis - 24 Oktober 1945
129. Peru - 31 Oktober 1945
130. Polandia - 24 Oktober 1945
131. Portugal - 14 Desember 1955
132. Qatar - 21 September 1971
133. Republik Afrika Tengah - 20 September 1960
134. Republik Arab Suriah - 24 Oktober 1945
135. Republik Bekas Yugoslav Makedonia - 8 April 1993
136. Republik Bersatu Tanzania - 14 Desember 1961
137. Republik Ceko - 19 Januari 1993
138. Republik Demokratik Kongo - 20 September 1960
139. Republik Demokratik Rakyat Laos - 14 Desember 1955
140. Republik Dominika - 24 Oktober 1945
141. Republik Korea - 17 September 1991
142. Republik Rakyat Demokratik Korea - 17 September 1991
143. Republik Moldova - 2 Maret 1992
144. Rumania - 14 Desember 1955
145. Rwanda - 18 September 1962
146. Saint Kitts and Nevis - 23 September 1983
147. Saint Lucia - 18 September 1979
148. Saint Vincent and the Grenadines - 16 September 1980
149. Samoa - 15 Desember 1976
150. San Marino - 02 Maret 1992
151. Sao Tome and Principe - 16 September 1975
152. Selandia Baru - 24 Oktober 1945
153. Senegal - 28 September 1960
154. Serbia - 1 November 2000
155. Seychelles - 21 September 1976
156. Sierra Leone - 27 September 1961
157. Singapura - 21 September 1965
158. Siprus - 20 September 1960
159. Slovenia - 22 Mei 1992
160. Slowakia - 19 Januari 1993
161. Somalia - 20 September 1960
162. Spanyol - 14 Desember 1955
163. Sri Lanka - 14 Desember 1955
164. Sudan - 12 November 1956
165. Sudan Selatan - 14 Juli 2011
166. Suriname - 04 Desember 1975
167. Swaziland - 24 September 1968
168. Swedia - 19 November 1946
169. Swiss - 10 September 2002
170. Tajikistan - 02 Maret 1992
171. Thailand - 16 Desember 1946
172. Timor-Leste - 27 September 2002
173. Tiongkok - 24 Oktober 1945
174. Togo - 20 September 1960
175. Tonga - 14 September 1999
176. Trinidad dan Tobago - 18 September 1962
177. Tunisia - 12 November 1956
178. Turki - 24 Oktober 1945
179. Turkmenistan - 02 Maret 1992
180. Tuvalu - 5 September 2000
181. Uganda - 25 Oktober 1962
182. Ukraina - 24 Oktober 1945
183. Uni Emirat Arab - 9 Desember 1971
184. Uruguay - 18 Desember 1945
185. Uzbekistan - 02 Maret 1992
186. Vanuatu - 15 September 1981
187. Venezuela - 15 November 1945
188. Vietnam - 20 September 1977
189. Yaman - 30 September 1947
190. Yordania - 14 Desember 1955
191. Yunani - 25 Oktober 1945
192. Zambia - 01 Desember 1964
193. Zimbabwe - 25 Agustus 1980
2.5 Peran Indonesia Dalam PBB

Negara Indonesia mendukung penuh tujuan utama PBB, yaitu menjaga perdamaian dan
keamanan dunia. Hal ini tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 di alinea keempat.

Dukungan tersebut dibuktikan dengan Indonesia jadi anggota PBB pada 28 September 1950,
hampir setahun setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Walaupun pernah keluar
dari keanggotaan PBB pada 7 Januari 1965, Indonesia kembali jadi anggota PBB pada 28
September 1966 hingga saat ini.

Sebagai salah satu anggota, Indonesia musti menjalankan peran-peran yang tertuang dalam
pasal 2 Bab 1 Piagam PBB, yaitu ikut berperan dalam menjaga perdamaian dunia, memberi
bantuan kemanusiaan di berbagai negara, dan membantu menyelesaikan konflik di berbagai
negara.

1. Membantu menyelesaikan konflik

Indonesia selalu terdepan dalam membantu dan menginisiasikan penyelesaian konflik.


Contohnya adalah konflik Laut China Selatan yang melibatkan Filipina, Vietnam, Malaysia,
dan Brunei Darussalam. Selain itu, Indonesia sering mengirimkan Pasukan Garuda untuk turut
dalam misi perdamaian PBB di beberapa negara yang sedang mengalami konflik.

2. Menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB

Indonesia terpilih menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan sebanyak empat kali. Periode
pertama pada tahun 1974-1975, periode kedua tahun 1995-1996, periode ketiga pada tahun
2007-2009, dan periode keempat pada tahun 2019 hingga Desember 2020.

Indonesia berhasil menjembatani, membentuk, menengahi konsensus di antara para anggota


Dewan Keamanan PBB dan negara anggota PBB lainnya

3. Menjadi anggota Dewan HAM

Selain menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, ternyata Indonesia pernah menjadi
anggota Dewan HAM PBB. indonesia terpilih menjadi anggota Dewan HAM pada tahun 2006,
kemudian terpilih lagi untuk periode 2007-2010 melalui 165 suara negara anggota PBB.

4. Mengadakan Jakarta Informal Meeting (JIM) pada tahun 1988

Indonesia turut aktif membantu penyelesaian konflik di Kamboja dengan


menyelenggarakan Jakarta Informal Meeting (JIM) yang dilakukan pada tahun 1988 di
Bogor. Perang besar yang terjadi antara Kamboja dan Vietnam selama bertahun-tahun
menyebabkan banyaknya korban jiwa.

Itulah beberapa peran Indonesia dalam membantu PBB dalam menciptakan perdamaian dunia.
Indonesia berperan cukup aktif untuk memajukkan kedamaian bagi dunia.

2.6 Sejarah Indonesia Menjadi Anggota PBB

Pada tahun 1945 saat kemerdekaan Indonesia diumumkan, Indonesia masih dalam kondisi
belum stabil baik dari segi politik, ekonomi, dan keamanan. Dalam keadaan yang baru saja
merdeka, Indonesia membutuhkan bantuan dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan yang
tidak dapat diperoleh dari dalam negeri sendiri dan juga dalam mencapai kepentingan
nasionalnya. Selain untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai kepentingan nasionalnya, tujuan
lain Indonesia bergabung dengan organisasi seperti PBB ataupun kerja sama lainnya adalah
untuk menunjukkan keberadaannya di dunia internasional serta diakui sebagai negara yang
merdeka. Oleh karena itu, Indonesia menjalin hubungan kerjasama dengan negara lain, baik
dalam bentuk bilateral, multilateral, maupun melalui organisasi internasional, sejak
memproklamasikan kemerdekaannya. Salah satu diantara berbagai kerjasama dan hubungan
yang dilakukan Indonesia adalah kerjasama dan hubungan dengan PBB (Perserikatan Bangsa-
Bangsa). Indonesia bergabung dengan PBB pada tanggal 28 September 1950 sebagai anggota
ke 60. Dengan demikian, secara tidak langsung kemerdekaan Indonesia telah diakui oleh
negara-negara lain yang juga berada di PBB dan memiliki kedudukan yang sama dengan 59
negara anggota lainnya, setelah sang Saka Merah Putih dikibarkan di depan Gedung Markas
Besar PBB. Indonesia memiliki hak yang sama dengan negara lainnya untuk ikut menciptakan
dan melaksanakan ketertiban dan perdamaian dunia serta dapat turut serta memecahkan
permasalahan-permasalahan dunia.

1. Indonesia Keluar dari Keanggotaan PBB

Lima belas tahun setelah bergabung dengan PBB, Indonesia melalui surat resmi menteri luar
negeri, Dr. Soebandrio tertanggal 20 Januari 1965, menyatakan bahwa Indonesia keluar dari
PBB sejak tanggal 1 januari 1965. Keputusan Indonesia untuk keluar dari PBB adalah karena
terpilihnya Malaysia sebagai anggota tidak tetap DK PBB dan juga merupakan puncak
kekecewaan Indonesia terhadap PBB (Official Net News, 2014).
• Terpilihnya Malaysia sebagai Anggota Tidak Tetap DK PBB

Sebelumnya, pada tanggal 31 Desember 1964, Presiden Soekarno telah menyatakan


ketidakpuasannya terhadap PBB dan mengancam akan keluar dari PBB apabila PBB menerima
Malaysia sebagai anggota tidak tetap DK PBB. Ketidaksetujuan dan penentangan Indonesia
terhadap pencalonan Malayasia sebagai anggota tidak tetap DK bukannya tidak beralasan, hal
tersebut disebabkan karena pada saat itu Indonesia dan Malaysia sedang dalam keadaan
bersitegang satu sama lain. Konflik antara Indonesia dan Malaysia dimulai sejak Inggris
memprakarsai pembentukan Federasi Malaysia. Presiden Soekarno yang anti barat,
menganggap Malayasia sebagai suatu ancaman bagi revolusi Indonesia dan merupakan langkah
kolonialisme dan imperialisme Inggris (Sukamyani, Umang, Sedono, Kristianto, & Raharjo,
2008).

Sehingga diterimanya Malaysia sebagai anggota tidak tetap DK PBB sama halnya
dengan memberikan pengakuan terhadap Federasi Malaysia yang Indonesia anggap sebagai
boneka Inggris dan akan membahayakan Indonesia. Inggris yang merupakan salah satu anggota
tetap Dewan Keamanan PBB tentu saja memiliki pengaruh yang kuat dalam pengambilan
keputusan dan pembuatan kebijakan PBB. PBB yang berpihak kepada negara-negara barat
seperti Inggris, akan merespon pencalonan Malaysia sebagai anggota tidak tetap DK PBB
dengan positif. PBB akan mengambil keputusan yang condong dan memihak Malaysia yang
merupakan negara buatan Inggris. Hal ini terlihat dengan adanya rencana pencalonan dan
penetapan Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, walaupun pada waktu
itu Indonesia telah menyatakan ancaman untuk keluar dari keanggotaan PBB.

Walaupun ada alasan lain mengenai keluarnya Indonesia dari PBB, akan tetapi
terpilihnya Malaysia sebagai anggota tidak tetap DK PBB, menguatkan niat Indonesia untuk
keluar dari organisasi internasional tersebut. Sebelumnya, pada saat Malaysia dicalonkan untuk
menjadi anggota tidak tetap DK PBB, Indonesia sudah menunjukkan penolakannya terhadap
pencalonan Malaysia tersebut. Bahkan, Presiden Soekarno mengancam akan keluar dari PBB
apabila Malaysia benar-benar terpilih menjadi anggota tidak tetap DK PBB. Keberatan
Indonesia itu juga disampaikan oleh Kepala Perutusan Tetap RI di PBB kepada Sekertaris
Jenderal PBB, U Thant (Sukamyani, Umang, Sedono, Kristianto, & Raharjo, 2008).

Pada tanggal 31 Desember 1946, Presiden Soekarno berpidato, dalam pidatonya


tersebut ia menyatakan ketidaksetujuannya atas pencalonan Malaysia. Pada hari itu juga,
Kepala Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB menyampaikan isi pidato presiden
Republik Indonesia kepada sekretaris jenderal PBB U Thant. Berikut adalah beberapa poin-
poin dari pidato Presiden Soekarno yang ingin disampaikan kepada PBB (Iran Indonesia Radio
IRIB World Service, 2016):

1). Agar para anggota PBB tidak mendukung masuknya Malaysia ke dalam PBB.

2). Agar anggota-anggota PBB lebih memilih tetap tinggalnya Indonesia dalam PBB daripada
mendukung masuknya Malaysia ke dalam Dewan Keamanan PBB.

3). Memperingatkan PBB bahwa Indonesia bersungguh-sungguh akan melaksanakan niatnya.

Namun ancaman Indonesia yang menyatakan akan keluar dari PBB tidak mendapatkan respon
yang baik dari PBB. Bahkan, pada tanggal 7 Januari 1965, Malaysia terpilih menjadi anggota
tidak tetap DK PBB. Sehingga Indonesia mengambil keputusan untuk keluar dari keanggotaan
PBB, sesuai surat resmi menteri luar negeri, Dr. Soebandrio tertanggal 20 Januari 1965, yang
menyatakan bahwa Indonesia keluar dari PBB secara resmi pada tanggal 1 januari 1965
(Sukamyani, Umang, Sedono, Kristianto, & Raharjo, 2008).

• Kekecewaan IndonesiaTerhadap PBB

Keluarnya Indonesia dari keanggotaan PBB juga dikarenakan kekecewaan Indonesia


dibawah kepemimpinan Presiden Soekarno terhadap PBB. Harapan Indonesia yang tinggi
terhadap PBB tidak sejalan dengan kenyataannya. Presiden Soekarno menganggap PBB terlalu
condong kepada negara- negara barat, PBB juga menerapkan sistem yang berasal dari negara
barat, serta ketidakmampuan PBB untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan negara.
Presiden Soekarno kecewa terhadap PBB yang dianngap terlalu condong kepada negara-negara
barat. Kekecewaannya ini juga disampaikan Presiden Soekarno melalui pidatonya yang
berjudul To Build The World A New atau Membangun Dunia Kembali dalam Sidang Umum
PBB ke-15. Dalam pidatonya tersebut Presiden Soekarno mengkritisi PBB.

Pada masa itu, dimana perang dingin yang terjadi antara blok barat dengan blok timur
sedang berlangsung. Seharusnya PBB sebagai organisasi internasional harus bersikap netral
dan menjadi organisasi interasional yang dapat mewujudkan dan memelihara perdamaian
internasional serta membantu memecahkan masalah ekonomi, sosial dan kemanusiaan
internasional. PBB tidak seharusnya memihak pada salah satu blok yang sedang terlibat konflik
dalam perang dingin kala itu. Sehingga PBB dapat benar-benar memberikan wadah bagi
negara- negara anggotanya yang tentu saja memiliki ideologi dan sistem pemerintahan yang
berbeda-beda, untuk dapat saling berkomunikasi dan menyelesaikan permasalahan dunia
dengan cara musyawarah tanpa adanya keterpihakan disatu sisi saja. Namun Presiden Soekarno
menilai PBB malah menunjukkan keterpihakannya terhadap negara-negara barat seperti
Amerika Serikat dan sekutunya. Salah satu bukti yang memperkuat pandangan Soekarno
tersebut terhadap keterpihakan PBB terhadap negara-negara barat adalah mengenai kedudukan
markas PBB yang berada di Amerika Serikat tepatnya di New York. Bahkan, sampai saat ini
PBB masih tetap bermarkas di New York.

Presiden Soekarno juga beranggapan bahwa PBB selain berpihak kepada negara-negara
barat, PBB juga merupakan organisasi internasional yang dibentuk dengan berlandaskan paham
kolonialisme dan imperialisme negara barat yang tidak disukai oleh Presiden Soekarno.
Sebagaimana yang disampaikan Presiden Soekarno dalam pidatonya di Sidang Umum PBB ke-
15 (Kepustakaan Presiden-Presiden Republik Indonesia, 2006):

Marilah kita hadapi kenyataan bahwa Organisasi ini, dengan cara-cara


yang dipergunakannya sekarang ini dan dalam bentuknya sekarang, adalah suatu
hasil sistem Negara Barat. Maafkan saya, tetapi saya tidak dapat menjunjung
tinggi sistim itu. Bahkan saya tidak dapat memandanginya dengan rasa kasih,
meskipun saya sangat menghargainya.

Imperialisme dan kolonialisme adalah buah dari sistem negara Barat itu,
dan seperasaan dengan mayoriteit yang luas dari pada Organisasi ini, saya benci
pada imperialisme, saya jijik pada kolonialisme, dan saya khawatir akan akibat-
akibat perjuangan hidupnya yang terakhir yang dilakukan dengan sengitnya.
Dua kali didalam masa hidup saya sendiri sistim Negara Barat itu telah merobek-
robek dirinya sendiri dan pernah hampir saja menghancurkan dunia dalam suatu
bentrokan yang sengit.

Presiden Soekarno dalam pidatonya pada saat itu, juga mengemukakan


kekhawatirannya terhadap ketidakmampuan PBB dalam menyelesaikan permasalahan Negara-
negara yang sedang berkonflik dan ketakutannya bahwa PBB akan lenyap seperti organisasi-
organisasi terdahulu. Ia mengatakan (Kepustakaan Presiden-Presiden Republik Indonesia,
2006):

Kami memandanginya dengan kekhawatiran besar, karena kami telah


mengajukan suatu masalah nasional yang besar, masalah Irian Barat, kehadapan
Majelis ini, dan tiada suatu penyelesaian dapat dicapai. Kami memandanginya
dengan kekhawatiran, karena Negara-Negara Besar di dunia telah memasukkan
permainan Perang Dingin mereka yang berbahaya itu ke dalam ruangan-
ruangannya. Kami memandanginya, dengan kekhawatiran, kalau-kalau Majelis
ini akan menemui kegagalan dan akan mengikuti jejak organisasi yang
digantikannya, dan dengan demikian melenyapnya dari pandangan mata ummat
manusia suatu gambaran daripada suatu masa depan yang aman dan bersatu.

Terkait ketidakmampuan organisasi internasional PBB dalam menyelesaikan


permasalahan negara anggotanya, salah satu diantaranya adalah permasalahan Irian Barat yang
penyelesaian sangat lama. Indonesia telah membawa permasalahan Irian Barat tersebut pada
Majelis PBB sejak tahun 1954. Akan tetapi permasalahan Indonesia dan Belanda mengenai
Irian Barat tersebut tidak kunjung menemukan titik terang bahkan hingga tahun 1960, dimana
Presiden Soekarno menyampaikan pidatonya dihadapan Sidang Umum PBB ke-15,
permasalahan Indonesia mengenai Irian Barat belum juga selesai. Bahkan satu tahun setelah
Presiden Soekarno menyatakan kekhawatirannya dalam Sidang Umum PBB ke-15, tahun 1961
masih belum ada indikasi solusi damai meskipun dalam faktanya isu tersebut dibahas dalam
rapat pleno Majelis Umum PBB dan di Komite I (Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia,
2007). T Terpilihnya Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB serta
puncak kekecewaan Indonesia terhadap PBB merupakan alasan Indonesia untuk keluar dari
keanggotaan organisasi internasional tersebut

2. Indonesia Masuk Kembali menjadi Anggota PBB

Setelah Indonesia memutuskan untuk keluar dari keanggotaan PBB, Indonesia menjadi
terasingkan dari pergaulan negara-negara dunia. Keluarnya Indonesia dari keanggotan PBB
membuat ruang gerak Indonesi menjadi sempit. Hal ini membuat Indonesia tidak dapat
memenuhi kebutuhan dan kepentingan nasionalnya yang dapat tidak dapat dipenuhi sendiri,
melainkan membutuhkan bantuan asing atau negara lain dalam pemenuhannya. Oleh karena
itu, setelah pergantian kepemimpinan dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto, Indonesia
merubah pula sikap terhadap PBB. Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto,
Indonesia menyatakan keinginannya untuk kembali menjadi anggota PBB. Dalam sidang pada
3 Juni 1966, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mendesak pemerintah untuk mengusahakan agar
Indonesia kembali menjadi anggota PBB (Pujiastuti, Tamtomo, & Suparno, 2007). Kemudian,
keinginan Indonesia kembali menjadi anggota PBB disampaikan lewat pesan kepada Sekertaris
Jenderal PBB pada tanggal 19 September 1966. Keinginan Indonesia itu disambut hangat pada
Majelis Umum PBB pada 28 September 1966 (Wirayudha, 2015). Indonesia kembali menjadi
anggota PBB untuk melanjutkan kerjasama penuh dengan PBB. Indonesia juga kembali
melanjutkan partisipasinya dalam sesi ke-21 sidang Majelis Umum PBB. Perubahan sikap
politik luar negeri Indonesia pada masa itu dipusatkan pada perbaikan citra Indonesia dimata
dunia dan pembangunan ekonomi Indonesia yang terpuruk pada masa pemerintahan Presiden
Soekarno. I Indonesia kembali menjadi anggota PBB dengan mengirimkan lima
perwakilannya, yaitu Adam Malik, Laksamana Udara Rusmin Nuryadin, M. Yusuf, L. N. Palar,
dan Ruslan Abdulgani. Kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB mendapat sambutan baik
dari beberapa negara di Asia, bahkan dari pihak PBB sendiri. Sambutan baik PBB terhadap
kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB ditunjukkan dengan dipilihnya Adam Malik
sebagai Ketua Majelis Umum PBB tahun 1971. Tidak hanya kembali menjadi anggota PBB,
tetapi Indonesia juga memperbaiki hubungannya dengan beberapa negara seperti Malaysia,
India, Filipina, Thailand, Australia, dan sejumlah negara lainnya yang sempat hubungannya
dengan Indonesia renggang pada masa pemerintahan Presiden Soekarno (Pujiastuti, Tamtomo,
& Suparno, 2007).

B. Perwakilan Indonesia dalam Enam Badan Utama Perserikatan Bangsa-Bangsa

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi didirikan pada tanggal 24 Oktober


1945, dengan anggota berjumlah 51 negara. Sebelum secara resmi berdiri, pada tahun yang
sama, perwakilan 50 negara bertemu untuk menyusun sebuah piagam, yaitu Piagam PBB.
Piagam PBB ditandangani pada tanggal 26 Juni 1945 oleh perwakilan 50 negara dan
diberlakukan pada tanggal 24 Oktober 1945, yang mana hari tersebut juga diperingati sebagai
hari didirikannya PBB (United Nations, 2015). PBB memiliki enam badan utama, yaitu Majelis
Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan Perwalian, Mahkamah
Peradilan, dan Sekertariat. Indonesia sebagai anggota PBB juga turut memberikan kontribusi
kepada PBB melalui perwakilannya dalam enam lembaga PBB:

1. Majelis Umum (General Assembly)

Majelis Umum merupakan satu dari enam badan utama dalam Perserikatan Bangsa-
Bangsa.

2. Dewan Keamanan (Security Council)

Dewan Keamanan merupakan satu dari enam badan utama PBB, Dewan Keamanan
PBB memiliki tugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional.

3. Dewan Ekonomi dan Sosial (Economic and Social Council

Dewan Ekonomi dan Sosial adalah Badan Utama PBB yang menangani berbagai
masalah atau isu-isu ekonomi dan sosial, termasuk juga didalamnya yaitu pendidikan,
kesehatan, dan kebudayaan.
4. Dewan Perwalian (Trusteeship Council)

Dewan Perwalian merupakan salah satu badan utama PBB. Dewan Perwalian dibentuk
pada tahun 1945 melalui Piagam PBB untuk memerintah dan mengawasi wilayah-wilayah
perwalian, yang mana wilayah-wilayah perwalian tersebut merupakan wilayah-wilayah yang
tidak memiliki pemerintahan sendiri sehingga wilayah-wilayah tersebut ditempatkan di bawah
wewenang Dewan Perwalian Perserikatan Bangsa-Bangsa.

5. Mahkamah Internasional (International Court of Justice)

Mahkamah Internasional adalah badan peradilan utama PBB. Mahkamah Internasional


bertugas untuk memeriksa dan memutuskan perkara-perkara yang diajukan oleh negara
kepadanya sesuai dengan hukum internasional, serta memberikan nasehat atas
pertanyaanpertanyaan hukum. Mahkamah Internasional terdiri dari lima belas orang hakim,
yang dipilih dari orang-orang dengan karakter moral tinggi terlepas dari kewarganegaraan calon
hakim tersebut

6. Sekretariat (Secretariat)

Sekretariat PBB adalah salah satu badan utama PBB. Sekertariat PBB dipimpin oleh
seorang Sekretaris Jenderal dengan dibantu oleh puluhan ribu staf sipil Internasional dari
berbagai negara, Sekretaris Jenderal diangkat oleh Majelis Umum atas rekomendasi Dewan
Keamanan. Sedangkan staf sekretariat akan diangkat oleh Sekretaris Jenderal menurut
peraturan yang ditetapkan Majelis Umum.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dengan demikian kita telah mengetahui berbagai aspek mengenai Perserikatan Bangsa-
bangsa (PBB) Murupakan organisasi internasional yang terbesar dari segi jumlah anggotanya.
Dan memiliki fungsi yang sangat strategis dan kehidupan berbangsa.Yang dalam proses
pendirinyannya memiliki jalan panjang. Dan keberadaan PBB di tengah gelojak dunia sangat
membantu untuk menyelesaiakan berbagi masalah di dunia ini seperti politik, sosial, budaya,
dan sebagainya
Juga fungsi serta tugas dari organisasi PBB dapat dengan nyata kita rasakan di seluruh dunia
seperti ketika bencana gempa dan tsunami yang melanda aceh dan nias. Dan juga proses
perdamaian di berbagai belahan dunia lainnya.
Tapi disisi lain kita terdapat fakta yang mencegangkan yaitu pengaruh zionisme di PBB.
Mulai dari lambang, keanggotaan, dan pengambilan keputusan oleh PBB yang sangat
menguntungkan negara maju dan membebani negara negara berkembang seperti pinjaman
IMF dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Buku paket PPKN kelas XI


https://m.merdeka.com/jabar/sejarah-27-september-1950-indonesia-resmi-menjadi-
anggota-pbb-ke-60-kln.html?page=3
https://www.idntimes.com/life/education/seo-intern/memahami-peran-indonesia-dalam-
pbb

Anda mungkin juga menyukai