INDONESIA
DISUSUN OLEH:
Alfina Purba
Desy Aliska
Juita Theresia
Yobel Manullang
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukut hanyalah milik Tuhan yang mahaesa. Kepada –Nya kita memuji
dan bersyukur.memohon pertolongan dan ampunan . Kepada Nya pula kita
mengucapkan syukur atas perlindungannya. Karna berkat rahmatnya makalah yang
berjudul Pengkauan PBB Terhadap Indonesia ini dapat diselesaikan dengan baik.
Banyak sekali kekurangan kami sebagai peyusun makala ini, baik menyangkut isi
atau lainnya . Mudah mudahan semua itu dapat menjadikan cambuk bagi kami agar
lebih meningkatkan kualitas makalah ini di masa yang akan datang .
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................2
A. PENGAKUAN PBB TERHADAP KEMERDEKAAN INDONESIA....2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemerdekaan Indonesia diakui oleh Belanda, melalui Konferensi Meja Bundar di
Den Haag, pada tanggal 3 Agustus - 2 November 1949. Setelah pengakuan ini
negara-negara Barat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga mengakui kemerdekaan
Indonesia. Pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
melalui Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa nomor 86, yang
diadopsi pada tanggal 26 September 1950. Resolusi ini dibuat setelah PBB
menemukan bahwa “Republik Indonesia adalah negara yang mencintai perdamaian
yang memenuhi persyaratan yang diatur dalam Pasal 4 Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa”.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengakuan PBB Terhadap Kemerdekaan Indonesia.
Meskipun Indonesia telah mendapat pengakuan secara de facto dari banyak negara,
seperti Mesir (22 Maret 1946); Lebanon (29 Juni 1947); Suriah (2 Juli 1947); Irak
(16 Juli 1947); Arab Saudi (24 September 1947); Afganistan (23 November 1947);
Birma (23 November 1947); Inggris (31 Maret 1947); Amerika Serikat (23 April
1947); Yaman (4 Mei 1948); dan Uni Soviet (5 Mei 1948), namun seakan-akan
sama sekali tidak ada pengaruhnya. Indonesia sudah mendeklarasikan
kemerdekaan, tetapi Belanda masih ingin kembali ke Indonesia.
Beranjak dari pertemuan PBB pada 21 Januari 1946 perwakilan dari Republik
Sosialis Ukraina mengusulkan agar masalah kemerdekaan Indonesia turut dibahas
oleh PBB dikarenakan adanya ancaman terhadap perdamaian dan keamanan
internasional. Untuk meningkatkan eksistensi Indonesia di mata dunia
internasional, maka Indonesia terus berupaya untuk menjadikan sengketa
Indonesia-Belanda menjadi salah satu agenda Dewan Keamanan PBB. Upaya ini
selanjutnya didukung dengan upaya dari India dan Australia mengajukan sengketa
tersebut ke DK PBB pada 28 Juli 1947, pasca aksi militer Belanda terhadap
Indonesia pada 21 Juli 1947. Sejak itu masalah sengketa Indonesia-Belanda selalu
menjadi perhatian PBB. Diplomat-diplomat ulung Indonesia seperti Agus Salim
dan Sutan Syahrir berulang kali menghadiri rapat-rapat PBB, khususnya pertemuan
yang membahas "Persoalan Indonesia" (Indonesian question).
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indone sia setelah proklamasi tercatat beberapa
badan Perdamaian dibentuk PBB untuk Indonesia, di antaranya sebagai berikut.
Komisi Tiga Negara (KTN) terbentuk akibat dari Agresi Militer Belanda I, yang
terdiri dari tiga negara Australia dipilih oleh Indonesia dengan wakil Richard
Kirby, Belgia dipilih oleh Belanda dan diwakili oleh Paul Van Zealand, dan
Amerika Sarikat adalah pihak netral diwakili oleh dr. Frank Graham. KTN
berhasil mengantar pihak Indonesia ke meja perundingan Renville.
5
2. UNCI
UNCI (United Nations Commisions for Indonesia) badan perdamaian ini dibentuk
pada tanggal 28 Januari 1949 berdasarkan resoulusi Dewan Keamanan PBB.
Resolusi Dewan Keamanan PBB tersebut berisi:
UNCI yang beranggotakan Australia diwakili oleh Chrit chley, Belgia diwakili
oleh Herremans, dan Amerika Serikat diwakili oleh Merle Cochran berhasil
menggiring Indonesia Belanda ke meja perundingan pada 7 Mei 1949.
Perundingan ini dikenal dengan perudingan Roem-Royen. Perudingan tersebut
Gam diawali dengan perudingan pendahuluan di Jakarta pada 17 genc April 1949.
Delegasi Indonesia dipimpin Mr. Mohammad deng Roem. Delegasi Belanda
dipimpin Dr. van Royen. Pertemuan KTN. dipimpin Merle Cohran dari UNCI
yang berasal dari Amerika Serikat. Akhirnya pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai
persetujuan. Persetujuan itu dikenal dengan nama "Roem-Royen Statement".
Dalam perundingan ini, setiap delegasi mengeluarkan pernyataan sendiri-sendiri.
6
Pernyataan delegasi Indonesia antara lain sebagai berikut.
7
Indonesia resmi menjadi negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-60 pada
tanggal 28 September 1950, yang ditetapkan dengan Resolusi Dewan Keamanan
PBB No. 86 (1950) dan Resolusi Majelis Umum PBB nomor A/RES/491 (V)
tentang "penerimaan Republik Indonesia dalam keanggotaan di Perserikatan
Bangsa Bangsa", kurang dari satu tahun setelah pengakuan kedaulatan Indonesia
oleh Belanda dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag.
Dewan Keamanan
Mendapati bahwa Republik Indonesia adalah Negara yang cinta damai yang
memenuhi syarat syarat yang terdapat dalam Pasal 4 Piagam Perserikatan Bangsa
Bangsa, maka merekomendasikan kepada Majelis Umum agar Republik Indonesia
diterima sebagai anggota Perserikatan Bangsa –Bangsa .
8
Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa No.491 (V)
(1950)
Majelis Umum,
28 September 1950
9
Resolusi tersebut dikeluarkan saat sidang Umum PBB tanggal 28 September 1950.
Majelis Umum PBB dengan suara bulat menerima Indonesia menjadi anggota PBB
yang ke-60. Pada tanggal 28 September diadakan upacara pengibaran bendera
Merah Putih di Markas Besar PBB di samping bendera-bendera dari 59 negara
anggota lainnya. Setelah resmi menjadi anggota, maka Indonesia segera
mengirimkan delegasinya untuk mengikuti Sidang Umum PBB. Dengan
diterimanya Indonesia menjadi anggota PBB berarti Indonesia telah dapat duduk
sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa lainnya dan dapat turut
serta memecahkan persoalan-persoalan dunia.
Banyak manfaat yang diperoleh bangsa Indonesia semenjak menjadi anggota PBB.
Berbagai bantuan dan jasa baik PBB telah dinikmati bangsa Indonesia. Manfaat
tersebut antara lain sebagai berikut.
2. PBB banyak memberikan bantuan dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya
melalui organisasi khusus, seperti IMF, IBRD, UNESCO, dan WHO.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku : sejarah sma kelas xii yudisrira kurikurum 2013 edisi revisi 2013
12
13