Anda di halaman 1dari 13

PENGAKUAN PBB TERHADAP KEMERDEKAAN

INDONESIA

DISUSUN OLEH:
Alfina Purba
Desy Aliska
Juita Theresia
Yobel Manullang

TUGAS SEJARAH.P KELOMPOK 4


Pengajar: Zulkifli Riswaldy, Spd

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukut hanyalah milik Tuhan yang mahaesa. Kepada –Nya kita memuji
dan bersyukur.memohon pertolongan dan ampunan . Kepada Nya pula kita
mengucapkan syukur atas perlindungannya. Karna berkat rahmatnya makalah yang
berjudul Pengkauan PBB Terhadap Indonesia ini dapat diselesaikan dengan baik.
Banyak sekali kekurangan kami sebagai peyusun makala ini, baik menyangkut isi
atau lainnya . Mudah mudahan semua itu dapat menjadikan cambuk bagi kami agar
lebih meningkatkan kualitas makalah ini di masa yang akan datang .

Perawang, Agustus 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................2
A. PENGAKUAN PBB TERHADAP KEMERDEKAAN INDONESIA....2

BAB III PENUTUP................................................................................8


A. KESIMPULAN..............................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................9

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemerdekaan Indonesia diakui oleh Belanda, melalui Konferensi Meja Bundar di
Den Haag, pada tanggal 3 Agustus - 2 November 1949. Setelah pengakuan ini
negara-negara Barat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga mengakui kemerdekaan
Indonesia. Pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
melalui Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa nomor 86, yang
diadopsi pada tanggal 26 September 1950. Resolusi ini dibuat setelah PBB
menemukan bahwa “Republik Indonesia adalah negara yang mencintai perdamaian
yang memenuhi persyaratan yang diatur dalam Pasal 4 Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa”.

Dengan resolusi ini Dewan keamanan PBB merekomendasikan agar Majelis


Umum PBB mengakui Republik Indonesia untuk menjadi anggota Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Menindak lanjuti resolusi ini, Indonesia menjadi anggota PBB,
dan Indonesia mengirim dua misi diplomatik permanen ke PBB, yaitu di di New
York City, Amerika Serikat dan Jenewa, Swiss. Misi ini dipimpin oleh Perwakilan
Tetap dan Duta Besar.

Pemerintah Republik Indonesia menunjuk Lambertus Nicodemus Palar sebagai


Wakil Tetap pertama Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sebelumnya
LN Palar juga berperan mengajukan permintaan pengakuan kedaulatan Indonesia
kepada PBB. LN Palar kemudian memimpin delegasi pertama Indonesia sebagai
anggota baru PBB pada sesi Majelis Umum PBB tahun 1950.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengakuan PBB Terhadap Kemerdekaan Indonesia.

Meskipun Indonesia telah mendapat pengakuan secara de facto dari banyak negara,
seperti Mesir (22 Maret 1946); Lebanon (29 Juni 1947); Suriah (2 Juli 1947); Irak
(16 Juli 1947); Arab Saudi (24 September 1947); Afganistan (23 November 1947);
Birma (23 November 1947); Inggris (31 Maret 1947); Amerika Serikat (23 April
1947); Yaman (4 Mei 1948); dan Uni Soviet (5 Mei 1948), namun seakan-akan
sama sekali tidak ada pengaruhnya. Indonesia sudah mendeklarasikan
kemerdekaan, tetapi Belanda masih ingin kembali ke Indonesia.

Beranjak dari pertemuan PBB pada 21 Januari 1946 perwakilan dari Republik
Sosialis Ukraina mengusulkan agar masalah kemerdekaan Indonesia turut dibahas
oleh PBB dikarenakan adanya ancaman terhadap perdamaian dan keamanan
internasional. Untuk meningkatkan eksistensi Indonesia di mata dunia
internasional, maka Indonesia terus berupaya untuk menjadikan sengketa
Indonesia-Belanda menjadi salah satu agenda Dewan Keamanan PBB. Upaya ini
selanjutnya didukung dengan upaya dari India dan Australia mengajukan sengketa
tersebut ke DK PBB pada 28 Juli 1947, pasca aksi militer Belanda terhadap
Indonesia pada 21 Juli 1947. Sejak itu masalah sengketa Indonesia-Belanda selalu
menjadi perhatian PBB. Diplomat-diplomat ulung Indonesia seperti Agus Salim
dan Sutan Syahrir berulang kali menghadiri rapat-rapat PBB, khususnya pertemuan
yang membahas "Persoalan Indonesia" (Indonesian question).

Dalam sejarah perjuangan bangsa Indone sia setelah proklamasi tercatat beberapa
badan Perdamaian dibentuk PBB untuk Indonesia, di antaranya sebagai berikut.

1. Komisi Tiga Negara

Komisi Tiga Negara (KTN) terbentuk akibat dari Agresi Militer Belanda I, yang
terdiri dari tiga negara Australia dipilih oleh Indonesia dengan wakil Richard
Kirby, Belgia dipilih oleh Belanda dan diwakili oleh Paul Van Zealand, dan
Amerika Sarikat adalah pihak netral diwakili oleh dr. Frank Graham. KTN
berhasil mengantar pihak Indonesia ke meja perundingan Renville.

5
2. UNCI

UNCI (United Nations Commisions for Indonesia) badan perdamaian ini dibentuk
pada tanggal 28 Januari 1949 berdasarkan resoulusi Dewan Keamanan PBB.
Resolusi Dewan Keamanan PBB tersebut berisi:

a. Belanda harus menghentikan semua operasi militer dan pihak Republik


Indonesia diminta untuk menghentikan aktivitas gerilnya. Kedua pihak
harus berkerja sama untuk mengadakan perdamaian kembali.
b. Pembebasan dengan segera dan tidak bersyarat semua tahanan politik dalam
daerah RI oleh Belanda sejak 19 Desember 1948.
c. Belanda harus memberikan kesempatan kepada pemimpin RI untuk
kembali ke Yogyakarta dengan segera . Kekuasaan RI didaerah daerah RI
menurut batas batas Persejuuan Renville dikembalikan kepada RI.
d. Perundingan perundingan akan dilakukan dalam waktu yang secepat
cepatnya dengan dasar Persetujuan Linggarjati,Persetujuan Renville,dan
berdasarkan pembentukan suatu Pemerintah Interim Federal paling lamabat
tanggal 15 Maret 1949. Pemilihan Dewan Pembuat Undang Undang Dasar
Negara Indonesia Serikat selambat lambatnya pada tanggal 1juli 1949 .
e. Komisi Jasa-jasa Baik (KTN) berganti nama menjadi Komisi Perserikatan
Bangsa-Bangsa untuk Indonesia (United Nation for Indonesia atau UNCI).
UNCI bertugas untuk membantu melancarkan perundingan-perundingan
untuk mengurus pengembalian kekuasaan pemerintah RI, mengamati
pemilihan, mengajukan usul mengenai berbagai hal yang dapat membantu
tercapainya penyelesaian.

UNCI yang beranggotakan Australia diwakili oleh Chrit chley, Belgia diwakili
oleh Herremans, dan Amerika Serikat diwakili oleh Merle Cochran berhasil
menggiring Indonesia Belanda ke meja perundingan pada 7 Mei 1949.
Perundingan ini dikenal dengan perudingan Roem-Royen. Perudingan tersebut
Gam diawali dengan perudingan pendahuluan di Jakarta pada 17 genc April 1949.
Delegasi Indonesia dipimpin Mr. Mohammad deng Roem. Delegasi Belanda
dipimpin Dr. van Royen. Pertemuan KTN. dipimpin Merle Cohran dari UNCI
yang berasal dari Amerika Serikat. Akhirnya pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai
persetujuan. Persetujuan itu dikenal dengan nama "Roem-Royen Statement".
Dalam perundingan ini, setiap delegasi mengeluarkan pernyataan sendiri-sendiri.

6
Pernyataan delegasi Indonesia antara lain sebagai berikut.

a. Soekarno dan Hatta dikembalikan ke Yogyakarta.

b.Kesediaan mengadakan penghentian tembak-menembak.

c. Kesediaan mengikuti Konferensi Meja Bundar setelah pengembalian


Pemerintah RI ke Yogyakarta

d. Bersedia bekerja sama dalam memulihkan perdamaian dan tertib hukum.

Pernyataan dari pihak Belanda adalah sebagai berikut.

a. Menghentikan gerakan militer dan membebaskan tahananpolitik.

b. Menyetujui kembalinya Pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta.

c. Menyetujui Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat.

d. Berusaha menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar.

UNCI juga memiliki peran penting mengantarkan Indonesia-Belanda ke meja


perudingan yang dikenal dengan Konfersi Meja Bundar. Dalam hal ini. UNCI
bertugas membantu memperlanjar perundingan perundingan untuk mengurus
pengembalian Republik Indonesia dan membantu menyelesaikan pertikaian
Indonesia – Belanda .

Usai memperoleh pengakuan kedaulatannya mengafirmasi keinginannya untuk


berpartisipasi dalam perdamaian dunia ketika bergabung s secara penuh pada akhir
tahun 1949, Indonesia secara resmik dalam Perserikatan Bangsa-bangsa pada 28
September 1950, dengan Lambertus Nicodemus Palar, seorang diplomat awal
Indonesia yang telah duduk sebagai peninjau (observer) di PBB sejak tahun 1947,
menjadi Wakil Tetap (permanent representative) Indonesia pertama di organisasi
internasional ini. Sementara itu Amerika Serikat membuka misi diplomatiknya di
Indonesia sehari seusai pengakuan kedaulatan tersebut, dengan Merle Cochran,
perwakilan Amerika Serikat di UNCI, menyerahkan surat kepercayaan kepada
Presiden Soekarno.

7
Indonesia resmi menjadi negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-60 pada
tanggal 28 September 1950, yang ditetapkan dengan Resolusi Dewan Keamanan
PBB No. 86 (1950) dan Resolusi Majelis Umum PBB nomor A/RES/491 (V)
tentang "penerimaan Republik Indonesia dalam keanggotaan di Perserikatan
Bangsa Bangsa", kurang dari satu tahun setelah pengakuan kedaulatan Indonesia
oleh Belanda dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag.

Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa – Bangsa


No.86(1950)
Penerimaan Anggota-anggota Baru ke dalam Perserikatan Bangsa Bangsa

Dewan Keamanan

Mendapati bahwa Republik Indonesia adalah Negara yang cinta damai yang
memenuhi syarat syarat yang terdapat dalam Pasal 4 Piagam Perserikatan Bangsa
Bangsa, maka merekomendasikan kepada Majelis Umum agar Republik Indonesia
diterima sebagai anggota Perserikatan Bangsa –Bangsa .

Disahkan dalam pertemuan ke-503 dengan 10 suara


menyetujui dan tidak ada suara menolak,dengan 1 suara abstain(Tiongkok)

8
Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa No.491 (V)
(1950)

Penerima Republik Indonesia untuk Keanggotaan Perserikatan Bangsa-Bangsa

Majelis Umum,

Mempertimbangkan rekomendasi dari Dewan Keamanan tertanggal 26 September


1950 bahwa Republik Indonesia yang menyatakan kesediaannya menerima segala
kewajiban yang terkandung dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Rapat Paripurna ke-289

28 September 1950

9
Resolusi tersebut dikeluarkan saat sidang Umum PBB tanggal 28 September 1950.
Majelis Umum PBB dengan suara bulat menerima Indonesia menjadi anggota PBB
yang ke-60. Pada tanggal 28 September diadakan upacara pengibaran bendera
Merah Putih di Markas Besar PBB di samping bendera-bendera dari 59 negara
anggota lainnya. Setelah resmi menjadi anggota, maka Indonesia segera
mengirimkan delegasinya untuk mengikuti Sidang Umum PBB. Dengan
diterimanya Indonesia menjadi anggota PBB berarti Indonesia telah dapat duduk
sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa lainnya dan dapat turut
serta memecahkan persoalan-persoalan dunia.

Banyak manfaat yang diperoleh bangsa Indonesia semenjak menjadi anggota PBB.
Berbagai bantuan dan jasa baik PBB telah dinikmati bangsa Indonesia. Manfaat
tersebut antara lain sebagai berikut.

1. PBB berjasa menyelesaikan pengembalian Irian Barat ke pangkuan RI dengan


mengirim misi UNTEA.

2. PBB banyak memberikan bantuan dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya
melalui organisasi khusus, seperti IMF, IBRD, UNESCO, dan WHO.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara langsung, PBB belum mengakui kemerdekaan Indonesia. Namun ketika


terjadi konflik dan agresi yang dilakukan oleh pihak Belanda kepada bangsa
dan negara Indonesia, PBB turut aktif menunjukkan perannya sebagai
organisasi penjaga keamanan dan perdamaian internasional. Ketika Belanda
melakukan agresi militernya, Dewan Keamanan PBB mampu meredam bentrok
antara Indonesia dan Belanda dan membawa keduanya ke meja perundingan.
PBB juga turut memfasilitasi jalannya perundingan supaya tercipta kesepakatan
damai antara Indonesia dan Belanda.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku : sejarah sma kelas xii yudisrira kurikurum 2013 edisi revisi 2013

Sumber buku : mediatama

12
13

Anda mungkin juga menyukai