Anda di halaman 1dari 14

PERUNDINGAN ROEM ROYEN

DAN KONFERENSI INTER INDONESIA

Disusun oleh :

1.
2.
3.

MTs NEGERI 1 BASEL PERMIS


2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa /
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya, penulis
dapat menyelesaikan makalah Perjanjian Roem Royen Dan Konferensi Inter
Indonesia ini tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak dan ibu guru, khusunya guru mata pelajaran Sejarah Indonesia
yang telah banyak memberikan masukan hingga terselesainya makalah ini.
2. Bapak dan Ibu narasumber/informan yang telah memberikan informasi
tentang segala data yang penulis perlukan untuk kelengkapan makalah ini.
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Semoga apa yang telah diberikan memperoleh pahala yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang tersaji dalam makalah ini
masih jauh dari makalah yang sempurna karena kekurangan dan keterbatasan
kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif guna
menyempurnakan karya-karya ke depannya. Pada akhirnya, penulis tetap berharap
semoga makalah ini bermanfaat dan berguna bagi dunia pendidikan pada
umumnya dan pembelajaran Sejarah Indonesia pada khususnya.

Permis, 22 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ............................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 2
2.1 Perjanjian Roem Royen ............................................................. 2
2.2 Konferensi Inter Indonesia ........................................................ 8
BAB III PENUTUP .............................................................................. 10
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 10
3.2 Saran ........................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Untuk memperoleh sebuah kemerdekaan, Bangsa ini memperolehnya tidak


gratis, sejarah panjang harus dilalui para pejuang kemerdekaan tanpa kenal lelah
dan perjalanan panjang dilalui dengan pengorbanan nyawa dan darahnya untuk
mendapatkan dan merebut kemerdekaan demi kedaulatan sebagai sebuah bangsa
dan negara, yaitu bangsa indonesia. 350 tahun dijajah belanda sampai pendudukan
Jepang, tidaklah mudah untuk dilupakan dan ditinggalkan oleh para vetran dan
pejuang kemerdekaan, bangsa dan negara ini diperbudak belanda selama 7
turunan dan selama itu pula bangsa ini berjuang mengusir para komprador dan
penjajah dari bumi pertiwi ini.
Namun, seringkali para pemimpin bangsa ini melupakan sejarah, sehingga
sakit hati dan pengorbanan para pejuang bangsa dilupakan begitu saja, perjuangan
menuntut permintaan "MAAF" dari belanda atas dosa-dosa mereka mandek dan
mati suri. Kesejahteraan para pejuang kemerdekaan tidak pernah mendapatkan
tempat bagi pemerintahan saat ini, para pemimpin sekarang sudah lupa diri. Yang
ada sekarang bangsa ini dirampok habis-habisan oleh para pemimpin dan tokoh
maling dan rampok berkedok wakil rakyat serta para koruptor yang berlindung di
ketiak PEMERINTAH, untuk mengingatkan kembali perjuangan para leluhur kita
maka kami menyajikan artikel perang-perang besar kemerdekaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Peristiwa Perjanjian Roem Royen ?
2. Bagaimana Peristiwa Konferensi Inter Indonesia ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Peristiwa Perjanjian Roem Royen
2. Untuk mengetahui Peristiwa Konferensi Inter Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERJANJIAN ROEM ROYEN


2.1.1 Pengertian Perjanjian Roem Royen
Perjanjian Roem-Roijen (juga disebut Perjanjian Roem-Van Roijen)
adalah sebuah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang dimulai pada
tanggal 14 April 1949 dan akhirnya ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 di
Hotel Des Indes, Jakarta. Namanya diambil dari kedua pemimpin delegasi,
Mohammad Roem dan Herman van Roijen. Maksud pertemuan ini adalah untuk
menyelesaikan beberapa masalah mengenai kemerdekaan Indonesia sebelum
Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun yang sama. Perjanjian ini sangat
alot sehingga memerlukan kehadiran Bung Hatta dari pengasingan di Bangka,
juga Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari Yogyakarta untuk mempertegas sikap
Sri Sultan HB IX terhadap Pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta, di
mana Sultan Hamengku Buwono IX mengatakan “Jogjakarta is de Republiek
Indonesie” (Yogyakarta adalah Republik Indonesia).
Keberhasilan membawa permasalahan antara pihak Indonesia dan pihak
Belanda ke meja perundingan merupakan inisiatif komisi PBB untuk Indonesia.
Perundingan Roem Royen, pihak Republik Indonesia memiliki pendirian
mengembalikan pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta merupakan
kunci sebuah perundingan selanjutnya.

2.1.2 Latar Belakang Perjanjian Roem Royen


Diadakannya Perjanjian Roem Royen karena adanya serangan tentara
Belanda ke Yogyakarta dan adanya penahanan pemimpin RI, serta mendapatkan
kecamanan dari dunia Internasional.
Dalam Agresi Militer II, Belanda mempropaganda TNI telah hancur, disini
Belanda mendapat kecaman di dunia Internasional terutama Amerika Serikat.
Perjanjian Roem Royen diselenggarakan mulai dari 14 April sampai 7 mei 1948,
pihak Indonesia di wakili oleh Moh. Roem beberpa anggota seperti Ali Sastro
Amijoyo, Dr. Leimena, Ir. Juanda, Prof. Supomo, dan Latuharhary. Untuk pihak

2
Belanda di wakili oleh Dr.J.H. Van Royen dengan anggotanya seperti Blom,
Jacob, dr.Van, dr. Gede, Dr.P.J.Koets, Van Hoogstratendan, dan Dr. Gieben.
Dengan adanya Agresi Militer Belanda II yang dilancarkan Belanda
mendapat kecaman dan reaksi dari Amerika Serikat dan Inggris, serta Dewan
PBB.Melihat reaksi mliter Belanda sehingga PBB membuat kewenangan KTN.

2.1.3 Proses Pelaksanaan Perjanjian Roem-Royen


Atas desakan amerika serikat, akhirnya pada tanggal 14 april 1949.
Perundingan dapat dibuka kembali, delegasi indonesia dipimpin oleh muhammad
Roem, sedangkan delegasi belanda dipimpin oleh van roijen, yang merupakan
Perundingan pendahuluan sebelum diadakan perundingan puncak, perundingan
Tersebut diketuai oleh cochran. Yang kemudian menyampaikan pidato tentang
Tujuan perundingan dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam perundingan
ini.
Selanjutnya ketua delegasi belanda van roijen menyampaikan pidato,
dalam pidatonya antara lain dikatakan bahwa:
1. Pemerintah Belanda telah menerima undangan untuk konferensi persiapan
ini tanpa syarat.
2. Pemerintah Belanda bersedia menempatkan soal kembalinya pemerintah
RI ke Yogyakarta sebagai pasal yang akan dibicarakan dengan syarat
bahwa hasil-hasil perundingan ini hanya akan mengikat seandainya
tercapai kata sepakat mengenai kedua pokok acara, yakni soal penghentian
permusuhan dan pemulihan ketertiban dan ketentraman, serta syarat-syarat
dan tanggal untuk mengadakan Konferensi Meja Bundar di Den Haag.
3. Usul Belanda mengenai penyerahan kedaulatan yang dipercepat, Van
Roijen mengatakan bahwa ini akan bersifat tanpa syarat, nyata dan
lengkap, sedang Uni Indonesia-Belanda tak akan menjadi super state
melainkan hanya merupakan suatu bentuk kerjasama antara negara-negara
yang berdaulat, Indonesia dan Belanda atas dasar persamaan dan
kesukarelaan sepenuhnya (Agung, 1983).
Selanjutnya ketua delegasi Indonesia Mohammad Roem menyampaikan
pidato tentang pandangannya sebagai berikut:

3
1. Pemerintah RI dengan menyesal harus menyatakan bahwa aksi militer
Belanda yang kedua telah menggoyahkan kepercayaan pada itikad baik
pemerintah Belanda, reaksi negatif ini tidak saja terlihat di dalam RI
seperti ternyata telah diletakkan jabatan oleh pemerintah Indonesia Timur
dan pemerintah Pasundan serta dari resolusi badan-badan yang
menyalahkan tindak tanduk militer itu, dan resolusi dari luar negeri, yakni
konferensi New Delhi yang dihadiri oleh negara-negara Asia Selatan dan
Tenggara
2. Pemerintah Republik tidak berpendapat bahwa pokok-pokok yang disebut
instruksi Dewan Keamanan tanggal 23 Maret sebagai pokok-pokok untuk
dibicarakan konferensi ini, merupakan satu kesatuan utuh. Harus
dibicarakan terlebih dahulu tentang kembalinya pemerintahan Republik ke
Yogyakarta setelah tercapai kata sepakat tentang hal ini, maka mudahlah
untuk membicarakan pokok-pokok hal yang lain unruk suatu pemecahan
menyeluruh. Keputusan-keputusan hakiki kemudian akan diambil oleh
pemerintah Republik di Yogya. sepakat tentang persoalan kembalinya
pemerintah Republik. Jalan akan terbuka untuk mengadakan
perundinganperundingan mendasar dan kepercayaan yang tergoyah akan
dipulihkan (Ide Anak Gede Agung, 1983:270)
Pada tanggal 16 April, dimulailah pembicaraan antara kedua delegasi yang
berlangsung hingga 7 Mei 1949.Perundingan tersebut berhasil mencapai
persetujuan yang kemudian dikenal dengan perjanjian Roem-Roijen.
Perjanjian Roem-Roijen bukan merupakan suatu perjanjian yang sifatnya
satu, akan tetapi merupakan suatu perjanjian yang terdiri dari dua keterangan yang
berbeda. Pernyataan ini masing-masing disampaikan oleh kedua delegasi
Indonesia dan Belanda.
Mohammad Roem, sebagai ketua delegasi Indonesia kemudian
mengemukakan peryataan yang berbunyi sebagai berikut: Sebagai ketua delegasi
RI saya diberi kuasa oleh Presiden Soekarno dan wakil Presiden Moh.Hatta untuk
menyatakan kesanggupan mereka pribadi sesuai dengan resolusi Dewan

4
Keamanan tanggal 28 Januari 1949 dan petunjuk-petunjuknya tanggal 23
Maret1949 untuk memudahkan tercapainya:
1. Pengeluaran perintah kepada pengikut Republik yang bersenjata untuk
menghentikan perang gerilya.
2. Bekerjasama dalam hal pengembalian perdamaian dan menjaga ketertiban
dan keamanan.
3. Turut serta pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag dengan maksud
untuk mempercepat penyerahan kedaulatan yang sungguh dan lengkap
kepada negara Indonesia Serikat dengan tiada bersyarat (Roem, 1989)
Sementara itu, ketua delegasi Belanda, Van Roijen menyampaikan pendapat
sebagai berikut:
1. Pemerintah Belanda menyetujui kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta,
dan dibawah pengawasan UNCI akan menghentikan perang gerilya
disamping bersedia menjaga perdamaian dan ketertiban serta keamanan.
2. Pemerintah RI bebas menjalankan tugasnya dalam residensi Yogyakarta.
3. Pihak Belanda akan menghentikan segala operasi militer dan akan
melepaskan semua tahanan politik sejak 17 Desember 1948
4. Belanda tidak akan mendirikan daerah dan negara baru di daerah RI
sebelum 19 Desember 1948.
5. Belanda akan menyokong RI masuk Indonesia Serikat dan mempunyai
sepertiga anggota dari segenap anggota Dewan Perwakilan Federal.
6. Belanda menyetujui, bahwa semua areal diluar residensi Yogya, dimana
pegawai-pegawai Republik masih bertugas tetapi menjalankan tugasnya
(Marwati Djonaedi, 1984:170)
Kedua pernyataan tersebut diatas merupakan pokok-pokok perjanjian
Roem-Roijen, yang sekaligus merupakan dasar menuju KMB, dan peristiwa yang
sangat menentukan bagi RI. Karena dengan dicapainya persetujuan tersebut maka
pemerintah RI akan dikembalikan dan dipulihkan ke Yogyakarta. Pernyataan
Roem-Roijen juga merupakan suatu kemajuan yang akan membawa kedalam
perundingan-perundingan selanjutnya.
Dengan tercapainya kesepakatan dalam Perjanjian Roem-Royen maka
Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatra memerintahkan Sri

5
Sultan Hamengku Buwono IX untuk mengambil alih pemerintahan di Yogyakarta
dari tangan Belanda. Sementara itu, pihak TNI dengan penuh kecurigaan
menyambut hasil persetujuan itu.Namun, Panglima Besar JenderalSudirman
memperingatkan seluruh komando di bawahnya agar tidak memikirkan masalah-
masalah perundingan.
Untuk mempertegas amanat Jenderal Sudirman itu, Panglima Tentara dan
Teritorium Jawa Kolonel A.H. Nasution memerintahkan agar para komandan
lapangan dapat membedakan gencatan senjata untuk kepentingan politik atau
kepentingan militer. Pada umumnya kalangan TNI tidak mempercayai
sepenuhnya hasil-hasil perundingan, karena selalu merugikan perjuangan bangsa
Indonesia. Pada tanggal 22 Juni 1949 diadakan perundingan segitiga
antaraRepublik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan
Belanda di bawah pengawasan Komisi PBB yang dipimpin oleh Christchley.
Perundingan itu menghasilkan tiga keputusan, yaitu sebagai berikut:
1. Pengembalian pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta akan
dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 1949.
2. Perintah penghentian perang gerilya akan diberikan setelah pemerintahan
Republik Indonesia berada di Yogyakarta pada tanggal 1 Juli 1949.
3. Konferensi Meja Bundar (KMB) akan dilaksanakan di Den Haag.
Perjanjian Roem-Roijen yang ditandatangani tanggal 7 Mei 1949, mulai
dilaksanakan pada tanggal 6 Juli 1949, yang ditandai dengan kembalinya
pemerintah RI ke Yogyakarta. Yaitu bersamaan dengan kembalinya Presiden
Soekarno dan Moh.Hatta pada hari tersebut. Yang kemudian disusul dengan
pengembalian mandat dari Mr. Syafruddin Prawiranegara kepada Presiden
Soekarno pada tanggal 13 Juli 1949, maka dengan demikian akan semakin
dekatmenuju pengakuan kedaulatan.

2.1.4 Isi Perjanjian Roem Royen


Isi Perjanjian Roem Royen di Hotel Des Indes di Jakarta, antara lain:
1. Tentara bersenjata Republik Indonesia harus menghentikan aktivitas
gerilya

6
2. Pemerintah Republik Indonesia turut serta dalam Konferensi Meja Bundar
(KMB).
3. Kembalinya pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta
4. Tentara bersenjata Belanda harus mengehentikan operasi militer dan
pembebasan semua tahanan politik.
5. Kedaulatan RI diserahkan secara utuh tanpa syarat.
6. Dengan menyetujui adanya Republik Indonesia yang bagian dari Negara
Indonesia Serikat.
7. Belanda memberikan hak, kekuasaan, dan kewajiban kepada pihak
Indonesia.

2.1.5 Pasca Perjanjian Roem Royen


Setelah tercapainya perundingan Roem Royen, pada tanggal 1 Juli 1949
pemerintah Republik Indonesia secara resmi kembali ke Yogyakarta. Selanjutnya,
disusul dengan kedatangan para pemimpin Republik Indonesia dari medan
gerilya. Panglima Besar Jenderal Sudirman tiba kembali di Yogyakarta tanggal 10
Juli 1949.Setelah pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta, pada
tanggal 13 Juli 1949 diselenggarakan siding cabinet. Dalam siding tersebut
Syafruddin Prawiranegara mengembalikan mandate kepada wakil presiden Moh
Hatta. Dalam siding tersebut juga diputuskan Sri Sultan Hamengku Buwono IX
diangkat menjadi menteri pertahanan merangkap koordinator keamanan.
Pada 6 Juli, Sukarno dan Hatta kembali dari pengasingan ke Yogyakarta,
ibukota sementara Republik Indonesia. Pada 13 Juli, kabinet Hatta mengesahkan
perjanjian Roem-van Roijen dan Sjafruddin Prawiranegara yang menjabat
presiden Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dari tanggal 22
Desember 1948 menyerahkan kembali mandatnya kepada Soekarno dan secara
resmi mengakhiri keberadaan PDRI pada tanggal 13 Juli 1949.
Pada 3 Agustus, gencatan senjata antara Belanda dan Indonesia dimulai di
Jawa (11 Agustus) dan Sumatera (15 Agustus). Konferensi Meja Bundar
mencapai persetujuan tentang semua masalah dalam agenda pertemuan, kecuali
masalah Papua Belanda.

7
2.1.6 Dampak Perjanjian Roem Royen
Dengan tercapainya kesepakatan dalam Perjanjian Roem-Royen maka
Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatra memerintahkan Sri
Sultan Hamengku Buwono IX untuk mengambil alih pemerintahan di Yogyakarta
dari tangan Belanda. Sementara itu, pihak TNI dengan penuh kecurigaan
menyambut hasil persetujuan itu.Namun, Panglima Besar Jenderal Sudirman
memperingatkan seluruh komando di bawahnya agar tidak memikirkan masalah-
masalah perundingan.
Untuk mempertegas amanat Jenderal Sudirman itu, Panglima Tentara dan
Teritorium Jawa Kolonel A.H. Nasution memerintahkan agar para komandan
lapangan dapat membedakan gencatan senjata untuk kepentingan politik atau
kepentingan militer. Pada umumnya kalangan TNI tidak mempercayai
sepenuhnya hasil-hasil perundingan, karena selalu merugikan perjuangan bangsa
Indonesia. Pada tanggal 22 Juni 1949 diadakan perundingan segitiga antara
Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda di
bawah pengawasan Komisi PBB yang dipimpin oleh Christchley.
Perundingan itu menghasilkan tiga keputusan, yaitu sebagai berikut.
1. Pengembalian pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta akan
dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 1949.
2. Perintah penghentian perang gerilya akan diberikan setelah pemerintahan
Republik Indonesia berada di Yogyakarta pada tanggal 1 Juli 1949.
3. Konferensi Meja Bundar (KMB) akan dilaksanakan di Den Haag.

2.2 KOFERENSI INTER INDONESIA


Konferensi Inter Indonesia merupakan konferensi yang berlangsung antara
negara Republik Indonesia dengan negara-negara boneka atau negara bagian
bentukkan Belanda yang tergabung dalam BFO (Bijenkomst Voor Federal
Overslag) Konferensi Inter Indonesia berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 19-
22 Juli 1949 yang dipimpin oleh Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta. Karena
simpati dari negara-negara BFO ini maka pemimpin-pemimpin Republik
Indonesia dapat dibebaskan dan BFO jugalah yang turut berjasa dalam
terselenggaranya Konferensi Inter-Indonesia. Hal itulah yang melatarbelakangi

8
dilaksanaklannya Konferensi Inter-Indonesia. Soekarno menyebut konferensi ini
sebagai “trace baru” bagi arah perjuangan Indonesia.
Konferensi ini banyak didominasi perbincangan mengenai konsep dan teknis
pembentukan RIS, terutama mengenai susunan kenegaraaan berikut hak dan
kewajiban antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hasil kesepakatan
dari Konferensi Inter-Indonesia adalah:
1. Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia
Serikat (RIS) berdasarkan demokrasi dan federalisme (serikat).
2. RIS akan dikepalai oleh seorang Presiden dibantu oleh menteri-menteri
yang bertanggung jawab kepada Presiden.
3. RIS akan menerima penyerahan kedaulatan, baik dari Republik Indonesia
maupun dari kerajaan Belanda.
4. Angkatan perang RIS adalah angkatan perang nasional, dan Presiden RIS
adalah Panglima Tertinggi Angkatan Perang RIS.
5. Pembentukkan angkatan Perang RIS adalah semata-mata soal bangsa
Indonesia sendiri. Angkatan Perang RIS akan dibentuk oleh Pemerintah
RIS dengan inti dari TNI dan KNIL serta kesatuan-kesatuan Belanda
lainnya.
Sidang kedua Konferensi Inter Indonesia di selenggrakan di Jakarta pada
tanggal 30 juli dengan keputusan:
1. Bendera RIS sang Merah Putih
2. Lagu kebangsaan Indonesia Raya
3. Bahasa resmi RIS adalah Bahsa Indonesia
4. Presiden RIS dipilih wakil RI dan BFO. Pengisian anggota MPRS
diserahkan kepada kebijakan negara-negara bagian yang jumlahnya enam
belas negara. Kedua delegasi juga setuju untuk membentuk panitia
persiapan nasional yang bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan pelaksanaan Konferensi Meja Bundar.

9
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perjanjian Roem-Royen diadakan tanggal 14 April 1949 di Hotel Des


Indes, Jakarta. Sebagai wakil dari PBB adalah Merle Cochran (Amerika Serikat),
delegasi Republik Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh. Roem, sedangkan delegasi
Belanda dipimpin oleh van Royen. Dalam perundingan Roem-Royen,
masingmasing pihak mengajukan pernyataan dimana masing-masing pernyataan
ini merupakan isi dari Perundingan Roem-Royen. Dengan adanya perundingan
Roem-Royen ini, Belanda harus meninggalkan Yogyakarta, TNI memasuki
Yogyakarta. Sementara itu Presiden dan Wakil Presiden kembali ke ibukota
Yogyakarta yang mana pada saat terjadinya Agresi Militer Belanda II kedua
pemimpin tersebut ditangkap dan diasingkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Roem-Roijen
https://www.google.com/search?q=perjanjian+roem-royen
http://jagosejarah.blogspot.co.id/2014/09/perjanjian-roem-royen.html.

11

Anda mungkin juga menyukai