Anda di halaman 1dari 14

I.

Pendahuluan
Perkembangan hubungan internasional berkembang sangat pesat saat ini. Sejak
dimulainya era Westphalia pada tahun 1648, hubungan diantara negara-negara menjadi sangat
beragam. Hubungan ini dapat berupa kerjasama sampai dengan perang. Tercatat terjadi dua
kali perang besar, yakni Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Tidak berhenti sampai disitu,
setelah Perang Dunia II terjadi Perang Dingin diantara Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Setelah Perang Dingin tetap ada konflik-konflik yang mewarnai hubungan


internasional. Konflik ini bersifat internal ataupun konflik antara negara dengan negara.
Konflik ini dapat diselesaikan dengan jalur damai atapun jalur non-damai. Perang atau
konflik bersenjata, dalam perkembangannya bukan lagi antara negara dengan negara atau
yang biasa dikenal dengan konflik bersenjata internasional, tetapi justru konflik terjadi
didalam negara sendiri atau yang biasa dikenal dengan konflik non-internasional, kondisi ini
berkembang setelah perang Dunia ke II.1

Konflik bersenjata paling fenomenal sampai saat ini adalah konflik bersenjata yang
terjadi di Libya pada tahun 2011. Konflik ini merupakan efek domino yang dihasilkan dari
Arab Spring. Arab Spring merupakan sebuah fenomena merebaknya revolusi demokrasi di
dunia Arab. Peristiwa ini diawali oleh Tunisia pada sekitar pertengahan tahun 2010,
kemudian merambah ke negara-negara lain, seperti Mesir, dan Syiria yang hingga saat ini
(2012) masih bergejolak. 2

Nama Arab Spring sendiri berarti Musim semi di Arab. Kata ini merujuk pada
peristiwa 1848,yang mana terjadi revolusi rakyat di sebagian wilayah Arab. Dalam konteks
Arab Spring, sesuatu yang bersemi adalah nilai-nilai demokrasi yang kemudian menyebar
dengan efek domino ke negara-negara sekitarnya. Kebanyakan negara-negara di Arab
memang tidak menerapkan nilai demokrasi secara terbuka, untuk itulah kebebasan-kebebasan

1Prajaya, Mahda Pradewa Anta, Skripsi: KETERLIBATAN NORTH ATLANTIC TREATY


ORGANIZATION (NATO) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK NON-INTERNASIONAL DI LIBYA
KETIKA PENGGULINGAN PRESIDEN MUAMMAR KADDAFI (Malang: Universitas Brawijaya,
2012).

2 http://mutia-z-s-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-48539-Geopolitik%20dan
%20Geostrategi-Geopolitik%20Dunia%20Arab:%20%20Libya,%20Mesir,
%20Tunisia,%20Bahrain,%20dan%20Fenomena%20Arab%20Spring.html (diakses
pada tanggal 01/06/2013 pukul 20.00)

1
rakyat dalam demokrasi seringkali lebih menarik daripada pemerintahan model kerajaan yang
tertutup.3

Fenomena Libya saat Arab Spring menjadi penting. Libya merupakan negara yang
kaya akan sumber daya minyak. Negara ini dipimpin oleh Moammar Qadafi yang telah
berkuasa selama 42 tahun secara otoriter. Libya dibawah kepemimpinan Qadafi dikenal
sebagai negara yang anti-Barat melalui kebijakan-kebijakannya yang hanya sedikit
bekerjasama dengan Barat. Konflik yang timbul di Libya dikarenakan tumbuhnya nilai-nilai
demokrasi dalam rakyat Libya dan juga jenuh akan kepemimpinan Qadafi yang telah lama
sekali berkuasa.

Konflik di Libya pada awalnya hanya protes agar Qadafi turun dari jabatannya.
Seperti halnya di Tunisia. Namun, Moammar Qadafi enggan meletakkan jabatannya dan
justru menyerang demonstran anti-Pemerintah dengan senjata. Diawali dengan maraknya
protes di berbagai kota di Libya, konflik di Libya terjadi pada pertengahan Februari tahun
2011 tepatnya pada tanggal 15 Februari 2011, dan mengarah pada konflik bersenjata.4

Dalam menanggapi protes dari rakyatnya, Qadafi menggunakan cara-cara kekerasan


sampai penggunaaan senjata dengan kekuatan militer dan jet tempur. Sehingga rakyat sipil
Libya yang menjadi korban dalam gelombang aksi protes turunnya Qadafi. Secara resmi
tercatat jumlah korban tewas dalam gelombang protes anti-pemerintah di Libya mencapai
300 orang, termasuk 111 tentara dan 189 warga sipil. Korban berjatuhan menyusul bentrokan
yang meletus pada pekan silam. Demikian dilansir stasiun televisi nasional Libya pada hari
Rabu 23 februari 2011.5

Peristiwa ini mengundang reaksi dari dunia internasional. Banyak negara mengecam
tindakan kekerasan Qadafi kepada rakyatnya. Melihat banyaknya rakyat sipil yang menjadi
korban dalam konflik antara oposan Qadafi dan loyalis membuat dunia internasional
memberi perhatian terutama Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui Dewan Keamanan. Dewan
Keamanan melakukan sidang dua kali terkait konflik di Libya. Sidang pertama menghasilkan
Resolusi DK PBB No.S/RES/1970. Namun, resolusi ini tidak dilaksanakan oleh Qadafi.

3 Ibid.,

4 http://sorot.news.viva.co.id (diakses pada tanggal 01/06/2013 pukul 19.00)

5 http://berita.liputan6.com (diakses pada tanggal 01/06/2013 pukul 19.00)

2
Qadafi tetap menggempur pihak oposisi dengan senjata militernya, termasuk serangan
melalui udara.6

Selanjutnya, negara-negara pemegang hak veto terutama Amerika Serikat begitu gigih
mendesak agar PBB segera melakukan sidang kedua. Dalam sidang kedua dihasilkan
Resolusi DK PBB No.R/RES/1973 pada tanggal 17 Maret 2011. Resolusi ini dikeluarkan
untuk mencegah pelanggaran HAM di Libya terus berlanjut. Resolusi Dewan Keamanan PBB
Nomor 1973 tersebut mengatur mengenai penerapan genjatan senjata (cease-fire);
perlindungan atas penduduk sipil (protect of civilians); pelaksanaan Zone larangan terbang
(No Fly Zone); pelaksanaan Embargo senjata (Enforcement of the arms Embargo); dan
pembekuan sejumlah aset perorangan, instansi pemerintah maupun perusahaan Libya.7

Resolusi kedua dari Dewan Keamanan PBB membuat Amerika Serikat mengirimkan
pasukan militer aliansi yaitu North Atlantic Treaty Organization (NATO) ke Libya dan
melakukan humanitarian intervension. Sejak 17 Maret, ketika mandate PBB disahkan, Libya
di bawah Qadhafi selalu digempur pasukan internasional. Setidaknya 21 kapal NATO
berpatroli aktif di Laut Tengah sebagai bagian dari penegakan embargo senjata terhadap
Libya. NATO juga memimpin serangan-serangan udara terhadap pasukan darat rezim
Qadhafi.8

Kebijakan AS dalam mengirimkan pasukan NATO ke Libya menimbulkan perdebatan


sendiri. Kegiatan NATO berdasarkan resolusi DK PBB adalah untuk melindungi korban
tewas rakyat Libya dan mencegah pelanggaran HAM yang dilakukan Qadafi. Pada
praktiknya NATO banyak menewaskan rakyat sipil Libya. Walaupun pada akhirnya, Qadafi
tewas di tangan oposisi.

Makalah ini akan membahas dan menganalisa melalui faktor internal maupun
eksternal Amerika Serikat terkait kebijakannya mengirimkan pasukan militer NATO ke
Libya. Penulis menggunakan faktor internal dan eksternal dari Alex Mintz. Sedangkan grand

6 Prajaya, Mahda Pradewa Anta, Skripsi: KETERLIBATAN NORTH ATLANTIC


TREATY ORGANIZATION (NATO) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK NON-
INTERNASIONAL DI LIBYA KETIKA PENGGULINGAN PRESIDEN MUAMMAR
KADDAFI (Malang: Universitas Brawijaya, 2012).

7 Ibid., hal.7

8 http://www.tempo.co/read/news/2011/09/01/119354240/Menteri-Luar-Negeri-
Qadhafi-Ditangkap (diakses pada tanggal 01/06/2013 pukul 20.00)

3
theory yang digunakan adalah democratic peace theory dari Immanuel Kant. Makalah ini
dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah pendahuluan yang berisi latar belakang
masalah, bagian kedua adalah isi makalah dan bagian ketiga adalah kesimpulan dari analisa.

II. ISI

1. A . Grand Theory
Dalam pembahasan mengenai kebijakan Amerika Serikat mengirimkan pasukan
NATO ke Libya, penulis menggunakan grand theory yaitu democratic peace theory.
Democratic peace theory menjadi teori yang signifikan dan berpengaruh dalam politik
internasional. Akhir dari Perang Dunia II dan merebaknya gelombang demokratisasi
membawa kembali ide-ide dari Immanuel Kant tentang kedamaian diantara negara republik
demokrasi. Pendekatan democratic peace merujuk kepada struktur domestik sebagai
variabel independen, teori negoisasi, dan analisa politik luar negeri menaruh perhatian
kepada aktor domestik dan proses formasi dari kepentingan nasional.9

Ada dua asumsi utama dari democratic peace theory. Pertama, negara demokrasi
jarang melakukan perang terhadap negara lain. Kedua, nyatanya demokrasi tidak lebih
damai dari rezim lainnya, karena mereka sering berperang dengan rezim otoriter. Ketika
demokrasi memilih perang, mereka cenderung memenangkan perang.10 Secara demikian
teori-teori democratic peace mengacu kepada zona atau wilayah negara-negara yang damai,
yang diprediksi oleh Kant sebagai faktor perdamaian, yaitu negara-negara yang berbentuk
republik liberal.

Ada dua alasan bagaimana perang bisa dicegah yaitu dengan langkah pembatasan
kekuasaan pemerintah atau pembagian kekuasaan. Pertama, institusi yang independen dan
pemilu yang terbuka mencegah pemerintahan demokrasi menyerang negara demokrasi
lainnya. Kant berasumsi bahwa rasionalisasi dari warganegara adalah mereka lebih
menginginkan hak-hak untuk sejahtera ketimbang mengambil resiko berperang. Yang

9 Dunne, Tim. International Relations Theories. Oxford University Press. 2007,


hal.91

10Ibid. , hal.96

4
dilakukan pemerintah untuk mencegah perang adalah memenuhi permintaan warganegara
dengan memuaskan hasil dari pemilu.

Kedua, pembagian kekuasaan yang berupa institusi mencegah demokrasi untuk


melakukan perang. Argumen ini menyatakan bahwa fungsi horizontal dari institusi adalah
check and balances. Asumsi utamanya adalah ketika suatu rezim memutuskan untuk
berperang, apabila mereka membangun koalisi domestik untuk mendesak perang. Adanya
kontrol dari eksekutif, legislatif dan yudikatif membuat keputusan berperang tidak secara
mudah diputuskan. Situasi berbeda terjadi pada rezim otoriter, dimana ada kekuatan tunggal
yang dapat memutuskan suatu kebijakan dan tidak adanya oposisi yang memberi alternatif
lain. Ketika negara demokrasi bertemu dengan negara demokrasi lainnya dengan kesetaraan
institusi yang dimiliki, mereka akan menghormati keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki
karena keterbukaan dan publisitas dari sistem demokrasi. 11

Dalam pandangan Kantian, sangat penting untuk bergabung dalam pengaruh ekonomi
yaitu perdagangan internasional dan menjadi bagian dari organisasi internasional. Adanya
saling ketergantungan ekonomi merupakan kontrol dari pemerintahan untuk pentingnya
mendapatkan keuntungan. Saling ketergantungan antar negara dan kontribusi dari
demokrasi inilah yang disebut kedamaian liberal. Kedamaian disini merujuk pada tidak
adanya penggunaan kekerasan antara satu dengan yang lain, yang ada hanyalah negoisasi.
Dalam situasi damai ini, hak asasi manusia dijunjung tinggi seperti hak untuk hidup, hak
berserikat dan hak menyatakan pendapat. Perdagangan dan organisasi internasional dapat
mengurangi penggunaan militer antarnegara. Semua itu merupakan keuntungan yang
didapat dari demokrasi.12

1.B Model Kebijakan Luar Negeri


Dalam menganalisa kebijakan luar negeri Amerika Serikat terkait pengiriman pasukan
NATO ke Libya, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan tersebut. Selain teori
kedamaian demokratik, penulis juga mengidentifikasi faktor-faktor domestik serta faktor
internasional dari Amerika Serikat.

11 Ibid., hal. 96-97

12 JOHN R. ONEAL and BRUCE RUSSETT, THE KANTIAN PEACE: The Pacific
Benefits of Democracy, Interdependence, and International Organizations,
1885-1992.pdf

5
Faktor Internal

Berdasarkan level analisis, penulis mengidentifikasi faktor-faktor domestik Amerika


Serikat dalam merespon konflik bersenjata di Libya. Keadaan perekonomian, agen-agen
pemerintahan serta media merupakan faktor yang membentuk suatu kebijakan luar negeri.
Dalam kasus ini, penulis menggunakan model dari Alex Mintz yaitu kepentingan ekonomi,
opini publik, siklus pemilu serta faktor kepentingan nasional dari Mohtar Masud.

Kebijakan luar negeri seringkali dibuat berdasarkan kepada kepentingan ekonomi


negara. Kebijakan ekspansi dari suatu negara dilihat untuk menyalurkan hasrat mengejar
kepentingan ekonomi. Motif imperialistik juga sering disematkan pada kebijakan luar negeri
suatu negara. Selain itu, yang terpenting adalah penggunaan industri militer yang kompleks.
Transfer dan penjualan senjata serta pasukan dapat menjadi alat kebijakan luar negeri. 13
Kepentingan ekonomi merupakan faktor yang paling banyak digunakan dalam menganalisa
kebijakan luar negeri AS ke Libya.

Selanjutnya, opini publik menjadi faktor Amerika membuat kebijakan ke Libya.


Menurut Alex Mintz, opini publik dalam situasi krisis mempengaruhi penggunaan kekerasan,
peningkatan atau penghentian. Tekanan dari internal negara mengarahkan pemimpin negara
di negara demokrasi untuk menciptakan perdamaian. Tekanan dari politik domestik
seringkali berhubungan dengan tekanan internasional. Korban perang mempengaruhi publik
untuk menggunakan militer. 14

Siklus pemilu mempunyai peranan penting dalam menentukan kebijakan luar negeri.
Pemimpin harus cermat mengambil pilihan yang bisa mempengaruhi pemilih. Pilihan-pilihan
seperti penggunaan militer, penurunan atau perjanjian perdamaian. Apabila kesempatan untuk

13 Mintz, Alex. Karl DeRouen. Understanding Foreign Policy Decision Making.


Cambridge University Press

14 Ibid., hal 131-132

6
pemilihan ulang meragukan, pemimpin melakukan manipulasi kebijakan ekonomi untuk
mengambil keuntungan. Pilihan lainnya adalah penggunaan militer.15

Faktor domestik lain yang menentukan adalah kepentingan nasional Amerika Serikat.
Morgenthau menyatakan bahwa tujuan negara dalam politik internasional adalah mencapai
kepentingan nasional, yang berbeda dengan kepentingan yang sub-nasional dan supra-
nasional. Menurut Morgenthau negarawan-negarawan yang paling berhasil dalam sejarah
adalah mereka yang berusaha memelihara kepentingan nasional, yang didefinisikan sebagai
penggunaan kekuasaan secara bijaksana untuk menjaga berbagai kepentingan yang dianggap
paling vital bagi kelestarian negara-bangsa.16 Kebijakan Amerika Serikat ke Libya ini
mempunyai faktor variable interest yaitu kepentingan nasional yang muncul tergantung
kepada situasi dunia. Kepentingan nasional ini bisa dibuat berdasarkan kepada opini publik,
partisipasi politik dan gagasan dari negara.17

Faktor Eksternal

Selain faktor domestik, kebijakan Amerika Serikat mengirimkan pasukan NATO ke


Libya mempunyai faktor eksternal. Keputusan kebijakan luar negeri dibuat dalam agenda
strategi. Perilaku dari musuh berdampak kepada kebijakan luar negeri. 18 Kapabilitas suatu
negara merupakan aset yang dapat diukur, seperti besar wilayah, ekonomi, dan militer. Hal
tersebut merupakan panduan negara di dalam politik internasional.19

Tipe rezim negara musuh merupakan faktor yang berpengaruh dalam pembuatan
kebijakan luar negeri di situasi krisis. Terdapat bukti kuat bahwa negara demokrasi tidak akan
berperang melawan negara demokrasi lainnya. Ada sesuatu sifat yang melekat pada
demokrasi bahwa lebih baik membuat resolusi perdamaian ketimbang konfrotasi kekerasan
secara langsung.
15 Ibid., hal 132-133

16 Hans J. Morgenthau, Politic Among Nations, dalam Mochtar Masoed, Ilmu


HubunganInternasional: Disiplin dan Metodologi, Jakarta: LP3ES, 1990, hal. 18

17 Materi Kepentingan Nasional oleh Debbie Affianty, M.Si pada kuliah Analisa
Politik Luar Negeri

18 Mintz, Alex. Karl DeRouen. Understanding Foreign Policy Decision Making.


Cambridge University Press. Hal.121

19 Materi International Factors oleh Debbie Affianty, M.Si pada kuliah Analisa
Politik Luar Negeri

7
Zeev Maoz dan Bruce Russett menggarisbawahi dua penjelasan mengenai fenomena
perdamaian demokrasi. Model normatif menjelaskan bahwa nilai-nilai demokrasi dari luar
merupakan resolusi perdamaian dari konflik. model normatif menyatakan bahwa demokrasi
lebih damai karena norma dan perilakunya sudah lebih bagus diterapkan. Di dalam demokrasi
yang sudah berdiri lama ada sebuah pendirian tentang stabilitas dan konsistensi akan norma
perdamaian. Model struktur berargumen bahwa demokrasi berbeda dari non-demokrasi.
Struktur dari demokrasi seperti legislatif, partai oposisi, pengadilan, pers yang bebas,
kelompok kepentingan dan lainnya. Perbedaan ini membuat pemimpin di demokrasi dapat
memutuskan perang tanpa mendapatkan dukungan atau persetujuan dari negara.

John Oneal, Bruce Russett, dan Michael Berbaum melihat faktor perdamaian dari
pandangan Immanuel Kant. Kantian mengkombinasikan pemerintahan demokrasi,
perdagangan bebas, dan hukum serta organisasi internasional. Menurut Karl DeRoun dan
Shaun Goldfinch demokrasi lebih memilih bernegoisasi daripada penggunaan kekerasan
disaat krisis.

2. Analisa
Amerika Serikat merupakan negara yang demokrasi terbesar di dunia. Amerika juga
dikenal sebagai model demokrasi terbaik. Selain itu, Amerika sebagai pelopor aliran
Liberalisme. Dalam teori perdamaian demokratik, pembagian kekuasaan itu mutlak
dilakukan untuk mencegah perang. Dalam teori ini isu mengenai HAM, kebebasan individu
dan keterbukaan pasar mutlak harus dilakukan untuk menciptakan perdamaian.

Qadafi selama memerintah 42 tahun merupakan pemimpin yang otoriter, di dalam


negaranya tidak ada kebebasan individu juga tidak ada pasar terbuka. Seharusnya setiap
individu memiliki hak yang sama untuk hidup, berekspresi, berserikat, dll. Qadafi bahkan
menggunakan senjata militer untuk menghentikan aksi demonstrasi penggulingan rezimnya
dengan menggunakan jet tempur.

Amerika mengirimkan pasukan NATO untuk melakukan intervensi kemanusiaan dan


melakukan penegakan HAM di Libya agar tidak ada lagi korban jiwa dalam demonstrasi anti-
Qadafi. Selain itu, Amerika ingin menggulingkan rezim Qadafi agar Libya lepas dari
belenggu otoriter dan menjadi negara demokrasi. Sehingga penegakan HAM di Libya
terjamin. Amerika menjadi otak dibalik pengiriman pasukan NATO sebagai penyebar
ideologi liberalisme.

8
Selanjutnya analisa melalui faktor domestik kepentingan ekonomi. Libya merupakan
salah satu negara penghasil minyak terbesar di dunia. Libya selama kepemimpinan Qadafi
menjadi negara pengekspor minyak sekitar 1,6 juta barrel per hari. Jumlah ini hampir 2% dari
jumlah konsumsi global.20 Angka ini lebih sedikit dari negara Arab Saudi yang mengekspor
4juta barrel per hari. Eropa mendapatkan pangsa minyak yang besar pada era Qadafi.
Amerika mengimpor minyak dari Libya kurang dari 1% dari jumlah impor minyaknya.

Menjadi mitra yang bermasalah, Qadafi sering secara tiba-tiba menaikan biaya dan pajak
untuk perusahaan-perusahaan minyak internasional. Negara-negara barat, terutama negara
yang tergabung dalam NATO yang membantu pihak oposisi, ingin memastikan bahwa setelah
kejatuhan Qadafi perusahaan mereka yang pertama untuk memproduksi minyak di Libya.
Selain itu, Amerika Serikat yang baru dilanda krisis keuangan ingin segera mengakhirinya.
Walaupun biaya untuk militer cukup besar namun kalkulasi di masa depan sangat
menguntungkan bagi Amerika.

Dengan adanya Arab Spring yang juga melanda Libya, maka Amerika Serikat memiliki
kepentingan nasional baru. Menjalin hubungan baik dengan negara-negara Timur Tengah
serta membantu mendirikan negara demokrasi bagi negara negara yang beru terlepas dari
belenggu otoriter. Melihat adanya peluang di Libya, maka demokratisasi Libya menjadi
kepentingan nasional Amerika Serikat.

Opini publik Amerika Serikat juga menjadi faktor penting. Amerika Serikat dikenal
sebagai negara pelopor penegakan HAM di dunia. Publik Amerika Serikat sangat prihatin
dengan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Qadafi. Status Amerika yang melekat
sebagai polisi dunia untuk menjaga perdamaian. Amerika Serikat didesak oleh publik untuk
menghentikan pelanggaran HAM di Libya. Dengan keprihatinan dari publik Amerika
menjadi suatu legitimasi bagi Amerika Serikat untuk melakukan human intervention ke
Libya.

Selain itu, kebijakan ini juga berkaitan dengan pemilu pada tahun 2012. Adanya
pelanggaran HAM di Libya, menjadi peluang bagus bagi Obama untuk mencitrakan dirinya
sebagai pemimpin yang peduli dengan isu HAM dan demokrasi. Dengan tumbangnya rezim
Qadafi, maka selesai sudah pelanggaran HAM di Libya serta menjadi demokrasi merupakan

20http://m.monexnews.com/market-outlook/oil-companies-berharap-pada-
qaddafi.htm (diakses pada tanggal 12/06/2013 pukul 11:51)

9
prestasi yang bagus untuk Barrack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat. Prestasi ini
dapat mempengaruhi rakyat Amerika untuk pemilu tahun 2012.

Libya pada masa kepemimpinan Qadafi pernah menembak pesawat komersil Amerika
Serikat. Kejadian tersebut dikenal dengan Pan Am Penerbangan 103. Pesawat ini adalah
pesawat komersil Pan American World Airways yang berangkat dari London menuju New
York dan meledak di daerah Lockerbie,Skotlandia. Menewaskan sekitar 189 warga Amerika.
Pengeboman ini merupakan perintah dari Moammar Qadafi.21 Kebijakan Amerika dengan
memberikan bantuan kepada oposisi dipicu karena dendam masa lalu Amerika kepada Qadafi
yang memang dikenal anti-barat. Hal ini terbukti setelah rezim Qadafi tumbang, Libya
membuka kembali kasus Lockerbie pada tahun 2012.22

Amerika Serikat menggunakan militer NATO untuk melakukan human intervention ke Libya
dalam rangka penggulingan rezim Qadafi. NATO merupakan aliansi militer Negara-negara
seperti Perancis, Inggris, dll. Hal ini dilakukan Amerika agar tindakannya ke Libya dianggap
beradab. NATO mempunyai label sebagai tentara penjaga perdamaian dunia atau militer
utusan dari PBB. Apabila menggunakan militer negaranya, Amerika akan dianggap
melakukan intervensi kepada Negara lain. Amerika tidak ingin mengulangi kejadian
kegagalan perang seperti di Iraq pada masa Bush jr. Amerika Serikat juga akan mendapat
tanggapan positif dari Negara-negara karena tidak bertindak sendirian karena NATO
merupakan aliansi militer beberapa negara.

Faktor eksternal yang mempengaruhi Amerika yaitu rezim Qadafi yang otoriter. Ini
bertentangan dengan prinsip dari Amerika Serikat yang menganut Liberalisme. Amerika
Serikat berbeda dalam memperlakukan Negara yang demokrasi dan Negara yang non-
demokrasi. Qadafi merupakan ancaman bagi Negara-negara barat. Kebijakan yang dibuat
Qadafi susah diprediksi dan cenderung represif terhadap rakyatnya. Selain itu, struktur dalam
otoriter sulit untuk melakukan negoisasi dan mengkritik pemerintah. Selain itu, pasar Libya
menjadi pasar terbuka yang tidak sepenuhnya dikendalikan oleh negara diharapkan oleh
Amerika Serikat.

21 http;//id.m.wikipedia.org/wiki/Pan_Am_Penerbangan_103 (diakses pada


tanggal 13/06/2013 pukul 20:43 WIB)

22Libya kembali mengusut kasus Lickorbie,


http://m.tempo.co/read/news/2012/12/21/115449697/Libya-Siap-Siarkan-
Dokumen-Pengeboman-Lockerbie (diakses tanggal 13/06/2013 pukul 21.00)

10
III. Kesimpulan
Pergolakan rakyat di Libya yang menuntut mundurnya Qadafi dari kursi presiden,
mendapatkan reaksi dari Qadafi berupa kekerasan serta penggunaan senjata militer dan jet
tempur. Dalam peristiwa ini banyak korban berjatuhan, tercatat sekitar ratusan rakyat sipil
meninggal dunia. Perbuatan Qadafi ini bisa disebut dengan kejahatan manusia dan
pembantaian terhadap warganya.

Peristiwa ini mendapat reaksi dari internasional berupa resolusi dari Dewan
Keamanan PBB, Resolusi DK PBB No.R/RES/1973. Resolusi ini dijadikan suatu legitimasi
pengiriman pasukan NATO ke Libya atas nama humanitarian intervention. Amerika
merupakan otak dibalik kebijakan pengiriman pasukan NATO. Keterlibatan PBB dalam
konflik Libya lebih merepresentasikan kepentingan Amerika Serikat. NATO menggempur
pasukan loyalis Qadafi terhitung sejak tanggal 17 Maret 2011.

Libya dibawah kepemimpinan Qadafi selama 42 tahun menjadi Negara yang otoriter.
Amerika ingin menyebarkan nilai-nilai demokrasi seperti penegakan HAM, pasar terbuka,
dan pembagian kekuasaan yang jelas. Sehingga Libya bisa menjadi partner sebenarnya bagi
Amerika dan Negara demokrasi lainnya. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa Negara
demokrasi cenderung lebih damai dibandingkan Negara non-demokrasi dan Negara
demokrasi tidak akan menyerang Negara demokrasi lainnya.

Kebijakan ini diambil oleh Amerika Serikat atas dasar kepentingan ekonomi. Libya
merupakan masa depan yang menjanjikan untuk perekonomian Amerika yang sedang krisis.
Kekayaan minyak Libya sangat banyak namun produksinya kurang. Amerika membantu
pihak oposisi untuk menumbangkan rezim Qadafi, dengan imbalan Amerika merupakan
Negara pertama yang akan memproduksi minyak Libya.

11
Selanjutnya, kebijakan ini dijadikan ajang pencitraan bagi Barrack Obama menjelang
pemilu Amerika tahun 2012. Mengangkat isu penegakan HAM dan demokrasi, diikuti dengan
label yang telah melekat pada AS sebagai Negara penegak HAM dan contoh terbaik Negara
demokrasi. Label yang telah melekat pada public mengenai AS dijadikan suatu legitimasi
bahwa public menyetujui kebijakan pengiriman pasukan untuk menghentikan pelanggaran
HAM di Libya.

Amerika Serikat menggunakan NATO untuk mencapai kepentingannya agar publik


menganggap AS sebagai Negara beradab. NATO merupakan aliansi militer dari beberapa
Negara dan pengiriman pasukan dimulai berdasarkan pada resolusi Dewan Keamanan PBB.
Secara tidak langsung NATO dianggap sebagai pasukan utusan dari PBB. Amerika tidak
ingin mengulangi kesalahan seperti intervensi ke Iraq. Kebijakan ini juga dilakukan untuk
menyelesaikan kasus pengeboman pesawat komersil AS di Lockerbie oleh Qadafi pada tahun
. Setelah Qadafi tergantikan oleh pemerintahan yang baru, Libya kembali membuka kasus ini
setelah 24 tahun.

12
Daftar Pustaka

Dunne, Tim dan Milja Kurki. 2007. International Relations Theories: Discipline And
Diversity. New York: Oxford University Press.

Mintz, Alex dan Karl DeRouen. 2010. Understanding Foreign Policy Decision Making. New
York: Cambridge University Press.

Masoed, Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta:
LP3ES.

Geis, Anna. 2007. From Democratic Peace to Democratic War?. Peace Review: A Journal
of Social Justice. 19:157163

Prajaya, Mahda Pradewa Anta, Skripsi : KETERLIBATAN NORTH ATLANTIC TREATY


ORGANIZATION (NATO) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK NON-INTERNASIONAL DI
LIBYA KETIKA PENGGULINGAN PRESIDEN MUAMMAR KADDAFI. Malang:
Universitas Brawijaya, 2012.

Mutia. Geopolitik dan Geostrategi Dunia Arab: Libya, Mesir, Tunisia, Bahrain, dan
Fenomena Arab Spring (http://mutia-z-s-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-
48539-Geopolitik%20dan%20Geostrategi-Geopolitik%20Dunia%20Arab:
%20%20Libya,%20Mesir,%20Tunisia,%20Bahrain,%20dan%20Fenomena
%20Arab%20Spring.html diakses pada tanggal 01/06/2013 pukul 20.00)

Menteri Luar Negeri Qhadafi Ditangkap


(http://www.tempo.co/read/news/2011/09/01/119354240/Menteri-Luar-Negeri-
Qadhafi-Ditangkap diakses pada tanggal 01/06/2013 pukul 20.00)

Oneal, John R-Bruce Russett. 1999. KANTIAN PEACE: The Pacific Benefits of
Democracy, Interdependence, and International Organizations. World Politics,
Vol. 52, No. 1 (Oct., 1999), pp. 1-37

13
Penerbangan Pan Am (http;//id.m.wikipedia.org/wiki/Pan_Am_Penerbangan_103
diakses pada tanggal 13/06/2013 pukul 20:43 WIB)

14

Anda mungkin juga menyukai