Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI TIMUR TENGAH


DOSEN : DRA. HARMIYATI, M.SI.
“UPAYA PBB DALAM PENYELESAIAN KONFLIK LIBYA PASCA MUAMMAR

KHADAFI DALAM PERSPEKTIF KONSTRUKTIVISME”

Disusun oleh :
ROSSI INDRAKORNIAWAN (151190040)

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2021
UPAYA PBB DALAM PENYELESAIAN KONFLIK LIBYA PASCA MUAMMAR

KHADAFI TAHUN DALAM PERSPEKTIF KONSTRUKTIVISME

A. Pendahuluan

Libya merupakan sebuah negara yang terletak di wilayah benua Afrika bagian utara dan

berbatasan langsung dengan negara Mesir. Meski demikian negara ini masih termasuk bagian

dari Timur tengah dikarenakan menjadi anggota bagian dari Liga arab. Hal ini berdasarkan

pada definisi menurut Roy R Anderson yang menyebutkan bahwa wilayah timur tengah

merupakan keseluruhan wilayah dari negara – negara yang tergabung dalam liga arab beserta

Iran, Israel dan Turki1.

Konflik Libya merupakan salah satu bentuk konflik di timur tengah yang sarat akan

kepentingan. Dalam perkembangan konflik atau revolusi Libya terdapat pihak luar yang ikut

terlibat bermain. Konflik ini bermula karena adanya demonstrasi pada 17 Februari 2011.

Pengunjuk rasa menuntut pemimpin yang sudah berkuasa lebih dari 40 tahun untuk turun dan

mengganti sistem pemerintahan yang lebih demokratis. Muammar khadafi yang pada saat itu

menjadi pemimpin Libya merespon tindakan demonstrasi yang menuntut pergantian rezim

dengan cara represif. Akibatnya muncul perlawanan yang juga lebih keras dari masyarakat

sipil dan bermuara pada konflik bersenjata diantara dua kubu.

Namun perlawanan dari masyarakat sipil yang tergabung dalam National Transitional

Council (NTC) tidak memberikan hasil signifikan terhadap pemerintahan Khadafi.

Penyebabnya adalah adanya perbedaan kekuatan yang cukup jauh diantara keduanya.

Akibatnya pada bulan Maret 2011 kelompok anti Khadafi sudah dapat di desak dan

1
Roy R. Anderson, Robert F. Seibert dan Jon G. Wagner. (2004). Politics and Change in the Middle East: Source of
Conflict and Accomodation. New Jesey: Pearson Prentice Hall

1
terkepung tanpa perlawanan yang cukup berarti2. Perlawanan yang dilakukan oleh NTC,

mendapat perhatian bagi dunia dimana PBB sebagai organisasi dunia kemudian memberikan

tanggapan. PBB mengeluarkan resolusi 1970 dan 1973 yang berisi embargo senjata,

pembekuan rekening Khadafi dan beberapa pejabat, tuntutan perlindungan bagi warga sipil

dan no fly zone atau zona larangan terbang3. Atas dasar resolusi tersebut Amerika Serikat

beserta sekutunya Inggris dan Perancis melakukan intervensi atas dasar kemanusiaan

terhadap Libya. Adanya intervensi membuat pasukan Khadafi dengan mudah dipojokkan dan

pada akhirnya Khadafi tewas pada 20 Oktober 2011.

Meski demikian konflik di Libya tidak juga berakhir dimana negara tersebut terus dilanda

ketidakstabilan dan konflik domestik. Penyebabnya adalah masih adanya pihak – pihak yang

memperebutkan kekuasaan dan beberapa negara asing yang masih menyebarkan

pengaruhnya. Akibatnya Libya seperti arena petarungan yang tidak mengenal kedamaian.

Sejak runtuhnya rezim Khadafi, Libya terbagi menjadi dua bagian, pada sisi barat Libya

dikuasai oleh GNA (Government of National Accord) yakni pemerintah yang dibentuk dan

diakui dunia internasional oleh perdana menteri Fayez al Sarraj. Sedangkan bagian timur

dikuasai oleh tentara LNA (Libya National Army) dan dipimpin oleh Khalifa Haftar4. Kedua

kubu terus berkonflik dalam memperebutkan kekuasaan. Konflik yang ada menjadi tugas dan

kewajiban bagi PBB sebagai lembaga perdamaian dunia untuk membantu dan menyelesaikan

konflik.

B. Rumusan Masalah

2
Ibid. Roy R. Anderson, Robert F. Seibert dan Jon G. Wagner. Hal 31
3
Jerry Indrawan . (2013). “Legalitas dan Motivasi NATO (North Atlantic Treaty Organization) dalam Melakukan
Intervensi Kemanusiaan di Libya”. Jurnal Kajian Wilayah. Vol. 4, No. 2. Hal 129.
4
(…..). (17 Februari 2020). “Libyans disappointed nine years after their revolution”. Aljazeera. Diakses dari
https://www.aljazeera.com/news/2020/2/17/libyans-disappointed-nine-years-after-their-revolution pada 12
Desember 2021.

2
Bagaimana teori konstruktivisme memandang upaya PBB dalam penyelesaian konflik Libya

pasca Muammar Khadafi?

C. Kerangka Teori

Penulisan makalah ini akan menggunakan teori konstruktivisme. Teori konstruktivisme

merupakan salah satu teori besar dalam studi hubungan internasional. Berbeda dengan teori

lainnya yang mendasarkan pada hal material. Konstruktivisme mendasarkan pada hal yang

non material berupa ide, interpretasi, norma, identitas serta meaning. Alexander Wendt

mencontohkan bahwa 1 senjata nuklir Korea utara jauh lebih mengancam Amerika serikat

dibandingkan 500 senjata nuklir milik Inggris5. Hal tersebut karena Amerika tidak

memandang pada subyek material atau jumlah senjata nuklir, melainkan pada pemilik dari

senjata tersebut. Seperti diketahui Inggris dan Amerika serikat merupakan sekutu dan

berhubungan baik, sedangkan hubungan Amerika dengan Korea utara dapat dikatakan

bermusuhan. Demikian menyebabkan meskipun hanya satu senjata nuklir namun karena

adanya makna yang adalah musuh menjadikan Amerika serikat bersikap demikian.

Kontruktivisme memandang fenomena – fenomena yang terjadi di dunia sebagai

konstruksi sosial. Sehingga dalam sudut pandang konstrutivisme politik dunia merupakan

sebuah kontruksi yang terbentuk atas ide dan keyakinan. Akibatnya dalam pandangan ini

tidak ada suatu hal yang tetap, melainkan akan mengalami perubahan seiring perubahan pada

ide dan keyakinan. Lebih lanjut kontrutivisme beranggapan bahwa struktur dan agen (aktor)

saling membentuk. Dalam artian struktur memberikan pengaruh terhadap agen dan begitu

juga sebaliknya agen mempengaruhi struktur6. Struktur yang dimaksud merupakan

pemahaman yang dibangun berupa keyakinan, ide serta persepsi, sedangkan agen merupakan
5
Stephen McGlinchey, Rosie Walters, dan Christian Scheinpflug. (2017). “Dasar-Dasar Kajian Teori Hubungan
Internasional” (diterjemahkan oleh Takdir Ali Mukti). Briistol: E-International Relations Publishing. Hal 44
6
Ibid. Stephen McGlinchey, Rosie Walters, dan Christian Scheinpflug. Hal 44

3
aktor yang terlibat dan mempengaruhi strutur. Pada kasus Amerika serikat dan Korea utara,

diantara keduanya terbagun struktur permusuhan. Sehingga mempengaruhi perilaku kedua

aktor dimana tindakan suatu aktor akan dianggap mengancam dan harus diwaspadai.

Demikian dapat diartikan teori konstruktivisme intersubyektif dalam memandang suatu

fenomena.

Teori konstruktivis juga memperhatikan mengenai identitas dan kepentingan dalam

melihat suatu fenomena. Finnemore dalam bukunya National Interests in International

Society menyebutkan bahwa identitas dan kepentingan mempengaruhi perilaku suatu negara

dimana kemudian identitas dan kepentingan tersebut dipengaruhi oleh norma sosial 7.

Identitas secara sederhana merupakan “definisi” yang melekat terkait dirinya. Sehingga

tindakan suatu aktor akan sesuai dengan identitas yang dimiliki karena identitas tersebut yang

membentuk perilaku aktor (kepentingan). Misalnya saja antara negara kecil dan negara besar,

perbedaan identitas yang dimiliki membuat perbedaan pula terkait perilaku (kepentingan).

Negara kecil dalam perilakunya lebih berfokus mengenai kelangsungan hidup, berbeda

dengan negara besar dimana fokusnya adalah dominasi politik, ekonomi serta militer global 8.

Norma dalam teori konstruktivis memberikan pengaruh pada identitas dan kepentingan.

Norma sendiri adalah standar perilaku yang disepakati oleh kebanyakan orang 9. Sehingga

demikian perilaku negara dalam dunia internasional terbentuk didasarkan pada identitas yang

dimiliki dan di sesuaikan terhadap norma – norma sebagai standar sebagaimana mestinya

negara berperilaku.

7
Robert H. Jackson, Georg Sorensen. (2016). “Introduction to International Relations: Theories and Approaches”.
(edisi 6). Oxford: Oxford University Press. Hal 169.
8
Op.Cit. Stephen McGlinchey, Rosie Walters, dan Christian Scheinpflug. Hal. 45.
9
Cambridge Dictionary. “Meaning of Norm in English”. Diakses dari
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/norm. Pada 12 Oktober 2021.

4
D. Pembahasan

Kemunculan arab spring di kawasan Timur Tengah tidak dipungkiri membawa roda

perubahan yang luar biasa. Fenomena yang bermula di negara Tunisia tersebut dengan cepat

menyebar ke wilayah negara – negara sekitar termasuk Libya. Dalam proses perubahan atau

revolusi di negara Libya terjadi perseteruan antara masyarakat dan Muammar khadafi yang

kemudian berkembang hingga menjadi perlawanan bersenjata. Peristiwa tersebut merenggut

cukup banyak korban dimana 200 orang tewas dan sekitar 900 lainnya mengalami luka –

luka10. Melihat hal tersebut PBB, melalui Dewan Keamanan mengeluarkan resolusi 1970

sebagai upaya untuk menekan Khadafi dan melindungi warga Libya. Resolusi 1970 berisi

mengenai embargo senjata, pembekuan terhadap aset Khadafi di luar negeri, dan himbauan

pemberian bantuan kemanusiaan untuk Libya11. Namun resolusi tersebut belum cukup untuk

menekan Khadafi, sehingga membuat PBB kembali mengeluarkan resolusi berupa resolusi

1973 pada 17 Maret 2011. Dalam resolusi tersebut diatur mengenai perlindungan terhadap

warga sipil dan larangan terbang di kawasan Libya12.

Meski begitu Khadafi masih terus melakukan tindakan represif terhadap warganya. Oleh

karena hal tersebut pada 19 Maret 2011 Amerika serikat melakukan intervensi kemanusiaan

terhadap Libya. Tindakan Amerika serikat didorong karena adanya resolusi 1973 dalam hal

ini mengenai perlindungan terhadap warga Libya13. Kedatangan Amerika di Libya seolah

memberikan angin segar bagi NTC dalam melawan Khadafi. Melalui operasi militer Odissey

10
---. (20 Februari 2011). “Korban Tewas Demo Libia Bertambah”. BBC. Diakses dari
https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2011/02/110220_libyaupdate. Pada 12 Oktober 2021.
11
Jerry Indrawan . (2017). “Intervensi Kemanusiaan dan Jatuhnya Kuasa Kolonel Muammar Gaddafi di Libya”.
Konfrontasi: Jurnal Kultur, Ekonomi dan Perubahan Sosial. Vol. 6. No. 1, Januari 2017. Hal 31.
12
Ibid. Jerry Indrawan. Hal 31-32.
13
Adhika Isthianto Utomo. (2018). “Kepentingan Amerika Serikat dan Prancis dalam Intervensi Kemanusiaan di
Libya pada Tahun 2011”. Journal of International Relations. Vol. 4. No. 4, 2018. Hal. 823.

5
Down Amerika dan beberapa sekutunya seperti Inggris dan Perancis melakukan penyerangan

terhadap pasukan dan fasilitas Muammar khadafi. NATO (North Atlantic Treaty

Organization) juga ikut terlibat melakukan intervensi kemanusiaan terhadap Libya. Seperti

halnya Amerika tindakan NATO didasarkan pada resolusi PBB 1973 berupa menciptakan

perdamaian dan keamanan di wilayah Libya14. Kehadiran NATO semakin memperparah

serangan terhadap pasukan Khadafi. Banyaknya serangan yang diterima membuat pasukan

Khadafi semakin tertekan. Pada akhir Mei 2011 diketahui bahwa pasukan Khadafi berkurang

hingga tersisa 20 persen dari total keseluruhan pasukan. Serangan demi serangan terus

dilakukan oleh Amerika dan sekutunya, NATO sendiri pada 6 Juni 2011 telah membasmi

1.800 fasilitas militer, 700 gudang amunisi serta 500 kendaraan militer dan tank 15. Kerusakan

dan kehancuran yang diterima membuat pasukan Khadafi semakin terpojok hingga akhirnya

Khadafi harus mengakui kalah dan tewas dalam pertempuran pada 20 Oktober 2011.

Berakhirnya revolusi Libya tahun 2011 meninggalkan Libya dalam kondisi rentan. Oleh

karena itu PBB melalui dewan keamanan mendirikan badan untuk membantu memulihkan

keadaan. Pada 16 September 2011 UNSMIL (United Nation Support Mission in Libya)

didirikan. Peran dari UNSMIL sendiri berupa pemulihan keadaan pasca konflik,

pembangunan bidang – bidang yang ada seperti bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan,

perbankan, keuangan, telekomunikasi dan hukum serta ketertiban masyarakat 16. Akan tetapi

setelah tewasnya Khadafi dan kemenangan NTC serta dunia internasional, api konflik di

Libya pada nyatanya tidak juga padam.

14
Bagaskara. (2019). “Draft Resolusi Konflik Penyelesaian Konflik Perang Sipil Di Libya Tahun 2011”. IQRA :
Jurnal Ilmu Kependidikan & Keislaman . Vol. 3 No. 1, Januari-Juni 2019. Hal 8.
15
Ibid. Bagaskara . Hal 9.
16
Gerhard Hendra I M. (2014). “Peran United Nation Support Mission In Libya (Unsmil) Dalam Menciptakan
Stabilitas Politik Di Libya Pasca Revolusi”. eJournal Ilmu Hubungan Internasional. Vol. 2. No. 1, 2014. Hal 264-265

6
Negara Libya masih berada pada nuansa konflik dan ketidakamanan dimana masih

terdapat milisi yang melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Libya saat itu. Konflik

demi konflik terus mengembang hingga pada tahun 2014 terjadi perlawanan besar – besaran

terhadap pemerintahan Libya yang pada saat itu dipimpin oleh GNC (General National

Congress) yakni sebuah majelis yang terdiri dari kubu NTC dan didukung oleh PBB melalui

UNSMIL. Penyebabnya adalah adanya ketidakpuasan terhadap pemerintahan yang berlaku.

Khalifah Haftar yang merupakan seorang petinggi militer Libya melakukan pemberontakan

terhadap sistem pemerintahan dan menuntut pembubaran GNC. Khalifah Haftar kemudian

pada 16 Mei 2014 melancarkan serangan udara dan darat untuk menguasai Benghazi dan

berikutnya pada 18 Mei 2014 di Tripoli melakukan upaya pembubaran GNC 17. Meski dilanda

konflik, Libya tetap berhasil melaksanakan pemilihan umum pada Juni 2014 yang mana

penyelenggaraanya dibantu oleh PBB. Dalam pemilu tersebut berhasil diperoleh The House

of Representatives (HoR) sebagai pengganti GNC18.

Namun penggantian GNC oleh HoR tidak didukung oleh kelompok Islamis. Kelompok

ini menganggap pemilu yang ada tidak sah, sehingga mereka melakukan pemberontakan

terhadap HoR melalui operasi fajar (Operation Dawn) di Tripoli19. Operasi yang dilakukan

berhasil menguasai Tripoli dan kemudian mendirikan kembali GNC. Akibatnya HoR harus

memindahkan kantor ke Tobruk, wilayah bagian Timur Libya. HoR kemudian memberikan

dukungannya pada Khalifah Haftar yang berhasil menguasai Benghazi dan mendirikan LNA

17
Hardi Alunaza SD, Rachma Putri. (2021). “Dampak Kegagalan Rezim Khadafi Terhadap Meningkatnya Eskalasi
Konflik Dan Intervensi Global”. Journal of International Relation (JoS). Vol. 1, September 2021. Hal 10
18
Ben Fishman. (21 Mei 2018). “Libya's Election Dilemma”. The Washington Institute. Diakses dari
https://www.washingtoninstitute.org/policy-analysis/libyas-election-dilemma pada 12 Desember 2021.
19
Ahmad Benny S, Rr. Terry Irenewaty. (2021). “Studi Tentang Masa Transisi Libya Pasca Era Khadafi (2011-2014)”.
Diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/352882671_STUDI_TENTANG_MASA_TRANSISI_LIBYA_PASCA_ERA_KH
ADAFI_2011-2014 pada 12 Desember 2021.

7
(Libyan National Army) untuk melawan kelompok Islamis yang memegang kekuasaan pada

saat itu.

UNSMIL yang merupakan perpanjangan tangan PBB di Libya memberikan respon terkait

tindakan kudeta kelompok milisi terhadap HoR. UNSMIL mendukung HoR sebagai

pemerintah resmi yang mana memiliki legitimasi melalui pemilihan umum, namun pada sisi

yang lain juga UNSMIL juga menerima GNC. Hal ini dikarenakan supaya dapat menjadi

penengah dalam konflik yang ada, dan terbukti UNSMIL berupaya menyelesaikan konflik

melalui pembicaraan di Ghadames20. Akan tetapi upaya yang dilakukan masih belum cukup

untuk menyelesaikan konflik keduanya. Kemudian PBB pada Desember tahun 2015 melalui

Libya Political Agreement membentuk GNA (Government of National Accrod) dengan

tujuan menyatukan GNC dan HoR 21. Upaya tersebut tidak berhasil, HoR menolak bergabung

karena GNA dinilai mendukung dan lebih menguntungkan bagi kelompok Islamis, demikian

HoR terus memberikan dukungan pada Khalifah Haftar.

Kehadiran LNA dan GNA yang sama – sama kuat membuat Libya seolah terbagi menjadi

dua bagian besar dimasa sisi timur dikuasai LNA, sedang sisi barat dimiliki oleh GNA.

Konflik demi konflik di Libya terus meningkat, baik antara kedua kubu maupun oleh

kelompok milisi lainnya yang bergerak sendiri. Pada tahun 2016 – 2017 sendiri sudah

tercatat beragam konflik, puluhan konflik terjadi dengan berbagai latar belakang dan pelaku,

berupa pertempuran wilayah, penculikan manusia, penyelundupan manusia, perebutan

minyak22. Sehingga semakin memanaskan suasana yang terjadi di Libya. Namun demikian

20
Nebahat Tanrıverdi Y. (2015). “The United Nations Response To The Libyan Crisis”. ORSAM. No. 201, Agustus
2015. Hal 9-10
21
Amir Asmar. (12 Maret 2020). “Prospects for Peace in Libya Are Bleak”. Cfr. Diakses dari
https://www.cfr.org/blog/prospects-peace-libya-are-bleak pada 12 Desember 2021.
22
Kars de B, Floor El K J, Fransje M. (2017). “CrisesAlert 1: Challenging the assumptions of the Libyan conflict”.
Netherlands Institute of International Relations. Hal 7-10

8
dua kubu besar GNA dan LNA sempat menjalin sebuah kesepakatan bersama untuk

menyelesaikan konflik kekuasaan melalui cara damai yakni dengan menggelar pemilu. Pada

29 Mei 2018 kedua pihak dengan dibantu pemerintah Prancis di Abu Dhabi dan mencapai

kesepakatan pada November tahun 2018, pemilu akan diadakan di tahun 2019 23. Harapan

perdamaian Libya melalui pertemuan tersebut kembali muncul. Akan tetapi konflik antara

kedua pihak kembali pecah karena Khalifah Haftar berkeinginan merebut Tripoli dari GNA

dan memberantas milisi islamis.

Pada April 2019, LNA yang dipimpin oleh Khalifah Haftar kemudian melakukan

serangan untuk menguasai Tripoli. Sebelumnya UNSMIL mengupayakan untuk

memfasilitasi kedua pihak untuk menyelesaikan konflik dengan berdialog secara damai serta

memberikan solusi politik melalui konferensi nasional di Ghadames pada 12 hingga 13 April

201924. Serangan tersebut memicu kembali ketegangan yang sebelumnya sudah mereda,

pihak GNA melakukan serangan belasan terhadap LNA akibatnya korban jiwa yang

berjatuhan juga semakin besar, diketahui hingga pada 9 Juli 2019 sedikitnya 1000 orang

menjadi korban25. Meski demikian upaya menciptakan perdamaian terus berjalan. Konflik

yang kembali terjadi turut dipengaruhi oleh kehadiran aktor asing, menyadari hal tersebut

PBB melakukan langkah untuk mengurangi insensitas konflik dan eskalasinya. Upaya

tersebut berupa melakukan embargo senjata Libya yang diatur dalam resolusi 2473 tahun

2019 perpanjangan dari resolusi 2420 tahun 2018 26. Meski terdapat resolusi, negara – negara
23
Poltak Partogi N. (2019). “ Perang Saudara Serta Prospek Libya Dan ‘The Arab Spring’ ”. Pusat penelitian badan
keahlian dpr ri. Vol. 9, No. 08, April 2019. Hal 8.
24
Thomas M H. (2019). “The Conflict in Libya”. United state institute of peace. Diakses dari
https://www.usip.org/publications/2019/05/conflict-libya pada 12 Desember 2021.
25
(….). (19 Februari 2020). “Timeline: Haftar’s months-long offensive to seize Tripoli”. Aljazeera. Diakses dari
https://www.aljazeera.com/news/2020/2/19/timeline-haftars-months-long-offensive-to-seize-tripoli pada 12
Desember 2021.
26
Security council. (2019). “Security Council Renews Measures to Implement Arms Embargo against Libya for
Another Year, Unanimously Adopting Resolution 2473 (2019)”. UN. Diakses dari
https://www.un.org/press/en/2019/sc13832.doc.htm pada 12 Desember 2021.

9
asing masih terus mengirimkan senjata ke Libya yang demikian mengakibatkan masih

banyak terjadi konflik dan banyak korban jiwa.

Dialog dan beberapa kesepakatan dibuat guna menghentikan konflik di Libya yang

berlangsung bertahun – tahun. PBB menyadari bahwa kehadiran aktor asing di Libya

menjadi sebuah penghambat dalam upaya penyelesaian konflik di Libya. Demikian PBB

melakukan tindakan dengan menghalau intervensi asing terus berada di Libya melalui KTT

di Berlin pada 19 Januari 2020. Dalam pertemuan tersebut negara – negara yang melakukan

campur tangan seperti Turki, Russia, Arab Saudi, Mesir, Amerika serikat, Inggris serta

negara lainnya dipertemukan. Kesepakatan yang tercapai mencakup beberapa point

diantaranya gencatan senjata, embargo senjata dan menarik diri dari Libya 27. Kesepakatan

yang terbentuk merupakan langkah awal dari penyelesaian konflik dimana pihak asing,

dijauhkan dari adanya intervensi dalam konflik dan memperpanjang jalannya perang.

Kemudian untuk menyelesaikan aktor langsung dalam konflik Libya, PBB dalam hal ini

mempertemukan kedua kubu LNA dan GNA dalam sebuah pertemuan di Jenewa. Dalam

pertemuan komisi gabungan militer 5+5 (negara pendukung LNA dan GNA) disepakati

sebuah agenda besar berupa perjanjian gencatan senjata nasional antara GNA, LNA serta

beberapa pihak lainnya terkecuali pihak yang disebut PBB sebagai teroris pada 23 Oktober

202028. Hal ini menandakan tercapainya sebuah penyelesaian konflik. Namun demikian,

perjanjian tersebut merupakan langkah awal dari terbentuknya perdamaian dimana perlunya

pembangunan kepercayaan antar pihak – pihak yang dulunya berkonflik harus terus

27
Federal Government. (2020). “The Berlin Conference on Libya”. The press and information office of the federal
government. Hal 2-6
28
UNSMIL. (23 Oktober 2020). “Note to Correspondents: Opening remarks by Stephanie Williams, Acting Special
Representative of the Secretary-General for Libya at press conference on ceasefire agreement between Libyan
Parties”. United nations support mission in libya. Diakses dari https://www.un.org/sg/en/content/sg/note-
correspondents/2020-10-23/note-correspondents-opening-remarks-stephanie-williams-acting-special-
representative-of-the-secretary-general-for-libya-press-conference-ceasefire-agreement pada 12 Desember 2021.

10
dilakukan. Setelah konflik selesai, UNSMIL yang mana merupakan utusan dari PBB masih

terus mendampingi Libya. Pada pemilu yang diadakan 24 Desember 2021, UNSMIL turut

membantu dalam pelaksanaannya dimana badan tersebut membantu mengawasi jalannya

pemilihan umum29.

Konstruktivisme Finnemore menyebutkan bahwa perilaku negara dipengaruhi oleh

identitas dan kepentingan dimana pada saat bersamaan identitas dan kepentingan tersebut

dipengaruhi oleh norma sosial. Teori konstruktivisme memandang bahwa peran PBB dalam

penyelesaian konflik merupakan sebuah bentuk sebagaimana mestinya. Seperti diketahui

PBB merupakan lembaga perdamaian dunia dimana dibentuk dengan tujuan untuk

menciptakan perdamaian dan penyelesaian konflik di dunia. Tindakan PBB dalam hal ini

sesuai sebagai mana identitas dan kepentingan yang ada dalam teori konstruktivisme. Pada

segi identitas, secara pengertian identitas merupakan suatu makna yang melekat pada dirinya.

PBB dalam hal ini merupakan simbol perdamaian dunia, dimana esensi didirikannya PBB

ada untuk menciptakan perdamaian sebagaimana tertuang dalam mukadimah piagam PBB 30.

Kemudian pada sisi kepentingan sama halnya dengan esensi yang dimiliki. Tujuan dan dasar

dari pendirian PBB adalah memelihara perdamaian dan keamanan internasional, melindungi

perdamaian dari ancaman dengan cara damai31.

Finnemore dalam teorinya juga menyebutkan bahwa norma sosial mempengaruhi atau

membentuk dari identitas dan kepentingan yang ada. Sehubungan dengan itu, sebelum

29
UNSMIL. (30 Oktober 2021).”Statement By The United Nations Support Mission In Libya Regarding The Legal
Framework For Libya’s Parliamentary And Presidential Elections”. United nations support mission in libya. Diakses
dari https://unsmil.unmissions.org/statement-united-nations-support-mission-libya-regarding-legal-framework-
libya%E2%80%99s-parliamentary-and pada 12 Desember 2021.
30
Marupa Hasudungan S. “Peran PBB Sebagai Organisasi Internasional Dalam Menyelesaikan Sengketa Yurisdiksi
Negara Anggotanya Dalam Kasus State Immunity Antara Jerman Dengan Italia Terkait Kejahatan Perang Nazi”.
Journal International Law. Vol. 2. No. 1. Hal 3.
31
Ibid. Marupa Hasudungan S. Hal 13.

11
berdirinya PBB terdapat organisasi pendahulu dengan nama LBB (Liga Bangsa – Bangsa).

Pembentukan organisasi LBB tak lain karena adanya kesadaran negara – negara akan

besarnya dampak dari perang dunia I, sehingga mereka menciptakan organisasi dengan

tujuan mempersatukan antar negara32. Akan tetapi organisasi tersebut tidak efektif dan

dibubarkan karena meski terdapat organisasi LBB perang dunia ke II tetap terjadi. Setelah

berakhir negara – negara kembali mendirikan organisasi perdamaian dunia, yakni PBB

dengan motif yang sama berupa derita dari perang 33. Sehingga demikian norma sosial yang

ada dalam PBB adalah sebuah organisasi perdamaian karena terlihat dimana organisasi

tersebut lahir dari keresahan akan perang dunia yang terjadi di masa lampau.

32
Nibras Nada N. (2020). “Sejarah Terbentuk dan Bubarnya Liga Bangsa-bangsa”. Diakses dari
Kompas.https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/02/140000569/sejarah-terbentuk-dan-bubarnya-liga-
bangsa-bangsa pada 12 Desember 2021.
33
Tiyas S. (2021). “Latar belakang pembentukan PBB serta struktur organisasinya”.
Diakses dari https://lifestyle.kontan.co.id/news/latar-belakang-pembentukan-pbb-serta-struktur-
organisasinya?page=all pada 12 Desember 2021.

12
E. Kesimpulan

Konflik Libya atau revolusi Libya merupakan sebuah fenomena yang terjadi karena adanya

arab spring. Tindakan reprisifitas hingga penggunaan senjata yang dilakukan oleh Khadafi

merupakan bentuk pelanggaran mengenai HAM. Sebagaimana pengaturan mengenai HAM

termaktub dalam piagam PBB. Tindakan pelanggaran piagam PBB dalam hal ini mengenai

HAM membuat Libya di intervensi dengan tujuan melindungi HAM warga sipil serta

menciptakan keamanan Libya. Dalam intervensi yang dilakukan pemimpin Libya pada saat itu

yakni Muammar Khadafi tewas dan Libya terbebas dari kediktatoran. Namun setelah kematian

Khadafi negara Libya masih belum dapat dikatakan aman bagi warganya dimana masih banyak

konflik – konflik yang bermunculan dengan berbagai latar belakang dan dilakukan oleh

bermacam pihak. PBB sebagai lembaga perdamaian dunia membantu Libya untuk keluar dari

krisis konflik dan ketidakamanan. Tindakan PBB merupakan sebuah bentuk tanggung jawab

yang mana menempati posisi sebagai organisasi perdamaian dunia dan berkewajiban membantu

negara yang berkonflik dan melindungi masyarakat yang terancam. Upaya yang dilakukan PBB

banyak menemui hambatan dikarenakan banyaknya aktor yang bermain, namun demikian pada

akhirnya PBB mampu untuk menyelesaikan konflik dengan cara – cara damai sebagaimana

tercantum dalam piagam PBB.

13
DAFTAR PUSTAKA
Buku
H. Jackson Robert, Georg Sorensen. (2016). “Introduction to International Relations: Theories
and Approaches”. (edisi 6). Oxford: Oxford University Press. Hal 169

McGlinchey Stephen, Rosie Walters, dan Christian Scheinpflug. (2017). “Dasar-Dasar Kajian
Teori Hubungan Internasional” (diterjemahkan oleh Takdir Ali Mukti). Briistol: E-
International Relations Publishing. Hal 44

Jurnal Ilmiah
Alunaza Hardi SD, Putri Rachma. (2021). “Dampak Kegagalan Rezim Khadafi Terhadap
Meningkatnya Eskalasi Konflik Dan Intervensi Global”. Journal of International
Relation (JoS). Vol. 1, September 2021. Hal 10.
Bagaskara. (2019). “Draft Resolusi Konflik Penyelesaian Konflik Perang Sipil Di Libya Tahun
2011”. IQRA : Jurnal Ilmu Kependidikan & Keislaman . Vol. 3 No. 1, Januari-Juni 2019.
Hal 8.
de B Kars, Floor El K J, Fransje M. (2017). “CrisesAlert 1: Challenging the assumptions of
the Libyan conflict”. Netherlands Institute of International Relations. Hal 7-10
Hasudungan S Marupa. “Peran PBB Sebagai Organisasi Internasional Dalam Menyelesaikan
Sengketa Yurisdiksi Negara Anggotanya Dalam Kasus State Immunity Antara Jerman
Dengan Italia Terkait Kejahatan Perang Nazi”. Journal International Law. Vol. 2. No. 1.
Hal 3.
Hendra I M Gerhard. (2014). “Peran United Nation Support Mission In Libya (Unsmil) Dalam
Menciptakan Stabilitas Politik Di Libya Pasca Revolusi”. eJournal Ilmu Hubungan
Internasional. Vol. 2. No. 1, 2014. Hal 264-265.
Indrawan Jerry. (2017). “Intervensi Kemanusiaan dan Jatuhnya Kuasa Kolonel Muammar
Gaddafi di Libya”. Konfrontasi: Jurnal Kultur, Ekonomi dan Perubahan Sosial. Vol. 6.
No. 1, Januari 2017. Hal 31.
Indrawan Jerry . (2013). “Legalitas dan Motivasi NATO (North Atlantic Treaty Organization)
dalam Melakukan Intervensi Kemanusiaan di Libya”. Jurnal Kajian Wilayah. Vol. 4, No.
2. Hal 129.
Isthianto Utomo Adhika. (2018). “Kepentingan Amerika Serikat dan Prancis dalam Intervensi
Kemanusiaan di Libya pada Tahun 2011”. Journal of International Relations. Vol. 4. No.
4, 2018. Hal. 823.
Tanrıverdi Y Nebahat. (2015). “The United Nations Response To The Libyan Crisis”. ORSAM.
No. 201, Agustus 2015. Hal 9-10.

Situs Resmi

M H Thomas. (2019). “The Conflict in Libya”. United state institute of peace. Diakses dari
https://www.usip.org/publications/2019/05/conflict-libya pada 12 Desember 2021.
Security Council. (17 March 2011). “Resolution 1973”. United Nations. Diakses dari
https://www.undocs.org/S/RES/1973%20(2011). Pada 12 Oktober 2021. Pasal 4.
Security council. (2019). “Security Council Renews Measures to Implement Arms Embargo
against Libya for Another Year, Unanimously Adopting Resolution 2473 (2019)”. UN.
Diakses dari https://www.un.org/press/en/2019/sc13832.doc.htm pada 12 Desember
2021.
UNSMIL. (23 Oktober 2020). “Note to Correspondents: Opening remarks by Stephanie
Williams, Acting Special Representative of the Secretary-General for Libya at press
conference on ceasefire agreement between Libyan Parties”. United nations support
mission in libya. Diakses dari
https://www.un.org/sg/en/content/sg/note-correspondents/2020-10-23/note-
correspondents-opening-remarks-stephanie-williams-acting-special-representative-of-the-
secretary-general-for-libya-press-conference-ceasefire-agreement pada 12 Desember
2021.
UNSMIL. (30 Oktober 2021).”Statement By The United Nations Support Mission In Libya
Regarding The Legal Framework For Libya’s Parliamentary And Presidential Elections”.
United nations support mission in libya. Diakses dari
https://unsmil.unmissions.org/statement-united-nations-support-mission-libya-regarding-
legal-framework-libya%E2%80%99s-parliamentary-and pada 12 Desember 2021.

Artikel
Asmar Amir. (12 Maret 2020). “Prospects for Peace in Libya Are Bleak”. Cfr. Diakses dari
https://www.cfr.org/blog/prospects-peace-libya-are-bleak pada 12 Desember 2021
Benny S Ahmad, Rr. Terry Irenewaty. (2021). “Studi Tentang Masa Transisi Libya Pasca Era
Khadafi (2011-2014)”. Diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/352882671_STUDI_TENTANG_MASA_TRA
NSISI_LIBYA_PASCA_ERA_KHADAFI_2011-2014 pada 12 Desember 2021.
Cambridge Dictionary. “Meaning of Norm in English”. Diakses dari
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/norm. Pada 12 Oktober 2021.
Federal Government. (2020). “The Berlin Conference on Libya”. The press and information
office of the federal government. Hal 2-6
Fishman Ben. (21 Mei 2018). “Libya's Election Dilemma”. The Washington Institute. Diakses
dari https://www.washingtoninstitute.org/policy-analysis/libyas-election-dilemma pada
12 Desember 2021.
Partogi N Poltak. (2019). “ Perang Saudara Serta Prospek Libya Dan ‘The Arab Spring’ ”. Pusat
penelitian badan keahlian dpr ri. Vol. 9, No. 08, April 2019. Hal 8.
Roy R. Anderson, Robert F. Seibert dan Jon G. Wagner. (2004). Politics and Change in the
Middle East: Source of Conflict and Accomodation. New Jesey: Pearson Prentice Hall.
Stephen McGlinchey, Rosie Walters, dan Christian Scheinpflug. (2017). “Dasar-Dasar Kajian
Teori Hubungan Internasional” (diterjemahkan oleh Takdir Ali Mukti). Briistol: E-
International Relations Publishing. Hal 44.

Media Massa Cetak


Nada N Nibras. (2020). “Sejarah Terbentuk dan Bubarnya Liga Bangsa-bangsa”. Diakses dari
Kompas.https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/02/140000569/sejarah-terbentuk-
dan-bubarnya-liga-bangsa-bangsa pada 12 Desember 2021.
S Tiyas. (2021). “Latar belakang pembentukan PBB serta struktur organisasinya”. Diakses dari
https://lifestyle.kontan.co.id/news/latar-belakang-pembentukan-pbb-serta-struktur-
organisasinya?page=all pada 12 Desember 2021.

Anda mungkin juga menyukai