Anda di halaman 1dari 7

PAPER

SEJARAH ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional

ZIDAN IKHWAN AL GHIFARI


NIM : 151220165

KELAS F
PRODI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA

2022
BAB I
Pendahuluan

Dikutip dari catatan Steve Smith dalam buku The Study of International Relations,
menurutnya, The State of The Art 1 bahwa asal mula dari perkembangan ilmu
hubungan internasional menjadi satu disiplin ilmu sendiri yang baru dimulai sesudah
Perang Dunia I (PD I). Sebelum PD I, terutama merujuk kepada perkembangan di
Eropa umumnya, khususnya di Inggris, kajian hubungan internasional dipelajari secara
terpisah diberbagai cabang ilmu seperti dalam bidang hukum, sejarah, dan falsafah.
Bidang lain yang turut mengkaji ilmu hubungan internasional ketika itu adalah bidang
ekonomi terutama yang berkaitan dengan perdagangan internasional. Pendekatan-
pendekatan dari bebagai bidang ilmu ini tidak cukup memuaskan untuk memahami
intisari hubungan internasional yang sebenarnya. Berdasarkan keadaan yang telah
dipaparkan di atas, tercermin suatu kenyataan bahwa ilmu hubungan internasional
terlahir sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat berbeda dengan ilmu sosial lainnya.
Ilmu hubungan internasional pada saat lahirnya sangat preskriptif (memberi pedoman),
normatif, dan didasarkan pada karya konseptual dari aktifitas ilmuwan yang sangat
dekat keterkaitannya dengan pengambilan kebijakan. Ilmu hubungan internasional lahir
dan berkembang sebagai bentuk tanggapan langsung terhadap peristiwa-peristiwa nyata
yang terjadi di dunia dan mendefinisikan tujuan-tujuannya untuk mencegah
pengulangan peristiwa-peristiwa tersebut

Perkembangan studi Hubungan Internasional (HI) berkembang dengan pesat, baik


dalam konteks substansi, teori atau metodologi, dan juga epistemologi, sehingga
membuat disiplin studi Hubungan Internasional dapat diterima oleh semua komunitas
keilmuan akademik, sehingga menjadi bagian dari ilmu sosial. Sejak lahirnya ilmu
Hubungan Internasional pada bulan April 1919 di Wales,UK Kemunculan HI tidak
terlepas dari konteks upaya dalam menjaga perdamaian dunia dan mencegah perang.
banyak kontribusi yang ditorehkan oleh studi Hubungan Internasional bagi perdamaian
dunia, keamanan internasional, dan kerjasama internasional antar-negara. Awal
mulanya, studi Hubungan Internasional didirikan dengan tujuan untuk : (1) mencegah
peperangan; (2) menciptakan perdamaian. Logikanya, Perang Dunia I terjadi karena
adanya miskomunikasi, mispersepsi, dan miskoordinasi antar negara-negara di Eropa
ketika itu. karena pada saat itu, hubungan antar-negara belum terlalu intensif, baik
hubungan diplomatik maupun hubungan konsuler, sehingga timbul suatu prasangka
negatif antar-negara yang pada akhirnya melahirkan ketegangan, konflik, dan
peperangan antar-negara, yang kemudian dikenal dengan Perang Dunia I.
BAB
II
ISI / PEMBAHASAN

Sejarah awal hubungan internasional muncul pada saat meletusnya perang dunia
pertama (1914 – 1918), sangat mengerikanya dampak pada peperangan pada saat itu
menimbulkan adanya suatu upaya dalam mewujudkan suatu perdamaian internasional
yang menyeluruh dan merata. Hubungan internasional pada saat itu dipandang sebagai
sebuah studi yang mempelajari tentang perang dan mewujudkan perdamaian. Atas
dasar itu disiplin ilmu HI pertma kali muncul di universitas Universtas Wales pada
tahun 1919, yang lalu diikuti oleh beberapa universitas di AS. lalu hubungan
internasional kemudian berkembang dengan pesat pada saat era 1960 – 1970 dan mulai
1980-an hubungan internasional mulai membahasa tentang aktor non negara. hubungan
internasional menjadi ilmu yang interdisipliner. Hubungan internasional kini di pahami
bukan hanya soal perang dan perdamaian tetapi menyangkut subyek lainnya seperti
interdepensi ekonomi, perusahaan transional, hak asasi manusia keterbelakangan,
perbedaan gender dan seterusnya ( Jack and Sorense, 2013).

A. Teori Teori dalam Hubungan Internasional


perkembangan pesat studi Ilmu hubungan internasional tidak jauh dari muncul-nya
paradigm hubungan internasional yang saling berebut untuk menempati posisi utama
dalam arah disiplin studi hubungan internasional. Paling tidak, sampai saat ini, terdapat
tiga perdebatan besar (the great debate) dalam hubungan internasional, yakni :
perdebatan antara paradigma idealis versus realis; (2) perdebatan antara paradigma
tradisionalis versus behavioralis; (3) perdebatan antara paradigma positivism versus
post positivisme.
Berikut adalah beberapa penjelasan singkat dari tiga perdebatan besar ( great debate) :
1. Perdebatan Paradigma Idealis Vs Realis
Latar belakang darimunculnya paradigma realis yaitu kegagalan paradigma idealis
dalam menjelaskan perilaku agresi negara pada tahun 1930-an. Saat itu, Jerman
menginvasi Polandia, Jepang menyerang Manchuria, dan Italia mengagresi
Ethiopia. Akibatnya, dunia mengalami suatu krisis selama 20 tahun (twenty years
crissis), yaitu antara tahun 1920 – an dan 1930 – an.

LBB sebagai organisasi internasional tidak mampu mencegah atau mendisplinkan


negara-negara anggotanya (Jerman, Jepang & Italia) untuk tidak menyerang negara
lain. Prinsip “peace co-existence” yang dipegang dalam hukum internasional dan
etika pergaulan internasional telah dilanggar oleh negara anggotanya sendiri. LBB
(yang dibentuk berdasarkan saran dari para penganut paradigma idealis) tidak
mampu mencegah peperangan (PD II) dan gagal menciptakan perdamaian dunia.
Paradigma realis menyatakan bahwa dunia internasional adalah bersifat anarkis
(tidak teratur, kacau, dan chaos). Dalam pandangan paradigma realis, “siapa yang
kuat dia dapat” / “power makes rights” / yang ada adalah hukum rimba.
tahun kelahiran paradigma realis adalah menjelang dan Pasca Perang Dunia II
(1930-an & 1940 – an). Unit Analisisnya adalah negara bangsa (nation state). Fokus
Studinya adalah Das Sein, Apa Yang Sebenarnya. Kata Kuncinya adalah Power,
National Power, Balance of Power, & Prudence.

Isu Yang Dikembangkan ialah Conflict, War, armament, Power Politics.


Nomenklatur/Sebutan /Istilah lain adalah Realis, Realisme, Pragmatisme. Tokoh
paradigma realis adalah : (1) Realisme Klasik, yakni Tuchydides, Nicolo
Machiavelli, dan Thomas Hobbes; (2) Realisme, yakni E.H. Carr dan Hans J.
Morgenthau; (3) Realisme Struktural/Neo realis, yakni Kenneth W. Waltz.
Sumbangan Konseptual – Teoritik paradigma realis adalah Konsep Power, Konsep
National Power, Konsep Balance Of Power, Konsep National Interest, dan Game
Theory.
Kritik terhadap paradigma realis adalah : Mengabaikan nilai-nilai moral,
Mengagung-agungkan Power dan National Power, Dalam abad 21, muncul banyak
non state actor( Aktor Non Negara), Dunia mengarah kepada multipolar secara
ekonomi, dan terlalu menekankan manusia dan mengabaikan sistem yang mengatur
manusia. Respon terhadap kritik adalah munculnya aliran neo realis atau realisme
struktural, yang merupakan revisi terhadap realisme.
Berikut adalah beberapa tokoh idealisme dan juga realisme :
• Idealisme Klasik
Immanuel Kant,Hugo Grotius
• Idealisme
Sir Alfred Zimmern, David Mitrany,S.H. Bailey,Philip Noel-
Baker,David Davies • Realisme Klasik
Tuchydides, Nicolo Machiavelli,Thomas Hobbes
• Realisme
E.H. Carr, Hans J. Morgenthau
• Realisme Struktural/Neo realis
– Kenneth W. Waltz
2. Perdebatan kedua : Tradisionalis VS Behavioralis
Paradigma tradisionalis menekankan aspek historis. Artinya, setiap ilmuwan HI
harus menggunakan analisis “sejarah” dalam menganalisis gejala hubungan
internasional. Pola-pola perulangan sejarah atau adagium “sejarah pasti berulang”
diyakini oleh penganut paradigma idealis. Logikanya, “kejadian hari ini terkait
dengan kejadian masa lalu” dan “ kejadian masa depan pasti berasal atau ada
hubungannya dengan kejadian saat ini”. Sebagai contoh : ilmuwan HI yang akan
meneliti konflik Israel – Palestina, maka sangat penting dan mutlak untuk
mengetahui sejarah Israel dan sejarah Palestina sejak zaman Nabi Musa, Nabi Isa,
dan Nabi Muhammad.

Paradigma behavioralis menekankan aspek sosiologis, psikologis, dan empiris


dalam menganalisis gejala hubungan internasional. Hal ini tentu berbeda dengan
paradigma tradisionalis yang menyoroti aspek normatif, seperti tugas dan fungsi
PBB, organ-organ dalam PBB, dan penyelenggaraan sidang-sidang PBB.
3. Perdebatan Ketiga : Positivism VS Post Positivisme
Paradigma positivis menyatakan bahwa teori-teori HI yang mendasarkan pada
positivisme ilmu alam (penggunaan statistik, teknik matematik, dan uji
eksperimentasi) sangat valid sehingga banyak berkembang di Barat, khususnya di
AS. Hal ini dibuktikan dari banyaknya teori-teori HI yang berasal, muncul dan
berkembang dari wilayah Anglo Amerika, Anglo Saxon, dan Eropa Continental.
Teori-teori yang positivis banyak dipakai dan digunakan oleh para pengambil
kebijakan barat dalam membuat keputusan luar negeri, khususnya AS.

paradigma Post Positivis menyatakan bahwa Ilmu HI harus bebas dari hegemoni
dan juga dominasi ideologi liberal Barat. Selama ini, teori-teori HI banyak
didominasi oleh kepentingan global Barat, sehingga hanya menjadi alat pembenar /
sarana justifikasi bagi kepentingan AS.

Teori-teori HI yang banyak berasal dari Barat sangat bias terhadap kepentingan
Barat dan didesain untuk mendukung Barat terhadap dunia internasional, khususnya
negara dunia ketiga. Secara ideologis, teori-teori HI didominasi ideologi liberal-
kapital. Secara metodologi dimanipulasi oleh behavioralis-positivis. Secara
filosofis dihegemoni oleh etnosentrisme.

Oleh karena itu, penganut paradigma post positivisme berwacana untuk melakukan
penataan ulang / reformasi / restrukturisasi teori-teori HI. Diperlukan kesetaraan
dan kesejajaran antar paradigma atau antar teori dalam HI sehingga tidak ada teori
yang dominan, semuanya teori sama dan sejajar. Untuk mengetahui lebih detail
tentang perdebatan antara paradigma positivis dan post positivis, maka tabel berikut
ini akan menjelaskan secara detail dan singkat.

B. TOKOH-TOKOH DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL


1. Agustinus dari Hippo (Aljazair/Roma, 354-430)
Karya utamanya Augustinus ialah Kota Tuhan. Diantara berbagai pandangan
Agustinus, Agustinus percaya pada posisi pasifis/tidak menekankan perang.
Gagasan kota Tuhan (city of God) merupakan suatu gagasan ideal mengenai suatu
negara di mana manusia tidak lagi mementingkan kepentingannya sendiri,
melainkan hanya bersandar pada kebenaran Ilahi yang absolut.
2. Thomas Hobbes (Inggris, 1588-1679)
Karya utamanya Thomas Hobbes ialah Leviathan. Ia,menjelaskan bahwa sifat dasar
manusia mengakibatkan manusia berada dalam kondisi buruk, di mana tidak ada
kebaikan terbesar (summum bonum) dan hanya ada kejahatan terbesar (summum
malum). Sifat jahat ini membuat manusia tinggal dalam situasi anarki yang
memaksa manusia untuk saling berkonflik (perang semua melawan semua, bellum
omnium contra omnes). Dengan demikian, dibutuhkan suatu makhluk
raksasa, leviathan, untuk mampu mencegah terjadinya sifat konfliktual tersebut.
3. Jean-Jacques Rousseau (Perancis, 1712-1788)
Karya utama Jean-Jacques Rousseau Diskursus Mengenai Asal dan Dasar
Ketimpangan Antar Manusia ,Rousseau melalui penggambaran berburu rusa (stag
hunt) menyebutkan bahwa meskipun dua pihak bisa saling bersaing dan
mengalahkan untuk mendapat keuntungan paling besar, lebih baik keduanya
bekerja sama agar sama-sama mendapatkan hasil. Pandangan ini menginspirasi
teori seperti kerjasama dalam dilema keamanan (cooperation under security
dilemma).
4. Immanuel Kant (Jerman, 1724-1804)
Karya Utama Perdamaian Abadi: Suatu Gambaran Filosofis,Kant mengemukakan
gagasan perdamaian abadi, yaitu ketika suatu wilayah, bahkan seluruh dunia, bisa
terhindar dari konflik. Hal ini turut mengantarkan pada Teori Perdamaian
Demokratik (Democratic Peace Theory) bahwa negara-negara demokratis
cenderung tidak saling berkonflik.
5. Karl Marx (Jerman, 1818-1883)
Karya utama Kapital: Kritik Ekonomi Politik Marx menganggap bahwa hubungan
antar manusia (kemudian antar negara) ialah hubungan konfliktual antara pemilik
modal dengan pengelola modal/buruh, di mana hubungan tersebut bersifat
eksploitatif, dengan pemilik modal mengklaim keuntungan sementara para
pengelola hidup di bawah penindasan pemilik modal.
REFERENSI

Dr. Agus Subagyo, S. M. (2015, januari 20). 2015/01/20/the-great-debate-dalam-hubungan-


internasional/comment-page-1/. Diambil kembali dari
https://agussubagyo1978.wordpress.com/:
https://agussubagyo1978.wordpress.com/2015/01/20/the-great-debate-dalam-
hubungan-internasional/comment-page-1/
Hanzel, M. (2014, maret 15). SIHI 1: Pengantar Studi Hubungan Internasional. Diambil
kembali dari https://matthewhanzel.com/:
https://matthewhanzel.com//2014/03/15/sihi1/3/
Subagyo, A. (2016). STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL DI INDONESIA:. Dinamika
Global | Volume 01 | No.2 | .
Yuniarti. (2010). PERUBAHAN POLA HUBUNGAN INTERNASIONAL ABAD 20 DAN
PENGARUHNYA TERHADAP REALISME VERSUS IDEALISME .
PERUBAHAN POLA HUBUNGAN INTERNASIONAL ABAD 20 DAN.

Anda mungkin juga menyukai