Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PERBANDINGAN PENDEKATAN LIBERALISME DAN KRITIS DALAM

STUDI KASUS SYRIAN REFUGEE CRISIS

Tugas individu ini diajukan guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Strategik dan
Keamanan Internasional

Oleh :

Daffa Nugroho Ananda

HI19B

0801519015

Dosen Pengampu :

Dr, Rizal A. Hidayat, S.IP., M,M.

FAKULTAS ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA

TAHUN 2022
1. Berdasarkan dari penjelasan materi mengenai beberapa paradigma dalam kajian
Hubunga Internasional, berikan dan jelaskan secara rinci analisis anda dalam
melihat studi kasus “Syirian Refugee Crisis” dengan membandingkan antara
pendekatan Liberalisme dan Kritis?

PENDAHULUAN

Ilmu Hubungan Internasional adalah salah satu ilmu sosial yang secara umum
adalah mempelajari berbagai bentuk hubungan atau kebijakan tertentu antar satu negara
dengan negara lain. Hubungan Internasional sendiri tidak hanya membahas mengenai
hubungan antara negara saja akan tetapi juga membahas mengenai hubungan serta
kebijakan antar organisasi internasional sendiri dan juga aktor non negara. Dari adanya
kebijakan atau hubungan yang dilakukan oleh negara, organisasi internasional aktor non
negara bisa menghasilkan adanya keuntungan ataupun ketidakuntungan itu sendiri
sehingga memicu serta menimbulkan adanya peristiwa tertentu yang terjadi dalam
lingkup Ilmu Hubungan Internasional itu sendiri. Dalam ilmu Hubungan Internasional
terdapat banyak sekali jenis peristiwa ataupun isu yang pernah terjadi di belahan dunia
ini dan salah satu isunya yang terkenal antara lain adalah mengenai krisis pengungsi.

Menurut Kasdi (2018), Krisis sendiri dapat didefinisikan sebagai : “ Suatu


kejadian atau juga situasi yang biasanya lebih banyak mempunyai dampak yang buruk
pada suatu lingkup tertentu. Krisis sendiri secara dasarnya adalah suatu situasi yang
benar-benar tidak terduga, yang dimana bahwa akan muncul krisis yang dapat
mengancam pada sektor-sektor tertentu” (Kasdi, 2018 : 10-11). Berdasarkan definisi
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa krisis adalah suatu kejadian yang biasanya
memiliki dampak buruk terhadap lingkup tertentu. Maka jika dikaitkan dengan krisis
pengungsi maka dapat diartikan bahwa krisis pengungsi merupakan krisis yang terjadi
yang dimana hal tersebut bisa berpotensi menimbulkan adanya suatu ancaman terutama
terhadap suatu pengungsi yang menetap di negara tertentu.

Krisis pengungsi Suriah merupakan salah satu krisis kemanusian yang


penyebabnya terjadi dikarenakan adanya Perang Saudara Suriah tahun 2011 (The
Syirian Civil War 2011). Perang Saudara Suriah yang terjadi tahun 2011 merupakan

1|P ag e
salah satu peristiwa dimana terjadinya perlawanan antara Republik Arab Suriah yang
dipimpin oleh Bashar Al-Ashad dengan rakyat Suriah dimana perlawanan tersebut
terjadi karena kepemimpinan Bashar Al-Ashad yang bisa dikatakan cukup otoriter
sehingga menimbulkan adanya kerugian terutama pada masyarakat Suriah itu sendiri
sehingga terjadi adanya suatu perlawanan. Hal tersebut tentu mengundang beberapa
kelompok aktor non negara lainnya dalam konflik ini antara lain seperti ISIS (Islamic
State Iraq Syiria) serta Al-Qaeda (Author B. N., 2011). Teori Liberalisme dan teori
Kritis merupakan salah satu teori dalam ilmu Hubungan Internasional. Liberalisme lebih
condong memfokuskan pada kooperatif sedangkan teori Kritis lebih mencondongkan
pada penekanan klaim normatif tentang bagaimana dunia seharusnya. Maka dari itu
penulis dalam pembahasan akan membahas mengenai bagaimana analisis perbandingan
teori Liberalisme dan teori Kritis dalam studi kasus Syrian Refugee Crisis.

PEMBAHASAN

Awal Mula Munculnya Krisis Pengungi Suriah

Krisis pengungsi menjadi sebuah isu yang cukup esensial dan telah menjadi
suatu bahan diskusi yang cukup menarik. Hal tersebut ternyata tidak hanya menarik
bagi para beragai elit politik dalam lingkup domestik serta internasional namun juga
terdapat di para kalangan akademisi itu sendiri. Hal tersebut menjadi sebuah tanda
bahwa adanya isu tersebut merupakan suatu permasalahan utama terutama bagi
beberapa neagra yang dimasuki oleh para pengungsi baik secara legal maupun illegal.
Hal tersebut tentu memicu adanya krsisi pengungsi yang membuatnya menjadi isu
kontemporer masih tetap revelan dengan lingkup ilmu Hubungan Internasional sendiri.
Pengungsi sendiri biasanya datang dari negara yang situasi perpolitikannya sedang
mengalami permasalahan seperti karena perang, konflik antar suku dan agama hingga
intervensi kemanusiaan (Kasdi, 2018).

Krisis Pengungsi Suriah merupakan salah satu peristiwa mengenai kemanusiaan


yang memiliki kaitan dengan hak asasi manusia, kekerasan serta pembantain yang
dimana pengungsi tersebut merupakan seorang warga Suriah yang pergi ke negara lain
disebabkan karena adanya Perang Saudara Suriah 2011 (Syrian Civil War) . Perang
Saudara Suriah ini sendiri disebabkan karena adanya kepemimpinan Bashar Al-Ashad
yang terkenal sangat terlalu bersifat kediktaktoran sehingga menimbulkan adanya

2|P ag e
kerugian bagi masyarakatnya sendiri sehingga menimbulkan adanya perlawanan.
Dengan adanya hal tersebut tentu mengundang adanya beberapa aktor non negara
seperti memunculkan ISIS (Islamic State Iraq Syirah), Al-Qaeda serta beberapa aktor
non negara lainnya. Konflik yang secara terus-menerus terjadi hingga saat ini tentu
mempersebabkan warga sipil di Suriah keluar dan pergi dari tempat tinggalnya untuk
melakukan adanya migrasi (Author U. , Syria Refugee Crisis Explained, 2021). Dengan
adanya pemerintahan Bashar Al-Ashad yang sifatnya benar-benar tidak menunjukkan
adanya demokratis tersebut membuat masyarakt Suriah diberlakukan dengan adanya
berabgai macam tindakan kekerasan yang sudah dihitung dari awal mula konflik
tersebut pada tahun 2011 hingga tahun 2017, sudah ada lebih sekitar 4 juta lebih
pengungsi (Author U. , 2017).

Beberapa negara yang menjadi tuan rumah bagi pengungsi krisis Suriah ini
adalah Mesir, Lebanon, Jordan Turki dan beberapa negara lainya. Turki menjadi tuan
rumah terbesar bagi pelanggan pengungsi yang dimana ada hampir sekitar 3.7 juta
pengungsi Suriah disana. Dari adanya krisis pengungsi ini tentu mendapatkan perhatian
dari salah satu anakan organisasi internasional dari PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
yaitu UN Refuge Agency. Peran dari anakan organisasi PBB ini adalah memberikan
bantuan seperti memperbaiki infrastuktur warga sipul seperti rumah, fasilitas
sekolah,pusat rekreasi dan memberikan dukungan aktivitas edukasi untuk anak-anak
(Author U. , Resettlement and Other Forms of Legal Admissions for Syrian Refugees,
2016). Selain UN Refuge Agency, memasuki tahun 2015 didirikannya (3RP) atau
Rencana Pengungsi dan Ketahanan Regional sebagai platform koordinasi termasuk
negara-negara tetangga kecuali Israel yang tidak masuk. 3RP ini merupakan salah satu
bentuk program dan strategi untuk mengatasi kasus Krisis Suriah termksud mengenai
pengungsinya. Strategi atau platform program ini didirkan oleh 5 negara yaitu Turki,
Lebanon, Yordania, Irak dan Mesir untuk memberikan koordinasi bantuan kemanusiaan
antara UNHCR, pemerintah beserta Lembaga Swadaya Masyarakat (3RP, 2015).
Memasuki tahun 2016 Yordania, Lebanon dan Turki yang merupakan tuan rumah untuk
pengungsi Suriah tersebut menegosiasikan perjanian multi-tahun dengan donor
internasional yang membeirkan dukungan material yaitu dengan membentuk Jordan
Compact, Lebanon Compact dan EU-Turkey Statement untuk membantu krisis
pengungsi Suriah yang berada di negaranya (Tsourapas, 2019 : 467).

3|P ag e
Selain UNHCR tentu krisis pengungsi ini juga menarik perhatian aktor negara
yaitu AS (Amerika Serikat) dengan upayanya memberikan bantuan kemanusian
terhadap krisis Suriah sebagai responya yaitu dengan cara memberikan bantuan
keuangan yang hampir mencapai lebih dari 800 dollar Amerika Serikat sebagai
responnya terhadap krisis di Suriah hal tersebut dilakukan oleh duta besar Amerika
Serikat yang bernama Linda Tomas Greenfield yang juga merupakan perwakilan untuk
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Pembiyaaan ini membawa bantuan kemanusiaan
yang mencapai totalnya hampir lebih mendekati 15 milliar dollar Amerika Serikat seja
11 tahun yang lalu dimulainya adanya krisis tersebut. Bantuan dari Amerika Serikat ini
akan memanfaatkan banyak 14,6 juta dalam Suriah sebagai bantuan kemanusiaan,
seperti 5,6 juta miliar pengungsi Suriah dan tuan rumahnya di Turki, Lebanon, Jordan,
Iraq dan Mesir. Selain itu Amerika Serikat bersama sekutu-sekutunya juka ikut
mendukung upaya khusus dari diplomat di PBB yang berasal dari Norwegia yang
bernama Geir Pedersen untuk menggapai penyelesaian politik serta resolusi permanen
untuk konflik Suriah sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2254. Dimana dari
adanya hal tersebut tidak ada solusi militer yang akan membawa perdamaian, keamanan
serta stabilitas ke Suriah serta kawasan (Antony, 2022).

Pendekatan Liberalisme dan Kritis .

Dalam lingkup ilmu Hubungan Internasional terdapat beragam jenis pendekatan


atau teori yang dimana akan penulis bahas adalah teori atau pendekatan Liberalisme dan
Kritis. Yang pertama penulis akan bahas adalah teori atau pendekatan Liberalisme.
Teori atau pendekatan ini merupakan salah satu teori atau pendekatan alternativ utama
dalam Ilmu Hubungan Internasional. Salah satu asumsi dasar dari perspektif ini adalah
Liberalisme memberikan sebuah atau suatu asumsi bahwa kemampuan akal manusia
lebih mempertekankan pada bentuk kerja sama dibandingkan dengan melakukan
konflik. Selain itu teori atau pendekatan ini juga menekankan pada kebebasan
berindividu. Teori atau pendekatan Liberalisme sendiri tidak hanya menganggap negara
saja yang menjadi aktor utama dalam lingkup Hubungan Internasional tetapi juga
beberapa aktor non negara serta aktor lain dalam HI antara lain seperti individu,
organisasi antar pemerintah dan non pemerintahan . Liberalisme juga memiliki
anggapan bahwa manusia memiliki sifat yang baik sehingga dalam HI sendiri akan

4|P ag e
tercapainya tedensi mengarah kerja sama dan menciptakan adanya suatu perdamaian
(Sorensen, 2013 : 150).

Menurut Dugis (2016), ditinjau kembali dari segi pengamatan historis,


Pendekatan atau teori Liberalisme ini pernah memperlihatkan dirinya sebagai teori atau
pendekatan yang mempunyai pengaruh yang intensif khususnya setelah Perang Dunia I
(1914-1918) berakhir. Dimana pada masa Perang Dunia I (1914-198), Amerika Serikat
dipimpin oleh presiden yang bernama Woodrow Wilson. Presiden ini berhasil
mendirikan salah satu bentuk konsep keamanan bersama yang bernama LBB (Liga-Liga
Bangsa). Hal itu merupakan salah satu bentuk atau suatu wujud dari konsep keamanan
bersama yang merupakan suatu usaha untuk mencegah terjadinya erang serta membuat
adanya perdamaian di seluruh tatanan dunia (Dugis, 2016 : 117).

Teori kritis juga merupakan teori atau pendekatan alternatif dalam studi ilmu
Hubungan Internasional. Teori atau pendekatan ini muncul dalam studi HI tepatnya
pada kisaran tahun 1980. Teori ini telah membuat bagian utama pemikiran yang lebih
luar yang dikenal sebagai area postpositivisme yang dimana memiliki upaya untuk
melawan serta mempertantang asumsi metateoritis dari pemikiran Hubungan
Internasional yang masih sifatnya tradisional serta berusaha untuk memberlakukan
artikulasi serta melalukan operasi pada berbagai prinsip serta persepsi yang berbeda-
beda (Sudiar, 2017 ; 25). Teori kritis merupakan teori atau pendekatan dalam HI yang
menekankan pada klaim normative tentang bagaimana dunia seharusnya. Teori atau
pendekatan ini mempertanyakan bagaimana dunia menjadi seperti itu serta mereka
cenderung peduli dengan perntanyaan tentang kekuasaan, ketidak setaraan serta
keadilan (Hadiniwata, 2017 : 200). Awal mula kemunculan dari teori atau pendekatan
Kritis ini disebabkan karena munculnya berbagai pendindasan, adanya ketidakadilan
alienasi serta hal lainnya yang muncul karena adanya Kapitalisme. Teori atau
pendekatan kritis ini memiliki suatu tujuan utama yang dimana tujuannya itu adalah
untuk menghilangkan berbagai bentuk dominasi serta mendorong kebebasan, keadilan
serta adanya rasa kebersamaan (Dr, 2017 : 75) .

Analisis Perbandingan Pendekatan Liberalisme dan Kritis Dalam Studi Kasus Krisis
Pengungsi Suriah (Syrian Refugee Crisis).

5|P ag e
Setelah penulis membahas mengenai awal mula munculnya krisis pengungsi di
Suriah serta pendekatan Liberalisme dan Kritis yang merupakan pendekatan alternatif
itu sendiri dalam studi HI. Maka dari ini penulis akan melakukan analisis perbandingan
pendekatan Liberalisme dan Kritis dalam studi kasus krisis pengungsi Suriah.
Berdasarkan analisa atau pandangan penulis sendiri jika dibandingkan keduanya teori
atau pendekatan Liberalisme dan kritis ini dua-duanya cocok penerapannya dalam studi
kasus krisis pengungsi Suriah (Syrian Refugee Crisis) ini alasannya mengapa?

Dimulai dari pendekatan Liberalisme dahulu, Karena dalam studi kasus ini ada
beberapa organisasi internasional serta aktor negara memberikan bantuan terhadap
pengungsi Suriah serta berupaya untuk mengatasi krisis Suriah sendiri yang menjadi
penyebabnya terjadinya krisis pengungsi Suriah itu sendiri sebagai upaya untuk
menyelesaikan masalah secara kooperatif sehingga menciptakan adanya perdamaian
tanpa melibatkan konflik. Seperti contohnya yang penulis bahas diatas bahwa dalam
mengatasi adanya krisis pengungsi Suriah tersebut dalam menangani permasalahannya
adalah ada salah satu organisasi internasional dan beberapa negara berupaya
menyelesaikan masalah tersebut yaitu UNHCR dengan cara memberikan bala bantuan
dalam mengatasi permasalahan tersebut serta aktor negara AS memberikan bala bantuan
sebagai bentuk kerja sama yaitu dana sebesar 800 dollar AS serta AS melakukan
negosiasi untuk menyelesaikan permasalahan konflik Suriah itu sendiri yang menjadi
penyebab munculnya krisis pengungsi Suriah itu sendiri di PBB bersama sekutu-
kutunya. Tidak hanya AS saja tetapi beberapa negara yang menjadi tuan rumah bagi
pengungsi Suriah seperti Turki, Lebanon, Irak, Yordania dan Mesir membentuk
negosiasi sebagai bentuk kerja sama untuk menyelesaikan krisis pengungsi Suriah
tersebut dengan mendirikan Jordan Compact, Lebanon Compact dan EU-Turkey
Statement. Kemudian, jika dilihat dari pendekatan teori Kritis itu sendiri tentu
jawabannya hampir setara dengan Liberalisme. Berdasarkan pandangan teori kritis,
beberapa negara serta organisasi internasional berusaha untuk menyelesaikan
permasalahan krisis pengungsi Suriah tersebut merupakan upaya untuk mendorong
keadilan serta rasa kebersamaan karena teori kritis dalam HI sendiri memiliki tujuan
untuk mendorong keadilan serta rasa kebersamaan. Selain itu kasus ini juga sesuai
dengan klaim normative yang dimana menjadi penekanan dari teori kritis itu sendiri
yang dimana negara-negara yang ada di dunia serta organisasi internasional ikut

6|P ag e
membantu menyelesaikan krisis Suriah ini sesuai dengan norma atau kaidah yang
berlaku.

KESIMPULAN

Kesimpulannya, Krisis Pengungsi Suriah merupakan salah satu krisis pengungsi


yang terjadi yang disebabkan adanya konflik di negaranya sendiri yaitu Suriah yang
dinamakan sebagai peristiwa konflik atau Perang Saudara Suriah (Syirian Civil War).
Konflik ini merupakan konflik yang disebabkan karena adanya ketidakadilan atau
ketidakdemokratisasi dalam pemerintah Bashar Al-Ashad yang dimana dengan
pemerintahannya yang bersifat diktaktor tersebut menyebabkan munculnya berbagai
aktor non negara baru serta mengungsinya warga Suriah akibat diberlakukan tindakan
kekerasan seperti pemerkosaan dan lain-lainnya oleh militer Suriah yang dipimpin serta
dikendalikan oleh rezim Bashar Al-Ashad itu sendiri. Pengungsi Suriah ini mengungsi
di beberapa negara dan salah satu negara yang menjadi 5 tuan rumah bagi pengungsi ini
adalah Irak, Yordania, Mesir, Lebanon dan Turki. Dari adanya krisis tersebut tentu
mengundang beberapa aktor negara serta aktor kelompok negara bangsa lainnya untuk
menyelasaikan permasalahan tersebut. Studi kasus ini berdasarkan analisis
perbandingan pendekatan Liberalisme dan Teori kritis tentu sangat cocok untuk
diterapkan karena kedua pendekatan ini jika dilakukan perbandingannya memiliki
tujuan yang sama dalam menyelesaikan krisis pengungsi Suriah tersebut yaitu untuk
menciptakan adanya keadilan dan perdamaian yang dimana hal tersebut dapat ditinjau
dari peran beberapa negara serta aktor negara bangsa dalam menyelesaikan kasus
pengungsi Suriah tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa kedua teori atau pendekatan
Liberalisme dan kritis ini pandangannya dalam studi kasus Syrian Refugee Crisis
perbandingannya adalah setara atau balance .

7|P ag e
DAFTAR PUSTAKA

3RP. (2015, December 30). Respone to the Syria Crisis : Regional Refuge & Resilience
Plan. Retrieved June 20, 2022, from 3RP: https://www.3rpsyriacrisis.org/

Antony, J. B. (2022, May 10). U.S Announces Additional Humanitarian Assistance for
the Syria Crisis Response. Retrieved June 20, 2022, from US Departement
State: https://www.state.gov/u-s-announces-additional-humanitarian-
assistance-for-the-syria-crisis-response-2/

Author, B. N. (2011, March 15). Why Has the Syria War Lasted for 11 Years?
Retrieved June 19, 2022, from BBC News: https://www.bbc.com/news/world-
middle-east-35806229

Author, U. (2016, March 18). Resettlement and Other Forms of Legal Admissions for
Syrian Refugees. Retrieved June 20, 2022, from UNHCR Officials:
https://web.archive.org/web/20160404042206/http://www.unhcr.org/52b2feba
fc5.html

Author, U. (2021, February 5). Syria Refugee Crisis Explained. Retrieved June 20,
2022, from USA for UNHCR : The UN Refugee Agency:
https://www.unrefugees.org/news/syria-refugee-crisis-explained/

Author, U. (2017, March 21). Syria Regional Regugee Response. Retrieved June 20,
2022, from UNHCR: https://data.unhcr.org/en/situations/syria

Dr, U. S. (2017). Dasar- Dasar Hubungan Internasional : Edisi Pertama. Jakarta: PT.
Desindo Putra Mandiri.

Dugis, V. (2016). Teori Hubungan Internasional : Perspektif - Perspektif Klasik.


Surabaya: Cakra Studi Global Strategis (CSGS).

Hadiniwata, B. S. (2017). Studi dan Teori Hubungan Internasional : Arus Utama,


Alternatif dan Refkektivis. Jakarta: PT. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Kasdi, A. (2018). Fundamentalisme dan Radikalisme dalam Pusaran Krisis Politik di


Timur Tengah. Jurnal Penelitian : Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat Insititut Agama Islam Negeri Kudus . Retrivied from :
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/jurnalPenelitian/article/view/4155

Sorensen, R. J. (2013). Introduction to International Relations : Theories and


Approaches Fifth Editions. United Kindgom: Oxford University Press.

Sudiar, S. (2017). Kontribusi Critical Theory Dalam Perkembangan Studi Hubungan


Internasional di Indonesia. Jurnal Dauliyah . Retrivied from :
https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/dauliyah/article/view/809

8|P ag e
Tsourapas, G. (2019). The Syrian Refugee Crisis and Foreign Policy Decision - Making
in Jordan, Lebanon and Turkey. Journal of Global Security Studies , 464-481.
Retrivied from : https://doi.org/10.1093/jogss/ogz016

9|P ag e

Anda mungkin juga menyukai