Terakreditasi A SK BAN-PT No. 451/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014: Skripsi
Terakreditasi A SK BAN-PT No. 451/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014: Skripsi
Terakreditasi A
SKRIPSI
Oleh
2012330163
Pembimbing :
Bandung
2015
SURAT PERNYATAAN
NPM : 2012330163
Dengan ini menyatakan bahwa seminar ini merupakan hasil karya tulis ilmiah sendiri
dan bukanlah merupakan karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
akademik oleh pihak lain. Adapun karya atau pendapat pihak lain yang dikutip, ditulis
Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab dan bersedia menerima
konsekuensi apapun sesuai aturan yang berlaku apabila kemudian hari diketahui
Kata Kunci: United Nations High Commissioner for Refugees, Pengungsi Suriah,
Syrian Refugees Crisis,
ABSTRAK
This study describes the efforts made by the United Nations High
Commissioner for Refugees (UNHCR) to address the problem of refugees from Syria
or Syrian Refugees Crisis. This study has a time span from 2013 to 2015 due to the
number of refugees which increased significantly in early 2013, due to the emergence
of new parties in the Syrian conflict. This study uses the theory of Liberalism
Institutional and some concepts such as Intra-State Conflict, Role of International
Organizations, Functions Intergovernmental Organization (IGO), Humanitarian
Assistance, and Partnership. In this study, the authors used qualitative research
methods. This type of research is focused on the descriptive explanations study
relating to UNHCR efforts for addressing the Syrian Refugee Crisis. Data collection
techniques used by the author are by literature study and assessment official data from
the UNHCR and other international organizations, books and journals related to this
research.
In this study, the authors found numbers of UNHCR efforts in handling
operations for Syrian Refugees. Efforts are being made among others in the field of
fulfillment of basic needs, Education, and Health Services. In this case, the UNHCR
also cooperates with several international organizations and Non-Governmental
Organizations (NGOs), such as UNICEF, WHO, IFRC, ICRC, ION, and several other
NGOs. Some of the obstacles were also identified in this study among others, the
existence of substantial distances between funds that must be fulfilled with the funds
that are available within the organization. The Syrian government's Neighboring
Countries reluctance to provide the assistance required to deal with the problems and
meet the needs of refugees under the assumption that the refugees are a threat to their
country. Syrian refugees who are still attending school and receiving aid agency access
to formal schools in the local area, have a significant disincentive effect on their
existence. Difficulties encountered among others in doing social and cultural
integration of the school environment because of language barriers, discrimination
against their existence as refugees, as well as challenges in the curricula study the
learning material that is very different from the country of origin curriculum.
Keyword: United Nations High Commissioner for Refugees, Pengungsi Suriah, Syrian
Refugees Crisis,
DAFTAR ISI
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
2.2.1. Refugees 7
2.2.2. Asylum-Seekers 7
2.2.5. Returnees 7
4.1.2.3. Pendidikan
4.1.2.4. Kesehatan
4.1.2.5. Hukum
4.2.1. UNICEF
4.2.2. WHO
4.2.3. ICRC
4.2.4. IFRC
4.2.5. IOM
4.1.6. NGO
BAB V. Kesimpulan
Bab I
Pendahuluan
memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kebutuhan mendasar warga negara yang perlu
dipenuhi oleh negara antara lain sebagai tugas utamanya antara lain adalah
mampu untuk memenuhi kelima hal tersebut, negara tersebut berpotensi menjadi
Failed State atau negara yang gagal dalam memberikan fasilitas dasar untuk hidup
bagi masyarakatnya1.
situasi yang kerap terjadi. Permasalahan tersebut cenderung disebabkan oleh adanya
perbedaan ideologi antar pihak yang bersangkutan. Konflik dapat terjadi secara
internal (dalam negeri) maupun dengan negara atau aktor lainnya. Contoh nyata
konflik di wilayah Timur Tengah dapat kita lihat pada aksi kekerasan di wilayah
Suriah dan Irak terkait masalah aktivitas ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) sejak
tahun 20132.
Situasi tersebut tentunya menimbulkan rasa tidak aman bagi warga sipil
sebagai pihak yang menerima dampak langsung dari konflik-konflik tersebut. Warga
sipil yang tidak lagi merasa aman untuk menetap akan keluar dari negaranya dan
1
George Sorensen and Robert Jackson, Introduction to International Relations : Theories &
Approaches. Oxford University Press. 2009 . hal. 7
2
Syria: The story of the conflict. BBC News. 11 Maret 2016. Tersedia pada
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-26116868 diakses 25 Februari 2016
mencari kenyamanan di wilayah atau negara lain. Masyarakat yang mencari keluar
dari negaranya ini umumnya dikatakan sebagai Refugees (Pengungsi) dan Asylum
Sesuai dengan pandangan Hak Asasi Manusia (HAM) secara universal dimana
manusia berhak untuk mendapatkan kehidupan yang layak dengan HAM sebagai
fundamental moral manusia4. Para korban tersebut memiliki hak untuk mendapatkan
tempat tinggal yang layak tanpa adanya suatu ancaman atau konflik seperti yang
terjadi di negara asal. Tetapi, proses perpindahan para korban tersebut bukanlah hal
yang mudah dilakukan dikarenakan sebuah wilayah maupun negara tidak dapat
dengan mudahnya memasukkan seseorang yang bukan berasal dari teritorialnya. Hal
tersebut dapat dipahami dikarenakan sesuai dengan Thomas Hobbes, Homo Homini
Lupus, dimana manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya5. Bagaimana pun juga
para korban tersebut merupakan orang asing bagi negara lain yang perlu direspon
kestabilan atau keamanan negara. Hal tersebut juga dipicu dengan adanya
Eropa7. Para pengungsi dapat dikatakan menjadi korban yang paling dirugikan
cenderung permanen tentunya menjadi pukulan tersendiri bagi mental mereka, dan
pencarian tempat menetap yang baru bukanlah persoalan mudah. Tidak heran para
3
UNHCR: Who We Help. Tersedia di http://www.unhcr.org/pages/49c3646c11c.html diakses pada
tanggal 28 Agustus 2015
4
David P. Forsythe. Human Rights in International Relations. Cambridge University Press, 2006, hal. 3
5
Carl Schmitt, The Leviathan in the State Theory or Thomas Hobbes, Westport: Greenwood Press,
1996, hal. 115
6
Xenophobia merupakan ketakutan terhadap individu, kelompok, maupun budaya asing didasari oleh
anggapan bahwa hal asing tersebut akan mengancam atau merusak sesuatu yang sudah ada atau stabil.
Fobia ini banyak dirasakan oleh negara-negara di benua Eropa seperti Perancis. Xenophobia semakin
parah setelah peristiwa penembakan Charlie Hebdo 7 Januari 2015 silam.
7
Guido Bolaffi, Dictionary of Race, Ethnicity & Culture, London: SAGE Publications, 2003, hal 83
pengungsi terlihat sebagai ‘pengemis’ tempat tinggal di sejumlah wilayah dikarenakan
Dilihat dari sejarahnya, para korban konflik seperti ini telah ada sejak jaman
terjadinya perang antar kerajaan dan perebutan wilayah di benua Eropa, begitu pula
pada Perang Dunia 1 dan 2 yang mengakibatkan ribuan orang kehilangan tempat
tinggal dan kewarganegaraan secara tidak langsung selama perang. Setelah Perang
Dunia 2, terdapat sekitar ratusan ribu hingga jutaan pengungsi yang berasal dari
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, sejumlah aktor selain negara seperti
individu, kelompok organisasi internasional, dan lain-lain, mulai diakui sebagai salah
satu pihak yang paling berpengaruh dalam peristiwa maupun perjanjian internasional.
Organisasi internasional terbukti menjadi salah satu aktor yang berpengaruh terhadap
menjadi sarana bagi setiap negara-negara masa kini dalam memutuskan suatu pilihan
formal yang dibentuk atas dasar adanya suatu perjanjian maupun traktat antar anggota.
Hal tersebut dapat dilakukan melalui perwakilan pemerintah atau tidak, dari sedikitnya
dua negara atau lebih dengan tujuan untuk mencapai kepentingan bersama
dijadikan negara sebagai salah satu instrumen untuk membantu negara dalam
8
Clive Archer. International Organizations. Routledge, 2001, hal. 35
Pada penelitian ini penulis menitikberatkan terhadap upaya dari organisasi
global.
Pada 18 Maret 2011, terjadi sebuah konflik di Suriah yaitu aksi protes oleh
Suriah. Pada hari berikutnya, terjadi penembakan terhadap orang-orang yang melayat
seluruh Suriah dan memicu reaksi masyarakat, hal tersebut menyebabkan sejumlah
mengakibatkan Suriah berada di dalam status perang sipil pada tahun 20129.
peristiwa tersebut, terjadi kontradiksi antara tanggung jawab negara yang seharusnya
membuat masyarakat merasa terancam. Para korban pun seharusnya masih menjadi
tanggung jawab negara, tetapi dilihat dari konflik Suriah, pemerintah seolah telah
lepas tangan dengan keadaan penduduk dan lebih mengutamakan kepentingan pribadi.
9
BBC: CBBC Newsround. What's happening in Syria?. 20 Februari 2015. Tersedia di
http://www.bbc.co.uk/newsround/16979186 diakses 28 Agustus 2015
Ketidakmampuan negara untuk memenuhi tugasnya dalam menjamin
Kawasan Timur Tengah sudah menjadi perhatian dari misi UNHCR terutama
di negara Suriah pada masa kini. UNHCR secara intens mengurusi permasalahan
pengungsi asal Suriah setelah keluarnya status Syrian Refugees Crisis pada tahun 2013
yang disebabkan oleh peningkatan jumlah korban konflik secara signifikan dalam
kurun waktu 1,5 tahun10. Krisis ini cukup menimbulkan masalah di wilayah Timur
Tengah, perairan Mediterania, serta wilayah Eropa yang akhirnya terlibat dikarenakan
kurangnya tempat dan dana untuk menampung jumlah pengungsi yang meledak.
Sejak Mei 2011, UNHCR telah menyediakan kemah pengungsian di Turki dan
seluruh Suriah yang ditangani oleh UNHCR dan jumlah pengungsi meningkat secara
signifikan menjadi 500.000 pada Desember 2012. Seiring berjalannya waktu, jumlah
pengungsi semakin lama semakin meningkat dengan pesat hingga mencapai 4,25 juta,
lebih dari setengahnya ialah anak-anak pada tahun 2013. Hal tersebut sudah cukup
pengungsi di negara-negara tetangga Suriah yaitu Irak, Lebanon, Yordan, dan Turki.
UNHCR pada akhirnya mengumumkan status Syrian Refugees Crisis secara global11.
Krisis tersebut semakin parah akibat terlibatnya wilayah Suriah dalam aktivitas
pemberontakan dan ISIS yang menyebar dari Irak pada tahun 2014. Hal tersebut
memicu terjadinya sejumlah konflik yang membuat sejumlah anggota militer dari
Amerika Serikat dan terjadi serangan langsung antar kedua belah pihak yang
10
Amnesty International. The Global Refugee Crisis: A Conspiracy of Neglect. Syria’s
Refugees.(London: Amnesty International. 2015)
11
UNHCR: Fact Sheet; Timeline and Figures Syrian Refugees Crisis
mengakibatkan Suriah berada dalam posisi ‘Perang dalam Perang’12 dan menambah
Hingga saat ini sekitar 4 juta pengungsi asal Suriah masih menunggu
penanganan dari pihak UNHCR, jumlah tersebut belum termasuk Internally Displaced
People (IDP) asal Suriah yang diperkirakan 6,5 juta jiwa di Suriah13. Beberapa negara
di Eropa telah menyisihkan sejumlah tempat di negaranya, akan tetapi hal tersebut
juga belum cukup untuk membendung banyaknya pengungsi maupun pencari suaka
asal Suriah. Akibat krisis tersebut, banyak pengungsi yang pada akhirnya berpencar ke
seluruh perairan Mediterania untuk mencari suaka dikarenakan tidak mendapat tempat
Dalam penelitian ini penulis membatasi analisa proses United Nations High
maupun di Eropa. Rentang waktu yang akan dianalisis adalah antara Januari 2013
hingga Desember 2015 dimana merupakan masa awal bermulanya konflik internal di
Suriah hingga meningkatnya jumlah pengungsi secara signifikan di tahun 2013, serta
penanganan secara global di tahun 2014 – 2015 setelah dikeluarkan status Syrian
Refugees Crisis.
“Apa Upaya United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) dalam
12
BBC News. Syria: The Story of the conflict. 12 Maret 2015. Tersedia di
www.bbc.com/news/world-middle-east-26116868 diakses pada tanggal 28 Agustus 2015
13
Syrian Refugees. A Snapshot of Crisis – in the Middle East and Europe. Januari 2013. Tersedia di
http://syrianrefugees.eu/ diakses tanggal 28 Agustus 2015
menangani Syrian Refugees Crisis di Negara Tetangga Suriah (Turki, Irak,
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya
tersebut.
Buku pertama ialah The Welfare of Syrian Refugees: Evidence from Jordan and
Lebanon. Merupakan buku terbitan resmi UNHCR serta hasil kolaborasi penelitian
dengan World Bank. Terdapat enam pengarang dalam penelitian ini antara lain Paolo
Verme (World Bank), Christina Wieser (World Bank), Kerren Hedlund (UNHCR),
Marc Petzoldt (UNHCR), dan Marco Santacroce (UNHCR). Di dalam buku ini
Sejumlah perpektif dari masing-masing juga dikatakan sebagai opini relevansi dengan
situasi di lapangan. Upaya sejumlah pihak seperti UNHCR, World Bank, pemerintah
setempat, serta NGO dalam penanganan pengungsi juga turut dipaparkan dengan
Buku kedua adalah Syrian refugees: Syrian refugees crisis: how it started, how
it developed and are future forecasts. Buku ini merupakan hasil karya penelitian
Thomas Thompson yang resmi diterbitkan pada 6 November 2015. Di dalam buku ini
dijelaskan secara deskriptif mengenai awal mula sejarah munculnya para pengungsi
mahasiswa fakultas hukum di Boston University pada tahun 2014. Penulis penelitian
tersebut antara lain Sarah Bidinger, Aaron Lang, Danielle Hites, Yoana Kuzmova,
Elena Noureddine, dan Susan M. Akram. Dalam jurnal ini dipaparkan secara
Amerika Latin, Kanada dan lainnya. Keadaan para pengungsi yang ditempatkan di
sejumlah negara-negara dekat Suriah antara lain Lebanon, Yordania, Mesir, dan
Turki juga turut dijelaskan secara rinci dari segi kebijakan tiap negara, aktor terkait,
setiap aktivitas tersebut dengan hukum, kebijakan, serta kesadaran global sebagai
dengan penelitian yang dikerjakan oleh penulis. Meskipun memiliki kesamaan, tapi
tentunya ada beberapa hal yang berbeda dan menjadi perbandingan antara penelitian
ini dengan sejumlah penelitian diatas. Pada buku pertama, penelitian tersebut berfokus
terhadap kesejahteraan pengungsi asal Suriah dalam cakupan yang dibatasi di wilayah
Yordania dan Libanon, sedangkan penulis memberikan limitasi yang lebih luas di
negara-negara Sekitar Suriah lainnya selain kedua negara tersebut. Fokus penelitian
penulis juga mengarah kepada upaya UNHCR untuk mencapai kesejahteraan bagi
para pengungsi.
Pada buku kedua difokuskan mengenai sejarah, perkembangan masa kini, serta
sedangkan di penelitian penulis sejarah dan pemaparan kondisi masa kini dijadikan
sebuah penerangan awal bagi pembaca untuk memahami situasi seperti apa yang
dihadapi para pengungsi serta penyebab terjadinya Syrian Refugees Crisis dengan
limitasi waktu tahun 2011 – 2015 dengan UNHCR sebagai obyek utama.
Dalam jurnal penelitian mahasiswa dan dosen dari Boston University lebih
berfokus kepada upaya perlindungan bagi para pengungsi melalui jalur hukum,
kebijakan, serta kesadaran global secara bersama, sedangkan dalam penelitian penulis
ketiga unsur tersebut dinilai sebagai salah satu instrumen penunjang upaya
acuan pemikiran untuk menganalisis sejumlah upaya yang dilakukan UNHCR dalam
Kerangka pemikiran yang digunakan penulis terdiri dari teori dan konsep dalam
konsep Partnership.
menciptakan harapan agar muncul perdamaian yang stabil.. Hal tersebut dapat kita
lihat dari perkembangan nyata European Union (EU) selama ini dimana organisasi
negara-negara sekitar14. Teori ini juga memaparkan seberapa besar lingkup kerjasama
institusi internasional terkait. Terdapat salah satu dimensi yang digunakan penulis
sebagai alat ukur terhadap organisasi yaitu Scope . Dimensi tersebut melihat dari
seberapa banyak jumlah isu di suatu area yang menjadi dasar berdirinya
Dalam kasus ini, konflik turut memainkan peranan penting sebagai salah satu
perbedaan kepentingan atau keyakinan dari kedua belah pihak atau lebih, dan aspirasi
tersebut tidak dapat dicapai secara bersamaan16. Pihak konflik terbagi atas Aktor
Negara (State Actor) dan Aktor Non-Negara (Non-State Actors). Kedua pihak tersebut
14
George Sorensen and Robert Jackson, Introduction to International Relations : Theories &
Approaches. Oxford University Press. 2009. Hal. 106
15
Ibid. Hal 106 paragraf 3.
16
Pruitt G. D. and Rubin Z. J.. “Social Conflict: Escalation, Stalemate and Settlement”. Random House,
New York. (1986).
kemudian dapat melakukan kontak yang bersifat mengancam, menyakiti,
● Intra-State Conflict atau konflik yang melibatkan negara maupun bukan negara.
separatis.
mengacu terhadap isu etnis, agama, bahasa, dan budaya. Apabila isu
globalisasi ini, akan tetapi bukan berarti mengalahkan kedaulatan suatu negara. Dalam
hal tersebut peranannya berupa sebagai arena, instrumen, dan aktor18. Peranan
organisasi internasional sebagai Arena dapat digunakan sebagai tempat bertemu bagi
17
I Nyoman Sudira, Teori Konflik Sebuah Penghampiran dan Dasar Pemahaman. Jurnal PACIS No.2
tahun 1 November 2003. Hal.58
18
Clive Archer. International Organizations. Routledge. London. 2001. Hal. 68 – 87.
19
Ibid.
mengangkat persoalan dalam negerinya, ataupun internal negara lain dengan tujuan
maupun paksaan dari luar organisasi, seperti keputusan UNHCR untuk menyelesaikan
permasalahan pengungsi secara independen tanpa adanya tekanan dari negara Suriah
itu sendiri21.
lebih dalam, kita harus mengerti lebih dahulu mengenai fungsi dari organisasi
Organizations (IGO) yang merupakan salah satu aktor dalam Global Governance.
20
Ibid.
21
Ibid.
22
Karens and Mingts. International Organizations : The Politics and Processes of Global Governance”.
United States of America : Lynne Rienner Publishers. 2004. Hal. 5
Mengalokasikan sumber daya, memberikan bantuan
Operational
teknis, dan penyebaran pasukan pembantu
bantuan (Humanitarian Aid) maupun nyata (Humanitarian Action) yang dibuat untuk
yang disebabkan oleh manusia itu sendiri atau bencana alam. Bantuan dapat diberikan
Organization (NGO), para sukarelawan, pendonor, dan penduduk lokal25. Dalam kasus
23
Karens and Mingts. Op.Cit. Hal 9
24
Heike Spieker. “The Right to Give and Receive Humanitarian Assistance.” International Law and
Humanitarian Assistance. Springer. Berlin. 2011. Hal. 7
25
Global Humanitarian Assistance. Defining humanitarian assistance. Tersedia pada
http://www.globalhumanitarianassistance.org/data-guides/defining-humanitarian-aid/ diakses 4 Maret
2016
ini, UNHCR sebagai institusi internasional yang memberikan bantuan terhadap
1. Humanitarian
harus diberikan bantuan dimanapun mereka berada sebagai tujuan dari aksi
dalam bidang apapun terhadap manusia yang berada dalam situasi konflik,
bencana alam, atau berada dalam keadaan darurat. Pihak yang terlibat dalam
2. Impartial
tiga elemen dasar untuk memperjelas pernyataan prinsip ni, antara lain:
● Non-Discrimination
● Proportionality
26
Simon Bagshaw. “What are Humanitarian Principles?”. OCHA. Juni 2012
Bantuan yang diberikan harus bersifat proporsional yaitu, sesuai dengan
apa yang dibutuhkan oleh para korban terkait dengan situasi yang
dihadapi.
● No Subjective Distinctions
3. Neutrality
Prinsip ini menyatakan bahwa pihak yang memberikan bantuan harus bersifat
kepada warga sipil yang menjadi korban bukan kepada anggota militant atau
lain tentunya tidak terlepas dari seluruh rangkaian kegiatan UNHCR. Untuk
dimana pihak-pihak yang memiliki kesamaan tujuan, pandangan, serta empati. Kerja
sama digunakan oleh pihak-pihak tersebut sebagai cara untuk saling melengkapi dalam
berupa kata – kata tertulis maupun lisan dari objek yang diamati. Dalam kasus
Teknik pengumpulan data di dalam penelitian ini melalui teknik studi pustaka.
penelitian.
Karya Ilmiah ini penulis menjadi lima bab, dimana lima bab ini membahas dan
Commissioner for Refugees (UNHCR) terhadap Syrian Refugees Crisis periode tahun
2011 – 2015.
BAB I – PENDAHULUAN
dan kegunaan penelitian yang dilakukan oleh penulis, kajian literatur, kerangka
pemikiran dan dasar konsep penelitian, metode penelitian dan teknik pengumpulan
data yang akan dilakukan, serta sistematika pembahasan yang berupa kerangka
penulisan.
29
J. W. Creswell, Qualitative Inquiry and Research Design, (California: Sage Publications Inc, 1998),
hal. 15.
BAB II – UNHCR dan REFUGEES
High Commissioner for Refugees (UNHCR) sebagai salah satu organisasi internasional
yang berpengaruh secara global di bidang kemanusiaan yaitu bagi para Refugees.
Tanggung jawab, birokrasi serta peranan organisasi dalam penanganan pengungsi turut
dipaparkan dalam bab ini, terutama relevansinya dengan permasalahan Syria Refugee
Pada bab III ini, penulis menggambarkan peliknya konflik Suriah yang
Refugees Crisis pada tahun 2013. Sebab, akibat, serta peranan para aktor dalam
Suriah (Turki, Libanon, Irak, Yordania). Kerja sama UNHCR dengan UNICEF, WHO,
ICRC, IFRC, IOM, beberapa NGO terkait turut dipaparkan sebagai pendukung
dalam upaya penanganan Syrian Refugees Crisis oleh United Nations High
BAB V – KESIMPULAN
Pada bab V ini, penulis memaparkan kesimpulan berdasarkan hasil temuan dari
penelitian yang telah dilakukan. Relevansi antara kerangka teori dan topik penelitian
Pasca berakhirnya Perang Dunia II, terdapat ratusan pengungsi tidak terurus
menyebar hampir ke seluruh wilayah Eropa Barat dan Tengah. Hal tersebut merupakan
nasib para pengungsi dan menjadi suatu isu internasional. Sejumlah organisasi pun
misi-misi kemanusiaan dan membantu para korban perang, konflik, serta bencana
alam yang berakhir menjadi seorang pengungsi. Hingga saat ini, United Nations High
Commissioner for Refugees (UNHCR) merupakan salah satu organisasi tertinggi dan
Dalam Bab ini, penulis akan menjelaskan perihal UNHCR sebagai Komisioner
Tinggi PBB yang memiliki mandat khusus untuk menangani permasalahan pengungsi
dalam skala global. Visi, misi, dan struktur dalam UNHCR juga menjadi salah satu
perhatian dikarenakan sebagai salah satu kunci keefektifan dan efisiensi dalam
tentunya memiliki suatu isu yang memicu pembentukannya, begitu pula dengan
UNHCR. Dalam sub-bab ini memaparkan latar belakang serta visi dan misi organisasi.
2.1.1 Latar belakang pembentukan UNHCR
Pada tahun 1921 Liga Bangsa-Bangsa (LBB) atau League of Nations mendirikan
Perang Dunia I.
memutuskan untuk mendirikan institusi pengungsi kedua yaitu High Commissioner for
Refugees Coming from Germany pada tahun 1933. Posisi High Commissioner
Serikat. Fokus utama badan ini ialah membantu pengungsi berlatar belakang Yahudi
lebih dari 80.000 pengungsi dalam kurun waktu 2 tahun.Akan tetapi beliau
yang sangat kecil dan terbatas, institusi ini akhirnya diberhentikan aktivitasnya dan
institusi semakin terbatas yang akhirnya diputuskan untuk diberhentikan pada tahun
membantu seluruh kelompok pengungsi di wilayah Eropa di masa Perang Dunia II.
Komite tersebut pada akhirnya diganti secara resmi menjadi International Refugee
berhenti dan digantikan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) atau United Nations
(UN) pada 24 Oktober 1945. Meskipun LBB gagal dan dibubarkan, 44 negara tetap
Akhirnya, setiap negara sepakat untuk membentuk suatu badan pengungsi yaitu
untuk menyediakan bantuan darurat bagi para pengungsi selama Perang Dunia II
berlangsung31.
Setelah Perang Dunia II berakhir, lebih dari 40 juta orang mengalami krisis
tempat tinggal dan terlantar di wilayah Eropa. Diantaranya terdapat sekitar 13 juta
orang berkebangsaan Jerman yang melarikan diri dari tentara Uni Soviet, 11.3 juta
buruh paksa, serta para korban perang dengan beragam latar belakang yang terlantar.
Selain itu terdapat jutaan orang yang berasal dari Rusia, Ukrania, Belarus, Estonia,
melarikan diri dari dominasi komunis yang dipaksakan oleh pemimpin Uni Soviet,
Josef Stalin. Sementara itu, perang sipil di Yunani dan konflik lainnya di bagian Eropa
Eropa juga mengalami permasalahan yang sama dimana jutaan warga asal Tiongkok
30
UNHCR, “An Introduction to International Protection : Protecting persons of concern to UNHCR”.
Office of the United Nations High Commissioner for Refugees. Switzerland. 2005. Page 5-6
31
Ibid.
32
UNHCR. “THE STATE OF THE WORLD’S REFUGEES 2000 : Fifty years of humanitarian action”.
Oxford University Press. 2000. Page 13
UNRRA memang berhasil dalam mengorganisir agensinya untuk
Perang Dunia II, tetapi banyak pengungsi yang enggan kembali dikarenakan tempat
asal mereka telah berubah secara drastis. Melihat banyaknya permasalahan pengungsi
Organization (IRO) pada tahun 1947. Institusi ini menjadi badan agensi internasional
resettlement34. Dikarenakan situasi politik Eropa di masa itu sedang tidak stabil,
kebanyakan pengungsi menolak repatriasi dan menetap di tempat lain. Pada akhirnya
IRO resmi dibubarkan pada tahun 1951 akibat kurangnya anggaran maupun
oleh The Office of The United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).
Organization (IGO) yang didirikan oleh sejumlah negara di Eropa terkait dengan
319 (IV) of the United Nations General Assembly Desember 1949.35 Pada awalnya
mencari solusi permanen terhadap para pengungsi dalam kurun waktu terbatas yaitu
tiga tahun. Selama tiga tahun tersebut UNHCR berhasil membuktikan secara
33
Kembalinya warga negara dari negara/wilayah asing yang pernah ditinggali ke negara asalnya.
34
Pemukiman kembali.
35
Resolusi yang dikeluarkan oleh PBB didasari kebutuhan dunia akan sebuah agensi khusus untuk
mengatasi permasalahan pengungsi. Terutama melihat kinerja IRO yang dinilai kurang efektif.
membuahkan hasil bagi UNHCR yaitu perpanjangan waktu penugasan serta meraih
Dalam suatu institusi tentunya memiliki visi dan misi sebagai acuan dasar dalam
bertindak. Visi dan misi dibutuhkan oleh UNHCR tentunya sebagai langkah awal
untuk menjalankan mandat dari PBB sebagai suatu organisasi humanis internasional
Visi utama UNHCR ialah melindungi hak asasi serta kesejahteraan para
pengungsi37. Untuk mencapai hal tersebut, UNHCR memiliki misi antara lain :
1. Memastikan bahwa setiap orang dapat menggunakan hak untuk mencari suaka
2. Membantu para pengungsi untuk kembali ke tempat asal mereka maupun yang
ingin bertempat tinggal di negara atau wilayah lain secara permanen dengan
alasan keamanan.
serta organisasi non-pemerintah demi terciptanya solusi yang efektif dan efisien
berdasarkan kebutuhan terlepas dari ras, agama, jenis kelamin, maupun pendapat
politik.
36
UNHCR, “An Introduction to International Protection : Protecting persons of concern to UNHCR”,
Op Cit, halaman 7-8.
37
UNHCR Global Appeal 2012 – 13. “Introduction : Mission Statement and Basic Facts”. UNHCR.
2012
38
Imparsial : bergerak di bidang kemanusiaan. Menjunjung kesetaraan serta hak asasi manusia.
5. Dalam semua aktivitasnya, UNHCR memberikan perhatian khusus terhadap
kebutuhan anak-anak serta menyuarakan kesetaraan hak untuk wanita dan anak
perempuan39.
UNHCR memiliki suatu mandat yang diberikan oleh PBB dan diadaptasi dari
Statuta dalam Resolution 428 (V) of 14 December pada General Assembly (GA) of the
United Nations di tahun 1950. Tugas organisasi secara jelas dicantumkan pada
auspices of the United Nations, to refugees who fall within the scope of the present
institusi dan negara, Statuta UNHCR yaitu Resolution 428 (V) of 14 December
lebih lanjut mengenai tugas nyata UNHCR juga turut dipaparkan. Poin tersebut antara
lain :
39
“Introduction : Mission Statement and Basic Facts”. UNHCR. Ibid.
40
Emergency Handbook. UNHCR's mandate for refugees, stateless persons and IDPs. UNHCR.
tersedia pada
https://emergency.unhcr.org/entry/55601/unhcrs-mandate-for-refugees-stateless-persons-and-idps
diakses 24 Agustus 2016
2. Melakukan sejumlah tindakan yang dapat dinilai dapat membantu serta
kondisi apapun.
pengungsi41.
menjadi landasan kegiatan dalam penanganan terhadap para pengungsi. Pertama, The
Hak dasar para pengungsi sebagai manusia serta kewajibannya untuk mengikuti
aturan di negara tempat mereka menetap turut dipaparkan dalam perjanjian tersebut.
41
Statute of The Office of The United Nations High Commissioner for Refugees. General Assembly
Resolution 428 (V) of 14 December 1950.
prinsip Non-Refoulement dimana negara tidak diperbolehkan untuk mengusir
maupun memulangkan para pengungsi secara paksa ke negara asal mereka. Konvensi
ini juga membedakan pihak yang dapat menjadi pengungsi hanyalah warga negara
biasa dan tidak terlibat dalam aksi militer maupun kejahatan lainnya yang dinilai
untuk bekerja sama memberikan sejumlah data terkait kondisi dan statistik
pengungsi, serta hukum, peraturan, dan keputusan yang diambil terhadap para
pengungsi43.
Dalam Konvensi 1951 maupun Protokol 1969 yang telah diadakan, UNHCR
berhasil mengait 147 negara secara resmi untuk bergabung dalam kerjasama
tersebut, UNHCR juga berhasil membuat perluasan mandat terhadap para pengungsi
yang melarikan diri ke wilayah atau negara lain dikarenakan adanya suatu konflik di
Governing the Specific Aspects of Refugee Problems in Africa (1969) dan Cartagena
mempunyai suatu birokrasi yang terstruktur dalam menjalankan badan organisasi. Hal
42
Convention and Protocol Relating to The Status of Refugees. UNHCR. hal.13 - 45
43
Ibid. hal. 46 - 52
44
OAU Convention Governing the Specific Aspect of Refugee Problems in Africa. UNHCR.
tersebut bertujuan agar operasi organisasi dapat bekerja secara optimal sesuai dengan
keseluruhan
dan luas, tentunya memiliki sistem birokrasi yang mendetail manajerisasi secara
informasi, sumber daya, maupun regional. Di dalamnya terdapat tujuh divisi besar
Divisi ini bertanggung jawab terhadap mobilisasi bantuan dalam bidang publik,
45
UNHCR Global Appeal 2015 Update.
Sumber: UNHCR Organization chart – Headquarters (Operational Support and Management)
Divisi ini berperan sebagai bantuan utama UNHCR dalam bidang mekanisme
logistik, serta pengadaan kontrak. Tujuan operasi dalam divisi ini ialah
melalui pemberian bantuan yang optimal secara efektif dan efisien dalam
46
Ibid. hal. 6
Sumber: UNHCR Organization chart – Headquarters (Operational Support and Management)
secara efektif, efisien, serta terencana. Mereka juga bertanggung jawab dalam
jawab mereka.
47
Bagian audit UN
48
Ibid.
Sumber: UNHCR Organization chart – Headquarters (Operational Support and Management)
penggunaan sumber daya manusia secara efektif, efisien, dan strategis untuk
menangani para subjek dalam situasi yang menantang sekalipun seperti situasi
49
Ibid. hal. 9
Sumber: UNHCR Organization chart – Headquarters (Operational Support and Management)
Divisi ini memiliki 3 pilar dalam melakukan tugasnya, yaitu: Kebijakan dan
kemanusiaan.
50
Ibid. hal. 10
Sumber: UNHCR Organization chart – Headquarters (Operational Support and Management)
51
Ibid. hal. 14
Sumber: UNHCR Organization chart – Headquarters (Operational Support and Management)
kualitas, integritas teknis, dan inovasi52 sesuai dengan situasi yang dialami dan
shelter dan pemukiman (kamp), respon lapangan, serta analisa serta mekanisme
bantuan.
ditujukan agar penanganan menjadi lebih terarah dan diterima oleh pihak yang tepat
yaitu orang yang memiliki urgensi untuk mendapatkan pertolongan. Status tersebut
antara lain :
52
Ibid. hal. 15
1. Refugees (Pengungsi)
The 1951 Refugee Convention : Relating to the Status of Refugees dimana terdapat
internasional di bawah payung hukum yang merupakan fasilitas khusus bagi para
pengungsi.
pengungsi seperti definisi diatas dan pengungsi resmi atau telah tercatat dalam
dokumen organisasi. Status pengungsi resmi dapat dimiliki melalui prosedur legal
penyaringan. Hal tersebut ditujukan agar para pengungsi yang telah resmi tercatat
memiliki data yang tepat maupun kemampuan yang memadai untuk beradaptasi di
tempat maupun wilayah baru di kedepannya. Manfaat dari status tersebut dapat dilihat
dari seorang pengungsi asal Cambodia bernama Vansak yang berhasil mendapatkan
53
Convention Relating to The Status of Refugees. “Text of The Refugee Convention 1951”. UNHCR.
1951. Article 1 (A). hal. 6
dalam kamp pengungsian untuk mengembangkan dirinya dan menciptakan sebuah
cara mereka keluar dari negara asal dan mencari perlindungan, akan tetapi definisi
pendataannya masih belum lengkap atau belum sepenuhnya disetujui oleh negara yang
akan dituju maupun dari negara asalnya. Singkatnya, para pengungsi yang belum
terdata secara resmi seperti para korban konflik asal Suriah yang melarikan diri secara
independen dari negaranya ke wilayah lain untuk mendapatkan tempat tinggal yang
aman.
3. Stateless People
Status ketiga ialah Stateless People yang berlandaskan The 1954 Convention
relating to the Status of Stateless Persons. Definisi Stateless People atau orang tanpa
54
Moulid Hujale. “From second displacement to successful careers: how resettled refugees integrate
into their new homes”. UNHCR Innovation. 27 Agustus 2015. Terdapat pada
http://innovation.unhcr.org/from-second-displacement-to-successful-careers-how-resettled-refugees-inte
grate-into-their-new-homes/ diakses tanggal 11 Desember 2016
55
UNHCR, “An Introduction to International Protection : Protecting persons of concern to UNHCR”,
Op Cit, halaman 13.
kewarganegaraan menurut isi konvensi tersebut ialah, “Seseorang yang tidak dianggap
sebagai warga negara oleh setiap negara di bawah operasi hukumnya.”56 Dapat
dikatakan bahwa orang tersebut sama sekali tidak memiliki perlindungan hukum dari
negara manapun maupun dianggap sebagai bagian dari suatu negara (warga negara).
Terdapat empat penyebab subyek memiliki status Stateless People antara lain :
yang keturunannya tidak diketahui dari mana kebangsaannya dan negara tempat
keturunan nasional.
2. Apabila seseorang berpindah dari negara asalnya ke negara lain dan tidak lulus
negaranya.
Dalam beberapa kasus, kelompok spesifik akan dibiarkan begitu saja tanpa
status atau meskipun negara baru tersebut menganggap orang-orang yang berada
faktor. Hal tersebut dikarenakan jangka waktu seseorang yang tinggal di negara
56
Convention relating to the Status of Stateless. “Text of the 1954 Convention relating to the Status of
Stateless Persons.” UNHCR. 1954. Article 1. Page 9
lain terbilang cukup lama maupun penghilangan secara sistemik menggunakan
lain di luar teritorial negara mereka bukanlah suatu pilihan dalam kasus ini. Contoh
konkrit terkait status ini dapat dilihat dari para korban konflik Suriah yang memiliki
dilemma dalam mencari lokasi aman untuk menetap sehingga cenderung terlantar di
5. Returnees
atas dua kategori antara lain, Returned Refugees (Repatriasi) yaitu para pengungsi
57
“Ending Statelessness”. UNHCR.org. terdapat pada http://www.unhcr.org/stateless-people.html
diakses pada 11 Desember 2016
58
OCHA. “Principles on Internal Displacement.” United Nations : Second Editions. 2004. Introduction
: Scope and Purpose (2)
yang awalnya berada di resettlement (pemukiman) maupun di daerah atau tempat di
luar negara asalnya, dikembalikan dikarenakan dinilai telah siap secara mental
IDPs yaitu para IDPs yang telah kembali ke wilayah asal atau tempat tinggal mereka
korban peristiwa genosida pada tahun 1994 di wilayah pemukiman Angola, akhirnya
Sebagai sebuah organisasi yang dinamis dan aktif, tentunya terdapat beberapa
59
UNHCR Statistical Online Population Database. “Sources, Methods and Data Consideration.”
UNHCR. 2013. http://www.unhcr.org/45c06c662.html#idps diakses 14 Februari 2016
60
Martim Empis Gray Pereira and Casilda Gil de Santivanes Finat. “Rwandan refugees head home after
a generation in Angola”. UNHCR. 22 Agustus 2016. Terdapat pada
http://www.unhcr.org/news/stories/2016/8/57bad29d4/rwandan-refugees-head-home-generation-angola.
html diakses tanggal 11 Desember 2016
assume the function of providing international protection,
under the auspices of the United Nations, to refugees who fall
within the scope of the present Statute and of seeking
permanent solutions for the problem of refugees by assisting
governments and, subject to the approval of the governments
concerned,private organizations to facilitate the voluntary
repatriation of such refugees,or their assimilation within new
national communities.”
(UNHCR’s Statute (UN General Assembly resolution 428(V)
of 14 December 1950)61
dan untuk memaksimalkan hal tersebut dapat dilakukan kerjasama dengan sejumlah
Hal inilah yang menjadi pendorong utama bagi UNHCR untuk melakukan sejumlah
upaya bagi para pengungsi Suriah dari awal munculnya pada tahun 2011 hingga
2015, terutama di tahun 2013 dimana angka pengungsi meledak dan dimulainya
diantaranya:
pelaksanaannya.
ekonomi dan sosial yang sebanding dengan warga negara tuan rumah.
61
An Operations Management Handbook for UNHCR’s Partners. “UNHCR’s MANDATE”. (UNHCR, Februari
2003)
3. Melindungi pengungsi dan orang yang mengajukan status pengungsi dari
3. Bantuan terhadap repatriasi harus memiliki prinsip utama yaitu timbal balik
secara sukarela.
62
Ibid.
63
Ibid.
4.1.2 Penentuan Status Pengungsi
wilayah yang lebih baik, warga negara Suriah harus terlebih dahulu menerima
pengungsi dikarenakan dengan memberikan data diri secara lengkap dan tercatat
secara resmi sebagai pengungsi. Perlindungan yang didapatkan antara lain adalah
penahanan di negara lain. Para pengungsi juga mendapatkan akses layanan maupun
bantuan dari UNHCR terkait kebutuhan mereka. Anak-anak juga diharapkan untuk
didaftarkan agar dapat terhindar dari potensial perekrutan militer sebagai tentara
anak. Tidak dipungut biaya apapun dalam proses ini dan para pengungsi yang
1. Registrasi
Para Asylum Seekers harus melakukan registrasi dengan cara mengisi formulir
Dalam formulir tersebut harus dilampirkan data diri secara lengkap supaya
pendataan nantinya dapat diproses dengan baik dan lengkap. Hal tersebut
berlaku bagi semua umur. Formulir tersebut dapat diambil di kantor, shelter,
2. Wawancara
Para Asylum Seeker kemudian akan melakukan wawancara bersama staf
3. Pengambilan Foto
Para Asylum Seeker akan dimintai foto sebagai data bentuk fisik untuk
memudahkan identifikasi.
4. Screening
Para staf kemudian akan melakukan seleksi terhadap formulir maupun hasil
5. Pengumuman
Bagi para Asylum Seekers yang dinyatakan lulus akan diproses pendataan serta
sertifikasi diri sebagai Refugee. Untuk para Asylum Seeker yang dinyatakan
seorang Refugee. Hal seperti ini biasanya terdapat kendala bahasa terutama di
bahasa Inggris.
6. Sertifikasi
Dalam proses sertifikasi ini para Refugee akan diberikan sertifikat resmi
sebagai kejelasan statusnya dan berada dalam tanggung jawab UNHCR serta
menetap sementara.
4.1.3 Program Solusi UNHCR
negara tersebut.
a. Repatriasi harus bersifat sukarela, tanpa paksaan dari pihak manapun yang
b. Adanya kejelasan yang tegas antar negara suaka dengan negara asal pengungsi,
baik dari segi penyediaan pergerakan dan situasi penerimaan. Hal tersebut dapat
dilakukan dimana saja dengan catatan membuat komisi 3 pihak antar kedua
Bantuan terhadap program ini dapat diberikan dari setiap pihak yang ingin
berkontribusi seperti negara suaka, negara asal, UNHCR, PBB, maupun pihak
64
kembalinya suatu warga negara dari negara asing yang pernah menjadi tempat tinggal menuju tanah
asal kewarganegaraannya
65
Ibid.
2. Local Settlement (Pemukiman Lokal)
negara asal atau negara lain yang menjadi tuan rumah merupakan solusi terbaik.
Akan tetapi, harus dengan persetujuan pemerintah negara tuan rumah yang
bersangkutan.
pedesaan
faktor-faktor yang ada seperti situasi para pengungsi, latar belakang mereka,
lokasi mereka dan situasi dari negara tuan rumah. Sebagai contoh:.
serta berbagi sumber daya dan infrastruktur yang tersedia. Hal ini kerap
terjadi di Afrika, terutama ketika para pengungsi milik kelompok etnis yang
sama dengan penduduk yang tinggal di daerah sekitar. Ketika terdapat angka
kepada pihak berwenang dari negara suaka melalui bantuan efektif dan
66
Ibid.
● (Planned) Local Settlement of Refugees in Rural Areas
dalam program ini seperti, bantuan keuangan UNHCR yang diberikan secara
dapat mencakup:
menghasilkan pendapatan.
para pengungsi untuk bertahan hidup serta meningkatkan kualitas hidup dalam
untuk dilakukan.
Negara dunia ketiga yang dinilai aman pada akhirnya menjadi solusi
Repatriation dan Local Settlement yang bersifat sebagai ‘hak’. Pengungsi yang
Pertemuan kembali dengan anggota keluarga juga menjadi salah satu alasan
dalam kriteria UNHCR, atau apabila hal tersebut merupakan jalan keluar
memiliki masalah medis, wanita yang berisiko, dan alasan kritis lainnya. Bagi
sebagai pihak yang dinilai membutuhkan perhatian khusus. Setiap upaya harus
pengungsi tetap tinggal di tempat yang berdekatan dengan negara asalnya. Hal
68
Penolakan terhadap keberadaan warga asing/pengungsi
tersebut dikarenakan apabila budaya di wilayah tersebut kurang lebih sama
Program tersebut melibatkan pergerakan yang semakin jauh dari letak geografis
negara asal para pengungsi, tetapi dapat menjadi kemungkinan solusi realistis
cukup lengang, akan tetapi permintaan kesesuaian lokasi juga besar. Terkait
kasus ini UNHCR akan terus melakukan proses diskusi dengan pemerintah serta
Resettlement69.
terbilang cukup kritis. Hal tersebut dikarenakan adanya kemungkinan bagi para
pengungsi untuk menggunakan berbagai macam alasan yang dinilai tidak relevan
agar tidak bermukim di tempat yang tidak diminati dengan situasi dimana tidak
69
Ibid.
Bab III
Suriah atau secara resminya dinamakan Syrian Arab Republic (Republik Arab
dari jajahan Perancis pada tahun 194670. Meskipun memiliki banyak kekurangan,
negara ini tidak takut untuk mengambil resiko dengan bekerja sama dengan
yang terarah serta kemajuan di bidang militer yang dapat melindungi masyarakat dan
memberikan bantuan kepada negara lain. Seiring berjalannya waktu muncul sejumlah
konflik internal maupun eksternal yang mengakibatkan kondisi negara menjadi tidak
stabil serta membuat masyarakat merasa tidak aman. Hal tersebut menjadi alasan dasar
Pada Bab III ini, penulis akan mendeskripsikan secara kronologis mengenai
Refugees Crisis.
70
The World Factbook. “Middle – East : Syria.” Central Intelligence Agency.
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/sy.html. Diakses 18 April 2016.
3.1. Konflik Suriah
aktor yang terlibat dalam konflik Suriah sebagai penerangan atas situasi yang dihadapi
Suriah adalah sebuah negara di wilayah Timur Tengah dengan luas 185.180 km2
yang berada di antara Laut Mediterania (barat), Turki (utara), Irak (timur), Yordan
(selatan), dan Libanon (barat daya). Suriah beribukota di Damaskus dengan total
populasi 21.053 juta jiwa pada tahun 201072, sebelum sejumlah konflik terjadi.
jihad ISIS (Islamic State of Iraq and Syria). Situasi ini membuktikan bahwa konflik Suriah
71
Kerangka Pemikiran. Hal.
72
World bank
73
BBC Middle East. “Syria: The story of the conflict” . BBC News. 11 Maret 2016. Tersedia pada
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-26116868 diakses pada 28 Oktober 2016
74
Kelompok etnis yang juga disatukan berdasarkan latar belakang keagamaan.
Sumber : http://www.freeworldmaps.net/asia/syria/
Konflik Suriah mulanya dipicu karena adanya korban jiwa seorang anak
membuat suatu graffiti75 berslogan revolusioner di daerah selatan kota Deraa, Suriah
pada bulan Maret 2011. Tindakan para remaja tersebut dilandaskan oleh pengaruh
gelombang revolusioner Arab Springs atau Kebangkitan Dunia Arab76 yang marak di
sebagai aksi protes kepada pemerintah atas peristiwa Hamza77. Akan tetapi, pihak
keamanan melakukan penembakan dan kekerasan yang memakan korban jiwa sebagai
respon kepada para demonstran. Tragedi ini kemudian memicu aksi protes secara
75
Mural
76
Munculnya gelombang revolusi maupun pemberontakan di negara-negara wilayah Timur Tengah
sejak 18 Desember 2010 untuk menggulingkan pemerintahan. Masyarakat memegang peranan penting
dalam pemberontakan tersebut dikarenakan merasa dikecewakan oleh pihak pemerintah yang cenderung
otoriter, aktivitas korupsi yang tinggi, serta banyaknya ketidakadilan.
77
AL JAZEERA : MIDDLE EAST. Syria's Civil War Explained. 24 Mei 2016. Tersedia di
http://www.aljazeera.com/news/2016/05/syria-civil-war-explained-160505084119966.html diakses
pada tanggal 20 Agustus 2016
nasional. Demonstrasi pun kembali dilakukan secara besar-besaran yang direspon
dengan senjata dan kekerasan oleh pihak keamanan. Serangan tersebut mengubah
masyarakat serta pribadi presiden yang dinilai sebagai diktator berdarah dingin dalam
rezimnya.
Akhirnya pada bulan Juli 2011 sejumlah masyarakat dan tentara di seluruh
Suriah turun ke jalan untuk melancarkan serangan balik terhadap pemerintah78. Sejak
itulah konflik Suriah meledak secara besar-besaran dari berbagai sisi dan menjadi awal
lahirnya pengungsi asal Suriah. Presiden Barack Obama kemudian meminta Assad
untuk mengundurkan diri dan membekukan aset pemerintah Suriah pada di bulan
Agustus79.
konflik antara pihak pemerintah dan oposisi. Sebuah kelompok oposisi terbesar saat
itu ialah Pasukan Pembebasan Suriah (Free Syrian Army) yang kebanyakan berasal
dari kalangan militer Suriah serta kelompok-kelompok oposisi kecil lainnya. Sejumlah
serangan dilakukan untuk memukul mundur pihak pemerintah seperti yang terjadi di
kota Homs pada bulan Februari 2011 yang memakan korban jiwa sekitar 300 orang80
78
Reese Elrich. “INSIDE SYRIA : The Backstory of Their Civil War and What the World Can Expect”.
Prometheus Books, 2014, Chapter 5, page 26
79
Independent Staff: Middle East. “Syrian civil war timeline: Tracking five years of conflict”.
INDEPENDENT. 14 Maret 2016.
Tersedia pada
http://www.independent.co.uk/news/world/middle-east/syrian-civil-war-timeline-tracking-five-years-of-
conflict-a6929411.html diakses 2 Oktober 2016
80
Martin Chulov dan Paul Harris.” Syria: '300 killed' as regime launches huge attack on besieged city of
Homs”. The Guardian. 4 Februari 2012. Tersedia pada
https://www.theguardian.com/world/2012/feb/05/syria-homs-hundreds-dead-barrage diakses 2 Oktober
2016
yang kebanyakan adalah penduduk sekitar. Hal serupa juga terjadi di wilayah
memutuskan untuk turun tangan. Pada 12 April 2012, diadakan sebuah pertemuan
untuk usulan perdamaian dengan gencatan senjata antara pihak oposisi dengan
the United Nations81 Bernama Kofi Annan. Peranan beliau dalam pertemuan tersebut
adalah sebagai perwakilan khusus UN–Arab League Joint Special Representative for
Syria82. Sayangnya, rencana tersebut gagal total dikarenakan tidak adanya kesepakatan
antara kedua belah pihak beserta masih adanya serangan aktif di berbagai daerah
selama berlangsungnya pertemuan tersebut. Awal Juni 2012, Misi Perdamaian PBB di
Suriah akhirnya ditarik dan sejumlah rencana diberhentikan karena dinilai tidak
efektif. Kofi Annan juga turut mengundurkan diri dalam misinya untuk Suriah di
bulan Agustus 2012. Sejak saat itu PBB serta Palang Merah Internasional resmi
menyatakan bahwa Suriah berada dalam situasi Civil War atau Perang Saudara83.
Situasi tersebut membuat masyarakat merasa tidak aman dikarenakan serangan yang
bisa spontan terjadi dimana saja dan kapan saja tanpa dan seolah tidak ada
yang ikut ambil bagian menjadi salah satu alasan seperti kelompok Syiah Islam,
Hezbollah sebagai dukungan kepada Presiden Basher al-Assad, Jihadis Islam yaitu
Al-Nusra dan Islamiq State of Iraq and the Levant (ISIS) yang beraliran Sunni Islam,
seerta kaum Kurdi di daerah utara Suriah. Keberadaan mereka yang juga turut saling
81
Jenderal Sekertaris 7 Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)
82
Perwakilan Khusus PBB – Liga Arab Bersama untuk Suriah
83
Amnesty International. “DEADLY REPRISALS: Deliberate, Killings, and Other Abuses by Syria’s
Armed Forces”. United Kingdom: Amnesty International. 2012
bertikai membawa Suriah kedalam ‘War on War’ dikarenakan konflik menjadi tidak
semata-mata antara pemerintah dan oposisi, tetapi juga ethno-religi antara dua aliran
islam yang berbeda. Sebuah serangan senjata kimia diluncurkan di daerah Ghouta,
Damaskus menjadi salah satu sorotan utama di masa itu. Peristiwa tersebut
mengakibatkan korban jiwa sekitar 1.400 orang serta luka-luka Serangan dari
pemerintah Suriah tersebut sangat dikecam secara internasional terutama dari pihak
PBB dan Amerika Serikat84. Merasa sama sekali tidak ada harapan lagi untuk menetap
di Suriah, para penduduk memutuskan untuk melarikan diri keluar demi bertahan
hidup.
Sumber :
http://cdn.static-economist.com/sites/default/files/imagecache/original-size/images/print-edition/20150926_MAM9
21.png
84
CNN Library. “Syrian Civil War Fast Facts. CNN. 26 September 2016”. Terdapat Pada
http://edition.cnn.com/2013/08/27/world/meast/syria-civil-war-fast-facts/ diakses 2 Oktober 2016
Berdasarkan Gambar 3.3 dapat terlihat betapa hampir seluruh tempat di Suriah
dikuasai oleh berbagai pihak, tidak heran apabila sebagian besar masyarakat Suriah
merasa tersudut dan melarikan diri dari negaranya. Sekitar 2.000.000 pengungsi asal
Situasi Syrian Refugee Crisis akhirnya disuarakan secara Global oleh UNHCR.
semakin meningkat dengan terlibatnya sejumlah angkatan bersenjata dari luar seperti
Rusia, Iran, Turki, Perancis, dan Negara lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa
mereka juga membantu memberantas pihak-pihak yang merusak Suriah seperti ISIS
yang semakin menguasai secara luas dan menjadi ancaman internasional, akan tetapi
jatuhnya korban dari para penduduk sekitar tidak lagi dapat dihindari. Situasi inilah
yang menjadi salah satu penyebab meningkatnya angka pengungsi asal Suriah secara
Sesuai dengan keterangan konflik dalam kerangka pemikiran, terdapat dua aktor
yang terlibat dalam Intra-State Conflict di Suriah. State-Actors yang terlibat antara
lain :
1. Pemerintah Suriah
Sejak tahun 1970 hingga saat ini, pemerintahan Suriah didominasi oleh
dasar kekuasaan yang kuat sejak awal kedudukannya sebagai presiden. Karir
pemerintahan Suriah seolah menjadi suatu kerajaan yang diduduki oleh keluarga
Klientelisme8586.
yang dijalan Bashar pun tidak jauh berbeda dengan Hafez, hal inilah yang
Alawi87, mereka menganggap rezim ini dapat menjadikan Syria sebagai negara
yang sekuler.
Saudi, Jerman)
mereka menilai apabila rezim Assad mundur akan membuat intensitas konflik
Suriah sangat jauh berkurang dan menurunkan angka pengungsi sehingga fokus
85
Sebuah sistem politik yang didasarkan pada hubungan pribadi daripada manfaat pribadi.
86
ARK Group DMCC. “The Syrian conflict:A systems conflict analysis”. February 2016. ARK. Hal.19
87
Alawi : Sebuah bagian dari agama Islam aliran Syiah yang dianut oleh keluarga Assad, Penganut
agama ini menjadi salah satu Ethno-religi di Suriah. Merupakan aliran Islam yang cenderung sekuler
memiliki unsur ajaran yang terdapat juga dalam agama lain. Aliran ii sangat ditentang oleh Sunni Islam
dikarenakan bagi mereka aliran ini sesat dan tidak sesuai dengan Islam yang sebenarnya.
terkait juga membantu secara militer maupun politik terhadap para kelompok
Gambar 3.3 Bagan prioritas sejumlah State-Actors dan Non-State Actors terhadap
Konflik Suriah.
Sumber :
http://www.businessinsider.co.id/cheat-sheet-key-players-in-the-syria-conflict-2015-11/?r=US&IR=T#l8MzvG4Xpj
HkccBz.97
Relasi Rusia dan Iran dengan Suriah sesungguhnya sudah terjalin lama,
instalasi Angkatan Laut Rusia di pelabuhan Tartus yang dinilai juga strategis
akses perdagangan Rusia dari Laut Hitam ke pasar Asia Timur melalui Terusan
Suez (Suez Canal) dan Samudera Hindia, serta peran Suriah sebagai produsen
utama peralatan militer Rusia sejak awal Perang Saudara (Civil War) 88.
Kepentingan dari pihak Iran secara ekonomi tidak jauh beda dengan Rusia,
akan tetapi yang memegang penting keputusan untuk mendukung karena Suriah
merupakan salah satu negara pertama yang mengakui Republik Islam Iran pada
tahun 1979 serta sejumlah bantuan yang diberikan untuk Iran di tahun-tahun
maupun militer terhadap pemerintah Suriah, akan tetapi mereka satu suara
memang memainkan arena yang lebih luas secara nasional maupun internasional, akan
tetapi keberadaan Non-State Actors juga menjadi salah satu penyebab dinamika
kompleksitas konflik Suriah yang terbilang sebagai Civil Wars di lapangan. Non-State
Pada akhir Juli 2011, Kolonel Riad Asaad, bersama dengan enam perwira
Pasukan Pembebasan Suriah (Free Syrian Army) dari sebuah kamp pengungsi
88
ARK Group DMCC. Op.Cit. hal. 26
89
Ibid.
90
Joseph Holliday. “MIDDLE EAST SECURITY REPORT 3 : Syria’s Armed Opposition”. Washington
DC : Institute for the Study of War. 2012. Hal. 14
menjadi pentolan pergerakan kelompok-kelompok oposisi di Suriah dan salah
perlawanan kepada pihak pemerintah melalui cara militer dan bertujuan untuk
jihadis yang mendominasi sejumlah wilayah di Suriah pada masa itu (Al-Nusra
dan ISIS)91. Hingga saat ini masih menjadi perdebatan apakah kelompok ini
Kurdi
Demokrasi (Partiya Yekîtiya Demokrat). Unit ini didominasi oleh orang Kurdi
wilayah utara Suriah pada tahun 201292. Pada kenyataannya Kelompok ini
91
Souad Mekhennet. “Are the terrorists fighting us now? We just finished training them”. The
Washington Post. 18 Agustus 2014.
Tersedia pada
https://www.washingtonpost.com/posteverything/wp/2014/08/18/the-terrorists-fighting-us-now-we-just-
finished-training-them/?utm_term=.a6d88205904f . Diakses 28 September 2016
92
BBC NEWS MIDDLE EAST. “Guide to Syrian Rebels”. BBC. 13 Desember 2013. Tersedia pada
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-24403003 Diakses 28 September 2016
untuk mempengaruhi seluruh kaum kurdi di dunia serta pihak luar untuk
membantu mereka.
tahun 2011 dengan bantuan kelompok Islamic State of Iraq (ISI) yang
Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) atau Islamic State of Iraq and the
Levant (ISIL) dibentuk secara resmi pada April 2013 sebagai perkembangan
(ISI) sejak tahun 2003. Memiliki prestasi yang cukup besar dalam menjalankan
Suriah dan merubah nama menjadi ISIS dengan penambahan ‘Syrian’ (Suriah)
Sebagai kelompok yang memiliki sejarah, visi, misi, tujuan yang sama, serta
93
Ibid.
94
BBC NEWS MIDDLE EAST. “Syria Iraq: The Islamic State militant group”. BBC. 2 Agustus 2014.
Tersedia pada http://www.bbc.com/news/world-middle-east- 24179084 Diakses 28 September 2016
95
Holly Yan. “What's the difference between ISIS, al-Nusra and the Khorasan Group?”. CNN. 24
September 2014. Terdapat pada
http://edition.cnn.com/2014/09/24/world/meast/isis-al-nusra-khorasan-difference/ diakses 28 September
2016.
pada tahun 2013 dan terjadi perselisihan antara kedua kelompok tersebut
Hingga detik ini, seluruh aktor yang dipaparkan di atas baik State-Actors
maupun Non-States Actors masih memainkan peranan dalam dinamika konflik Suriah.
Setiap tindakan yang diambil salah satu aktor akan memicu respon dari aktor lainnya
terutama kepada pihak para pengungsi yang menjadi korban dalam konflik ini.
Situasi yang tak kunjung mereda dan semakin memanas dengan munculnya
beberapa aktor baru yang menjadi pemicu kelanjutan konflik, menjadi salah satu
faktor utama tidak adanya jaminan rasa aman di negara Suriah. Merupakan hal yang
lazim bagi para penduduk Suriah untuk melarikan diri ke wilayah lain di luar negara
otoriter sesuai dengan pemaparan diatas tentunya sudah sangat dikenal oleh
masyarakat Suriah. Peristiwa kekerasan dan aksi bersenjata terhadap para demonstran
secara nasional di tahun 2011 menjadi suatu peringatan besar bahwa hidup mereka
tidak akan aman lagi. Sejumlah orang kemudian memutuskan untuk mengungsi dari
rumah maupun kota asal mereka menuju tempat perlindungan (shelter), penampungan
(kamp) pengungsi atau wilayah yang dinilai aman. Inilah titik awal munculnya
yang tercatat dalam data UNHCR di Suriah, akan tetapi angka tersebut kemudian
menurun. Penurunan diakibatkan adanya rasa tidak aman untuk tetap tinggal dalam
teritorial Suriah96. Hal itu terbukti dengan banyaknya serangan lapangan antara pihak
di wilayah kamp pengungsi, seperti yang terjadi di kamp pengungsi asal Palestina97 di
Provinsi Latakia yang turut terkena serangan militer pada agustus 201198. Oleh
Pada tahun 2013 jumlah pengungsi asal Suriah yang tersebar di seluruh Negara
96
UNHCR Syria. Op.Cit. Paragraf 3
97
Para pengungsi asal Palestina yang kehilangan tempat tinggalnya akibat konflik pada tahun 1948
antara Palestina dan Israel.
98
Syria : Thematic Reports. “Palestinians from Syria : Syria Needs Analysis Project – March 2014”.
ACAPS. 2014. Hal.6
Dapat di dilihat pada file:///C:/Users/asus/Desktop/14_palestinians_from_syria_march_2014.pdf
Sumber :
https://d2zyf8ayvg1369.cloudfront.net/sites/default/files/styles/imagestack/adaptive-image/public/MercyCorps_Syr
iaCrisisRefugeesGraph_0215.jpg
ISIS yang berhasil menguasai sebagian besar wilayah timur Suriah yang berbatasan
dengan Irak hingga ke bagian tengah. Aksi bersenjata maupun aktivitas harian kedua
kelompok terkait di lapangan kerap berunsur kekerasan yang memakan korban jiwa
dan luka-luka. Hal tersebut memperkeruh mental masyarakat menjadi tidak adanya
lagi harapan hidup untuk tinggal dan akhirnya memutuskan untuk mengungsi keluar
sasaran empuk bagi para pengungsi. Selain dikarenakan kedekatan jarak dengan
penampungan dinilai dapat memenuhi kebutuhan mereka. Oleh karena itulah, terjadi
jalan keluar terhadap kenaikan angka pengungsi yang sangat drastis terutama di
‟We are doing everything we can to help, but the international humanitarian
Guterres, High Commissioner for Refugees, 2013). Hal ini diutarakan oleh beliau pada
6 Maret 2013 saat angka pengungsi asal Suriah telah mencapai 1 juta orang100. Dari
pernyataan tersebut dapat kita simpulkan bahwa mereka sudah cukup kewalahan dalam
sekaligus menyatakan secara global situasi Syrian Refugees Crisis. Pada kenyataannya,
mereka sudah kehabisan akal dengan cara mengendalikan maupun menangani jumlah
penanganan para pengungsi. Kurangnya dana juga menjadi salah satu permasalahan
99
Leo Dobbs dan Adrian Edwards. “UNHCR and host countries to push for greater international help
on Syrian refugees”. UNHCR. 4 September 2013. Terdapat pada
http://www.unhcr.org/news/latest/2013/9/522756779/unhcr-host-countries-push-greater-international-he
lp-syrian-refugees.html diakses 1 Oktober 2016
100
UNHCR Story. “Number of Syrian refugees reaches 1 million mark”. UNHCR. 11 Maret 2013.
Terdapat pada http://www.unhcr.org/turkey/home.php?lang=en&content=441 diakses 1 Oktober 2016
101
UN News Centre. “UN agency joins Syria’s neighbors in plea for greater international support to the
region”. UN. 4 September 2013. Terdapat pada
http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=45773#.WA-TPC197De diakses pada 1 Oktober 2016
Satu-satunya cara terampuh untuk menyelesaikan permasalahan Syrian Refugee Crisis
lazim dialami oleh para korban perang, begitu pula dengan para pengungsi Suriah.
Dilema untuk tetap mempertahankan tempat tinggal dan bertahan hidup merupakan
pilihan yang sangat berat di masa awal pecahnya konflik Suriah. Terdapat sejumlah
Kondisi para pengungsi pada tahun 2011 – 2012 dapat dikatakan cukup
terkendali. Dari segi pangan, nutrisi para pengungsi cukup terpantau dengan adanya
sejumlah kerjasama penanganan dari pihak UNHCR dengan United Nations Children's
dari fisik, mental, serta pemberian vaksin diberikan kepada setiap pengungsi. Hal
Sarana berkegiatan juga turut disediakan yaitu antara lain keterampilan serta
yang terutama edukasi bagi anak-anak dan pelajar. Tidak sedikit para pelajar aktif di
102
Ibid.
103
UNHCR Report. “SYRIA REGIONAL REFUGEE RESPONSE : Jordan, Lebanon, Iraq, Turkey”.
UNHCR. 7 September 2012
104
Ibid.
Suriah yang terpaksa meninggalkan sekolah mereka dikarenakan bahaya yang
dan Yordania merupakan contoh Negara yang memberikan kesempatan yang cukup
Gambar 3.5: Tabel Jumlah Pelajar Suriah yang Masuk ke Sekolah Formal
di Lebanon
Sumber : WIDENING ACCESS TO QUALITY EDUCATION FOR SYRIAN REFUGEES: THE ROLE OF PRIVATE
AND NGO SECTORS IN LEBANON (2014). Hal. 16
Al-Qaim, Irak, beberapa NGO, UNICEF, dan UNHCR turut membantu pembangunan
seperti sarana olahraga, pengajaran bahasa, pelatihan keterampilan, serta seminar dari
105
Xanthe Ackerman. “Education for Syrian Refugees in Turkey – Beyond Camps”. BROOKINGS. 17
Januari 2014. Terdapat pada
https://www.brookings.edu/blog/education-plus-development/2014/01/17/education-for-syrian-refugees
-in-turkey-beyond-camps/ diakses pada 1 Oktober 2016
106
UNHCR Report. Loc. Cit. hal.4
pihak UNHCR maupun NGO lainnya107. Aktivitas-aktivitas seperti ini diperuntukkan
terutama kepada para pengungsi yang masih merasa trauma akibat konflik yang
dialami agar dapat berpikir lebih positif dan optimis. Bahasa juga dianggap penting
dikarenakan keberadaan mereka sebagai pihak asing agar dapat bertahan hidup
Akan tetapi, kondisi diatas berubah drastis mulai tahun 2013 dimana pecahnya
Perkiraan jumlah pengungsi yang sebelumnya maksimal 500 orang setiap minggunya,
menjadi 100 orang dalam sehari. Sejumlah fasilitas pengungsian yang tersedia tidak
sejumlah penampungan.
Para pengungsi yang merasa putus asa akhirnya dengan sembrono menyebrangi
laut Mediterania dengan harapan adanya kualitas hidup yang lebih baik di benua
Eropa. Benua Eropa terlihat menjanjikan bagi para pengungsi melalui media (cetak
dan elektronik), serta kabar antar pengungsi. Terdapat sebuah berita bahwa para
pengungsi yang berhasil sampai ke Austria dan Jerman diterima dengan tangan
kesempatan bagi mereka untuk menetap di Negara yang dinilai mampu menawarkan
107
Rachel Obordo. “Teaching refugees languages: 'No specific skills required, just a desire to help and a
friendly smile”. The Guardian. 11 September 2015. Tersedia pada
https://www.theguardian.com/world/2015/sep/11/teaching-refugees-languages-no-specific-skills-require
d-just-a-desire-to-help-and-a-friendly-smile diakses 1 Oktober 2016
108
Quick Facts. “QUICK FACTS: WHAT YOU NEED TO KNOW ABOUT THE SYRIA CRISIS”. Mercy
Corps. 13 Agustus 2016. Tersedia pada
https://www.mercycorps.org/articles/iraq-jordan-lebanon-syria-turkey/quick-facts-what-you-need-know
-about-syria-crisis diakses 3 Oktober 2016
kombinasi keselamatan, prospek kerja dan pendidikan layak.109. Memang ada beberapa
negara yang mau menerima mereka seperti Jerman, Swedia, Perancis, Inggris, dan
Denmark, akan tetapi tidak sedikit juga Negara yang menolak keberadaan mereka.
Peristiwa pengusiran dengan meriam air dan gas air mata di Hungaria. Pengungsi yang
merasa ditolak membalas tindakan tersebut dengan melemparkan batu kepada pihak
berwenang110. Hal ini dinilai menjadi permasalahan baru bagi para pengungsi dan
Secara keseluruhan, kondisi yang diterima para pengungsi pada tahun 2013 -
angka pengungsi menjadi salah satu faktor utama yang memperkeruh situasi Syrian
Refugee Crisis.
109
Melissa Fleming. “Six reasons why Syrians are fleeing to Europe in increasing numbers”. The
Guardian. 25 Oktober 2015.
110
Human Rights. “Hungary fires tear gas, water cannons at refugees”. ALJAZEERA.
Terdapat pada
http://www.aljazeera.com/news/2015/09/hungary-tear-gas-water-cannon-refugees-150916140918312.ht
ml diakses 2 Oktober 2016
Bab IV
UPAYA UNHCR TERHADAP PENANGANAN
SYRIAN REFUGEES CRISIS 2011-2015
orang dari Suriah melarikan diri dari negaranya dikarenakan kondisi mereka yang
jawab terhadap hidup mereka, justru menjadi salah satu musuh serta pengancam
keselamatan hidup mereka. Oleh sebab itu, merupakan hal yang lazim bagi para
wilayah luar Suriah dikarenakan adanya kedekatan jarak dengan negara asal. Selama
konflik berkelanjutan tersebut tidak berakhir, begitupula angka krisis pengungsi asal
tugasnya sesuai dengan visi, misi, serta amanat yang diemban sebagai tanggung jawab
menyatakan bahwa Syrian Refugee Crisis ialah krisis kemanusiaan serta permasalahan
pengungsi terbesar di masa kini dan hal ini membutuhkan dukungan dari kita semua di
seluruh dunia111. Oleh karena itu, UNHCR selaku organisasi yang berperan sebagai
memenuhi kebutuhan para pengungsi, terutama kebutuhan dasar. Hal tersebut sesuai
111
United Nations. “Syria conflict at 5 years: the biggest refugee and displacement crisis of our time
demands a huge surge in solidarity”. (UNHCR: 15 Maret 2016) terdapat pada
http://www.unhcr.org/news/press/2016/3/56e6e3249/syria-conflict-5-years-biggest-refugee-displacemen
t-crisis-time-demands.html diakses tanggal 25 November 2016
dengan konsep kemanusiaan dimana setiap orang berhak mendapatkan haknya untuk
menunjang hidup.
Pada Bab IV ini, penulis akan membahas sejumlah upaya yang dilakukan
UNHCR untuk menangani Syrian Refugee Crisis di negara tetangga Suriah yaitu
Turki, Irak, Libanon, dan Yordania pada tahun 2013 – 2015, serta bentuk kerjasama
Terdapat sejumlah upaya yang telah dilakukan oleh pihak UNHCR dari tahun
2013 hingga akhir tahun 2015 terhadap penanganan para pengungsi asal Suriah.
Keadaan Suriah yang dinilai tidak layak sebagai tempat tinggal yang memadai bagi
para korban konflik, mendorong sebagian besar warga memilih untuk mencari tempat
tinggal yang lebih aman di wilayah lain seperti di Libanon, Turki, Irak, dan Yordan.
Keempat negara tersebut menjadi tujuan utama bagi pengungsi Suriah dikarenakan
sebagai kebutuhan pokok untuk bertahan hidup. Sebagai korban dari konflik,
pengungsian seperti yang sudah dijelaskan di bab 2, merupakan salah satu bentuk
solusi terhadap permasalahan para pengungsi, merupakan salah satu bentuk awal
112
Michael Martinez. Syrian refugees: Which countries welcome them, which ones don't. CNN. 10
September 2015. Tersedia di
http://edition.cnn.com/2015/09/09/world/welcome-syrian-refugees-countries/ diakses pada 25
November 2015
113
Fungsi IGO. Kerangka Pemikiran pada Bab 1. Hal.
bantuan pokok dari UNHCR yaitu tempat tinggal. Di dalam pemukiman kamp
oleh organisasi terhadap para pengungsi. Maka dari itu untuk mengetahui hal
a. Turki
Tidak heran negara ini menjadi sasaran utama dari para pengungsi asal
Suriah. Keadaan negara yang jauh lebih baik serta prestasi-prestasi global
menjadi peluang jalan keluar akan hidup yang lebih baik bagi para korban
114
“UNHCR: Total number of Syrian refugees exceeds four million for first time”. UNHCR News. 9 Juli
2015. Tersedia pada
http://www.unhcr.org/news/press/2015/7/559d67d46/unhcr-total-number-syrian-refugees-exceeds-four-
million-first-time.html diakses 30 November 2016
Gambar 4.3 Statistik yang menunjukkan banyaknya pengungsi yang
Sumber : UNHCR. 2014. Statistical Online Population Database, data extracted December 15. www.unhcr.
org/statistics/populationdatabase; UNHCR 2015
korban supaya tidak terlantar maupun tidak terurus di negara tersebut. Divisi
Kamp pengungsi ini dapat dikatakan sebagai salah satu capaian yang
menonjol dari kerjasama antara pemerintah Turki dan UNHCR. Kamp ini
penanganan yang baik dari semua pihak, menjadikannya sebagai salah satu
didirikan secara resmi pada tahun 2012, Kamp Kilis dikembangkan sesuai
dengan standar maupun prosedur yang cukup baik dan tepat.116. Hal
Terdapat fasilitas memadai lainnya yang diberikan kamp ini, antara lain
jaringan listrik dan lampu jalan dalam jumlah banyak seperti di pinggiran
rumah tangga yang dapat memperbaiki masalah listrik atau pipa air,
Pada tahun 2013, tercatat sekitar 14.000 jiwa menetap di pemukiman ini.
Memiliki fasilitas yang hampir setara dengan Kamp Kilis, membuat kamp
ini menjadi tempat pemukiman yang paling diminati kedua di Turki. Kamp
dibagikan 600 buah kepada pengungsi yang berada di dalam kamp dan 400
buah bagi pengungsi di luar kamp. Disusul kemudian dengan 2.000 paket
3. Nizip Camp
Kamp yang terletak di wilayah kota Harran, Provinsi Gaziantep, Turki ini
didirikan pada akhir tahun 2012122. Kerap dikenal sebagai salah satu
dilihat dengan ada jam bebas pada jam 5 pagi hingga 3 sore. Sejumlah
119
UNHCR Turkey Syrian Refugee Daily Strep report. UNHCR Turkey, Ankara. 21 Agustus 2014.
120
Leo Dobbs dan Jonathan Clayton. “Some 23,000 refugees flee latest Syria fighting into southern
Turkey”. UNHCR News. 16 Juni 2015. Tersedia pada
http://www.unhcr.org/news/latest/2015/6/558034c59/23000-refugees-flee-latest-syria-fighting-southern-
turkey.html diakses pada 28 November 2016
121
UNHCR Turkey Syrian Refugee Daily Strep report. Op.Cit. Highlights poin kedua. Kalimat kedua.
122
Fabíola Ortiz. “Syrian Refugees Between Containers and Tents in Turkey”. Inter Press Service: News
Agency. 4 Januari 2015. Tersedia pada
http://www.ipsnews.net/2015/01/syrians-refugees-between-containers-and-tents-in-turkey/ diakses 28
November 2016
tersebut dinilai sangatlah efektif dalam melindungi dan membina
tenda, pemukiman ini dijuluki sebagai The Container City dan tercatat
4. Islahiye Camp
secara resmi pada bulan Maret 2012, penanganan di kamp ini dinilai cukup
waktu, sebagai respon dari keadaan tersebut, AFAD dan UNHCR berusaha
123
Anne-Marie Bissada. “Building a future from the camps - Turkey's Nizip refugee camp.” (RFI : 9
Juni 2016) tersedia pada http://en.rfi.fr/europe/20160608-Building-future-Turkeys-Nizip-refugee-camp
diakses tanggal 26 November 2016
124
“DS Centre Journalism Academy travels to refugee camp in Nizip”. Daily Sabah Turkey. 12 April
2016. Tersedia pada
http://www.dailysabah.com/nation/2016/04/13/ds-centre-journalism-academy-travels-to-refugee-camp-i
n-nizip-1460486726 diakses 28 November 2016
125
Islahiye. (The Kurdish Project: 2015) tersedia pada
http://thekurdishproject.org/kurdistan-map/turkish-kurdistan/islahiye/ diaksestanggal 26 November
2016
Sejumlah selimut telah diberikan serta penambahan sarana untuk
plastik, pakaian musim dingin, serta dukungan dalam bentuk dana untuk
5. Suruç Camp
Kamp ini didirikan pada awal tahun 2015 dan berhasil memecahkan rekor
memiliki saluran air hingga pengaliran listrik yang dikelola dengan baik.
Ketika para pengungsi tiba di kamp ini, data diri mereka dimasukkan ke
dalam database computer, yang meliputi pengambilan foto dan sidik jari
126
Brenda Stoter. “Syria Pulse”. (AlMONITOR : 2015) terdapat pada
http://www.al-monitor.com/pulse/originals/2016/05/turkey-syria-refugee-women-gain-confidence-work-
programs.html diakses tanggal 26 November 2016
127
“UNHCR trucks laden with tents arriving at Islahiye 1 refugee camp”. UNHCR Turkey report. 2015
128
Osman Orsal. “Turkey opens biggest refugee camp for 35,000 from Kobani”. Reuters World News.
26 Januari 2015. Tersedia pada
http://www.reuters.com/article/us-mideast-crisis-syria-turkey-idUSKBN0KZ0PD20150126 diakses
tanggal 26 November 2016
Para pengungsi kemudian menerima bantuan barang-barang seperti
● Irak
terdekat dengan perbatasan utara Suriah yaitu di provinsi Duhok dan Erbil.
Kesamaan etnis Kurdi antara para penduduk Suriah dan Irak wilayah utara,
tujuan paling sedikit diminati oleh para pengungsi untuk menetap berdasarkan
utama yaitu Kawergosk Camp (Erbil) dan Domiz Camp (Duhok)130. Selama
129
Susannah George dan Leo R. Dobbs. “Kobani refugees encouraged to move into Turkey’s newest
and largest camp”. UNHCR News. 16 Februari 2015. Tersedia di
http://www.unhcr.org/news/latest/2015/2/54e1efe39/kobani-refugees-encouraged-move-turkeys-newest-
largest-camp.html diakses pada 26 November 2016
130
“Regional Refugee & Resilience Plan 2015-16: Iraq”. 3RP Plan 2015-2
1. Kawergosk Camp
lain ialah satu pusat pelayanan kesehatan, distribusi air bersih, dan
USD per orang untuk kemudian ditukarkan dengan menu makanan yang
tersedia133.
2. Domiz Camp
Resmi beroperasi sejak 2012 dan memiliki kapasitas 2.000 jiwa, tetapi
8.000 jiwa di tahun 2013134. Meskipun memiliki tekanan yang cukup berat
sebagai pengungsi135.
131
“Syrian Refugees in Erbil Governorate.” Kurdistan Regional Government. Tersedia di
http://cabinet.gov.krd/p/page.aspx?l=12&p=483&h=1&t=407 diakses pada 29 November 2016
132
“Camp profile Kawergosk Refugee Camp, Erbil, KR – Iraq”. UNHCR report. 29 Desember 2013
133
“Kawergosk Camp Profile: Inter-Sector/Agency Interventions”. UNHCR Report. 2 Desember 2015
134
Christian Jepsen and the Norwegian Refugee Council. “Syrian refugees set up home in Iraq's Domiz
camp – in pictures”. The Guardian. 2 Juli 2013. Tersedia di
https://www.theguardian.com/global-development/gallery/2013/jul/02/syrian-refugees-iraq-domiz-in-pi
ctures diakses pada 29 November 2016
135
“Camp profile Domiz Refugee Camp, Dohuk, KR – Iraq”. UNHCR report. 30 Januari 2014
Penanganan di wilayah Irak masih terbilang cukup. Meskipun cukup
a. Libanon
Sumber : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4948691/figure/f1-rmhp-9-165/
136
UNHCR Preparedness for a Refugee Influx: IRAQ. (UNHCR : October 2016)
137
Zeinab Cherri, Pedro Arcos González, dan Rafael Castro Delgado. “The Lebanese–Syrian crisis:
impact of influx of Syrian refugees to an already weak state”. (Dove Press : 14 Juli 2016) terdapat pada
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4948691/ diakses tanggal 26 November 2016
Di Libanon hanya terdapat satu kamp penampungan untuk pengungsi
Suriah, Shatila Refugee Camp yang berlokasi di Beirut. Kamp tersebut berdiri
pada tahun 1949 dengan tujuan sebagai tempat pengungsian bagi warga
Palestina. Tetapi setelah pecahnya perang Suriah di tahun 2011, kamp tersebut
menjadi sasaran bagi para pengungsi Suriah dan tercatat sekitar 10.000 –
22.000 jiwa pada tahun 2014 orang menetap disana. International Committee
of the Red Cross (ICRC) merupakan organisasi tuan rumah dari kamp Shatila.
pengungsi Suriah. Di dalam kamp ini para pengungsi diberikan fasilitas Blue
Card yaitu pendanaan sejumlah 130 USD setiap bulannya untuk membeli
makanan138.
yang telah mereka alami di masa penampungan para pengungsi asal Palestina.
Keputusan ini berdampak pada banyaknya jumlah pengungsi asal Suriah yang
perbatasan140.
138
Julia Macfarlane. “Syrian refugees fear permanent exile in Lebanon's camps”.(BBC News: 3 April
2014) terdapat pada http://www.bbc.com/news/world-middle-east-26816043 diakses tanggal 26
November 2016
139
Venetia Rainey. “Lebanon: No formal refugee camps for Syrians”. (ALJAZEERA : 11 Maret 2015)
terdapat pada
http://www.aljazeera.com/news/2015/03/lebanon-formal-refugee-camps-syrians-150310073219002.htm
l diakses tanggal 26 November 2016
140
UNHCR Lebanon Shelter update 2014
Pada tahun 2015, sebagai respon terhadap kendala tersebut, langkah baru
terutama bagi anak-anak dan perempuan. Anak – anak juga sudah mulai
b. Yordania
pemerintah Yordania dan UNHCR. Hal tersebut didirikan agar para pengungsi
tidak terlantar di negeri orang serta distribusi bantuan dapat tersalurkan secara
a. Za’atari Camp
sebagai respon terhadap para korban konflik Suriah yang melarikan diri ke
terbesar di wilayah Timur Tengah. Resmi dibuka oleh di daerah timur kota
Mafrag, Yordania pada 28 Juli 2012 dengan kapasitas tempat untuk 60.000
yaitu Azraq Refugee Camp145. Pada akhir tahun 2015 tercatat 79.138 jiwa
sakit dan 9 pusat pelayanan kesehatan dengan 120 tenaga medis sukarela.
pemukiman ini sejumlah sebagai aktivitas bisnis seperti kedai kopi, salon,
kebutuhan148.
Resmi dibuka pada bulan April 2014, di kota Azraq, Yordania sebagai
145
Ala’ Alrababa'h and Ghazi Jarrar. “Syrian Refugees: Time To Do The Right Thing”.
146
“Zaatari Refugee Camp: factsheet”. UNHCR. December 2015
147
Ibid.
148
Michael kimmelman. “Refugee Camp for Syrians in Jordan Evolves as a Do-It-Yourself City”. The
New York Times. 4 Juli 2014. Tersedia
https://www.nytimes.com/2014/07/05/world/middleeast/zaatari-refugee-camp-in-jordan-evolves-as-a-do
-it-yourself-city.html diakses 29 November 2016
untuk menampung sekitar 51.000 jiwa dan dapat di kembangkan hingga
20.856 jiwa menetap secara aktif di pemukiman ini150. Dari segi fasilitas,
pendidikan formal dengan 2.500 siswa yang terdaftar, serta para pengungsi
pangan dasar juga dipenuhi dengan sistem pengiriman 4 jenis roti ke setiap
yang cukup terpenuhi secara kooperatif serta kemampuan para pengungsi untuk
Advisor. Aplikasi tersebut dibuat dengan tujuan untuk memberikan akses lebih
kemanusiaan, pelayanan secara online, pencarian kamp atau shelter, serta layanan
149
Yolande Knell. “Azraq: How a refugee camp is built from scratch”. BBC News. 30 April 2014.
Tersedia di http://www.bbc.com/news/world-middle-east-27205291 diakses pada 29 November 2016
150
“Azraq Camp Situation in Jordan Report – 2015 ”. UNHCR Representation in Jordan
151
“Azraq Camp Fact Sheet Report November 2015”. UNHCR
lainnya. Program ini juga bekerja sama dengan para organisasi internasional
lainnya152.
pengungsi yang memiliki latar belakang pendidikan maupun dari staf UNHCR sendiri.
umur pelajar telah bertambah sekitar 30 persen di tahun 2014 dari awal rata-rata
600.000 orang pada tahun 2011 secara keseluruhan153. Dalam penanganan di bidang
pendidikan, UNHCR tentunya tidak dapat memberikan hasil yang optimal tanpa
adanya bantuan dari organisasi lain maupun pemerintah serta NGO setempat di
karenakan bidang pendidikan bukanlah wilayah yang dikuasai oleh organisasi ini.
terutama dengan United Nations Children’s Fund (UNICEF) selaku organisasi lebih
Di tahun 2014 berkat kerjasama antara UNICEF dan UNHCR yang melakukan
terdekat. Program tersebut telah aktif di setiap negara tetangga Suriah yaitu Turki,
152
UNHCR App for Syrian Refugees. (DH Network : 2014)terdapat pada
http://digitalhumanitarians.com/content/unhcr-app-syrian-refugees diakses tanggal 28 November 2016
153
“UNHCR reports crisis in refugee education”. UNHCR. 15 September 2016. Tersedia di
http://www.unhcr.org/news/press/2016/9/57d7d6f34/unhcr-reports-crisis-refugee-education.html diakses
tanggal 11 Desember 2016
Lebanon, Irak, dan Yordan. Pendidikan formal juga dapat dikenyam langsung dari
lain:
● Turki
beberapa kendala. Tercatat hanya 60% pelajar di kamp pengungsian dan 14%
pelajar di luar kamp yang menerima akses terhadap edukasi, padahal Turki
lebih mudah berbasis kurikulum Libya kepada pelajar kelas 9 hingga 12154.
● Irak
pendidikan dari institusi formal seperti 975 pelajar yang terdaftar di sejumlah
SMA di Kota Erbil, Irak. Kurikulum tentunya menjadi hambatan utama dalam
integrasi, tapi dikarenakan kesamaan latar belakang etnis kurdi bagi para
tersendiri bagi para pelajar untuk mengejar materi dengan pelajar lokal155.
● Libanon
154
Ibid.
155
Hashem Ahmadzadeh, Metin Çorabatır, Jalal Al Husseini, Leen Hashem and Sarah Wahby. “Refugee
Studies Centre : Ensuring quality education for young refugees from – Syria Mapping exercise on
quality education for young refugees from Syria (12-25 years)”. (Oxford University: September 2014)
Dalam memenuhi kebutuhan pendidikan pengungsi di negara ini, UNHCR
satu NGO internasional, Reach All Children with Education (RACE) turut
Programme (ALP) untuk 10.000 pelajar dengan tujuan agar mereka dapat
● Yordania
memiliki latar belakang sebagai pengungsi Suriah. Hal tersebut telah disetujui
dengan tujuan agar para pelajar dapat mengimbangi materi yang sesuai dengan
umur mereka serta menerima cara menghadapi kesulitan materi dan bahasa157.
156
Ibid.
157
Aice Beste. “Education provision for Syrian refugees in Jordan, Lebanon and Turkey – Preventing a
Lost Generation”. (UNU-GCM Intern: Juli 2015)
Berdasarkan paparan diatas, UNHCR kerap melakukan pendekatan terhadap
Turki, Irak, Libanon, Yordania untuk memberikan izin bagi para pengungsi Suriah
sejumlah program dasar resmi yang diberikan UNHCR sebagai penunjang pendidikan
● Inisiatif Mandiri
pendidikan primer maupun sekunder bagi para pelajar. Hal tersebut dapat
berupa bantuan integrasi antara pengungsi dengan pelajar lokal secara formal
terhadap para pengungsi untuk belajar sesuai dengan lokasi yang mereka pilih,
Program ini cenderung digunakan untuk para pelajar yang berada di jenjang
dengan melakukan kerja sama dengan instalasi medis stempat maupun organisasi
internasional yang bergerak dibidang kesehatan seperti IFRC maupun WHO. Sejauh
158
Sarah Dryden-Peterson. “Refugee Education: Global Review”. UNHCR. (Geneva, Switzerland:
November 2011)
159
Ibid.
ini UNHCR dapat menyediakan sejumlah pelayanan kesehatan dasar seperti imunisasi
bagi anak-anak maupun pengecekan kesehatan umum. Akan tetapi tidak semua tempat
dapat terpenuhi akibat meledaknya angka pengungsi tahun 2013 yang mengakibatkan
nutrisi dalam kondisi apapun. Hal tersebut dilakukan dengan harapan para pengungsi
program Water, Sanitation, and Hygiene (WaSH) bekerja sama dengan UNICEF
sebagai landasan dalam membangun dan menjaga kualitas air dan kebersihan kamp
agar kesehatan para pengungsi dapat terjaga dengan baik. Program ini juga
membentuk kesadaran diri akan pentingnya menjaga kesehatan dalam situasi apapun
mental yang stabil tentunya dapat menjadi bantuan tersendiri bagi setiap individu
untuk bertahan hidup dan mengembangkan dirinya. UNHCR bersama dengan WHO
lain:
● Turki
160
“2014 Syria Regional Response Plan: WASH”. UNHCR. 2014
161
“mhGAP Humanitarian Intervention Guide (mhGAP-HIG)”. UNHCR & WHO. 2105
Sejak bulan Oktober 2013 tercatat hampir sekitar 1.6 juta pelayanan rawat jalan
Sekitar 300.000 kasus dirujuk ke rumah sakit di berbagai kota dan lebih dari 28.000
operasi bedah dilakukan dan 6.100 kelahiran tercatat di rumah sakit. Hal tersebut
dapat terwujud berkat adanya tanggapan positif dari Departemen Kesehatan dan
pedoman, protokol maupun instrumen pendukung bagi para tenaga medis yang
mengurusi para pengungsi asal Suriah. Bantuan kesehatan bagi para korban dan
● Irak
campak dan pemberian suplemen vitamin A diberikan secara massal terhadap para
termasuk cacingan dan Vitamin A bisa mencapai lebih dari 90 persen, layanan
imunisasi rutin perlu dirancang ulang memaksimalkan sirkulasi kegiatan vaksin dan
penguatan daya tahan tubuh. Sejumlah kamp-kamp kesehatan bagi para pengungsi
yang berada diluar maupun didalam kamp turut disediakan sebagai hasil kerja sama
cukup memuaskan di Irak, tetapi UNHCR masih mengalami kendala di bidang dana
162
“Regional Refugee & Resilience Plan 2015-16”. UNDG. 2015.
163
2014 Syria Regional Response Plan. Op.Cit. hal. 12
serta keamanan dikarenakan adanya beberapa aktivitas konflik yang dilakukan di
perbatasan Suriah-Irak antara pihak pemerintah dengan kaum etnis Kurdi hingga
tahun 2015, seperti meledaknya beberapa bom di wilayah kota Erbil. Hal tersebut
para pengungsi.
● Libanon
akhir tahun 2013 sejumlah layanan vaksinasi terhadap penyakit polio dan campak
UNHCR, maupun WHO. Tercatat sekitar 730.000 anak divaksinasi campak dan
231.057 anak-anak menerima vaksin polio oral dan program imunisasi rutin, serta
769 kasus penyakit kulit diberi sejumlah pengobatan. Lebih dari 14.000 orang
pengecekan berkala dan imunisasi juga turut dilakukan di sekitar shelter UNHCR di
pusat pelayanan kesehatan dan 60.222 rumah sakit untuk membantu pelayanan
● Irak
campak dan pemberian suplemen vitamin A diberikan secara massal terhadap para
termasuk cacingan dan Vitamin A bisa mencapai lebih dari 90 persen, layanan
164
“Syrian refugee and Affected Host Population Health Access Survey in Lebanon.” LHAS Survey
Report. Juli 2015
165
“Syrian Refugees in Lebanon Snapshots”. UNHCR Lebanon report. Januari – Februari 2015
166
The Syria Crisis report 2015. Op.Cit. Lebanon Section
imunisasi rutin perlu dirancang ulang memaksimalkan sirkulasi kegiatan vaksin dan
penguatan daya tahan tubuh. Sejumlah kamp-kamp kesehatan bagi para pengungsi
yang berada diluar maupun didalam kamp turut disediakan sebagai hasil kerja sama
● Yordania
Banyak hal telah diraih dalam fasilitas kesehatan bagi para pengungsi di
Yordania sejak Januari 2013. Departemen Kesehatan milik pemerintah juga turut
pengungsi yang berada diluar kamp. Bagi para pengungsi yang berada di kamp,
disediakan sebuah sistem informasi yang efektif dan efisien untuk menangani
juga disediakan khusus. Sebagai respon terhadap Syrian Refugees Crisis pada tahun
2013, sekitar 313 fasilitas kesehatan disediakan sejak bulan Juni sebagai bentuk
kerja sama penanganan massal oleh UNHCR, WHO dan Departemen Kesehatan
kesehatan ternyata tidak hanya disediakan untuk para pengungsi tetapi juga para
korban yang belum terdaftar sebagai pengungsi melalui sejumlah kerjasama dengan
jaringan NGO seperti CARITAS, Jordan Health Aid Society (JHAS), dan Save The
Children Jordan. Kesehatan mental juga menjadi perhatian dan ditangani oleh
(MHPSS), disediakan sekitar 600 layanan dari tenaga medis berpengalaman. IFRC
juga turut embantu dalam penyediaan peralatan kesehatan. Pelayan tersebut terus
167
2014 Syria Regional Response Plan. Op.Cit. hal. 12
168
“2014 Syria Regional Response Plan”. UNHCR. 2014
4.2 Kerjasama UNHCR dengan Organisasi Lain dalam menangani pengungsi
sebagai pihak yang paling dirugikan dalam situasi konflik. Tidak sedikit dari
mereka yang menjadi pengungsi dalam keadaan masih dibangku sekolah dan
kuliah akibat konflik. Kehilangan anggota keluarga seperti orang tua dan sanak
diperhatikan. Maka dari itu para orang dewasa juga harus diberi pembinaan agar
Berikut sejumlah upaya yang dilakukan oleh UNHCR dan UNICEF dalam
kerjasamanya, yaitu :
dan UNICEF tidak hanya membangun sejumlah sarana WaSH, namun juga
memelihara dan menggunakan toilet dasar. Hal ini untuk mencegah adanya
169
Letter of Understanding (LoU). “Guidance for Technical Areas: for the development of a country
work plan and joint plan of action”. UNICEF – UNHCR Cooperation in Refugee Operations. Januari
2015. Hal. 2
170
Water, Sanitation and Hygiene. “About WASH.”. UNICEF. Terdapat pada
https://www.unicef.org/wash/3942_3952.html diakses 28 Oktober 2016.
171
Letter of Understanding (LoU) UNICEF - UNHCR. Loc.Cit. hal. 7
Sejumlah upaya yang dilakukan antara lain seperti pemberian pengetahuan
soal gizi terutama untuk anak-anak maupun ibu hamil, imunisasi untuk
● Pendidikan
para remaja dan anak-anak. Berkaca pada hal tersebut, UNHCR dan
172
Ibid. halaman 18
institusi pendidikan setempat guna memfasilitasi kebutuhan pendidikan
pengungsi.
● Perlindungan Anak
apabila ada tindakan yang dinilai tidak benar. Penanaman paham Hak
tentunya menjadi salah satu dorongan untuk tidak menyerah terhadap keadaan
serta membuka peluang untuk memiliki kualitas hidup yang lebih baik sejak
dini.
173
Ibid. Halaman 25
Kerjasama yang terjalin antara UNHCR dan WHO berfokus di bidang
kesehatan psikis. Bagi para pengungsi, konflik turut menjadi pukulan tersendiri
bagi mereka, terutama secara mental. Berada dalam keadaan tidak berdaya
membuat mereka kehilangan arah akan kehidupan mereka sendiri di hari esok,
terutama bagi yang memiliki keluarga. Paham seperti ini secara tidak langsung
berpengaruh terhadap psikis anak untuk turut menyerah terhadap situasi mereka.
kegelisahan merupakan sekian contoh nyata gangguan psikis yang dialami para
kondisi mental yang berat sejak awal seperti memiliki cacat intelektual, epilepsi,
dan psikosis174.
stress psikis yang dialami seperti rasa sedih dan ketakutan yang cukup
174
Media Centre. “WHO/UNHCR issue new guide on mental health in humanitarian emergencies”.
World Health Organization.terdapat
http://www.who.int/mediacentre/news/notes/2015/mental-health-in-emergencies/en/ diakses 28 Oktober
2016. Paragraf 4
175
UNHCR. Introduction to Operational Guidance: Mental Health & Psychosocial Support
Programming for Refugee Operations. (Geneva, Switzerland : Division of Programme Support and
Management Public: Health Section. 2013)
prosedur panduan. Pengungsi juga turut diberikan cara menanggapi situasi
dimana dapat memicu gangguan psikis sebelumnya sehingga dapat mencari jalan
MHPSS dibagi atas dua bagian utama yaitu MHPSS approach dan MHPSS
pengungsi. Pendekatan ini dinilai relevan untuk semua aktor yang terlibat dalam
perhatian serta penanganan yang tepat sebagai salah satu bagian penting bagi
Program ini secara resmi berdiri sejak tahun 2008 dan tujuannya untuk
ketiga turut menjadi fokus program ini dikarenakan kurangnya dana serta
176
Ibid. The role of UNHCR in addressing the mental health and psychosocial problems section. Hal. 12
177
Dr. Margareth Chan. foreword to mhGAP Intervention Guide for mental, neurological and substance
use disorders in non-specialized health settings. (Switzerland : WHO Press. 2010)
pada tahun 2010. Panduan tersebut diperuntukkan bagi para penyedia layanan
medis di badan pusat kesehatan atau anggota tim klinis rumah sakit maupun
sejumlah klinik terkait. Para penyedia layanan medis tersebut antara lain dokter
manusia, UNHCR dan WHO memutuskan untuk saling bekerja sama dalam
berfungsi sebagai suatu alat praktis yang bertujuan untuk mendukung fasilitas
178
Ibid. Introduction section.
179
Dr. Margareth Chan. foreword to mhGAP Humanitarian Intervention Guide: Clinical Management of
Mental, Neurological and Substance Use Conditions in Humanitarian Emergencies (Switzerland :
WHO Press. 2015)
Settings (2008)180. Panduan tersebut memaparkan sejumlah penjelasan rinci
darurat atau kritis dan digunakan sebagai dasar pembuatan panduan penanganan
lain ialah :
Complaints (OTH).
180
Panduan resmi terhadap penanganan kesehatan psikologis manusia. Tujuan utama dari pedoman ini
adalah untuk memungkinkan para pekerja kemanusiaan dan masyarakat untuk merencanakan,
membangun dan mengkoordinasikan satu set tanggapan multi-sektoral minimum untuk melindungi dan
meningkatkan kesehatan mental masyarakat dan kesejahteraan psikososial di tengah-tengah keadaan
darurat. ( Introduction to IASC Guidelines on Mental Health and Psychosocial Support in Emergency
Settings. Geneva: IASC. 2008)
181
Op.Cit. mhGAP Humanitarian Intervention Guide: Clinical Management of Mental, Neurological
and Substance Use Conditions in Humanitarian Emergencies. Hal: 1 (introduction)
Program yang disediakan oleh UNHCR dan WHO tersebut dapat
dikatakan sangat membantu bagi para pengungsi asal Suriah. Tekanan konflik
yang telah berjalan secara kompleks dan melelahkan dari tahun 2011 – 2015
tentunya menjadi suatu beban mental tersendiri bagi tiap individu yang dapat
para pengungsi diharapkan memiliki mental yang lebih sehat dan kuat untuk
baik.
Kerjasama yang telah terjalin antara UNHCR dan ICRC selama lebih dari
Law182 sebagai landasan utama. Sebagai mitra lapangan, kedua organisasi ini
dan pengungsi183. ICRC juga melakukan sejumlah aktivitas langsung pada lokasi
konflik untuk membantu pengobatan serta menolong para korban konflik yang
182
Merupakan hukum yang berisikan seperangkat peraturan yang berasaskan kemanusiaan untuk
membatasi dampak dari konflik bersenjata. Hukum ini bertujuan untuk melindungi orang-orang yang
memang tidak dan yang sudah tidak lagi berpartisipasi dalam konflik, serta membatasi cara maupun
metode dalam peperangan. International Humanitarian Law juga dikenal sebagai hukum perang atau
hukum konflik bersenjata. (ICRC. “What is International Humanitarian Law?”. Advisory Service: on
International Humanitarian law. 2004)
183
UNHCR. “Partnership: International Committee of the Red Cross.”. terdapat pada
http://www.unhcr.org/international-committee-of-the-red-cross.html diakses 25 november 2016
tidak memiliki tempat berlindung maupun terpencar dari keluarganya. Setelah
Upaya dari kerjasama antara UNHCR dan ICRC sejauh ini lebih terlihat di
dua negara terdekat Suriah yaitu di Libanon dan Irak. Di Libanon, dilihat skala
krisis pada tahun 2013, ICRC memberikan bantuan tambahan kepada UNHCR
serta bantuan tenaga teknisi yang bekerjasama dengan wilayah setempat untuk
terpencar akibat konflik184. Hal yang sama juga diberlakukan di Irak dengan
wilayah Irak lebih kepada para korban yang berada dari daerah terpencil di utara
Suriah yang rentan konflik. Para pengungsi kemudian dibawa ke kamp UNHCR
rehabilitasi fisik melalui penyediaan material dan pelatihan medis pribadi serta
dikarenakan akibat situasi yang dialami selama konflik, mereka turut menjadi
184
Jürg Montani. “Lebanon: Syrian Refugee Influx Causes Immense Challenges.”. interviewed by
ICRC. 22th August 2013
185
Lokasi dalam kamp dimana sejumlah orang yang belum lulus pendataan sebagai pengungsi
dikumpulkan untuk bertempat tinggal secara temporer.
186
Syria Regional Refugee Response: Inter-agency Information Sharing Portal. International Committee
of the Red Cross - Iraq (ICRC Iraq). (3RP 2016 Mid-Year Report: UNHCR. 2016) dapat diakses
https://data.unhcr.org/syrianrefugees/partner.php?OrgId=61 pada 25 november 2016
IFRC dan UNHCR memiliki hubungan kemitraan yang cukup lama
bencana alam maupun buatan manusia. Krisis kesehatan serta orang-orang yang
situasi darurat serta kondisi medis secara umum bagi para pengungsi. Bentuk
upaya antara lain seperti melakukan bantuan darurat yang efektif terutama di
daerah shelter darurat bagi para pengungsi, dan pengarahan kesiapan serta siaga
Crisis pada tahun 2013 yaitu ketersediaan pangan, air, barang bantuan lainnya,
juga memberikan sejumlah pengarahan terhadap staff UNHCR yang terlibat agar
187
UNHCR. “Partnership: International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies”. terdapat
pada http://www.unhcr.org/international-committee-of-the-red-cross.html diakses 25 november 2016
188
Ibid.
migran yang membutuhkan189, dalam kasus ini para pengungsi serta orang
dunia. Hal tersebut dapat dilakukan baik secara strategis dan terkoordinasi
189
O. Khelifi. “International Organization for Migration.” UNHCR. Diakses dari
http://www.unhcr.org/international-organization-for-migration.html pada tanggal 25 November 2016
190
UNHCR and IOM. Emerging Resettlement Countries Joint Support Mechanism
(ECRM) . 2016
Demi tercapainya tujuan diatas dibutuhkan mekanisme yang sesuai serta
● Financial Support
memastikan bahwa para pengungsi percaya diri dan siap untuk bermukim
di negara lain.
● Technical Support
penyuluhan oleh para ahli dari UNHCR, IOM, dan para pihak yang turut
ambil bagian seperti LSM atau yang berasal dari tuan rumah
dan akhir dukungan teknis akan ditutupi oleh IOM dengan fokus aktivitas
pemukiman191.
191
Ibid.
4.2.6 Non-Governmental Organization (NGO)
pengungsi yang sudah ada. Sejumlah organisasi terkait antara lain Relief
UNHCR bekerja sama dengan Oxfam. NGO ini juga memberikan bantuan
anak dan umum, UNHCR bekerja sama dengan SAVE, CARE International, dan
CARITAS.
Pendataan pengungsi juga turut menjadi perhatian untuk mengetahui jumlah agar
192
Syria Regional Refugee Response. “Complete List of Partners”. UNHCR. Terdapat pada
http://data.unhcr.org/syrianrefugees/partnerlist.php?Country=107 diakses tanggal 25 November 2016
193
What We Do. “Refugee Crisis”. Oxfam. Terdapat di
http://www.oxfam.org.uk/what-we-do/emergency-response/refugee-crisis diakses 25 November 2016
mandi, tenda, dll.) maupun penyediaan kebutuhan pokok lainnya (sandang,
pangan)194
Dalam setiap upaya yang dilakukan oleh UNHCR tentunya mereka mengalami
sejumlah upaya yang tidak hanya memperlambat operasi, tetapi juga berpotensi
Sumber : http://data.unhcr.org/syrianrefugees/regional.php
untuk menangani kebutuhan 4.000.000 pengungsi asal Suriah yang tersebar di seluruh
dunia. Hal ini merupakan hambatan terbesar bagi organisasi dikarenakan kemungkinan
194
QUICK FACTS: WHAT YOU NEED TO KNOW ABOUT THE SYRIA CRISIS. Mercy Groups. 13
Oktober 2016. Terdapat di
https://www.mercycorps.org/articles/iraq-jordan-lebanon-syria-turkey/quick-facts-what-you-need-know
-about-syria-crisis diakses pada 25 ovember 2016
pendanaan sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan para pengungsi, terutama
Pemerintah juga menjadi salah satu hambatan operasi bagi UNHCR. Penanganan
terhadap para pengungsi akan otomatis terhambat apabila pemerintah negara tempat
pengungsi bermukim tidak bersedia untuk membantu. Hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap akses distribusi pemberian bantuan maupun sarana prasarana dari UNHCR untuk
para pengungsi. Contoh nyata terjadi di negara Libanon, dimana pemerintah enggan untuk
memberikan tempat maupun ijin membangun pemukiman kamp pengungsi secara formal
hingga tahun 2015 meskipun negaranya menjadi negara kedua terbanyak sasaran pelarian
pengungsi Suriah. Adanya kekhawatiran terhadap para pengungsi tersebut yang berpotensi
mengganggu sistem kerja negara terutama di sektor perekonomian seperti yang telah
mereka alami di masa penampungan para pengungsi asal Palestina menjadi faktor utama
pemerintah menolak memberikan bantuan tersebut. Hal Tidak sedikit dari para pengungsi
asal Suriah yang pada akhirnya harus membayar sewa kepada penduduk setempat untuk
menetap sementara atau menetap di sejumlah kamp tidak resmi yang didirikan oleh
Di bidang pendidikan juga turut mengalami hambatan seperti kesusahan bahasa dan
integrasi dengan sosial budaya maupun materi pendidikan setempat. Perbedaan bahasa
menjadi faktor utama dalam permasalahan ini. Para pelajar harus melakukan upaya ekstra
untuk mempelajari bahan dari pendidikan yang diberikan terutama di institusi sekolah
formal setempat dikarenakan hampir semua bahan secara lisan maupun tertulis
menggunakan bahasa lokal, tidak semua guru di sekolah mampu membantu permasalahan
bahasa tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan terhadap bahasa asli Suriah dan
195
“Syria Regional Response”. UNHCR database.tersedia di
http://data.unhcr.org/syrianrefugees/regional.php diakses 1 Desember 2016
196
Venetia Rainey. “Lebanon: No formal refugee camps for Syrians”. (ALJAZEERA : 11 Maret 2015)
terdapat pada
http://www.aljazeera.com/news/2015/03/lebanon-formal-refugee-camps-syrians-150310073219002.htm
l diakses tanggal 26 November 2016
kesibukan dalam mengurus sejumlah murid lainnya. Pilihan terakhir bagi para pelajar
tersebut ialah tetap belajar di sekolah formal pada pagi hari dan pada sore hari meminta
sejumlah pengertian dari para staf UNHCR maupun pihak lainnya di kamp pengungsian
yang mampu berbahasa lokal. Adaptasi terhadap materi yang diberikan menjadi kendala
secara mekanis bagi para pelajar dikarenakan adanya perbedaan kurikulum dengan
pendidikan di negara asal. Integrasi budaya dengan para pelajar lokal juga menjadi
tantangan tersendiri dikarenakan adanya beberapa kasus diskriminasi dari para pelajar
lokal terhadap para pengungsi. Tidak heran apabila anak-anak di umur 7 – 16 tahun
Konflik yang terus berlangsung juga menjadi pengaruh terbesar terhadap angka
pengungsi asal Suriah. Selama konflik tersebut tidak berhenti, maka peningkatan angka
terhadap jumlah pengungsi Suriah yang melarikan diri dari negara asalnya akn terus
berkembang198.
197
“5 challenges to accessing education for Syrian refugee children” . UNHCR’s Learn Lab. 4 Agustus
2016. Tersedia di
http://innovation.unhcr.org/5-challenges-to-accessing-education-for-syrian-refugee-children/ diakses
pada 1 Desember 2016
198
Caroline Abu Sa’Da dan Micaela Serafini. “SYRIA CRISIS - Humanitarian and medical challenges
of assisting new refugees in Lebanon and Iraq”. Forced Migration Review. 2013. Tersedia pada
http://www.fmreview.org/detention/abusada-serafini.html diakses 1 Desember 016
Bab V
KESIMPULAN
pengungsi, terutama Pengungsi Suriah dalam Syrian Refugees Crisis pada tahun 2013
– 2015. Kegagalan negara dalam memenuhi kebutuhan warganya, dalam kasus ini, di
bidang keagamaan menjadi salah satu alasan seseorang menjadi pengungsi. Tugas
yang menjadi isu dasar terbentuknya organisasi, yaitu UNHCR. Oleh karena itu,
UNHCR memiliki tanggung jawab untuk mensukseskan visi, misi, serta mandat yang
dimiliki, salah satunya menangani Syrian Refugee Crisis. Supaya tujuan organisasi
menjalankan operasinya.
Syrian Refugee Crisis periode 2013 – 2015 di negara tetangga Suriah. Dalam bidang
pemenuhan kebutuhan pokok bagi para pengungsi di Turki, Libanon, Irak, dan
internasional lainnya, NGO, serta para pendonor. Ketersediaan fasilitas di setiap kamp
serta sarana pengembangan komunitas juga turut menjadi faktor pendukung organisasi
untuk menyalurkan bantuan sandang, pangan, dan papan. Para pengungsi juga
diberikan kemudahan dalam sistem transaksi melalui kupon maupun kartu
aplikasi seluler maupun online yaitu Service Advisor yang bertujuan memudahkan
sekitar.
Dalam upaya penanganan kebutuhan pendidikan bagi para pelajar yang berlatar
belakang pengungsi asal Suriah disediakan sejumlah akses terhadap institusi formal
negara sekitar maupun pemberian pendidikan langsung dari fasilitas pendidikan yang
hingga perguruan tinggi sesuai dengan kebijakan yang diberikan oleh negara yang
menggunakan sistem kurikulum Libya bagi pelajar kelas 9 – 12. Di Irak, pelajar tetap
mendapatkan pendidikan dari institusi formal seperti 975 pelajar yang terdaftar di
sejumlah SMA di Kota Erbil, Irak sebagai hasil elaborasi program pendidikan antara
UNHCR dan pemerintah Irak. Dalam pengerjaan upaya tersebut, tentunya terdapat
hambatan utama yaitu integrasi antara pelajar dengan lingkungan sekitar antara lain
dari segi materi, bahasa, maupun budaya. UNHCR juga memberikan kemudahan
program secara umum bagi para pelajar yaitu program Inisiatif Mandiri dan Beasiswa
(ALP) untuk 10.000 pelajar dengan tujuan agar mereka dapat mengejar ketinggalan
dan mengimbangi materi edukasi di Libanon sebagai hasil kerjasama UNHCR dengan
pemerintah Libanon. Bersama dengan organisasi Reach All Children with Education
Irak, dan Yordania, UNHCR memberlakukan dua program utama yaitu Water,
pemukiman dari potensi penyakit maupun penanganan psikologis dengan WHO yang
campak dan 231.057 anak-anak menerima vaksin polio oral, bantuan tersebut
diberikan secara langsung oleh Departemen Kesehatan Libanon, UNHCR dan Who,
begitu pula dengan 769 pasien penderita penyakit kulit. Penanganan psikologis juga
turut diberikan terhadap 14.000 pengungsi. UNHCR juga berhasil mendanai sejumlah
kesehatan dan 60.222 rumah sakit. Hal tersebut merupakan prestasi yang sangat baik
sebagai respon terhadap bahaya wabah campak atau polio yang cukup mewabah di
daerah tersebut. Pengecekan berkala di bidang kesehatan fisik maupun psikis juga
Suriah dalam situasi Syrian Refugee Crisis 2013 – 2015. Hambatan terbesar berada di
pokok serta penyediaan pelayanan kesehatan bagi para pengungsi di Turki, Libanon,
Irak, dan Yordania. Adanya kesenjangan yang cukup besar antara jumlah dana yang
Kurangnya kerja sama maupun izin dari pemerintah seperti yang terjadi di
kepada para pengungsi Suriah di sejumlah negara terkait. Hal tersebut dikarenakan
Kesulitan dalam integrasi budaya, bahasa, maupun materi bagi para pelajar
Suriah turut menjadi tantangan tersendiri di bidang pendidikan. Tidak sedikit kasus
diskriminasi yang diterima oleh para pelajar mengakibatkan adanya ketakutan maupun
tersebut. Sepulang sekolah, para pelajar juga harus meminta kepada beberapa orang
dalam kamp pengungsian yang memahami bahasa lokal tempat mereka bersekolah
penanganan terhadap Syrian Refugees Crisis pada tahun 2013 – 2015 di negara-negara
tetangga Suriah yaitu Turki, Libanon, Irak, dan Yordania, UNHCR telah melakukan
sejumlah upaya untuk tercapainya kesejahteraan bagi para pengungsi sesuai dengan
visi , misi, dan mandat yang dimiliki oleh organisasi. Pencapaian organisasi tentunya
pencapaiannya