Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PERSPEKTIF GLOBAL DARI SUDUT ILMU-ILMU SOSIAL


DAN ILMU LAIN YANG TERKAIT
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perspektif Global
Dosen Pengampu: Hermawan Wahyu Setiadi, M.Pd

Disusun oleh Kelompok 1/ A3-13:


1. Pipit Meisaroh
2. Indriana Widya Putri
3. Sulistiyani

(13144600097)
(13144600102)
(13144600117)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
MARET 2016
KATA PENGANTAR
1

Puji syukur senantiasa kita haturkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, inayah, serta nikmat-Nya yang tak terhingga sehingga
kita dapat menyelesaikan makalah Perencanaan Pembelajaran dengan judul
Perspektif Global dari Sudut Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Lain yang Terkait. Tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah bersedia
membantu kami, diantaranya:
1. Allah SWT yang telah memberikan segalanya kepada penulis,
2. Bapak Hermawan Wahyu Setiadi, M.Pd selaku pengampu Mata Kuliah Perspektif
Global yang membimbing dan mengarahkan kami sehingga tugas ini dapat
diselesaikan,
3. Orang tua kami maupun orang-orang yang ikut serta membantu dan mendukung
kami dalam menyelesaikan tugas ini, baik dalam dukungan moril maupun materil
yang telah diberikan kepada kami.
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kekurangan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak atas hasil makalah ini. Dan semoga hasil makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan kita semua, Amin.

Yogyakarta, 1 Maret 2016


Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Pembelajaran......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................4
A. Pengertian Perspektif Global..............................................................................4
B. Perspektif Global dalam Pendidikan..................................................................4
C. Perspektif Global dari Sudut Ilmu-Ilmu Sosial..................................................6
D. Perspektif Global dari Iptek, Transportasi, Komunikasi, dan Internasional.... 18
BAB III PENUTUP..................................................................................... 29
A. Kesimpulan.......................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 30

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena kehidupan manusia tidak hanya dapat dipandang dari satu
bidang saja, kita dilahirkan dan hidup di dalam masyarakat yang kaya dengan
tradisi, budaya, nilai, sikap, dan adat istiadat. Dunia ini kaya dengan keberbedaan
dan keragaman tentang pandangan, bahasa, agama, adat istiadat dan budaya
budaya dan sebagainya yang menjadikan kita sebagai makhluk yang unik. Dalam
perkembangannya kita mengalami berbagai kemajuan dalam kesadaran dan
pandangan. Wawasan nusantara misalnya, merupakan pandangan modern yang
melihat bukan perbedaan tapi persamaan, bukan terpisahkan tapi terhubungkan.
Sebagai contoh antara orang sunda dan orang batak bukan adanya perbedaaan
tetapi adanya persamaan yaitu warga negara indonesia yang ramah-tamah. Antara
pulau jawa dan sumatra bukan dipisahkan oleh selat sunda tetapi dihubungkan
oleh selat sunda.
Pandangan modern seperti itu menyebabkan dunia menjadi semakin
sempit, yang didukung oleh perkembangan IPTEK yang begitu cepat, terutama
dalam bidang komunikasi dan informasi. Dengan demikian ada kecenderungan
bahwa dalam kehidupan kita tidak ada lagi batas-batas negara yang secara
tradisional membatasi hubungan antara manusia di satu negara dengan negara
lainnya. Hal ini yang menyebabkan adanya perspektif global dimana terdapat
berbagai pandangan, wawasan, serta cara fikir mengenai keadaan yang
menyeluruh mengenai kejadian atau kegiatan yang menyangkut berbagai unsur
seperti kehidupan, bahasa, agama, adat istiadat serta kebudayaan yang ada
diberbagai wilayah.
Pendidikan sebagai salah satu ujung tombak pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi memegang peranan yang sangat penting dalam
membimbing dan mengarahkan peserta didik agar dapat menyikapi perubahan
zaman dengan tepat. Untuk itu dalam kegiatan pembelajaran, para pendidik

harus mengembangkan pola pembelajaran yang memungkinkan para peserta


didik dapat mengantisipasi dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Derasnya arus globalisasi sebagai dampak kemajuan ilmu
pengetahuan

dan teknologi, membawa

pengaruh dalam

berbagai bidang

kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan. Salah satu bidang pendidikan


yang terpengaruh arus globalisasi adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang perspektif global dari sudut
ilmu-ilmu sosial dan ilmu lain yang terkait. Ilmu-ilmu sosial itu dilihat dari visi
geografi, sejarah, ekonomi, politik, sosiologi, dan antropologi, sedangkan ilmu
lain yang terkait yaitu perspektif global dari IPTEK, transportasi, komunikasi, dan
internasional.
B. Rumusan Pembelajaran
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian perspektif global?
2. Bagaimana perspektif global dalam pendidikan?
3. Bagaimana perspektif global dari sudut ilmu-ilmu sosial?
4. Bagaimana perspektif global dari IPTEK, transportasi, komunikasi, dan
internasional?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian perspektif global.
2. Untuk mengetahui dan memahami perspektif global dalam pendidikan.
3. Untuk mengetahui dan memahami perspektif global dari sudut ilmu-ilmu sosial.
4. Untuk mengetahui dan memahami perspektif global dari IPTEK, transportasi,
komunikasi, dan internasional.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PERSPEKTIF GLOBAL
Menurut kamus
Bahasa Inggris

Longman

Dictionary

of

Comtemporarynglish, mengartikan global dengan concerning the whole earth.


Sesuatu hal yang berkaitan dengan dunia, internasional, atau seluruh alam jagat
raya. Sesuatu hal yang dimaksud disini dapat berupa masalah, kejadian, kegiatan
atau bahkan sikap. Yang berkaitan dengan masalah misalnya kebakaran hutan
menimbulkan asap dan ini berdampak global di mana negara lain di Asia
Tenggara bahkan seluruh Asia mengalami sesak nafas. Yang berkaitan dengan
kejadian dalam masyarakat dengan adanya penculikan: terhadap para aktivis di
Indonesia dapat mempengaruhi opini dunia terhadap bangsa kita. Seluruh dunia
mempertanyakan hal tersebut. Sedangkan yang berkaitan dengan kegiatan
lainnnya misalnya India dan Paskistan berlomba-lomba mengadakan percobaan
nuklir, ini akan merangsang negara lain untuk bertindak, misalnya mengutuk
perbuatan tersebut, atau bahkan mengimbangi dengan membuat nuklir pula.
Perspektif global adalah suatu cara pandang dan cara berpikir terhadap
suatu masalah, kejadian atau kegiatan dari sudut kepentingan global, yaitu dari
sisi kepentingan dunia atau internasional. Oleh karena itu, sikap dan perbuatan
kita juga diarahkan untuk kepentingan global. Perspektif global merupakan suatu
pandangan yang timbul akibat suatu kesadaran bahwa hidup dan kehidupan ini
untuk kepentingan global yang lebih luas. (Kuswaya, 1999:1.4)
B. PERSPEKTIF GLOBAL DALAM PENDIDIKAN
Perspektif global sebagai suatu kemampuan yang harus kita miliki, tidak
akan lahir dan terjadi begitu saja tanpa upaya. Oleh karena itu, diperlukan proses
untuk mengembangkan dan membinanya, terutama bagi generasi muda yang
akan menjadi sumber daya manusia (SDM). Fenomena, peristiwa dan masalah

yang tejadi secara lokal di sekitar tempat tinggal, diamati serta diperhatikan,
sehingga akan terbina wawasan lokal atau perspektif lokal. Wawasan lokal
sebagai suatu kemampuan, akan menjadi dasar pendorong mengembangkan
wawasan regional atau perspektif regional pada diri masing-masing.
Dalam konsep pendidikan global di atas, tekanannya kepada proses
belajar yang dilakukan oleh manusia secara utuh artinya oleh semua jenjang usia
mulai dari masa kanak kanak, pemuda sampai dewasa. Selanjutnya yang menjadi
pokok dalam belajar itu adalah merasakan, mengerti yang kemudian menghayati
dan menyadari bahwa dunia ini merupakan satu kesatuan sistem yang secara
global lengkap, tempat keberadaan diri manusia masing-masing. Melalui
pendidikan global peserta didik belajar melihat, menghayati dirinya sebagai
partisipan dalam sistem dunia, dan memahami kedudukannya sebagai"
komponen dunia yang memiliki hak serta kewajiban yang meliputi juga mampu
mengambil manfaat atau keuntungan dan pengorbanan atau mengambil resiko
dari padanya" Oleh karena itu sistem pendidikan yang tidak sejalan dengan laju
Perkembangan masyarakat global perlu ditata ulang. (Norman:2001)
Bagi bangsa Indonesia kesadaran akan pentingnnya pendidikan global
secara yuridis tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yaitu:
1. Pasal 36 (3), kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
dinamika perkembangan global (butir i).
2. Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua Warga
Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga
mampu menjawab tantangan zarnan proaktif yang selalu berubah (Penjelasan
Umum Sisdiknas).
3. Dengan visi pendidikan tersebut. pendidikan nasional mempunyai misi
sebagai berikut (misi ke-4): meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas
lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan,

keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan


global (penjelasan umum UU Sisdiknas).
C. PERSPEKTIF GLOBAL DARI SUDUT ILMU-ILMU SOSIAL
Globalisasi dunia merambah ke segala segi kehidupan manusia termasuk
bidang pendidikan. Salah satu bidang pendidikan yang dirambah arus globalisasi
yaitu pendidikan IPS. Berikut perspektif global dari sudut ilmu-ilmu sosial:
1. Perspektif Global dari Visi Geografi
Geografi adalah ilmu keruangan yang mengkaji berbagai fenomena
dalam konteks keruangannya. Ruang yang dikonsepkan dalam geografi yaitu
permukaan bumi yang tiga dimensi, terdiri atas muka bumi yang berupa darat,
perairan serta kolom udara di atasnya. Ruang permukaan bumi ini secara
bertahap ukuran dan jaraknya mulai dari tingkat lokal, regional sampai ke
tingkat global. Oleh karena itu, perspektif geografi adalah perspektif
keruangan yang bertahap dari perspektif lokal, regional sampai ke perspektif
global.
Perspektif geografi atau perspektif keruangan merupakan suatu
kemampuan memandang secara mendalam berkenaan dengan fenomena,
proses, dan masalah keruangan permukaan bumi, baik untuk masa lampau,
saat ini terutama untuk masa yang akan datang. Pendekatan yang dapat
diterapkan pada perspektif keruangan ini, yaitu pendekatan sejarah dan
kemampuan

memprediksi.

Lingkup

kajian

perspektif

keruangan

ini

berkembang mulai dari perspektif lokal, perspektif regional, sampai ke


perspektif global. Proses perspektif lokal misalnya perkampungan yang satu
dengan yang lain menjadi bersambung membentuk perkampungan yang lebih
luas dari perkampungan-perkampungan semula. Yang menghubungkan
perkampungan dengan perkampungan lainnya, yaitu karena ada jalan, alat
angkutan atau transportasi, juga karena arus manusia dan barang. Di sini
terjadi proses sosial ekonomi dalam bentuk interaksi antarpenduduk (manusia)
dan saling ketergantungan (interdependensi) barang-barang kebutuhan sehari-

hari. Dengan keadaan yang demikian, perspektif geografi tidak hanya terbatas
pada ruang yang disebut kampong atau perkampungan melainkan terdorong
pada kawasan-kawasan yang lebih luas.
Perspektif geografi atau perspektif keruangan itu tidak lagi melihat
kawasan lokal semata, melainkan telah menjangkau kawasan yang lebih luas.
Oleh karena itu, perspektif geografi ini dapat disebut perspektif regional.
Pengertian region atau wilayah atau kawasan menurut Peter Haggett (1975:6)
adalah bagian dari permukaan bumi, baik alamiah maupun binaan manusia
yang membedakan diri dari areal yang ada di sekitarnya. Ukuran region
luasnya bervariasi mulai dari yang sempit seperti wilayah kabupaten, lebih
luas lagi ke wilayah provinsi, dan lebih luas lagi seperti Kawasan Timur
Indonesia, Kawasan ASEAN, Kawasan Asia Pasifik, Kawasan Timur Tengah,
dan seterusnya.
Perspektif geografi atau perspektif keruangan yang paling luas adalah
perspektif global. Dalam bidang geografi dikenal adanya konsep dasar
globalisme (Gabler, R.E., 1966:1361) dan bumi sebagai suatu planet (James,
P.E., 1979:115) yang mengungkapkan bahwa bumi sebagai suatu global atau
suatu planet itu berdampak luas terhadap kondisi alamiah dan kondisi
kehidupan yang mendunia. Dalam bentuk bumi sebagai globe atau planet, di
permukaannya terdapat sifat-sifat yang sama di seluruh dunia, dan sekaligus
juga terdapat perbedaan. Perspektif global, tidak lagi asing dalam studi
geografi. Angin, arus laut, pasang surut, iklim, cuaca, selain ada lingkup lokal
dan regional, juga ada lingkup globalnya.
2. Perspektif Global dari Visi Sejarah
Emmanuel Kant pada Abad XVIII mengungkapkan bahwa sejarah dan
geografi merupakan ilmu dwitunggal, artinya jika sejarah mempertanyakan
suatu peristiwa itu kapan terjadi, pengungkapan itu masih belum lengkap
jika tidak dipertanyakan di mana tempat terjadinya. Dalam hal ini, dimensi
waktu dengan ruang saling melengkapi. Dengan dipertanyakan waktu dan
tempatnya maka karakter peristiwa itu menjadi jelas.

Perspektif sejarah mengacu pada konsep waktu, atau kata lain


perspektif sejarah itu sama dengan perspektif waktu, terutama waktu yang
telah lampau. Perspektif sejarah suatu peristiwa membawa citra tentang suatu
pengalaman masa lampau yang dapat dikaji untuk memprediksi kejadiankejadian yang akan datang. Perspektif global dari visi sejarah antara lain,
perspektif

global

tentang

tokoh-tokoh,

bangunan-bangunan,

perang,

pertemuan internasional, dan peristiwa-peristiwa bersejarah yang memiliki


dampak luas terhadap tatanan kehidupan global, dapat dimunculkan dalam
pendidikan sebagai acuan transformasi budaya serta pengembangan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) generasi muda untuk memasuki kehidupan
global di hadapannya.
Mengenal tokoh-tokoh agama, para nabi, dan rasul yang tidak hanya
berpengaruh terhadap umatnya pada saat mereka masih hidup di kawasan
lingkungannya masa itu, melainkan tetap menjadi pola perilaku dan teladan
secara global sampai saat ini. Tokoh sejarah bahkan tokoh dunia yang
demikian itu menjadi sorotan perspektif global bukan hanya darisudut
pandang sejarah, melainkan juga dari sudut pandang ilmu-ilmu lainnya.
Bangunan-bangunan bersejarah seperti Kabah dan Masjidil Haram di
Mekkah, Piramida di Mesir, Tembok Besar di Cina, Mesjid Taj Mahal di
India, dan Candi Borobudur di Indonesia, yang merupakan beberapa
bangunan keajaiban dunia tidak hanya bernilai dan bermakna sejarah,
melainkan memiliki nilai global yang mempersatukan umat, nilai budaya dari
aspek arsitektur, nilai ekonomi dalam mengembangkan lapangan kerja, dan
lain sebagainya. Secara material, bangunan-bangunan semacam itu bukan
hanya merupakan pengetahuan, melainkan lebih daripada itu wajib
dijadikannya acuan pendidikan mengenai nilai-nilai kemanusian, budaya,
bahkan keagamaan yang ada di dalamnya.
Berbagai perang di berbagai kawasan, terutama Perang Dunia yang
tercatat sebagai peristiwa sejarah, tidak hanya dilihat dari dahsyatnya
penggunaan senjata dan kejamnya pembunuhan umat manusia, namun dilihat
10

dari

sudut

pandang

global,

dapat

diungkapkan

nilai

dan

makna

kemanusiaannya. Perang yang pada saat berlangsungnya sebagai ajang


pertentangan berbagai pihak atau berbagai Negara, ternyata setelah usai
menjadi alat pemersatu berbagai bangsa dalam memikirkan umat secara
global. Pengalaman buruk dari perang telah menjadi alat penyadar umat dunia
untuk memikirkan hal-hal yang lebih bernilai dan bermakna bagi kemanusian.
Bahkan secara global, meningkatkan kemampuan IPTEK yang mendukung
kesejahteraan. Sebaliknya pengalaman negatif yang membawa malapetaka
terhadap penghancuran umat, menjadi acuan kewaspadaan bagi kepentingan
bersama. Bagi kepentingan pendidikan, perang yang merupakan peristiwa
sejarah itu juga menjadi ajang meningkatkan kesadaran, penghayatan, dan
kewaspadaan peserta didik terhadap bahaya perang modern di hari-hari
mendatang.
Pertemuan internasional yang bernilai dan bermakna sejarah seperti
antara lain Konferansi Asia Afrika (1955) yang terkenal dengan Semangat
Bandung, telah meningkatkan kesadaran masyarakat Asia Afrika akan
haknya sebagai umat yang memiliki hak untuk berdaulat di negaranya sendiri,
bernilai kemanusiaan yang meningkatkan martabat manusia di kawasan ini.
Peristiwa itu juga membukakan mata Negara-negara maju sebagai bekas
penjajah terhadap arti kemerdekaan bagi bekas Negara jajahan yang wajib
diperhitungkan.

Dari

peristiwa

sejarah

tersebut,

telah

menyadarkan

masyarakat Dunia Ketiga terhadap pentingnya persatuan untuk menghadap


Negara-negara besar yang secara sosial budaya, sosial ekonomi, dan sosial
politik lebih kuat daripada negara-negara Dunia Ketiga yang bersangkutan.
Perspektif global sejarah yang demikianlah yang wajib diangkat dalam
pendidikan.
3. Perspektif Global dari Visi Ekonomi
Menurut H.W. Arndt dan Gerardo P Sicat (1991:3, dalam Nursid
1999:2.9) ilmu ekonomi adalah suatu studi ilmiah yang mengkaji bagaimana
orang perorang dan kelompok-kelompok masyarakat menentukan pilihan.
11

Manusia mempunyai keinginan yang tidak terbatas. Untuk memuaskan


bermacam-macam keinginan yang tidak terbatas tersebut, tersedia sumber
daya yang dapat digunakan. Berbagai sumber daya ini tidak tersedia dengan
bebas. Sumber daya ini langka dan mempunyai berbagai kegunaan alternatif.
Pilihan penggunaan dapat terjadi antara penggunaan sekarang (hari ini) dan
penggunaan hari esok (masa depan).
Berdasarkan konsep di atas, pembahasan ilmu ekonomi menyangkut
beberapa aspek yang meliputi:
a. Menentukan pilihan
b. Keinginan yang tidak terbatas
c. Persediaan sumber daya terbatas, dan bahkan ada yang langka
d. Kegunaan alternatif sumber daya
e. Penggunaan hari ini dan hari esok
Dari aspek-aspek yang telah dikemukakan tadi, jelas bahwa perspektif
ekonomi terkait dengan waktu, hari ini dan hari esok. Sedangkan apa yang
diperspektifkan, terutama berkenaan dengan keinginan yang cenderung
tidak terbatas, persediaan sumber daya itu terbatas bahkan langka, dan adanya
penggunaan alternatif sumber daya.
Perspektif ke hari esok atau masa yang akan datang, terkait luas
dengan pertumbuhan penduduk, kemajuan dan penerapan IPTEK dalam
proses produksi serta distribusi, kebutuhan yang cenderung tidak terbatas
kuantitasnya, dan akhirnya persediaan sumber daya yang terbatas bahkan
langka. Sedangkan penggunaan sumber daya alternatif, sangat berkaitan
dengan IPTEK dan kecenderungan kebudayaan.
Dari beberapa sumber daya khususnya sumber daya alam, ada yang
dapat terbarukan (tumbuh-tumbuhan, hewan) dan ada yang tidak dapat
terbarukan (migas, batu bara). Sumber daya yang sifatnya tidak terbarukan
akan habis sekali pakai sehingga persediannya makin terbatas. Sedangkan
dipihak lain, kebutuhan terus meningkat karena pertumbuhan penduduk, dan
keinginan yang cenderung tidak terbatas. Kesenjangan ini bukan bersifat
lokal atau regional, melainkan telah menjadi masalah global. Di sini dituntut
12

kiat-kiat ekonomi untuk menciptakan keseimbangan antara konsumsi di


satu pihak, dan produksi di lain pihak. Salah satu kiat itu, bagaimana
kemajuan dan penerapan IPTEK.
Dalam kondisi global yang penuh dengan kesenjangan, masalah dan
tantangan, baik ekonomi, sosial, budaya, politik, maupun lingkungan hidup,
pengembangan dan pembinaan akhlak menjadi kunci penyelamatan kehidupan
dengan lingkungannya. Oleh karena itu, untuk menghadapi perspektif global
ekonomi berupa perekonomian pasar bebas, beralihnya kawasan ekonomi
maju dari Atlantik ke Pasifik, dan kebangkitan ekonomi Asia Afrika, kita
Bangsa Indonesia wajib siap mental dengan akhlak yang tinggi. Tantangan
global di bidang ekonomi tidak akan kunjung reda. Penyiapan SDM generasi
muda Indonesia menghadapi Abad XXI dengan arus globalnya wajib dirintis
sedini mungkin. Sikap mental wiraswasta harus menjadi cirri SDM
mendatang. (Nursid, 1999:2.12)
4. Perspektif Global dari Visi Politik
Menurut Roger F. Soltau dalam Introduction to Politics (Miriam
Budiarjo: 1991:9, dalam Nursid, 1999:2.18): ilmu politik mempelajari negara,
tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan,
hubungan negara dengan warganya, serta hubungan negara dengan negaranegara yang lain. Dalam sorotan perspektif global, aspek hubungan dengan
negara lain merupakan hal yang pokok. Hubungan dengan negara lain,
khususnya Negara Republik Indonesia dengan negara tetangga yang kita sebut
hubungan regional, dengan negara-negara lain pada umumnya kita sebut
hubungan antarnegara atau antarbangsa atau hubungan internasional, dan
akhirnya dengan semua negara di dunia ini, yang kita sebut hubungan global.
Dengan berpegang pada politik luar negeri yang bebas aktif, Indonesia
terjun ke berbagai kegiatan penyelesaian pertikaian politik seperti di kamboja,
Filipina, Bosnia, Palestina, Israel, dan lain-lain.Kegiatan tersebut lebih
meningkatkan kedudukan Indonesia di bidang politik, terutama politik luar

13

negeri. Hal tersebut menjadi landasan kerja sama di bidang ekonomi.


Kepercayaan negara lain termasuk negara Adikuasa di bidang politik, lebih
membuka jalan kerjasama di bidang ekonomi. Bantuan ekonomi menjadi
terbuka.
Stabilitas dan kemajuan politik Indonesia, khususnya politik luar
negeri, berpengaruh terhadap kondisi politik global. Hal ini dapat kita hayati
tentang dampak Konferensi Asia Afrika. Pimpinan dan pengaruh Indonesia
dalam gerakan Non-Blok (GNB) terhadap kebangkitan di Afrika dan Amerika
Latin atau Negara-negara Selatan pada umumnya. Kebangkitan negara-negara
Selatan menumbuhkan perhatian Negara-negara Utara.Negara-negara yang
terakhir ini tidak lagi mengabaikan negara-negara Dunia Ketiga atau Negaranegara Selatan tersebut. Peranan dan keberhasilan politik luar negeri
Indonesia telah bergema secara global, baik di Negara-negara Selatan maupun
di Negara-negara Utara, termasuk Adikuasa.
Negara Republik Indonesia sebagai warga dunia, tidak dapat
melepaskan diri dari pengaruh perkembangan di negara lain, khususnya di
negara yang telah maju, lebih khusus lagi di negara-negara adikuasa.
perkembangan di Uni Soviet, Republik Rakyat Cina, Jerman, Jepang, dan
Seterusnya, selalu ada pengaruh terhadap kehidupan politik, khususnya politik
luar negeri Indonesia. Paling tidak, Indonesia harus memperhitungkan
kecenderungan dan peluang yang akan terjadi akibat perubahan di negara lain
itu.
Konsep glasnots (keterbukaan) dan perstroika (pembaruan) yang
digagaskan oleh Gorbachev, menjadi landasan terjadinya pendekatan
antarnegara dikuasa Rusia dan Amerika Serikat. Gerakan ini menjadi pokok
pangkal

berakhirnya

perang

dingin

di

antara

negara-negara

yang

bersangkutan. Kenyataan itu pula membawa dampak yang luas terhadap


perubahan peta politik dunia, terutama yang dialami oleh negara-negara Blok
Timur yang di pimpin oleh Uni Soviet.

14

Perubahan peta politik global telah dimulai sejak berakhirnya Perang


Dunia II. Mulai saat itu banyak negara jajahan, termasuk di dalamnya
Indonesia melepaskan diri dari negara penjajah. Negara-negara tersebut yang
secara politik sepenuhnya diatur oleh penjajah, setelah berakhirnya PD II
tersebut dituntut untuk mengatur politiknya sendiri. Setelah berakhir perang
dingin perubahan peta politik itu makin menonjol.
Penjajahan politik berakhir, namun penjajahan ekonomi makin gencar.
Negara-negara yang baru merdeka pada era pasca-Perang Dunia II secara
politik telah merdeka namun, secara ekonomi, mereka dijajah. Indonesia
secara politik telah berhasil, telah menjadi negara yang secara politik
diperhitungkan oleh negara-negara lain.
5. Perspektif Global dari Visi Sosiologi
Menurut Frank H. Hankins (Fairchild, H.P. dkk., 1982: 302, dalam,
Nursid: 1999:2.22), Sosiologi adalah studi ilmiah tentang fenomena yang
timbul akibat hubungan kelompok-kelompok umat manusia, studi tentang
manusia dan lingkungan manusia dalam hubungannya satu sama lain. Dalam
sosiologi,

objek

yang

menjadi

sorotan

utamanya

yaitu

hubungan

antarmanusia, terutama dalam lingkungan yang terbentuk oleh manusia


sendiri, atau yang disebut lingkungan sosial. Hubungan sosial dan interaksi
sosial yang dialami manusia dan lingkungannya makin lama makin luas dan
berkembang.

Luasnya

interaksi

sosial

mulai

dari

keluarga,

teman

sepermainan, tetangga, tingkat lokal dusun, tingkat regional provinsi, dan


sampai ke tingkat global antarbangsa di dunia.
Interaksi sosial yang langsung (tatap muka) dan tidak langsung melalui
berbagai media yang makin intensif serta makin meluas, membawa perubahan
sosial, kemajuan sosial yang berdampak luas terhadap opini, kecerdasan, nalar
dan wawasan manusia yang mengalaminya. Pengetahuan, ilmu dan
pengenalan teknologi yang terbawa oleh satu pihak kemudian diterima oleh
pihak lain melalui berbagai media, berdampak luas terhadap tatanan sosial,
baik itu material maupun non-material. Pakaian, peralatan, dan perangkat

15

kasar yang lain, tidak hanya terbatas digunakan serta dimanfaatkan oleh orang
tertentu, melainkan telah memasuki kehidupan segala lapisan masyarakat
secara lokal, regional, bahkan juga global.
Tatanan non-material, nilai dan norma, juga mengalami pergeseran.
Bersalaman, tepuk punggung, tegur sapa ada ala Barat telah masuk ke dalam
kehidupan orang Indonesia. Jenis permainan, jenis olahraga dan jenis kesenian
yang semula termasuk tradisional, dewasa ini telah merambah segala penjuru
dunia. Pertandingan olahraga, kunjungan dan pertukaran pemuda pelajar,
pertemuan pramuka (jambore), tingkat daerah, tingkat regional, tingkat
nasional, serta antarnegara, merupakan interaksi sosial yang meluas, paling
tidak diwakili oleh kelompok yang bertemu saat itu. Suasana dan peristiwa
yang demikian itu, tidak hanya ketemu atau interaksi manusianya saja,
melainkan juga terjadi pertemuan berbagai aspek sosial yang terbawa oleh
kelompok-kelompok manusia itu. Hal demikian tidak hanya berdampak lokal,
regional, nasional, tetapi global.
Dari arus global dan interaksi sosial baik langsung maupun media
tentu saja memiliki dampak negatif dan dampak positif, dampak negatif itulah
yang perlu di waspadai karena bisa menjadi racun bagi kehidupan sosial.
Masalah sosial yang mengglobal ini merupakan penghancuran umat dalam
jangka yang relatif cepat meracuni generasi muda. Harus menjadi perhatian
dan kepedulian kita bersama bahwa ada kelompok manusia yang bertujuan
komersial, bisnis dan barangkali juga tujuan politik secara sengaja melakukan
penetrasi sosial budaya dengan memanfaatkan media canggih yang dapat
menghancurkan umat tadi. keberadaan media elektronik dengan suasana
terbuka pada kondisi global saat ini, tidak lagi dapat dibendung.
pembendungannya terletak pada akhlak, mental, dan moral yang kuat pada
diri masing-masing, terutama pada diri pembuat keputusan di tingkat nasional
dan internasional.
Horton dan Hun (1976: 22, dalam Nursid, 1999:2.22) sosiologi
didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang kehidupan sosial umat manusia,
16

harus mengembangkan kemampuan perspektif global dalam menyimak


masalah-masalah global yang mengancam kehidupan umat manusia, yang
selanjutnya

mengembangkan

metode-metode

pemecahan masalah-masalah tadi.


6. Perspektif Global dari Visi Antropologi
Antropologi,
khususnya
Antropologi

operasional

Budaya

alternatif

menurut

Koentjaraningrat (1990: 1112) dikatakan sebagai pengganti Ilmu Budaya,


merupakan studi tentang manusia dengan kebudayaannya. Sedangkan oleh
E.A

Hoebel (Fairchild, H.P dkk., 1982: 12) didefinisikan sebagai studi

tentang manusia dengan pekerjaannya, lebih menitikberatkan kepada


kebudayaan sebagai hasil pengembangan akal pikiran manusia. (dalam
Nursid, 1999:2.25)
Sudut pandang Antropologi terhadap perspektif global, terarah pada
keberadaan dan perkembangan budaya dengan kebudayaan dalam konteks
global. Namun sorotan dan kajiannya tidak terlepas mulai dari tingkat lokal,
regional, nasional, internasional sampai ke tingkat global yang sedang
mengarus saat ini.

Keterangan:

17

I.
II.
III.
IV.

Lokal
Nasional/ Regional
Internasional/ Interegional
Global
Hakikatnya, perkembangan aspek kehidupan apa pun yang mengarus

mulai dari tingkat lokal sampai ke tingkat global, dasarnya terletak pada
budaya dengan kebudayaan yang menjadi milik otentik umat manusia.
Makhluk hidup, apakah itu tumbuh tumbuhan ataukah hewan, tidak mungkin
dapat mengubah tatanan kehidupannya sampai mengglobal. Di sinilah letak
keunikan umat manusia dibandingkan dengan makhluk hidup lain nonmanusia. Contoh perkembangan kemajuan di sekitar seperti bangunan dari
gubuk, rumah darurat, rumah permanen sampai gedung bertingkat pencakar
langit. jalan mulai jalan setapak, jalan desa, jalan kabupaten, jalan provinsi,
jalan negara sampai jalan tol yang dilengkapi dengan jembatan layang.
Kendaraan mulai dari yang didorong/ditarik oleh manusia, ditarik oleh hewan,
kendaraan bermotor, sampai kendaraan ruang angkasa.Semua tidak lain hasil
dari pengembangan akal pikiran manusia atau hasil pengembangan budaya
sebagai perkembangan kebudayaan.
Sudut pandang Antropologi terhadap perspektif global, berarti
mengamati, menghayati, dan memprediksi perkembangan kebudayaan secara
menyeluruh yang aspek serta unsur-unsurnya itu berkaitan satu sama lain
terintegrasi dalam kehidupan umat manusia. Secara perspektif, meningkatnya
pendapatan masyarakat (ekonomi) terkait dengan meningkatnya kemampuan
masyarakat untuk memanfaatkan dirinya menggunakan peralatan mengolah
sumber daya (budaya). Hal itu tidak dapat dilepaskan dari pendidikan yang
diperoleh (budaya) dalam arti yang seluas-luasnya, formal, nonformal, dan
informal.
Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari interaksi sosial (sosiologisosial) yang dilakukan oleh anggota-anggota masyarakat bersangkutan.
Suasana kondusif terselenggaranya pendidikan sangat ditentukan oleh
18

ketentraman, jaminan peraturan, kepemimpinan, dan pemerintahan yang stabil


(politik), sehingga terdapat serta tumbuh ketenangan hati dan kesadaran dalam
diri anggota masyarakat tadi (psikologi).
Dalam kehidupan umat manusia yang makin terbuka, persilangan
kebudayaan, bukan hanya merupakan tantangan, melainkan sudah menjadi
kebutuhan, kenyataanyya negara-negara di dunia termasuk Indonesia, secara
sengaja melakukan pertunjukan kesenian keliling dunia, kunjungan anggota
DPR ke seluruh dunia, pertukaran pelajar-pelajar antarnegara, belum lagi
pertemuan internasional berbagai pakar dari berbagai bidang ilmu
pengetahuan. Dalam suasana yang demikian, manusia menjadi dutanya
berinteraksi, sedangkan aspek budaya yang dibawa dan dibawakan
bercampur-baur. Dalam kondisi yang demikian, disadari atau tidak, terjadi
persilangan unsur-unsur kebudayaan. Proses yang demikian, tidak dapat
dicegah bahkan dilakukan secara sengaja. Pada aspek-aspek tertentu, bahkan
direncanakan secara sistematik. Demikianlah proses globalisasi budaya yang
secara sengaja dilakukan oleh kelompok-kelompok manusia, dan bahkan oleh
negara-negara di dunia ini.
D. PERSPEKTIF GLOBAL DARI IPTEK, TRANSPORTASI,
KOMUNIKASI, DAN INTERNASIONAL
Makin meluas dan meningkatnya proses globalisasi dalam segala aspek
kehidupan, karena adanya perangkat yang menjadi medianya. Perangkat tersebut
meliputi perangkat lunak seperti ilmu pengetahuan, dan Teknologi (IPTEK), serta
perangkat keras yang meliputi alat transportasi dan komunikasi. Perkembangan,
kemajuan dan pemanfaatan perangkat keras (transportasi, komunikasi) tidak
dapat dipisahkan dari perkembangan, kemajuan dan penerapan IPTEK, demikian
juga sebaliknya. Diantara perangkat lunak dan perangkat keras, terdapat
hubungan fungsional yang saling mempengaruhi. Perspektif global dilihat dari

19

visi IPTEK, tansportasi, komunikasi, dan internasional akan dijelaskan sebagai


berikut:
1. Perspektif Global dari Visi IPTEK
Pengetahuan merupakan pengalaman yang bermakna dalam diri tiap
orang yang tumbuh sejak ia dilahirkan. Oleh karena itu, manusia yang normal,
sekolah ataupun tidak, sudah pasti memiliki pengetahuan. Namun yang
namanya pengetahuan, sifatnya acak. Bagi kita manusia, pengetahuan itu
sangat potensial. Hanya, dalam kehidupan yang makin berkembang dan penuh
tantangan, pengetahuan acak tadi, nilai fungsionalnya tidak mencapai tingkat
yang optimum untuk menghadapi tantangan dan memecahkan masalah yang
makin rumit. Oleh karena itu, pengetahuan yang acak itu wajib ditingkatkan
menjadi ilmu.
Pengetahuan yang acak dan terbuka, melalui proses yang panjang
diorganisasikan serta disusun menjadi bidang-bidang filsafat, humaniora dan
ilmu. Selanjutnya ilmu itu dikelompokkan menjadi ilmu eksak atau Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) serta Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ciri-ciri bila
dibandingkan dengan pengetahuan yang acak dan terbuka terletak pada
adanya sistematik, objek kajian,ruang lingkup kajian dan metode yang
diterapkan serta dikembangkannya. Pengetahuan tidak memiliki ciri-ciri yang
demikian. Pengetahuan dengan ilmu hubungannya sangat erat. Oleh karena
itu, dalam konsep ilmu, biasa juga disebut ilmu pengetahuan. Sebutan atau
panggilan yang demikian diterapkan pada panggilan Ilmu Pengetahuan Alam
dan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Pengetahuan apalagi ilmu (ilmu pengetahuan) fungsional dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Dengan pengetahuan, pemanfaatan benda,
alat, senjata dan juga hewan menjadi judah dan terarah untuk mencapai hasil.
Apalagi setelah pengetahuan itu tersusun menjadi ilmu atau ilmu
pengetahuan, penerapannya memanfaatkan benda, alat,senjata dan hewan tadi
menjadi lebih baik lagi. Penerapan pengetahuan dan ilmu pengetahuan dalam
kehidupan sehari-hari untuk menghasilkan sesuatu, membuahkan kemampuan

20

yang disebut teknologi. Oleh karena itu, Brown & Brown (1980:2)
mengungkapkan, Teknologi

adalah penerapan pengetahuan oleh manusia

untuk mengerjakan suatu tugas yang dikehendakinya. Dengan demikian


teknologi itu dapat dikatakan sebagai penerapan praktis pengetahuan untuk
mengerjakan sesuatu yang kita inginkan. Sedangkan Marwad Daud Ibrahim
(Yudi Latif, editor, 1994:17) mengemukakan: Sekandar upaya untuk
menyamakan presepsi, kiranya perlu dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
ilmu pengetahuan disini adalah suatu jawaban sistematis dari kata
mengapa(know why). Sedangkan teknologi adalah jawaban praktis dari
pernyataan bagaimana (know how). Dengan teknologi orang lalu
memanfaatkan gejala alam, bahkan bisa mengubahnya.
Dari dua pernyataan tadi dapat disimpulkan secara sederhana teknologi
itu tidak lain adalah penerapan pengetahuan dan ilmu pengetahuan untuk
mengembangkan pengetahuan tentang cara memanfaatkan sumber daya untuk
memenuhi kebutuhan tertentu.
Selanjutnya dapat dikemukakan antara penggetahuan dengan ilmu
(ilmu pengetahuan) dan teknologi hubungannya sangat erat. Oleh karena itu
dalam ucapan sehari-hari diungkapkan sebagai ilmu pengethuan dan teknolohi
yang singkatan populernya IPTEK. Perkembangan peradaban masyarakat
manusia dari waktu ke waktu ditandai oleh perkembangan IPTEK ini.
Untuk mengetahui sejarah perekonomian masyarakat manusia yang
dimulai kemampuan yang paling rendah sampai kepada kemampuan yang
paling canggih saat ini. Untuk mengetahui perkembangan tersebut, ikhtisarnya
akan disampaikan sebagai berikut:
a. Masyarakat peramu pangan

sederhana,

kemampuannya

hanya

mengumpulkan bahan pangan baik di darat (hutan, sabana, padang


rumput) maupun diperairan (sungai, danau, rawa, pantai).
b. Masyarakat peramu pangan lebih maju, kemampuan memungut bhan
pangan sudah berkembang dengan menggunakan peralatan tombak, panah

21

untuk berburu dan menangkap ikan serta menggunakan tongkat (sejenis


linggis dari kayu) untuk mencari bahan pangan di darat.
c. Pertanian sederhana dan penggembalaan mulai melakukan cocok tanam
meskipun hanya menggunakan tongkat untuk membuat lubang ditanah
sebagai tempat benih tanaman. Belum dilakukan pencangkulan, pupuk
maupun pengairan. Perburuan binatang didarat berkurang, sudah mulai
dilakukan penggembalaan.
d. Pertania lebih maju telah menggunakan alat pertanian yang lebih maju
seperti, semacam cangkul, pemeliharaan tanaman, dan secara terbatas
dilakukan pemupukan. Memanfaatkan hewan untuk membantu mengolah
tanah. Hewan peliharaan mulai dikandangkan (peternakan sederhana).
Pada masa ini telah terjadi revolusi hijau, terjadi perubahan yang berarti
dalam cocok tanam menggunakan peralatan yang lebih baik, secara
terbatas dilakukan pemupukan dan pengairan.
e. Masyarakat pengrajin mulai membuat peralatan, barang anyaman
sederhana. Membuat barang gerabah (keramik kasar sederhana).
Dalam
kebutuhan

tahap-tahap

(perekonomian)

perkembangan
tentu

saja

cara

memenuhi

terjadi

juga

kebutuhan

perkembangan

teknologinya. Teknologi tau lebih terpadu IPTEK, mulai hanya dari


memanfaatkan

anggota

badan

(tangan,kaki)

menggunakan

peralatan

sederhana sampai peralatan yang lebih baik seperti linggis dari kayu, cangkul
dari batu dan seterusnya. Pada tahap perajinan, khususnya dalam membuat
gerabah, api telah dimanfaatkan oleh masyarakat. Pemanfaatan api ini,
membawa perkembangan IPTEK lebih maju lagi. Dari deretan perkembangan
tadi, sesungguhnya kita telah menerapkan kajian perspektif IPTEK atau lebih
luas lagi perspektif budaya. Tinjauan diatas lebih melihat perkembangan pada
masyarakat sederhana (masyarakat primitif).
Selanjutnya dengan menerapkan pendekatan perspektif budaya Alvin
Toffler

dalam

bukunya

yang

22

berjudul

Gelombang

Ketiga

(1980)

mengemukakan tiga tahap perkembangan. Ikhtisar secara singkat sebagai


berikut (Toffler, 1980:10):
Gelombang pertama

: Ribuan tahun yang lalu telah terjadi perubahan


besar

dalam

bercocok

tanam

sederhana

menjadi pertanian yang paling maju. IPTEK


pertanian yang lebih maju dari periode
sebelumnya,

telah

diterapkan

dan

dimanfaatkan. Saat itu terjadi revolusi hijau.


Gelombang kedua

: Tiga ratus tahun yang lalu tepatnya pada abad


XVII dengan ditemukan mesin uap mesin
pemintal kapas proses produksi di sektor
industri

cepat

meningkat.

Perkembangan

kemajuan dan penerapan IPTEK di bidang


produksi dan industri terjadi lonjakan sehingga
periode ini dikenal sebagi revolusi industri.
Gelombang Ketiga

: Pada abad ini (XX) kemajuan IPTEK


elektronik maju dengan cepat radio, TV dan
telepon

maju

dengan

cepat,

termasuk

penerapannya. Melalui media elektronik ini


berita dan peristiwa cepat tersiar ke seluruh
dunia.

Dengan

dimanfaatkannya

satelit

komunikasi penyiaran TV semakin meluas,


informasi semakin cepat merambah. Oleh
karena itu pada abad XX, telah terjadi revolusi
informasi. Melalui revolusi informasi proses
globalisasi berbagai aspek kehidupan makin
dipacu.
Jika abad XX ini oleh Toffler disebut gelombang ketiga yang ditandai
oleh revolusi informasi, J. Naisbitt (1982) menjulukinya sebagai abad
23

informasi. Pada abad ini segala kemajuan sebelumnya mulai dari lonjakan
IPTEK dalam bidang pertania yang dikenal dengan revolusi hijau kemajuan
dan penggunaan berbagai mesin dalam proses produksi yang dikenal dengan
revolusi industri makin meningkat dan makin meluas. IPTEK dibidang
informasi sebagai sarana penyebarluasan berbagai penemuan dan kemajuan
makin memicu proses globalisasi.kemajuan IPTEK dibidang industri
petrokimia dan bioteknologi juga mendukung revolusi hijau yang lebih maju
serta lebih canggih. Rekayasa mekanik, kimiawi, biotik dan sosial makin
memacu proses produksi, baik dibidang pertanian maupun dibidang industri.
Revolusi hijau dipacu oleh revolusi industri dan disebarluaskan secara global
oleh revolusi informasi. Kondisi yang demikian itu berkat perkembangan
kemajuan penerapan dan emanfaatan IPTEK. Kita sebagai umat beragama
wajib bersyukur. Namun juga wajib waspada. Berikut pernyataan Marwah
Daud Ibrahim (Yudi Latif, editor: 1994: 17, dalam Nursid, 1999:2.34) berikut
ini:
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apa gerangan fungsi IPTEK dan
implementasi logisnya bagi sosok kebudayaan suatu masyarakat, lalu tindakan
apa

yang

harus

diambiluntuk

mengoptimalisasikan

Rahmat

dan

meminimalkan Laknat dari kehadiran teknologi yang bermata dua ini. Inilah
yang akan menjadi pusat perhatian diskusi kita selanjutnya.
Seperti yang dinyatakan David Turney, Marwah Daud Ibrahim melihar
bahwa teknologi atau secara yang lebih lengkap IPTEK mengandung dilema
atau bermata dua. Oleh karena itu disatu pihak kita bersyukur menikmati
rahmat dampak positif dari IPTEK itu namun dipihak lain kita wajib waspada
dari dampak negatif yang menimbulkan laknat malapetaka yang menimpa
lingkungan hidup yang pada akhirnya juga mengancam kehidupan
RahmatNya, setelah diamati bukan hanya telah mengglobal melainkan telah
mengangkasa. IPTEK telah berhasil menciptakan pesawat, bahkan satelit
komunikasi juga memacu dersnya informasi.
24

Berbagai stasiun TV telah memanfaatkan penyiaran globalnya melalui


satelit komunikasi ini. Sedangkan dampak negatif yang membawa laknat juga
telah mengglobal. Berbagai pencemaran yang telah berpengaruh terhadap
kesehatan fisikbiologis dan mental psikologis juga telah mengglobal. Dampak
negatif perkembangan kemajuan dan penerapan IPTEK yang menghasilkan
berbagai ketimpangan itu oleh Toffler (1976) disebut sebagai Guncangan Hari
Esok (Future Shock) tidak hany guncangan fisik (pshysial shcok) melainkan
juga goncangan kejiwaan (psychologgical schock)penyakit- penyakit yang
timbul dimasyarakat yang telah mengglobal. Ketegangan urat syaraf, darah
tinggi, sadisme, kriminalitas, mabuk dsb. Sudah bukan masalah fisik biologis
dan mental psikologis di negar-negara tertentu melainkan telah meluas ke
berbagai

negara

dipenjuru

dunia.

IPTEK

dibidang

komunikasi

informasimenjadi salah satu sarana. Disinilah letak tuntutan bagi dunia


pendidikan dalam arti seluas-luasnya untuk menciptakan kiat mengatasi
dampak negatif IPTEK terhadap guncangan fisik dan psikologis tadi.
2. Perspektif Global dari Visi Transportasi
Dari perspektif budaya dapat diamati dan menghayati perkembangan
alat angkut atau transportasi dari waktu ke waktu. Angkutan itu mulai dari
memanfaatkan tenaga manusia yang sampai saat ini juga masih ada dan masih
dilakukan memanfaatkan alat pikul serta alat usung sederhana memanfaatkan
tenaga hewan, kendaraan beroda yang sederhana kendaraan bermontor,
kendaraan

yang

menggunakan

tenaga

jet

samai

kendaraan

yang

memanfaatkan tenaga surya(matahari) perkembangan tadi tidak terlepas dari


perkembangan daya pikir manusia yang dikonsepkan sebagai perkembangan
budaya. Dengan konsep yang lebih khusus, dapat pula kita konsepkan sebagai
perkembangan IPTEK.
Alat angkut atau transportasi yang semula berfungsi mengangkut
barang dan manusia secara tidak langsung juga membawaberita atau
informasi. Dampak positif dari revolusi industri abad XVIIjuga membawa

25

perkembangan dan kemajuan transportasi meliputi transportasi darat, perairan


dan udara.
Perkembangan jalan sebagai prasarana dan alat angkut sebagai sarana
selain mendekatkan jarak relatif dalam ruang permukaan bumi juga
memecahkan keterpencilan tempat-tempat terpencil. Jalan dan alat angkut
transportasi menjadi urat nadi perekonomian dalam proses distribusi hasil
produksi ke pasar dan ke konsumen. Dengan makin berkembang dan makin
majunya transportasi konsep ekomoni tentang kebutuhan dan sumber daya
produksi distribusi dan konsumsi makin nyata makna dan nilainya. Sejalan
dengan proses yang demikian konsep saling ketergantungan mulai dari tingkat
lokal, regional, nasional, internasional ,bahkan juga tingkat global, dapat
terealisaikan.
Secara ilmiah tidak ada orang, daerah dan negara yang dapat
memenuhi kebutuhan sendiri berapapun besar kekayaannya. Semua
memerlukam bantuan pihak lain atau negara lain. Disinilah letak kedudukan
fungsi dan peranan saling ketergantungan. Perkembangan kemajuan dan
pemanfaatan

transportasi

menjdi

pendukung

pengembangan

saling

ketergantungan tadi.
Dalam pemanfaatan transportasi untuk perdagangan yang terbawa itu
tidak hanya barang dagangan dan manusia yang memperdagangkannya.
Melainkan tersertakan pula kebiasaan, bahasa, agama, pengetahuan dan
IPTEK.kontak dan informasi yang antar manusia membawa dampak luas
tidak hany dibidang ekonomi melainkan njuga aspek-aspek budaya,politik,
bahkan juga psikologi. Dampak transportasi yang demikian itu akan memacu
hubungan antar manusia disegala aspek kehidupannya. Proses sosial budaya
dan sosial politik pada masa-masa selanjutnya menjadi lebih menonjol. Proses
sosialisasi, akulturasi difusi dan asimilasi unsur-unsur budaya serta
kebudayaan secara menyeluruh terjadi lebih nyata dan lebih melekat.
Makin berkembang dan majunya transportasi didarat, dilaut dan di
udara. Melalui kontak yang demikian transportasi tidak akan terbatas.

26

Ketergantungan tidak hany terjadi dibidang ekonomi, juga terjadi dibidang


politik dan yang paling bermakna adalah bidang IPTEK. Pertemuan berbagai
pakar ekonomi, politik dan IPTEK antarnegara menunjukkan kenyataan yang
demikian.hal-hal itulah yang secara positif lebih meningkatkan kesejahteraan
manusia didunia ini, sebagai dampak perkembangan, kemajuan dan
pemanfaatan transportasi.
Makin maju dan canggihnya transportasi ada yang harus diwaspadai
ada beberapa yang memanfaatkan dengan tujuan yang negatif seperti
penyelundupan orang jahat,teroris, obat terlarang, dokumen terlarang dsb.jika
proses globalisasi yang terlarang itu tidak teratasi. Akibatnya patologi sosial
yang berupa sadisme, kriminalitas, mabuk dsb akan bertambah terus.
Dari penjelasan diatas, lebih jelas sifat IPTEK yang bermata dua atau
dilematis. Ketergantungan pada transportasi makin lama makin besar. Apalagi
bagi mereka yang bergerak dibidang bisnis, transportasi berupa prasarana dan
sarananya, telah menjadi urat nadi perekonomian. Dilemanya terletak pada
penyalahgunaan transportasi bagi kepentingan negatif oleh pihak dan
kalangan tertentu.
3. Perspektif Global dari Visi Komunikasi
Berlainan dengan IPTEK, komunikasi itu tidak hanya menjadi milik
outentik umat manusia. Tumbuhan dan hewan pun memiliki cara
berkomunikasi sendiri. Manusia sebagai makhluk hidup yang berbudaya yang
mengembangkan IPTEK memiliki kemampuan dan kiat dalam berkomunikasi
yang beragam yang juga berkembang dan dikembangkan. Mulai dari
masyarakat sederhana sampai ke modern, cara komunikasi ini juga bertahap,
beragam dan berkembang, IPTEK inilah yang menjadi salah satu sarana
komunikasi yang makin berkembang.
Komunikasi yang dilakukan oleh manusia sangat beraneka ragam,
mulai dari yang paling sederhana dengan kedipan mata, angkat dan lambaian
tangan, suara dll semua itu untuk kepentingan hubungan sosial yang motifnya
juga beragamdari perspektif budaya, komunikasi dalam berbagai bentuk cara

27

dan sarananya juga merupakan perkrmbangan budaya terutama setelah


menggunakan bahasa serta lambang-lambang ilmu pengetahuan.
Dari perspektif global keberhasilan saling ketergantungan dalam segala
aspek krhidupan tidak dapat dilepaskan dari keberadaan serta peranan
transportasi dan media komunikasi.
4. Perspektif Global dari Visi Internasional
Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) merupakan lembaga dunia yang
memperhatikan segala aspek kehidupan antar negara-negara anggotanya. Oleh
karena itu lembaga ini mewadahi lembaga-lembaga khusus yang menngani
suatu aspek tertentu. Meliputi masalah-masalah kependudukan, pangan,
lingkungan hidup dan perdamaian. Masalah-masalah tersebut sebenarnya
saling terkait satu sama lain sebagai contoh dari masalah kependudukan
(United National Fund for Population) dan masih banyak berbagai aspek
lainnya.
Masalah lingkungan hidup, yang dampak negatifnya mengkhawatirkan
tatanan kehidupan global, tidak terlepas dari masalah kependudukan, industri,
sumber daya, kesehatan, dan tatanan alamiah pada umumnya. Masalah
lingkungan hidup ini ditangani oleh program PBB untuk Lingkungan Hidup
(United Nations Evitonment Programme).
Masalah perdamaian sebagai agenda yang tidak terselesaikan,
menyangkut pertikaian global tentang senjata nuklir, percobaan nuklir,
pertikaian antarnegara tentang perbatasan, klaim atas sesuatu kawasan atau
pulau, dan pertikaian antaretnis dalam satu negara, namun berdampak global
terhadap perdaimaian dunia serta penderitaan umat manusia.
Suatu hal yang menjadi kepentingan global umat manusia, terutama
berkenaan dengan jualitas SDM, berkenaan dengan kebudayaan, pendidikan
dan ilmu pengetahuan. PBB sangat berkepentinganm dengan kualitas SDM
ini. Apa pun masalah global yang terjadi di dunia, tidak terlepas dari
manusianya, terkait dengan SDM di mana pun adanya. Hal-hal yang
berkenaan dengan kebudayaan, pendidikan dan ilmu pengetahuan ini,

28

ditangani oleh Organisasi PBB Urusan kebudayaan, pendidikan, dan Ilmu


Pengetahuan.
Kecenderungan yang akan makin meluas pada tatanan internasional,
yang mengglobal dalam perspektif ekonomi dan ekologi, yaitu berkenaan
dengan relokasi industri dari negara-negara maju ke negara-negara sedang
berkembang, termasuk di dalamnya ke Indonesia. Negara-negara maju sudah
berpengalaman,

karena

mengalami

dampak

industrialisasi

terhadap

lingkungan di negara setempat bagaimana permasalahannya. Sedangkan


negara-negara sedang berkembang ini belum memiliki kesiapan bagaimana
upaya menyeimbangkan industrialisasi dengan lingkungan serta sumber
dayanya. Menerima relokasi industri dengan kehausan pembangunan tanpa
kesiapan kemampuan SDM pengelola keseimbangannya, dalamn perspektif
waktu ke depan sudah pasti akan menghadapi hari-hari kelabu.
Oleh karena itu, dunia internasional dituntut untuk memberikan
bimbingan, agar ketimpangan antara ekonomi dengan ekologi ini tidak terjadi.
Karena jika degradasi lingkungan ini terjadi, dampaknya tidak hanya
menimpa negara yang menerima relokasi, melainkan akan meluas ke dunia
internasional, bahkan juga mencapai batas global.

29

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perspektif global adalah suatu cara pandang dan cara berpikir terhadap
suatu masalah, kejadian atau kegiatan dari sudut kepentingan global, yaitu dari
sisi kepentingan dunia atau internasional. Oleh karena itu, sikap dan perbuatan
kita juga diarahkan untuk kepentingan global. Perspektif global merupakan suatu
pandangan yang timbul akibat suatu kesadaran bahwa hidup dan kehidupan ini
untuk kepentingan global yang lebih luas. Perspektif global sebagai suatu
kemampuan yang harus kita miliki, tidak akan lahir dan terjadi begitu saja tanpa
upaya. Oleh karena itu, diperlukan proses untuk mengembangkan dan
membinanya, terutama bagi generasi muda yang akan menjadi sumber daya
manusia (SDM). Bagi bangsa Indonesia kesadaran akan pentingnnya pendidikan
global secara yuridis tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
Globalisasi dunia merambah ke segala segi kehidupan manusia termasuk
bidang pendidikan. Salah satu bidang pendidikan yang dirambah arus globalisasi
yaitu pendidikan IPS. Konsep-konsep yang menjadi konsep kunci dalam
30

pembelajaran pendidikan IPS yaitu geografi, sejarah, ekonomi, politik, sosiologi,


antropologi. Makin meluas dan meningkatnya proses globalisasi dalam segala
aspek kehidupan, karena adanya perangkat yang menjadi medianya. Perangkat
tersebut meliputi perangkat lunak seperti ilmu pengetahuan, dan Teknologi
(IPTEK), serta perangkat keras yang meliputi alat transportasi dan komunikasi.
Perkembangan, kemajuan dan pemanfaatan perangkat keras (transportasi,
komunikasi) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan, kemajuan dan penerapan
IPTEK, demikian juga sebaliknya.

DAFTAR PUSTAKA
Nursid, S. Kuswaya Wihardit.1999. Perspektif Global. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sornantri, N.2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

31

Anda mungkin juga menyukai