Anda di halaman 1dari 21

SKRIPSI

“STRATEGI DIPLOMASI KEMANUSIAAN INDONESIA DAN NON-


GOVERNMENT ORGANIZATION TERHADAP REFUGEES STUDI KASUS :
REFUGEES PALESTINA DI YORDANIA PADA TAHUN 2018-2022"

Oleh:

Shane Resley Kuhuparuw

372018038

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU SOSIOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perpindahan lintas batas manusia semakin menjadi salah satu problematika


internasional yang bersifat kompleks yang mulai diperhatikan serta diperbincangkan dalam
ranah internasional. Problematika ini dikarenakan adanya konflik internal dalam suatu negara
sehingga berdampak yang sangat besar terhadap keamanan masyarakat dalam negara
tersebut. Melalui data statistik yang dikeluarkan oleh United Nations High Commisioner for
Refugee (UNHCR), dimana pada tahun 2014 menjadi tahun lonjakan terhadap. Jumlah
pengungsi di dunia, sejak pecahnya perang Suriah pada tahun 2011 sehingga menyumbang
banyak populasi pengungsi. Tercatat dalam statistik UNCHR bahwa hingga tahun 2018,
kawasan Timur Tengah adalah penyumbang pengungsi terbanyak yaitu sekitar 5,6 persen dari
total populasi di Timur Tengah terpaksa menjadi pengungsi. Palestina adalah salah satu
negara dari kawasan Timur Tengah yang menyumbang pengungsi sebanyak 700 ribu jiwa
dan tersebar di beberapa wilayah, yaitu Yordania, Suriah, Lebanon, Tepi Barat, dan Jalur
Gaza (UNHCR, 2018)

Pada bulan Februari 2018, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa sudah
saatnya bagi Indonesia untuk membantu negara-negara lain yang sedang menghadapi
bencana kemanusiaan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kondisi negara Indonesia saat ini yang
adalah sebagai negara yang berpendapatan menengah. Yordania adalah salah satu negara
yang menerima pengungsi dari beberapa negara wilayah Timur Tengah, salah satunya
Palestina. Ada sekitar 2,3 juta mayoritas pengungsi Palestina yang tinggal di Yordania sejak
tahun 1948. Oleh karena itu Presiden menginstruksikan untuk mengaktifkan diplomasi
kemanusiaan dengan tujuan guna untuk menghadapi krisis akibat dari konflik serta untuk
memelihara perdamaian dunia. Keputusan yang di buat oleh Presiden tersebut diinstruksian
dalam kesempatan saat rapat koordinasi bersama dengan semua duta besar Indonesia yang di
laksanakan di Jakarta. Dalam rapat tersebut Jokowi juga mengatakan bahwa salah satu negara
yang tepat untuk pelaksanaan diplomasi kemanusiaan Indonesia adalah Yordania. Presiden
melihat Yordania adalah negara yang berbatasan langsung dengan negara-negara yang
memiliki konflik, seperti Palestina, Irak, dan Suriah, untuk itu pastinya di Yordania telah
menjadi negara yang menampung banyak pengungsi di Timur Tengah. Dalam melaksanakan
bantuan kemanusiaan terhadap refugees Palestina, pemerintah Indonesia tidak hanya berdiri
sendiri, namun terdapat berbagai aktor yang berperan penting dalam mengambil bagian
seperti hadirnya keterlibatan lembaga yang bergerak dalam bidang sosial dan kemanusiaan
turut dalam mempermudah setiap penyaluran bantuan ke Palestina (Kusuma, 2019). Peran
yang diberikan lembaga sosial kemanusiaan terhadap Palestina sangat berimplikasi pada
peningkatan citra Indonesia dalam ranah internasional sehingga antara pemerintah Indonesia
dan lembaga sosial kemasyarakatan Indonesia memiliki saling bersinergi satu sama lain
dalam melaksanakan serta memberikan Bantuan kemanusiaan terhadap pengungsi Palestina.

Indonesia memiliki hubungan yang sangat dekat dengan negara Palestina, dimana
hubungan diplomatik antara kedua negara tersebut sudah terjalin cukup lama yaitu sejak awal
kemerdekaan Indonesia, lewat dukungan Palestina yang saat itu mengakui kedaulatan negara
Indonesia. Selain itu Indonesia juga merupakan negara pertama yang mengakui kedaulatan
dan kemerdekaan Palestina sebagai negara, setelah deklarasi yang dilakukan Palestina di
Aljazair pada 5 November 1988 (Kementerian Luar Negeri, 2018). Dukungan antara kedua
negara masih berjalan sampai saat ini, dapat dilihat melalui tindakan Indonesia yang terus
memberikan bantuan kepada pengungsi Palestina yang berada di Yordania. Sedangkan
hubungan diplomatik antara Indonesia dan Yordania dikenal sangat baik oleh dunia
internasional dimana hubungan bilateral mereka terjalin selama 70 tahun yang dirayakan
pada bulan April tahun 2020. Kedua negara tersebut sangat solid dalam bekerjasama di
bidang ekonomi dan peningkatan kapasitas perdagangan berupa ekspor dan impor. Selain itu
tentu saja kedua negara tersebut berada dalam posisi yang sama dalam mendukung Palestina.
Untuk itu Indonesia terus memberikan dukungan dan bantuan kepada pengungsi Palestina
lewat Yordania

Konflik yang melatar belakangi sehingga warga Palestina harus melakukan


pergerakan perpindahan lintas batas negara adalah konflik antara Palestina dan Israel. Konflik
ini merupakan konflik bersejarah yang hingga saat ini masih menjadi perbincangan dan
kekhawatiran masyarakat internasional karena belum menemukan solusi penyelesaian konflik
tersebut. Akibat dari konflik ini menyebabkan banyak warga Palestina harus menjadi
pengungsi dalam kurun waktu yang cukup lama. Konflik Israel-Palestina bermula sejak
pertengahan tahun 1800an, dimana awal permasalah dari konflik ini adalah perebutan
wilayah teritorial dan warga Palestina yang merasa terhambat dalam memperoleh hak
kemanusiaan mereka. Deklarasi Balfour adalah pokok masalahnya, dimana deklarasi tersebut
dimaklumtakan oleh Menteri Luar Negri Inggris, Arthur Jamer Balfour pada tahun 1917.
Deklarasi tersebut berisi surat mengenai sebuah rencana pembangunan rumah nasional di
Palestina untuk para warga Yahudi. Peristiwa deklarasi tersebut kemudian dengan peristiwa
Perang Nakba yang adalah perang pertama antara Arab dan Israel. Akibat dari konflik-
konflik tersebut tahun 1947 sampai tahun 1949 terjadi pergolakan pengungsi Palestina yang
menyebabkan sekitar 750 ribu sampai 900 ribu warga Palestina menjadi terlantar. Pada akhir
tahun 2003 diperkirakan ada lebih dari 7 juta warga Palestina yang terlantar, didalamnya
termasuk 5,7 juta warga Palestina yang telah mengungsi sejak tahun 1948 (Bata, 2019).

Penulis kemudian memfokuskan penelitian terkait diplomasi kemanusiaan Indonesia


kepada pengungsi Palestina di Yordania. Kasus refugees yang terus meningkat dan menjadi
perbincangan bagi para aktor Internasional sehingga pemerintah Indonesia melakukan
tindakan dengan harus berpartisipasi bersama aktor non pemerintah dalam membantu negara
yang mengalami negara yang mengalami bencana kemanusiaan sekaligus menjaga
perdamaian dunia. Dengan demikian penelitian yang dilakkan merujuk kepada strategi
diplomasi kemanusiaan Indonesia terhadap pengungsi Palestina di Yordania yang di dukung
oleh organisasi non pemerintah dengan tujuan menjaga perdamaian internasional.

1.2 Rumusan Masalah

Dari adanya latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat ditentukan
rumusan masalahnya yaitu bagaimana strategi diplomasi yang dilakukan dalam memberikan
bantuan kemanusiaan terhadap Refugees Palestina di Yordania pada tahun 2018-2022?

1.3 Tujuan Penelitian

Melalui latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penulis dapat
memberitahukan tujuan penelitiannya yaitu untuk menjelaskan bagaimana strategi
pemerintah bersama lembaga sosial masyarakat dalam memberikan bantuan kemanusiaan
terhadap Refugees Palestina di Yordania.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini di bagi kedalam dua bagian, yaitu:

1. Manfaat Praktis

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti lain untuk mengetahui
bagaimana strategi yang dilakukan pemerintah Indonesia bersama lembaga sosial masyarakat
dalam memberikan bantuan kemanusiaan terhadap pengungsi palestina di Yordania.

2. Manfaat Teoritis
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai ilmu
pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan referensi atau pedoman penulisan yang
berkaitan.

1.5 Batasan Penelitian

Berkaitan dengan studi kasus diatas bantuan kemanusiaan yang dilakukan oleh
pemerintah Indonesia dan lembaga sosial masyarakat terjadi dalam kurun waktu 4 tahun yang
dimana juga sebagai batasan penelitian di dalam penulisan ini. Tulisan ini membatasi
penelitian pada jangkauan tahun 2018 hingga 2022. Alasan penulis menetapkan batasan
penelitian yang dimulai pada tahun 2018 untuk mengedintifikasi bagaimana Indonesia
dibawah pemerintahan presiden Joko Widodo mulai mengaktifkan kembali diplomasi
kemanusiaannya dalam membantu negara-negara yang sedang mengalami bencana
kemanusiaan dan tindakan bantuan tersebut masih berjalan hingga pada tahun 2022.
BAB II

KERANGKA KONSEPTUAL DAN KERANGKA TEORITIS

2.1 Konsep Diplomasi Kemanusiaan

Diplomasi kemanusiaan adalah suatu tanggungjawab bersama, dikarena diplomasi


sangatlah penting dalam hal untuk merancang, mengimplementasikan, dan menjaga
keamanan kegiatan manusia secara efektif. Menurut definisi International Committee of the
Red Cross (ICRC) humanitarian diplomacy adalah strategi yang berhubungan dengan upaya
untuk mengajak atau mempengaruhi pihak-pihak seperti negara, aktor non-negara, dan atau
masyarakat sipil yang memiliki kekuasaan dan otoritas untuk membantu, melindungi serta
menyelamatkan pihak-pihak yang lemah misalnya para korban konflik, perang, atau bencana
alam. Hal tersebut dilakukan secara berkelanjutan dengan melalui hubungan bilateral dan
multilateral, formal dan informal. Cara-cara yang dilakukan misalnya melalui advokasi
kebijakan dengan pemerintah agar tidak bertindak represif kepada para pengungsi, migran
ataupun pencari suaka, melainkan memberikan bantuan kepada mereka. Bisa juga dengan
melalui komunikasi atau kampanye, agar masyarakat internasional akan bisa peka dan
mempunyai keinginan untuk membantu para korban yang sedang mengalami krisis
kemanusiaan. Dalam melakukan tindakan diplomasi kemanusiaan tersebut wajib untuk
mengacu dan berlandasakan pada prinsip-prinsip fundamental kemanusiaan, yaitu humanity,
neutrality, impartiality, dan independence (Tavel, 2005).

Bagi suatu negara humanitarian diplomacy merupakan sebuah fasilitas untuk


mengekspresikan rasa empati dan solidaritas internasionalnya. Hal itulah yang dapat
membantu suatu negara untuk meningkatkan reputasinya dalam ranah internasional, dan juga
menjadi sarana untuk membangun rasa kepercayaan serta kerjasama yang dapat memperluas
tujuan kebijakan luar negeri demi untuk mencapai tujuan dan kepentingan nasional. Tujuan
utama humanitarian diplomacy adalah harus tetap berfokus pada rasa kemanusiaan dan
bagian terpentingnya adalah bagaimana kepentingan nasional dapat berkontribusi pada
prinsip-prinsip moralitas universal. Humanitarian Diplomacy merupakan praktik yang
seragam untuk semua kegiatan yang mencerminkan budaya, organisasi, kepribadian, serta
latar belakang dari praktisi (O'Hagan, 2017).

2.1.2 Teori Multi-Track Diplomacy


Multi-Track diplomasi merupakan sebuah kerangka konsep yang ditunjukkan dalam
merefleksikan aktivitas dalam proses mewujudkan perdamaian dunia. Multi-Track diplomasi
dilakukan dengan tujuan untuk berkontribusi terhadap proses peacebuilding dan
peacemaking dalam ranah internasional. Muliti-Track diplomasi juga memiliki komponen
yang terkait dalam kegiatannya yaitu individual, institusi, dan memiliki komunikasi dalam
melakukan kerjasama dengan yang lain untuk mencapai sebuah perdamaian dunia (Diamond
& Mc. Donald, 1996). Seiring berkembangnya waktu, adanya anggapan dalam komunitas
internasional jika perdamaian dunia tidak selalu harus dilakukan oleh negara namun juga
dapat dilakukan oleh aktor-aktor selain negara (non-state actor). Multi-Track diplomasi
dipahami dalam ranah internasional sebagai perluasan dari adanya Track one yang
didalamnya hanya terdapat peran negara yang dinilai kurang dalam menyelesaikan
permasalahan perdamaian dunia. Hadirnya Track two atau non-govermen organization
(NGO) dipahami bahwa permasalahan internasional yang sangat luas dan kompleks tidak
hanya dapat diselesaikan oleh sebuah negara, namun pada kenyataannya dalam hubungan
inetrnasional adanya aktor yang beragam seperti aktor non pemerintah dapat hadir dan
bekerjasama dalam menyelesaikan permasalahan inernasional, sebagai contoh runtuhnya
Tembok Berlin dan perang dingin yang terjadi antara kutub timur dan barat dinilai negara
atau pemerintah sendiri tidak dapat menciptakan serta mewujudkan perdamaian dunia.
Mengenai kelanjutannya, terjadi perkembangan yang sangat signifikan pada keterlibatan
masyarakat dalam upaya mewujudkan perdamaian. Melalui hadirnya track two saja, dinilai
masing kurang cukup sehingga dibutuhkannya perluasan peran dari aktor-aktor lain dalam
hubungan internasional. (Mujiono & Alexandra, 2019).
Gambar 1. Nine Actors Multi-Track Diplomacy (Aini, 2019)

2.1.3 Aktor-aktor dalam Multi-Track Diplomacy

Track One : Government. Melalui jalur pemerintah ini, dilakukan segala upaya dalam
hal resolusi konflik dengan melakukan diplomasi secara formal dan resmi melalui pemerintah
serta lembaga-lembaga yang melekat pada sebuah negara. Pada jalur ini, negara juga
dipercaya sebagai aktor yang relative lebih cepat dalam membangun hubungan dengan
negara lain.

Track Two : Professional / Non-Government. Melaui jalur ini, dalam hal mewujudkan
resolusi konflik, kelompok profesional atau non pemerintah dapat menjadi aktor dan berperan
dalam hubungan internasional. Tindakan upaya yang dilakukannya bersifat, preventif,
penyelesaian serta menjaga hubungan antar negara yang dilakukan oleh aktor non
pemerintah.

Track Three : Business. Adanya kelompok bisnis juga dinilai memiliki peran yang
sangat penting dalam berupaya mewujudkan perdamaian dunia. Aktivitas kelompok ini dapat
dilakukan melalui kerjasama dalam bidang ekonomi, perdagangan, komunikasi infomasl serta
pemahaman internasional. Dengan adanya aktivitas ini bertujuan untuk mengurangi
kesenjangan ekonomi yang terjadi diantara masyarakat.

Track Four : Private Citizen. Kegiatan pada jalur ini dilakukan melalui para individu
atau masyarakat dalam mewujudkan perdamaian dunia. Keterlibatan kelompok ini memiliki
peran yang sangat vital, hal tersebut ditunjukkan melalui kerjasama yang dilakukan dengan
berbagai organisasi dan asosiasi yang memiliki dampak langsung terhadap hubungan
internasional.

Track Five : Reseacrh, Training, and Education. Melalui jalur yang difokuskan pada
pendidikan dan peneliti, dapat dipahami bahwa kelompok ini memiliki tugas utama yaitu
dengan melalukan desiminasi mengenai arti pentingnya perdamaian serta upaya dalam
mewujudkan perdamaian secara universal. Dalam konteks penelitian, kelompok ini juga
melakukan pelatihan dan pembelajaran mengenai teknik-teknik bernegoisasi, mediasi,
diplomasi serta resolusi konflik.

Track Six : Peace Activism. Dalam mewujudkan perdamaian dunia, aktor ini
memperjuangkan hak-hak dalam bidang tertentu, seperti adanya aktivitas lingkungan,
pejuang kesetaraan hukum dan gender, pejuang HAM serta pejuang lainnya. Pada jalur ini,
aktor memiliki peran yang penting bagi masyarakat untuk menyuarakan pendapatnya melalui
advokasi serta bekerjasama dengan organisasi politik atau organisasi massa lain.

Track Seven : Religion. Secara umum pemuka agama memiliki peran mengayomi
masyarakat dengan agama tertentu yang sama dengan pemuka agama tersebut. melalui jalur
ini, aktor berperan secara universal terhadap semua agama khususnya dalam konflik-konflik
komunal dan berupaya untuk mengurangi konflik yang terjadi didalam sebua negara.

Track eight : Funding. Kelompok ini dikategorikan sebagai jalur penyediaan dana
terhadap aktor-aktor yang berjuang dalam mewujudkan perdamaian. Dana yang disalurkan
berasal dari kelompok filantropis dengan memfasilitasi aktor yang berperan penting, sehingga
tujuan yang dimiliki aktor tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Kelompok ini juga
berperan aktif dalam pembangunan internasional dengan membantu negara-negara tertentu
yang sedang mengalami permasalahan seperti, rendahnya pendidikan, kemiskinan,
pengangguran serta perbaikan infrastruktur.

Track nine : Media and Public Opinion. Sebagai jalur yang terakhir, media memiliki
peran yang sangat penting sebagai saluran informasi masyarakat mengenai isu-isu yang
sedang terjadi dalam ranah internasional. Dalam multi-track diplomacy, Media dapat
memberikan informasi mengenai aktivitas serta progres yang dilakukan aktor-aktor
sebelumnya dalam mewujudkan perdamaian dunia. Media menjadi sarana masyarakat dalam
memberikan tanggapan dan tindakan terhadap isu yang sedang terjadi dalam ranah
interanasional.
Dalam menjalankan diplomasi kemanusiaan terhadap refugees Palestina di Yordania,
Indonesia menggunakan strategi pendekatan diplomatis, yaitu multi-track diplomacy yang
berfokus pada enam track, yaitu track ke-1, ke-2, ke-3, ke-5, ke-7 dan ke-9. Keenam track
yang di gunakan dalam penelitian ini memiliki keterkaitan satu sama lain dengan posisi yang
sama pentingnya. Kemudian dalam penelitian ini juga, penulis akan menjelaskan secara detail
mengenai Track ini yang akan menunjang penulis dalam menganalisis penelitian ini.

2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian mengenai strategi diplomasi kemanusiaan Indonesia dan Non-


Government Organization terhadap refugees studi kasus : refugees Palestina di Yordania
pada tahun 2018-2022, peneliti akan menggunakan beberapa referensi untuk membantu
dalam menganalisis penelitian yang dilakukan.

Penelitian dengan judul “Dampak Keengganan Pembagian Beban Negara-Negara


North Terjadap Tata Kelola Pengungsi Global : Studi Kasus Pengungsi Timur Tengah”
ditulis oleh ditulis oleh Nadya Malva Islami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana dampak keengganan negara North terhadap pengungsi Timur Tengah sehingga
terjadi lonjakan pengungsi pada negara-negara penerima. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori barang publik (public goods theory) dan teori politik iba (pity
politics theory). Dijelaskan dalam teori barang publik menjadi teori utama apabila berbicara
mengenai problematika pengungsi. Dalam teori ini terdapat dua poin penting yang
menjelaskan pada bagian pertama, bagaimana seluruh negara di dalam sebuah komunitas
dapat menikmati keuntungan yang sama, terlepas dari siapa sajakah yang berkontribusi.
Kedua, bagaimana suatu konsumsi negara dinilai tidak akan mengurangi kesenangan negara
lain dalam menikmati keuntungan yang ada. Hasil Penelitian ini menjelaskan bagaimana
kawasan timur tengah yang selalu menjadi penyumbang pengungsi terbesar. Keengganan
yang dilakukan negara-negara north justru mendatangkan lonjakan pengungsi ke beberapa
negara yaitu : Yordania, Lebanon dan Turki yang kemudian menjadi tiga negara penerima
terbesar sehingga dengan adanya krisis pengungsi tersebut berdampak terhadap stabilitas
nasional negara penerima hingga stabiltas global seperti adanya psrostitusi, kriminalitas lintas
batas, narkoba hingga terorisme.

Penelitian dengan judul “Kebijakan Presiden Trump Dalam Mengurangi Dana


Bantuan The United Nation Relief and Works Agency For Palestine Refugees In The Near
East (UNRWA) Tahun 2018” ditulis oleh Mutiara Salsabila Widiyanti Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebijakan yang dikeluarkan oleh presiden Trump
dalam mengurangi dana bantuan terhadap pengungsi Palestina melalui UNRWA. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori pilihan rasional oleh Graham T. Allison dengan
model aktor rasional. Dalam teori ini dijelaskan bahwa model aktor rasional lebih
memusatkan proses pengambilan keputusan melalui beberapa tahapan seperti tujuan,
alternatif, konsekuensi dan pengambilan keputusan. Model ini juga didasarkan oleh perilaku
pemerintah dari suatu negara yang dihadapkan pada suatu pilihan dengan masing-masing
mempnyai asumsi dalam mempertimbangkan konsekuensi untuk memenuhi tujuan yang
ingin dicapai. Hasil penelitian ini menjelaskan latarbelakang terjadinya konflk antara Israel
dan Palestina serta Hadirnya UNRWA sebagai bentuk kepedulian negara-negara PBB yang
difungsikan dalam membantu pengungsi Palestina yang berada di beberapa negara seperti,
Yordania, Lebanon, Syiria, Serta di tepi barat jalur Gaza. Akan tetapi, dengan tindakan
pemutusan dana yang dilakukan Amerika terhadap UNRWA mengakibatkan adanya krisis
internal serta menyebabkan beberapa layanan masyarakat pengungsi harus ditutup secara
paksa.

Penelitian dengan judul “Peran Cepat Tanggap (ACT) Dalam Pelaksanaan Diplomasi
Kemanusiaan Indonesia” ditulis oleh Mauludina Fernanda Putri Gusnan. Penelitian ini
bertujuan untuk menjelaskan bagaimana keterlibatan pemerintah Indonesia bekerja sama
dengan Lembaga non pemerinah dalam melakukan bantuan kemanusiaan terhadap korban
konflik kemanusiaan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Multi-Track
Diplomacy. Teori ini menjelaskan bagaimana dalam ranah internasional tidak hanya aktor
negara saja yang dapat menyelesaikan permasalahan perdamian dunia tetapi dengan hadirnya
aktor lain seperti Lembaga non pemerintah dapat berkontribusi dalam mempermudah proses
penyelesaian permasalahan dalam lingkup nasional maupun internasional. Hasil Penelitian ini
kemudian menunjukkan bagaimana pemerintah Indonesia bersama Lembaga non pemerintah
memiliki aksi cepat tanggap dalam melakukan bantuan kemanusiaan terhadap negara yang
sedang mengalami krisis kemanusiaan dalam menjaga ketertiban perdamaian dalam ranah
internasional. Dengan peran yang dilakukan aksi cepat tanggap (ACT) terhadap korban yang
sedang mengalami konflik masyarakat lebih mempercaya hadirnya lembaga non pemerintah
dikarenakan adanya transparansi dana serta hal tersebut membantu citra keberhasilan politik
luar negeri Indonesia kususnya dalam diplomasi kemanusiaan dalam ranah internasional.
Penelitian dengan judul “Kebijakan Luar Negeri Indonesia dalam Mendukung
Palestina sebagai Negara Merdeka pada Masa Pemerintahan Joko Widodo” ditulis oleh
Hendra Maujana Saragih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah yang
diambil oleh Presiden Joko Widodo dalam rangka mendukung kemerdekaan Palestina. Teori
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori yang diajarkan oleh Graham T
Alisson teori pilihan rasional. Dalam teori ini menjelaskan terdapat tiga model dalam
pengambilan keputusan terhadap sebuah kebijakan yang dipengaruhi adanya faktor politik
domestik dan eksternal internasional. Hasil penelitian menunjukkan bagaimana Indonesia
memiliki sikap yang tegas dalam mendukung Palestina menjadi negara yang berdaulat.
Dengan posisi yang strategis, Indonesia perlu menjunjukkan kepeduliannya terhadap negara-
negara yang sedang mengalami konflik kemanusiaan.

Penelitian dengan judul “Keterlibatan Pemerintah Indonesia dalam proses Perdamaian


Konflik Israeal-Palestina” ditulis oleh Hilaria Ananda Wibowo. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis dan mendeskripsikan keterlibatan pemerintah Indonesia serta kendala yang
dialami dalam proses perdamaian konflik antara Israel-Palestina. Teori yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teori konflik pelik. Teori ini menjelaskan mengenai konflik
dimulai atas dasar adanya perbedaan, sehingga perbedaan tersebut bertransformasi menjadi
beberapa bagian dalam kehidupan sosial seperti politi, budaya, ekonomi dan lain-lain. Hasil
Penelitian ini menjelaskan bagaimana pemerintah Indonesia telah berkomitmen dan berperan
secara aktif untuk terlibat serta berupaya untuk menyelesaikan konflik antara Israel-Palestina,
dengan mendukng solusi dua negara dan mendorong kemerdekaan Palestina, walaupun
terdapat beberapa kendala dan kerterbatasan.

Kemudian melalui beberapa penelitian diatas, dapat dijelaskan bahwa isu lonjakan
pengungsi timur tengah merupakan problematika yang penting untuk diselesaikan. Indonesia
sebagai negara yang peduli atas konflik kemanusiaan, mengambil tindakan dalam
memberikan bantuan kemanusiaan terhadap pengungsi yang tersebar dibeberapa wilayah
timur tengah. Dalam melakukan tindakannya Indonesia bekerjasama dengan lembaga non
pemerintah untuk mendukung proses penyaluran bantuan kemanusiaan terhadap pengungsi di
Timur Tengah.
2.3 Kerangka Pikir

STRATEGI DIPLOMASI KEMANUSIAAN


INDONESIA DAN NON-GOVERNMENT
ORGANIZATION TERHADAP REFUGEES
PALESTINA

UNHCR Instruksi Presiden

Pengungsi Kawasan Hubungan


Timur Tengah Diplomatik

Konflik Israel-
Palestina
Diplomasi
Kemanusiaan
Kerjasama
Indonesia Multi-Track
Dengan Yordania Diplomacy

Strategi Diplomasi
Kemanusiaan Indonesia
Terhadap Refugees
Palestina

Melalui skema kerangka berpikir yang telah digambarkan diatas, akan dibahas
terlebih dahulu mengenai data yang telah dikeluarkan oleh UNHCR terhadap pengungsi
kawasan Timur Tengah, lalu mengenai instruksi yang dikeluarkan oleh Presiden Joko
Widodo untuk mengaktifkan kembali diplomasi kemanusiaan. Setelah instruksi yang
dikeluarkan oleh Presiden, selanjutnya akan dibahas mengenai konflik yang terjadi anara
Israel dan Palestina yang menyebabkan adanya korban kemanusiaan yang tersebar dibeberapa
wilayah Timur Tengah khususnya di Yordania. Melalui konflik tersebut, Indonesia
melakukan kerjasama dengan Yordania serta strategi diplomasi kemanusiaan dengan
beberapa aktor non pemerintah terhadap pengungsi Palestina.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Jenis Penelitian

Dalam proposal ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dimana


penelitian kualitatif merupakan suatu cara pengambilan data yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis dari fenomena dan perilaku tertentu. Suatu pendekatan
penelitian yang diarahkan pada latar dan individu secara alami dan utuh sehingga tidak
‘mengisolasi’ individu atau organisasi kedalam sebuah variabel atau hipotesis. Penelitian
yang memanfaatkan wawancara terbuka serta dilengkapi dengan pengamatan yang mendalam
untuk memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku seseorang atau sekelompok orang
tentang sesuatu hal atau kasus tertentu. Pengumpulan data pada suatu latar ilmiah dengan
pendekatan yang ada, untuk mencari pemahaman tentang sebuah fenomena dalam suatu latar
yang memiliki konteks khusus. Penelitian yang bertujuan memahami sebuah fenomena secara
apa adanya (khususnya dari perspektif subjek) yang dideskripsikan dalam dalam bentuk kata
dan kalimat pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai
pendekatan yang terdapat didalamnya.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif analisis, adapun pengertian


dari metode deskriptif analisis menurut Sugiono (2009), yaitu suatu metode untuk
mendiskripsikan atau memberi gambaran suatu objek yang akan diteliti melalui data atau
sampel yang telah terkumpul sebagaimanan adanya tanpa melakukan analisis dan membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum. Metode ini dipakai karena permasalahan atau
fenomena tersebut harus membutuhkan pendekatan kualitatif yang terkait cara yang
digunakan oleh peneliti dalam mendekati, memahami, menggali, dan mengungkap fenomena
tertentu dari responden penelitinya. pendekatan deskriptif berfokus pada suatu
permasahalahan sebagaimana adanya saat penelitian, lalu hasil penelitian kemudian diolah
dan analisis untuk diambil kesimpulannya. Adapun data-data untuk mendukung penelitian ini
diperoleh dari penelitian-penelitian sebelumnya dan buku atau referansi yang relevan dengan
tema peneltian yang diperoleh dengan bantuan media cetak atau media internet. Analisis data
dilakukan mulai dari tahap pencarian dan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber, kemudian berusaha dirangkai menampilkan data yang relevan, sehingga menjadi
informasi yang dapat disimpulkan sempai tahap akhir yaitu kesimpulan.

3.2 Unit Amatan dan Unit Analisis

3.2.1 Unit Amatan

Unit amatan merupakan hal yang diamati dalam penelitian, dengan demikian
kemudian unit amatan dalam penelitian ini adalah Refugees Palestina di Yordania pada tahun
2018-2022

3.2.2 Unit Analisis

Unit analisis merupakan hal yang dianggap sebagai subjek penelitian yang berkaitan
langsung dengan komponen yang diteliti. Dengan demikian unit analisa dalam penelitian ini
adalah strategi diplomasi kemanusiaan Indonesia dan Non-Government Organization.

3.3 Jenis Data dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan merupakan data kualitatif berupa data yang disajikan
dalam bentuk kata dan bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif yang akan digunakan
dalam penelitian ini antara lain : Diplomasi Kemanusiaan, Pengungsi Palestina, Bantuan
Kemanusiaan Indonesia.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui data sekunder. Data sekunder ini
merupakan data yang ditinjau serta diperoleh melalui jurnal, buku maupun sumber bacaan
lainnya dan sumber yang menggunakan perantara.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan metode yang digunakan peneliti dalam


memperoleh data penelitian. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data dokumen serta pada pengambilan data yang diperoleh melalui jurnal, buku
dan website yang terpecaya.

3.5 Analisis Data

3.5.1 Pengumpulan Data

Peneliti akan melakukan pengumpulan data terlebih dahulu dalam mendukung


penelitian yang dilakukan melalui berbagai sumber seperti jurnal, file buku dan jurnal resmi.

3.5.2 Reduksi Data

Setelah mengumpulkan data, klarifikasi atau pilih data yang diperoleh dari penelitian
kepustakaan, kepustakaan dan sederhanakan untuk memenuhi kebutuhan penelitian.
Kemudian akan diberikan kode tersendiri untuk memudahkan penggunaan data dalam hasil
penelitian.

3.5.3 Penyajian Data

Langkah yang dilakukan yaitu menampilkan data. Saat menyajikan data, sekumpulan
informasi akan dikumpulkan dan disortir, disesuaikan, kemudian disajikan dalam bentuk
deskriptif sehingga saling memiliki keterkaitan satu sama lain. Dengan hal ini akan
memudahkan penyajian data hasil penelitian yang dilakukan dalam memperjelas dan
mendukung penelitian.

3.5.4 Penarikan Kesimpulan


Pada langkah terakhir, peneliti menarik kesimpulan atau verifikasi kesimpulan.
Setelah langkah – langkah diatas, pada langkah ini akan ditarik kesimpulan dan menjadi hasil
dari penelitian.

BAB IV

“STRATEGI DIPLOMASI KEMANUSIAAN INDONESIA DAN NON-


GOVERNMENT ORGANIZATION TERHADAP REFUGEES STUDI KASUS :
REFUGEES PALESTINA DI YORDANIA PADA TAHUN 2018-2022"

Pengungsi merupakan seseorang yang mengungsi atas terjadinya kekerasan, konflik,


perang serta persekusi yang terjadi dalam suatu negara dan telah mengikis perbatasan
internasional dalam mencari perlindungan di negara lain. Pengungsi dapat didefinisikan dan
dilindungi dalam hukum internasional sebagai inidividu ataupun kelompok yang tidak dapat
serta keinginan untuk tidak kembali ke negara asalnya, dengan alasan adanya penganiayaan
terhadap ras, agama, keanggotaan kelompok sosial tertentu, atau opini politik (International
Trade Centre, 2020).

Majelis Umum PBB mendirikan United Nation Relief and Works Agency for
Palestine Refugees in the Near East (UNRWA) pada Desember 1949 dengan tujuan
memberikan bantuan kemanusiaan terhadap lebih dari 700.000 pengungsi dan orang-orang
yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka di Palestina akibat perang Arab-Israel pada
tahun 1948. UNRWA diberikan mandat untuk melaksanakan “program dan pekerjaan” dalam
mendukung pengungsi Palestina, dimana pengungsi yang dimaksud merupakan pengungsi
yang berada di bawah Mandat Inggris untuk Palestina. Seiring berkambangnya waktu operasi
ini memiliki perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan serta memenuhi perubahan
dengan memberikan bantuan kemanusiaan atas dasar layanan pembangunan manusia wilayah
operasinya yaitu, Lebanon, Yordania, Republik Arab Suriah, serta wilayah Palestina yang
dikuasai. Disisi lain UNHCR memiliki mandat di seluruh dunia untuk memberikan
perlindungan, bantuan dan mencari solusi jangka panjang terhadap para pengungsi serta
orang lain yang membutuhkan perlindungan internasional. Cakupan yang diberikan oleh
mandat UNHCR melingkupi pengungsi Palestina dalam pengertian konvensi pengungsi 1951
sebagaimana yang telah didefinisikan oleh UNRWA (UNRWA, 2007).

4.1 Konflik Antara Israel dan Palestina


DAFTAR PUSTAKA

Bata, A. (2019, Agustus 28). Hubungan Diplomatik Indonesia-Yordania Solid. Retrieved


from BERITA SATU, diakses melalui:
https://www.beritasatu.com/dunia/572325/hubungan-diplomatik-indonesiayordania-
solid
Hendra , M. S. (2018). Kebijakan Luar Negeri Indonesia dalam Mendukung. Jurnal Kajian
Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol,3, 13-146.
Hilaria, A. W. (2017). Keterlibatan Pemerintah Indonesia dalam Proses Perdamaian Konflik
Israel-Palestina. Damai dan Resolusi Konflik, Vol 3, No 1 , 1-28.
Kementerian Luar Negeri. (2018). Indonesia-Palestina. Retrieved from KEDUTAAN
BESAR REPUBLIK INDONESIA DI AMMAN, KERAJAAN YORDANIA
HASYIMIAH : MERANGKAP NEGARA PALESTINA, diakses melalui:
https://www.kemlu.go.id/amman/id/pages/indonesia-palestine/2415/etc-menu
Kusuma. (2019, March 21). Nusantara Palestina Center : Education and Social Working .
Retrieved from Peran Aktor Non-Negara dalam Diplomasi Kemanusiaan Indonesia di
Yordania, diakses melalui: https://blog.npc.id/peran-aktor-non-negara-dalam-
diplomasi-kemanusiaan-indonesia-di-yordania/
Mauludina, F. P. (2018). PERAN AKSI CEPAT TANGGAP (ACT) DALAM. 1-126.
Diakses melalui: http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/23590
Mujiono, D. I., & Alexandra, F. (2019). Multi Track Diplomacy : Teori dan Studi Kasus.
Samarinda: Mulawarman University Press.
Mutia, S. W. (2019). KEBIJAKAN PRESIDEN TRUMP DALAM MENGURANGI DANA.
1-91. Diakses melalui: http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/29207
Nadia, M. I. (2018). Nadia Malva Islami, “Dampak Keengganan Pembagian Negara North
Terhadap Tata Kelola Pengungsi Global : Studi Kasus Pengungsi Timur Tengah.
Universitas Airlangga Repository, 1-18. Diakses mealui:
https://repository.unair.ac.id/75410/
O'Hagan, J. (2017, January 25). The Challenge of Humanitarian Diplomacy. Retrieved from
Australian Institute of International Affairs. Diakses melalui:
https://www.internationalaffairs.org.au/australianoutlook/the-challenge-of-
humanitarian-diplomacy/
Tavel, H. T. (2005). The Humanitarian Diplomacy of The International Committee of The
Red Cross . Relation Internationales, 72-89.
UNHCR. (2018, March 29). Operational Data Portal : Refugee Situation . Diakses melalui:
https://data.unhcr.org/en/situations/syria/location/113

Anda mungkin juga menyukai