Oleh:
372018038
SALATIGA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bulan Februari 2018, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa sudah
saatnya bagi Indonesia untuk membantu negara-negara lain yang sedang menghadapi
bencana kemanusiaan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kondisi negara Indonesia saat ini yang
adalah sebagai negara yang berpendapatan menengah. Yordania adalah salah satu negara
yang menerima pengungsi dari beberapa negara wilayah Timur Tengah, salah satunya
Palestina. Ada sekitar 2,3 juta mayoritas pengungsi Palestina yang tinggal di Yordania sejak
tahun 1948. Oleh karena itu Presiden menginstruksikan untuk mengaktifkan diplomasi
kemanusiaan dengan tujuan guna untuk menghadapi krisis akibat dari konflik serta untuk
memelihara perdamaian dunia. Keputusan yang di buat oleh Presiden tersebut diinstruksian
dalam kesempatan saat rapat koordinasi bersama dengan semua duta besar Indonesia yang di
laksanakan di Jakarta. Dalam rapat tersebut Jokowi juga mengatakan bahwa salah satu negara
yang tepat untuk pelaksanaan diplomasi kemanusiaan Indonesia adalah Yordania. Presiden
melihat Yordania adalah negara yang berbatasan langsung dengan negara-negara yang
memiliki konflik, seperti Palestina, Irak, dan Suriah, untuk itu pastinya di Yordania telah
menjadi negara yang menampung banyak pengungsi di Timur Tengah. Dalam melaksanakan
bantuan kemanusiaan terhadap refugees Palestina, pemerintah Indonesia tidak hanya berdiri
sendiri, namun terdapat berbagai aktor yang berperan penting dalam mengambil bagian
seperti hadirnya keterlibatan lembaga yang bergerak dalam bidang sosial dan kemanusiaan
turut dalam mempermudah setiap penyaluran bantuan ke Palestina (Kusuma, 2019). Peran
yang diberikan lembaga sosial kemanusiaan terhadap Palestina sangat berimplikasi pada
peningkatan citra Indonesia dalam ranah internasional sehingga antara pemerintah Indonesia
dan lembaga sosial kemasyarakatan Indonesia memiliki saling bersinergi satu sama lain
dalam melaksanakan serta memberikan Bantuan kemanusiaan terhadap pengungsi Palestina.
Indonesia memiliki hubungan yang sangat dekat dengan negara Palestina, dimana
hubungan diplomatik antara kedua negara tersebut sudah terjalin cukup lama yaitu sejak awal
kemerdekaan Indonesia, lewat dukungan Palestina yang saat itu mengakui kedaulatan negara
Indonesia. Selain itu Indonesia juga merupakan negara pertama yang mengakui kedaulatan
dan kemerdekaan Palestina sebagai negara, setelah deklarasi yang dilakukan Palestina di
Aljazair pada 5 November 1988 (Kementerian Luar Negeri, 2018). Dukungan antara kedua
negara masih berjalan sampai saat ini, dapat dilihat melalui tindakan Indonesia yang terus
memberikan bantuan kepada pengungsi Palestina yang berada di Yordania. Sedangkan
hubungan diplomatik antara Indonesia dan Yordania dikenal sangat baik oleh dunia
internasional dimana hubungan bilateral mereka terjalin selama 70 tahun yang dirayakan
pada bulan April tahun 2020. Kedua negara tersebut sangat solid dalam bekerjasama di
bidang ekonomi dan peningkatan kapasitas perdagangan berupa ekspor dan impor. Selain itu
tentu saja kedua negara tersebut berada dalam posisi yang sama dalam mendukung Palestina.
Untuk itu Indonesia terus memberikan dukungan dan bantuan kepada pengungsi Palestina
lewat Yordania
Dari adanya latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat ditentukan
rumusan masalahnya yaitu bagaimana strategi diplomasi yang dilakukan dalam memberikan
bantuan kemanusiaan terhadap Refugees Palestina di Yordania pada tahun 2018-2022?
Melalui latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penulis dapat
memberitahukan tujuan penelitiannya yaitu untuk menjelaskan bagaimana strategi
pemerintah bersama lembaga sosial masyarakat dalam memberikan bantuan kemanusiaan
terhadap Refugees Palestina di Yordania.
1. Manfaat Praktis
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti lain untuk mengetahui
bagaimana strategi yang dilakukan pemerintah Indonesia bersama lembaga sosial masyarakat
dalam memberikan bantuan kemanusiaan terhadap pengungsi palestina di Yordania.
2. Manfaat Teoritis
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai ilmu
pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan referensi atau pedoman penulisan yang
berkaitan.
Berkaitan dengan studi kasus diatas bantuan kemanusiaan yang dilakukan oleh
pemerintah Indonesia dan lembaga sosial masyarakat terjadi dalam kurun waktu 4 tahun yang
dimana juga sebagai batasan penelitian di dalam penulisan ini. Tulisan ini membatasi
penelitian pada jangkauan tahun 2018 hingga 2022. Alasan penulis menetapkan batasan
penelitian yang dimulai pada tahun 2018 untuk mengedintifikasi bagaimana Indonesia
dibawah pemerintahan presiden Joko Widodo mulai mengaktifkan kembali diplomasi
kemanusiaannya dalam membantu negara-negara yang sedang mengalami bencana
kemanusiaan dan tindakan bantuan tersebut masih berjalan hingga pada tahun 2022.
BAB II
Track One : Government. Melalui jalur pemerintah ini, dilakukan segala upaya dalam
hal resolusi konflik dengan melakukan diplomasi secara formal dan resmi melalui pemerintah
serta lembaga-lembaga yang melekat pada sebuah negara. Pada jalur ini, negara juga
dipercaya sebagai aktor yang relative lebih cepat dalam membangun hubungan dengan
negara lain.
Track Two : Professional / Non-Government. Melaui jalur ini, dalam hal mewujudkan
resolusi konflik, kelompok profesional atau non pemerintah dapat menjadi aktor dan berperan
dalam hubungan internasional. Tindakan upaya yang dilakukannya bersifat, preventif,
penyelesaian serta menjaga hubungan antar negara yang dilakukan oleh aktor non
pemerintah.
Track Three : Business. Adanya kelompok bisnis juga dinilai memiliki peran yang
sangat penting dalam berupaya mewujudkan perdamaian dunia. Aktivitas kelompok ini dapat
dilakukan melalui kerjasama dalam bidang ekonomi, perdagangan, komunikasi infomasl serta
pemahaman internasional. Dengan adanya aktivitas ini bertujuan untuk mengurangi
kesenjangan ekonomi yang terjadi diantara masyarakat.
Track Four : Private Citizen. Kegiatan pada jalur ini dilakukan melalui para individu
atau masyarakat dalam mewujudkan perdamaian dunia. Keterlibatan kelompok ini memiliki
peran yang sangat vital, hal tersebut ditunjukkan melalui kerjasama yang dilakukan dengan
berbagai organisasi dan asosiasi yang memiliki dampak langsung terhadap hubungan
internasional.
Track Five : Reseacrh, Training, and Education. Melalui jalur yang difokuskan pada
pendidikan dan peneliti, dapat dipahami bahwa kelompok ini memiliki tugas utama yaitu
dengan melalukan desiminasi mengenai arti pentingnya perdamaian serta upaya dalam
mewujudkan perdamaian secara universal. Dalam konteks penelitian, kelompok ini juga
melakukan pelatihan dan pembelajaran mengenai teknik-teknik bernegoisasi, mediasi,
diplomasi serta resolusi konflik.
Track Six : Peace Activism. Dalam mewujudkan perdamaian dunia, aktor ini
memperjuangkan hak-hak dalam bidang tertentu, seperti adanya aktivitas lingkungan,
pejuang kesetaraan hukum dan gender, pejuang HAM serta pejuang lainnya. Pada jalur ini,
aktor memiliki peran yang penting bagi masyarakat untuk menyuarakan pendapatnya melalui
advokasi serta bekerjasama dengan organisasi politik atau organisasi massa lain.
Track Seven : Religion. Secara umum pemuka agama memiliki peran mengayomi
masyarakat dengan agama tertentu yang sama dengan pemuka agama tersebut. melalui jalur
ini, aktor berperan secara universal terhadap semua agama khususnya dalam konflik-konflik
komunal dan berupaya untuk mengurangi konflik yang terjadi didalam sebua negara.
Track eight : Funding. Kelompok ini dikategorikan sebagai jalur penyediaan dana
terhadap aktor-aktor yang berjuang dalam mewujudkan perdamaian. Dana yang disalurkan
berasal dari kelompok filantropis dengan memfasilitasi aktor yang berperan penting, sehingga
tujuan yang dimiliki aktor tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Kelompok ini juga
berperan aktif dalam pembangunan internasional dengan membantu negara-negara tertentu
yang sedang mengalami permasalahan seperti, rendahnya pendidikan, kemiskinan,
pengangguran serta perbaikan infrastruktur.
Track nine : Media and Public Opinion. Sebagai jalur yang terakhir, media memiliki
peran yang sangat penting sebagai saluran informasi masyarakat mengenai isu-isu yang
sedang terjadi dalam ranah internasional. Dalam multi-track diplomacy, Media dapat
memberikan informasi mengenai aktivitas serta progres yang dilakukan aktor-aktor
sebelumnya dalam mewujudkan perdamaian dunia. Media menjadi sarana masyarakat dalam
memberikan tanggapan dan tindakan terhadap isu yang sedang terjadi dalam ranah
interanasional.
Dalam menjalankan diplomasi kemanusiaan terhadap refugees Palestina di Yordania,
Indonesia menggunakan strategi pendekatan diplomatis, yaitu multi-track diplomacy yang
berfokus pada enam track, yaitu track ke-1, ke-2, ke-3, ke-5, ke-7 dan ke-9. Keenam track
yang di gunakan dalam penelitian ini memiliki keterkaitan satu sama lain dengan posisi yang
sama pentingnya. Kemudian dalam penelitian ini juga, penulis akan menjelaskan secara detail
mengenai Track ini yang akan menunjang penulis dalam menganalisis penelitian ini.
Penelitian dengan judul “Peran Cepat Tanggap (ACT) Dalam Pelaksanaan Diplomasi
Kemanusiaan Indonesia” ditulis oleh Mauludina Fernanda Putri Gusnan. Penelitian ini
bertujuan untuk menjelaskan bagaimana keterlibatan pemerintah Indonesia bekerja sama
dengan Lembaga non pemerinah dalam melakukan bantuan kemanusiaan terhadap korban
konflik kemanusiaan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Multi-Track
Diplomacy. Teori ini menjelaskan bagaimana dalam ranah internasional tidak hanya aktor
negara saja yang dapat menyelesaikan permasalahan perdamian dunia tetapi dengan hadirnya
aktor lain seperti Lembaga non pemerintah dapat berkontribusi dalam mempermudah proses
penyelesaian permasalahan dalam lingkup nasional maupun internasional. Hasil Penelitian ini
kemudian menunjukkan bagaimana pemerintah Indonesia bersama Lembaga non pemerintah
memiliki aksi cepat tanggap dalam melakukan bantuan kemanusiaan terhadap negara yang
sedang mengalami krisis kemanusiaan dalam menjaga ketertiban perdamaian dalam ranah
internasional. Dengan peran yang dilakukan aksi cepat tanggap (ACT) terhadap korban yang
sedang mengalami konflik masyarakat lebih mempercaya hadirnya lembaga non pemerintah
dikarenakan adanya transparansi dana serta hal tersebut membantu citra keberhasilan politik
luar negeri Indonesia kususnya dalam diplomasi kemanusiaan dalam ranah internasional.
Penelitian dengan judul “Kebijakan Luar Negeri Indonesia dalam Mendukung
Palestina sebagai Negara Merdeka pada Masa Pemerintahan Joko Widodo” ditulis oleh
Hendra Maujana Saragih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah yang
diambil oleh Presiden Joko Widodo dalam rangka mendukung kemerdekaan Palestina. Teori
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori yang diajarkan oleh Graham T
Alisson teori pilihan rasional. Dalam teori ini menjelaskan terdapat tiga model dalam
pengambilan keputusan terhadap sebuah kebijakan yang dipengaruhi adanya faktor politik
domestik dan eksternal internasional. Hasil penelitian menunjukkan bagaimana Indonesia
memiliki sikap yang tegas dalam mendukung Palestina menjadi negara yang berdaulat.
Dengan posisi yang strategis, Indonesia perlu menjunjukkan kepeduliannya terhadap negara-
negara yang sedang mengalami konflik kemanusiaan.
Kemudian melalui beberapa penelitian diatas, dapat dijelaskan bahwa isu lonjakan
pengungsi timur tengah merupakan problematika yang penting untuk diselesaikan. Indonesia
sebagai negara yang peduli atas konflik kemanusiaan, mengambil tindakan dalam
memberikan bantuan kemanusiaan terhadap pengungsi yang tersebar dibeberapa wilayah
timur tengah. Dalam melakukan tindakannya Indonesia bekerjasama dengan lembaga non
pemerintah untuk mendukung proses penyaluran bantuan kemanusiaan terhadap pengungsi di
Timur Tengah.
2.3 Kerangka Pikir
Konflik Israel-
Palestina
Diplomasi
Kemanusiaan
Kerjasama
Indonesia Multi-Track
Dengan Yordania Diplomacy
Strategi Diplomasi
Kemanusiaan Indonesia
Terhadap Refugees
Palestina
Melalui skema kerangka berpikir yang telah digambarkan diatas, akan dibahas
terlebih dahulu mengenai data yang telah dikeluarkan oleh UNHCR terhadap pengungsi
kawasan Timur Tengah, lalu mengenai instruksi yang dikeluarkan oleh Presiden Joko
Widodo untuk mengaktifkan kembali diplomasi kemanusiaan. Setelah instruksi yang
dikeluarkan oleh Presiden, selanjutnya akan dibahas mengenai konflik yang terjadi anara
Israel dan Palestina yang menyebabkan adanya korban kemanusiaan yang tersebar dibeberapa
wilayah Timur Tengah khususnya di Yordania. Melalui konflik tersebut, Indonesia
melakukan kerjasama dengan Yordania serta strategi diplomasi kemanusiaan dengan
beberapa aktor non pemerintah terhadap pengungsi Palestina.
BAB III
METODE PENELITIAN
Unit amatan merupakan hal yang diamati dalam penelitian, dengan demikian
kemudian unit amatan dalam penelitian ini adalah Refugees Palestina di Yordania pada tahun
2018-2022
Unit analisis merupakan hal yang dianggap sebagai subjek penelitian yang berkaitan
langsung dengan komponen yang diteliti. Dengan demikian unit analisa dalam penelitian ini
adalah strategi diplomasi kemanusiaan Indonesia dan Non-Government Organization.
Jenis data yang digunakan merupakan data kualitatif berupa data yang disajikan
dalam bentuk kata dan bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif yang akan digunakan
dalam penelitian ini antara lain : Diplomasi Kemanusiaan, Pengungsi Palestina, Bantuan
Kemanusiaan Indonesia.
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui data sekunder. Data sekunder ini
merupakan data yang ditinjau serta diperoleh melalui jurnal, buku maupun sumber bacaan
lainnya dan sumber yang menggunakan perantara.
Setelah mengumpulkan data, klarifikasi atau pilih data yang diperoleh dari penelitian
kepustakaan, kepustakaan dan sederhanakan untuk memenuhi kebutuhan penelitian.
Kemudian akan diberikan kode tersendiri untuk memudahkan penggunaan data dalam hasil
penelitian.
Langkah yang dilakukan yaitu menampilkan data. Saat menyajikan data, sekumpulan
informasi akan dikumpulkan dan disortir, disesuaikan, kemudian disajikan dalam bentuk
deskriptif sehingga saling memiliki keterkaitan satu sama lain. Dengan hal ini akan
memudahkan penyajian data hasil penelitian yang dilakukan dalam memperjelas dan
mendukung penelitian.
BAB IV
Majelis Umum PBB mendirikan United Nation Relief and Works Agency for
Palestine Refugees in the Near East (UNRWA) pada Desember 1949 dengan tujuan
memberikan bantuan kemanusiaan terhadap lebih dari 700.000 pengungsi dan orang-orang
yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka di Palestina akibat perang Arab-Israel pada
tahun 1948. UNRWA diberikan mandat untuk melaksanakan “program dan pekerjaan” dalam
mendukung pengungsi Palestina, dimana pengungsi yang dimaksud merupakan pengungsi
yang berada di bawah Mandat Inggris untuk Palestina. Seiring berkambangnya waktu operasi
ini memiliki perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan serta memenuhi perubahan
dengan memberikan bantuan kemanusiaan atas dasar layanan pembangunan manusia wilayah
operasinya yaitu, Lebanon, Yordania, Republik Arab Suriah, serta wilayah Palestina yang
dikuasai. Disisi lain UNHCR memiliki mandat di seluruh dunia untuk memberikan
perlindungan, bantuan dan mencari solusi jangka panjang terhadap para pengungsi serta
orang lain yang membutuhkan perlindungan internasional. Cakupan yang diberikan oleh
mandat UNHCR melingkupi pengungsi Palestina dalam pengertian konvensi pengungsi 1951
sebagaimana yang telah didefinisikan oleh UNRWA (UNRWA, 2007).