Anda di halaman 1dari 9

JATI DIRIKU SEBAGAI WARGANEGARA YANG BAIK DAN

ANTIKORUPSI

Kelas MPKT 1
KELOMPOK FG4
Ribka Natania Willy (2206073324)
Trianca Keynadata (2206073993)
Lilian Angela Santosa (2206073066)
Laya Uddyani(2206073261)
Muhammad Ihsan Alfatih (2206830712)
Averroes Arsyabana (2206072662)
Fari Abyasa Pradipta (2206073860)

Makalah bagi Mata kuliah Pengembangan

Kepribadian Terintegrasi

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

UNIVERSITAS INDONESIA
ABSTRAK

Kewarganegaraan dan hubungan internasional adalah topik


yang terus menjadi perhatian di Indonesia. Sebagai negara yang
terdiri dari berbagai etnis dan agama, masalah kewarganegaraan
seringkali menjadi isu yang sensitif dan kompleks. Di sisi lain,
sebagai negara yang aktif dalam diplomasi internasional, Indonesia
juga terus berupaya untuk memperkuat posisinya di dunia
internasional.

Kata kunci : Kewarganegaraan, etnis.


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kewarganegaraan diketahui bahwa kita memiliki
status kebangsaan dalam suatu negara, dimana dalam status
tersebut tentu kita menjalin hubungan timbal balik terhadap
negara dan sebaliknya. Dengan demikian, kita mempunyai
keterlibatan di kepentingan-kepentingan negara dengan
berbagai aspek. Selain kewarganegaraan, adapun juga
pembahasan lain yang patut kita perhitungkan yaitu Indonesia
dan dunia Internasional. Kedua hal ini tanpa diragukan lagi
memiliki kaitan yang saling mempengaruhi satu sama lain,
dimana peran kita warga negara menjadi faktor utama dalam
negara kita yang hendak memberlangsungkan hubungan
dengan negara asing.

1.2 Rumusan Masalah

1. Sebagai warga negara yang baik dan anti-korupsi apakah


makna dari kewarganegaraan serta aspek-aspek lainnya
yang menyangkut hal tersebut?
2. Apa saja yang harus kita ketahui tentang hubungan
antarbangsa Indonesia dan juga pengaruh globalisasi
terhadapnya?
1.3 Tujuan

1. Mengetahui makna dari kewarganegaraan juga aspek-aspek


yang menyangkut kewarganegaraan itu sendiri.
2. Menjelaskan apa yang kita ketahui dalam hubungan
antarbangsa Indonesia serta pengaruh globalisasi
terhadapnya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kewarganegaraan

Kewarganegaraan dikenal dengan kata citizenship. Artinya,


keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan negara
dengan warga negara. Warga negara adalah penduduk dalam
sebuah negara berdasarkan keturunan dan tempat kelahiran.
Mereka punya hak dan kewajiban penuh sebagai warga di
negara itu. Istilah "kewarganegaraan" telah muncul sejak masa
Yunani Kuno (kurang lebih pada tahun 400 SM). Pada abad
ke-18, khususnya di Eropa Barat, terjadi perubahan dalam
bentuk negara dengan model monarki yang kemudian menjadi
bangsa modern. Dalam monarki, rakyat bisa menjadi abdi raja,
sedangkan dalam negara modernisasi, rakyat merupakan warga
negara.
Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing
yang tinggal di Indonesia. Orang asing tidak dapat menikmati
hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara Indonesia.
Kewarganegaraan dapat diperoleh atas 7 dasar, yaitu:
kelahiran, pemberian status, pengangkatan, permohonan,
naturalisasi, perkawinan, dan, kehormatan. Bila seseorang
telah menjadi WNI, negara akan mengakuinya seumur hidup.
Namun WNI dapat kehilangan kewarganegaraan karena hal-
hal berikut, yaitu: atas kemauan sendiri, telah melanggar asas
kewarganegaraan tunggal, masuk dinas tentara asing tanpa
seizin presiden, tinggal di luar wilayah Indonesia (tidak dalam
rangka dinas negara selama 5 tahun berturut-turut), perkawinan
dengan WNA, dan terakhir, kewarganegaraan seseorang dapat
dinyatakan hilang, karena pada prinsipnya negara tidak
menginginkan warga negaranya memiliki loyalitas ganda ,
terhadap Indonesia dan negara lain.
Hubungan timbal balik antara warga negara dan negara di
Indonesia diatur oleh hak dan kewajiban yang kompleks.
Warga negara Indonesia berhak atas sejumlah hak dasar,
termasuk hak atas kebebasan berbicara, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat beragama. Pada saat yang sama, warga
negara diwajibkan untuk mematuhi hukum negara dan
berpartisipasi dalam proses demokrasi dengan memilih dan
berpartisipasi dalam pemerintahan.
Negara juga memiliki berbagai kewajiban dan hak terhadap
warganya. Yaitu memfasilitasi penyediaan barang dan jasa
publik, menjaga kesejahteraan warga negara, dan
mempromosikan kepatuhan terhadap hukum. Selain itu, negara
memiliki kewenangan untuk mengatur perilaku warga negara
dan menjaga ketertiban dalam masyarakat. Hubungan antara
warga negara dan negara di Indonesia belakangan ini sedang
menuai kritik. Sementara Indonesia telah membuat kemajuan
yang signifikan menuju demokratisasi dan perlindungan hak
asasi manusia, ada kekhawatiran mengenai kapasitas negara
untuk mengatasi masalah korupsi, ketidaksetaraan dan
pelanggaran hak asasi manusia. Selain itu, beberapa warga
percaya bahwa mereka terputus dari proses politik dan percaya
bahwa suara mereka tidak didengar oleh mereka yang
berwenang. Secara keseluruhan, pertukaran timbal balik antara
warga negara dan negara di Indonesia masih merupakan
masalah yang kompleks dan berkembang, dan perlu upaya
berkelanjutan untuk memastikan bahwa hak dan kewajiban
kedua belah pihak seimbang dan dihormati dengan baik.
2.2 Indonesia dan Dunia Internasional Negara Indonesia

Dalam sejarah sepanjang kehidupan manusia, Hubungan


antarbangsa tidak selamanya serasi karena kerap
menyangkut kepentingan nasional masing-masing.
Kepentingan nasional antara dua bangsa/negara dapat
berbeda, bahkan saling berbenturan. Perbedaan kepentingan
yang menimbulkan pertentangan biasanya disebut konflik.
Dalam perkembangannya, konflik dapat meruncing dan
berlanjut dengan penggunaan senjata. Keadaan yang
terakhir itu disebut perang.
Butir keempat dari tujuan nasional Indonesia, sebagaimana
tertulis pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945,
menggambarkan “politik bebas aktif”. Selain itu,
diberlakukan juga Legitimasi doktrin-doktrin seperti
Wawasan Nusantara sebagai geopolitik dan Ketahanan
Nasional melalui ketetapan MPR. Kedua doktrin tersebut
digunakan demi membangun stabilitas politik dan ekonomi
baik secara nasional maupun regional.

Pada abad 20 dan awal abad 21 Pada masa ini, setiap


negara menjadi negara terbuka untuk perdagangan bebas.
Era globalisasi ditandai oleh kemajuan teknologi dalam
bidang transportasi, telekomunikasi, serta semangat
perdagangan bebas. Pada era ini muncul konsep “dunia
tanpa batas” yang pada hakikatnya merupakan
perkembangan dari berdirinya perusahaan-perusahaan
multinasional sebagai bentuk liberalisasi ekonomi dunia.

Indonesia pada awal era ini juga dilanda bencana


nasional, yang berawal dari krisis ekonomi dan moneter,
dan kemudian berkembang menjadi krisis budaya. Untuk
menghadapi kondisi ini, kerja sama bilateral saja tidak
cukup sehingga harus dikembangkan kerja sama regional
dan internasional seperti ASEAN.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang kita dapatkan dari materi


Kewarganegaraan maupun Dunia internasional dan Indonesia,
yaitu:

a. Kewarganegaraan adalah status hukum yang diberikan oleh


negara kepada individu yang berarti bahwa individu
tersebut menjadi bagian dari negara, memiliki hak dan
kewajiban sebagai warga negara, serta dilindungi oleh
hukum negara tersebut.
b. Dalam hubungan internasional, Indonesia memegang
prinsip-prinsip seperti non-aliensi, politik luar negeri bebas
aktif, serta perdamaian dan kerjasama internasional.
Prinsip-prinsip ini tercermin dalam berbagai kebijakan luar
negeri Indonesia, seperti kebijakan luar negeri bebas aktif
DAFTAR PUSTAKA

Reicher, S., Hopkins, N. (2001). Self and Nation: Categorization,


Contestation and Mobilization. London. Sage Publication.

Kewarganegaraan, Kompas, dipublikasikan pada 28 Desember 2019.

Umar Sholahudin, Hotman Siahaan, GLOBALISASI: ANTARA


PELUANG DAN ANCAMAN BAGI MASYARAKAT
MULTIKULTURAL, Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis, January
2020

Anda mungkin juga menyukai