Anda di halaman 1dari 5

FG 1 : 1. Andrianoasi Marbun (2206819672) 5.

Ryandre William (2206059231)


2. Muhammad Habib Al-Akbar (2206054924) 6. Muhammad Rasyid Siddiq (2206055252)
3. Gerald Juan Partogi (2206055523) 7. Muhammad Zaki Gunawan (2206055460)
4. Achmad Riyadh Afandy (2206056596)
MPKT-05
KEWARGANEGARAAN DAN INDONESIA & INTERNASIONAL
Kewarganegaraan adalah status hukum yang menentukan keanggotaan seseorang di negara dan
memiliki hak serta kewajiban tertentu. Sejarah kewarganegaraan terkait dengan perkembangan negara
dan kebijakan dalam menentukan siapa yang berhak menjadi warga negara. Awalnya, kewarganegaraan
didasarkan pada hukum darah, kemudian ius soli juga diterapkan. Konsep kewarganegaraan modern
muncul pada Revolusi Perancis dan menyebar ke seluruh dunia. Di Indonesia, konsep kewarganegaraan
diperkenalkan pada masa penjajahan Belanda dan diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Konsep
kewarganegaraan Indonesia terus berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan kebijakan
pemerintah.

Warga Negara Indonesia diakui oleh negara Indonesia dan memiliki hak dan kewajiban yang
sama dalam menjalankan tugas-tugas negara dan kewarganegaraannya. Seseorang dapat menjadi warga
negara Indonesia jika lahir di Indonesia dari orang tua yang juga warga negara Indonesia, atau melalui
naturalisasi atau pernikahan dengan warga negara Indonesia. Warga negara Indonesia memiliki hak-hak
dasar seperti hak memilih dan dipilih, pendidikan, kesehatan, dan keselamatan, serta kewajiban
membayar pajak dan mematuhi hukum yang berlaku. Menjadi warga negara Indonesia dapat dilakukan
melalui beberapa cara, antara lain:

1. Melalui kelahiran di Indonesia


2. Melalui perkawinan
3. Melalui naturalisasi

Untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia, seseorang juga harus memenuhi beberapa syarat,
antara lain:

1. Berusia minimal 18 tahun atau sudah menikah


2. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara selama 5 tahun atau lebih
3. Tidak terlibat dalam kegiatan yang merugikan keamanan dan ketertiban masyarakat serta
kepentingan nasional Indonesia
4. Memiliki kemampuan bahasa Indonesia yang baik dan mampu membaca aksara Indonesia yang asli
5. Mentaati hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia

Untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia, dapat diajukan permohonan ke Kementerian Hukum


dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) atau perwakilan RI di negara tempat tinggal pemohon. Proses
naturalisasi memerlukan kesabaran dan ketelitian dalam memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan,
serta dapat memakan waktu yang cukup lama dan rumit.

Kehilangan kewarganegaraan Indonesia dapat terjadi dalam beberapa situasi, seperti:

1. Pencabutan kewarganegaraan oleh pemerintah Indonesia


2. Memiliki kewarganegaraan ganda secara otomatis
3. Mengajukan permohonan pelepasan kewarganegaraan Indonesia
4. Kewarganegaraan diperoleh secara palsu

Kehilangan kewarganegaraan Indonesia akan berakibat pada hilangnya hak dan keistimewaan sebagai
warga negara, termasuk hak memilih dan dipilih, kepemilikan tanah, dan jaminan sosial.

Hubungan timbal balik antara warga negara dan negara saling mempengaruhi satu sama lain.
Warga negara memiliki hak dan kewajiban dalam negara, sedangkan negara memiliki tanggung jawab
memberikan hak dan perlindungan kepada warga negaranya. Keduanya bekerja sama untuk
membangun negara yang lebih baik dan sejahtera.

Hak dan kewajiban warga negara merupakan dua konsep yang saling berkaitan dan sama-sama
penting dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Berikut adalah penjelasan
mengenai hak dan kewajiban warga negara:

1. Hak Warga Negara


Hak warga negara adalah hak yang diberikan oleh negara kepada warga negaranya. Hak ini meliputi:
• Hak atas kebebasan dan kesetaraan
• Hak atas perlindungan hukum
• Hak atas keamanan
2. Kewajiban Warga Negara
Kewajiban warga negara adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap warga negara demi
terciptanya ketertiban dan kesejahteraan bersama. Kewajiban ini meliputi:
• Kewajiban membayar pajak
• Kewajiban mematuhi hukum
• Kewajiban berpartisipasi dalam pemilihan umum
• Kewajiban menjaga keamanan dan ketertiban
• Kewajiban mempertahankan kedaulatan negara

Hak negara adalah kewajiban pemerintah untuk menjamin hak-hak warga negara, seperti hak
atas kebebasan berekspresi, hak atas pendidikan, hak atas kesehatan, hak atas kesetaraan, hak atas
keamanan, dan hak atas perlindungan lingkungan hidup. Negara juga harus menjamin hak-hak dasar,
seperti hak atas makanan, air bersih, dan tempat tinggal yang layak.
Sementara itu, kewajiban negara adalah tanggung jawab pemerintah untuk memberikan
pelayanan publik yang memadai, seperti layanan kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Negara juga
bertanggung jawab untuk mempromosikan kesejahteraan sosial dan ekonomi warga negaranya,
memelihara keamanan dan ketertiban umum, serta melindungi hak asasi manusia dan kebebasan
individu.

Selain itu, negara juga memiliki kewajiban untuk melindungi lingkungan hidup dan menjaga
keberlanjutan ekonomi dan lingkungan. Ini termasuk menetapkan aturan dan regulasi yang memastikan
perlindungan lingkungan, mempromosikan energi terbarukan, dan memperbaiki kualitas udara dan air.

Hubungan antarbangsa tidak selamanya serasi karena menyangkut kepentingan nasional


masing-masing. Kepentingan nasional antara dua bangsa/negara dapat berbeda, bahkan saling
berbenturan. Perbedaan kepentingan yang menimbulkan pertentangan biasanya disebut konflik.
Hubungan antar negara dapat dikatakan baik jika kedua negara memiliki kepentingan yang sama dan
sejalan dimana akan muncul kerja sama antarnegara tersebut (interaksi). Sedangkan kebalikannya
konflik/pertentangan dapat terjadi jika kepentingan tiap negara saling bertentangan. Maka dari itu,
untuk mengatasi ini tiap negara biasanya menyiapkan warga negaranya untuk ikut serta dalam upaya
pembelaan negara maupun upaya pertahanan keamanan dan Indonesia sendiri menganut sistem
pertahanan keamanan rakyat semesta dimana TNI/Polri sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai
kekuatan pendukung.

Butir keempat dari tujuan nasional Indonesia, sebagaimana tertulis pada alinea keempat
Pembukaan UUD 1945, menggambarkan “politik bebas aktif”. Yang dimaksud dengan "bebas aktif"
adalah politik luar negeri yang pada hakikatnya bukan merupakan politik netral, melainkan politik luar
negeri yang bebas menentukan sikap dan kebijaksanaan terhadap permasalahan internasional dan tidak
mengikatkan diri secara priori pada satu kekuatan dunia serta secara aktif memberikan sumbangan, baik
dalam bentuk pemikiran maupun partisipasi aktif dalam menyelesaikan konflik, sengketa dan
permasalahan dunia lainnya, demi terwujudnya ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Era globalisasi ditandai oleh kemajuan teknologi dalam bidang transportasi (terutama setelah
pesawat terbang digunakan sebagai angkutan masal, baik untuk penumpang maupun barang),
telekomunikasi (yang kini telah berkembang menjadi teknologi informatika), serta semangat
perdagangan bebas. Era globalisasi juga identik dengan pemanasan global dan perebutan wilayah
sumber daya alam dimana pada era ini banyak bermunculan konflik antarnegara maupun internal negara
yang dipicu oleh perbedaan persepsi mengenai nilai-nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Konflik tersebut dapat terjadi karena pada era ini muncul konsep “dunia tanpa batas” yang pada
hakikatnya merupakan perkembangan dari berdirinya perusahaan-perusahaan multinasional.
Indonesia pada awal era ini juga dilanda bencana nasional, yang berawal dari krisis ekonomi
dan moneter, dan kemudian berkembang menjadi krisis budaya yang menyentuh segenap sendi
kehidupan bangsa dimana kekerasan menjadi lebih menonjol dan merupakan cerminan dari kebangkitan
demokrasi. Untuk menghadapi ini, Indonesia telah memprakarsai pembentukan perhimpunan negara
asia tenggara yaitu ASEAN pada tahun 1967 yang pada awalnya terdiri dari 5 negara yaitu Filipina,
Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Bagi Indonesia, ASEAN merupakan lapis pertama
geostrategi, sedangkan keikutsertaan Indonesia dalam Asia Pasific Economic Cooperation (APEC)
merupakan konsep geostrategi lapis kedua.

Referensi :

• Modul MPKT Bagian III “Jati Diriku Sebagai WNI yang Setia Pada Pancasila”. Bab 4 & 5 (219-
254)
• Undang-Undang Dasar 1945
(https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UUD_1945.pdf)
• Wirakusumah, A. (2005). Sejarah Indonesia: Dari masa ke masa. Jakarta: Grasindo.
• Mma, Firda. “Geostrategi Indonesia”. Jurnal Politik dan Kewarganegaraan.

Slide 1
Slide 2

Slide 3

Anda mungkin juga menyukai