Anda di halaman 1dari 27

Nasionalisme Indonesia

dan Globalisasi
Komper Wardopo
Sejarah panjang nasionalisme
Indonesia
Nasionalisme di Indonesia memiliki sejarah
sangat panjang. Sejak era pergerakan nasional
pada 1908. Kemudian era Sumpah Pemuda
1928, berlanjut pada Proklamasi 1945. Bahkan
latar kelahiran atau benih nasionalisme sudah
ada karena penjajahan atau kolonialisme.
Cinta Tanah Air
Setiap warga negara harus memiliki rasa
nasionalime kepada bangsanya sendiri.

Ini sebagai bentuk kesadaran dan cinta tanah


air yang ditunjukan melalui sikap dan tingkah
laku atau masyarakat.
Arti Nasionalisme
Nasionalisme merupakan suatu sikap politik
atau pemahaman dari masyarakat suatu bangsa
yang memiliki keselarasan kebudayaan dan
wilayah.
Juga memiliki kesamaan cita-cita dan tujuan
sehingga timbul rasa ingin mempertahankan
negaranya, baik dari internal maupun eksternal
Menurut KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
nasionalisme adalah paham (ajaran) untuk
mencintai bangsa dan negara sendiri.

Kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa


yang secara potensial atau aktual bersama-
sama mencapai, mempertahankan, dan
mengabadikan identitas, integritas,
kemakmuran, dan kekuatan bangsa.
Mematuhi hukum dan aturan yang
berlaku

Sikap dan perilaku nasionalisme yang harus


dimiliki warga negara. Itu meliputi harus
mematuhi aturan yang berlaku, mematuhi
hukum negara, melestarikan budaya Indonesia.
Masa Perintis 1908-1927
Munculnya nasionalisme Indonesia pada masa
perintis ditandai dengan munculnya organisasi-
organisasi pergerakan nasional. Salah satunya
Budi Utomo, sebuah organisasi yang terbentuk
pada tanggal 20 Mei 1908 oleh Dr. Soetomo
dan para mahasasiswa STOVIA, Goenawan
Mangoenkoesoemo dan Soeraji.
Budi Utomo

Budi Utomo memiliki program utama


mengusahakan perbaikan pendidikan dan
pengajaran. Sebab kala itu pemerintah kolonial
sedang melakukan program edukasinya melalui
politik etisnya.
Masa Penegas 1928-1942
Perkembangan nasionalisme di Indonesia pada
masa penegas ditandai dengan adanya Sumpah
Pemuda 1928. Sumpah Pemuda dibentuk pada
28 Oktober 1928 yang berisikan sebuah
sumpah meliputi satu bangsa bersatu tanah air,
satu bangsa, serta satu bahasa yaitu bahasa
Indonesia.
Perkumpulan berbasis kedaerahan
Di sekitar tahun 1928, imperaliasme Belanda
berhasil menyebarkan percikan perpecahan.
Berbagai perkumpulan kedaerahan mulai
muncul, salah satunya Jong Java. Hal ini
kemudian memicu para tokoh revolusioner
Indonesia untuk menjebol dinding kedaerahan
tersebut.
Menjebol dinding
kedaerahan/kesukuan
Hal ini kemudian memicu para tokoh
revolusioner Indonesia untuk menjebol dinding
kedaerahan tersebut. Maka para pemuda
revolusioner seperti Moh. Yamin, Suyono
Hadinoto, J. Leimena, Rohyani, W.R. Supratman,
Adnan K. Gani, dan lainnya berinisiatif untuk
mempersiapkan suatu kongres.
Tujuan Kongres Pemuda
Tujuan dari kongres tersebut adalah untuk
mengetahui bagaimana cara mempersatukan
pemuda-pemuda Indonesia. Sehingga pada
tanggal 28 Oktober 1928 pukul 23.00 WIB di
Wisma Indonesia, Jakarta, dikumandangkanlah
Sumpah Pemuda. Sumpah ini menjadi bentuk
serangan langsung terhadap para kaum
kolonial.
Masa Percobaan
Pada masa perkembangan nasionalisme
Indonesia ini, bangsa Indonesia melakukan
banyak gerakan gebrakan dengan bergabung
dalam organisasi yang tujuannya untuk
meminta kemerdekaan dari Belanda. Beberapa
organisasi bergabung dengan Gabungan Politik
Indonesia (GAPI), organisasi ini mengusulkan
agar Indonesia berparlemen.
Namun kala itu, permintaan Indonesia untuk
merdeka masih belum berhasil.
Masa Pendobrak (1942-1945)
Pada masa ini, Indonesia masih dalam masa
penjajahan Jepang. Indonesia terus mengajukan
tuntutan kepada pemerintah jajahan, Jepang,
yaitu kemerdekaan. Pada tanggal 6 Agustus
1945, jatuh sebuah bom atom Amerika Serikat
di Jepang yang dikenal dengan nama bom
Hiroshima.
Janji kemerdekaan
Dari kejadian tersebut, Jepang mulai menyadari
bahwa negara mereka mulai mendekati ke titik
kekalahan. Jepang pun membutuhkan bantuan
dari bangsa Indonesia, sehingga pada tanggal 7
Agustus 1945, Jenderal Terauchi menjanjikan
bahwa suatu saat Jepang akan memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia.
Jepang menyerah pada Sekutu
Kemerdekaan tersebut disebut sebagai
Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Namun
pada 15 Agustus 1945, Jepang tiba-tiba
menyerah tanpa syarat kepada Sekutu yang
diikuti dengan lenyapnya janji kemerdekaan
yang Jepang berikan untuk Indonesia.
Rengasdengklok: semangat kaum
muda untuk merdeka
Meskipun berita kekalahan Jepang terhadap
Sekutu itu sangat dirahasiakan, sampai jugalah
berita tersebut di Indonesia berkat ketangkasan
para pemuda yang bekerja di kantor berita
Jepang. Begitu para pemuda Indonesia
mendengar berita Jepang menyerah tanpa
syarat kepada Sekutu, para pemuda Indonesia
langsung membawa Soekarno dan Hatta ke
Rengasdengklok.
Kemerdekaan Indonesia bukan
hadiah
Setelah melalui berbagai macam perjalanan
panjang dan perundingan, diputuskan bahwa
Soekarno akan memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Tujuan Nasionalisme
Nasionalisme ini berperan kuat dalam
perjuangan dan mempertahankan
kemerdekaan. Tidak mustahil ke depan akan
muncul ancaman dan bahaya, sehingga
diperlukan semangat kebangsaan dengan
intensitas tinggi untuk menanggulangi itu.
Tujuan Nasionalisme
Menumbuhkan dan meningkatkan rasa cinta
tanah air dan bangsa. Membangun hubungan
yang rukun dan harmonis antar individu dan
masyarakat. Membangun dan mempererat tali
persaudaraan antar sesama anggota masyarakat.
Berupaya menghilangkan ekstramisme
berlebihan dari warga negara kepada
masyarakat. Menumbuhkan semangat rela
berkorban bagi tanah air dan bangsa. Menjaga
tanah air dan bangsa dari serangan musuh baik
dari dalam atau luar.
Globalisasi membuat dunia menjadi
satu kesatuan
Globalisasi menurut R. Robertson dalam bukunya
Globalization adalah sebuah kompresi dan
kesadaran yang intens dalam pandangan dunia yang
satu. Dalam hal ini globalisasi membuat dunia
menjadi satu kesatuan. Berdasar pada hal tersebut
globalisasi memiliki paham yang bersebrangan
dengan Nasionalisme, dimana globalisasi berharap
ada hubungan keterkaitan antar negara, sedangkan
nasionalisme berharap bahwa bangsa dalam sebuah
negara mengusung nilai-nilai kebangsaanya untuk
membentuk negara yang satu.
Media telekomunikasi menyatukan
semua lapisan masyarakat
Tantangan bagi nasionalisme lahir seiring
dengan semakin modernnya kehidupan
manusia dimana jarak bukan lagi suatu
halangan, dimana media telekomunikasi telah
menyatukan semualapisan masyarakat menjadi
suatu global village. Dalam hal ini, globalisasi
telah menjadi ujung tombak dalam mengikis
paham nasionalisme. Globalisasi telah
menimbulkan problem terhadap eksistensi
negara dan bangs
Memudarnya semangat nasionalisme
merosotnya peran negara
Menurut pendapat Grendi Hendrastomo, memudarnya
semangat nasionalisme sedikit demi sedikit akan
menyebabkan merosotnya peran negara.
Kecenderungan munculnya kelompok-kelompok etnis
merupakan salah satu bentuk memudarnya
nasionalisme. Di tengah maraknya globalisme dengan
segala atributnya, berupa modernisasi, keterbukaan,
kemudahan dan kemajuan teknologi, merupakan
sebuah tantangan bagi eksistensi nasionalisme. Peran
kapital asing semakin besar dan ketergantungan
negara terhadap pihak asing semakin menyudutkan
peran negara di mata warga negara.
Ancaman individualisme
Era teknologi komunikasi dengan mewabahnya
internet (world wide web) semakin melegitimasi bahwa
dunia semakin sempitndan ada kecenderungan kearah
dunia sebagai sebuah kesatuan, sebuah kerumunan,
masyarakat layaknya negara (world as a global village).
Orang bebas berinteraksi satu sama lain tanpa ada
sekat.
Tanpa dorongan yang kuat dari dalam dan kesadaran
warga negara akan pentingnya nasionalisme maka
lambat laun orang akan semakin individualistis tanpa
ada keinginan untuk menjalin keterikatan satu sama
lain
Wujud kecintaan dan kehormatan
terhadap bangsa sendiri
Nasionalisme sangat penting terhadap
kehidupan berbangsa dan bernegara karena
merupakan wujud kecintaan dan kehormatan
terhadap bangsa sendiri. Dengan hal itu,
pemuda dapat melakukan sesuatu yang terbaik
bagi bangsanya, menjaga keutuhan persatuan
bangsa, dan meningkatkan martabat bangsa
dihadapan dunia.
Kesimpulan
Indonesia sebagai negara yang majemuk, negara
kepulauan, dengan jumlah penduduk saat ini
sekitar 280 juta jiwa, memerlukan persatuan
sebagai perekat dan keutuhan sebagai bangsa.
Nasionalisme sebagai paham yang
menumbuhkan rasa cinta Tanah Air dan cinta
bangsa, perlu terus digalakkan sampai kapan
pun. Generasi muda memiliki peran strategis
mewariskan dan mempertahankan nilai-nilai
kebangsaan dan nasionalisme Indonesia.
Pustaka
Dyah Kumalasari, Pergerakan dan Tumbuhnya Nasionalisme
Indonesia. Yogyakarta: UNY Press.
Grendi Hendrastomo,
Nasionalisme vs Globalisasi ‘Hilangnya’ Semangat
Kebangsaan dalam Peradaban Modern, artikel, DIMENSIA,
Volume I, No. 1, Maret 2007
Nasionalisme: Arti, Sejarah dan Tujuan,Kompas.com, 29-12-
2019.
Perkembangan Nasonalisme di Indonesia, Kompas.com, 13-
04- 2021
Nasionalisme dan Globalisasi.
https://binus.ac.id/bandung/2021/12/nasionalisme-dan-
globalisasi/

Anda mungkin juga menyukai