Sejarah bangsa Indonesia telah membuktikan kepada kita tentang
semangat perjuangan yang tidak pernah padam dalam usaha mengusir
penjajah dari Nusantara. Perjuangan bangsa Indonesia yang waktu itu masih bersifat lokal ternyata tidak membawa hasil. Seiring berjalannya perjuangan, lahirlah wawasan kebangsaan sebagai dorongan terbentuknya sikap bela negara dan cinta tanah air yang merupakan kunci dari tercapainya kemerdekaan. Lalu, apakah wawasan kebangsaan tersebut? Wawasan kebangsaan ini adalah suatu cara pandang bangsa Indonesia tentang diri serta juga lingkungannya, mengutamakan kesatuan serta persatuan wilayah di dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa serta juga bernegara (Prof. Muladi, Gubernur Lemhannas). Wawasan kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan. Diawali pada tanggal 20 Mei 1998, puluhan anak muda berkumpul di aula stovia. Dalam pertemuan itu mereka sepakat mendirikan organisasi Budi Utomo. Kehadiran Budi Utomo menjadi tonggak awal persatuan perjuangan rakyat Indonesia untuk melawan penjajahan. Tanggal tersebut juga dijadikan sebagai hari kebangkitan nasional. Kemudian, pada tangal 20 Oktober 1908 di Belanda, lahirlah organisasi pergerakan pertama yang menggunakan istilah Indonesia, yaitu Perhimpunan Indonesia. Lahirnya kedua organiasi tersebut semakin memberikan semangat bagi Bangsa Indonesia terutama anak muda. Terbukti dengan diadakannya kongres pemuda I, pada tanggal 30 April 1926 di jakarta yang dihadiri oleh seluruh perwakilan pemuda di Indonesia, dilanjutkan dengan kongres pemuda II pada tanggal 20 Oktober 1928 yang melahirkan sumpah pemuda dengan ikrar “Bertumpah darah yang satu, berbangsa yang satu, dan menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia”. Perjuangan perlawanan bangsa indonesia semakin nyata dan meluas diseluruh nusantara. Hingga pada 1 maret 1945, dalam kondisi kritis letnan jenderal kumakici harada, pemimpin kependudukan jepang di jawa, mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Akhirnya, semua perjuangan itu berbuah manis, Bangsa Indonesia resmi menyampaikan proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno. Terbentuknya suatu negara, membutuhkan identitas nasional sebagai jati diri yang membedakan dengan bangsa lainnya, simbol kehormatan dan kedaulatan, serta identitas bersama untuk menyatukan rakyat. Identitas ini berupa Bendera merah putih, Bahasa Indonesia sebagai Bahasa nasional, lagu kebangsaan Indonesia raya, serta lambang negara, garuda Pancasila. Ada empat landasan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagai kekuatan membangun bangsa Indonesia. Keempat konsensus tersebut yaitu Pancasila, NKRI, UUD 1945, dan Bhineka tunggal ika. Konsensus consensus tersebut memiliki kedudukan, fungsi, dan konteks yang berbeda. Pancasila, sebagai ideologi dan dasar negara memiliki kedudukan lebih tinggi dibanding dengan konsensus lainnya. “Aku tidak mengatakan, bahwa aku menciptakan pancasila, apa yang ku kerjakan hanyalah menggali jauh kedalam bumi kami, tradisi-tradisi kami sendiri, dan aku menemukan lima buah butir mutiara yang indah” ungkap Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno. Bagaimanapun, masyarakat memiliki latar belakang yang berbeda sehingga dibutuhkan ideologi bersama diantara perbedaan tersebut baik secara individu maupun kelompok masyarakat. Ideologi inilah yang perlu benar-benar dipahami oleh rakyat Indonesia tak terkecuali kita sebagai generasi muda penerus bangsa. Konsensus Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika sudah terkandung dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tetapi perlu untuk dijadikan konsensus konsensus tersendiri sebagai upaya pencegahan terhadap potensi ancaman dan gangguan terhadap NKRI dan wawasan kebangsaan. Kehadiran Negara Kesatuan Republik Indonesia diharapkan dapat melindungi seluruh tumpah darah Indonesia. Undang-undang Dasar 1945 menjadi landasan konstitusional berbangsa dan bernegara. Serta, Bhineka tunggal Ika sebagai semboyan yang menyatukan perbedaan perbedaan masyarakat dari Sabang sampai Merauke. Di era modern, globalisasi tidak hanya memberikan banyak kemudahan tetapi juga dapat memberikan dampak negatif jika masyarakat tidak memiliki wawasan kebangsaan yang cukup. Rendahnya wawasan kebangsaan berdampak pada terkikisnya rasa nasionalisme dan krisis jati diri bangsa. Wawasan ini membutuhkan adanya pengimplementasian diseluruh bidang kehidupan seperti politik, ekonimi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Pemuda sebagai penerus bangsa memiliki peranan yang sangat besar sebagai agen perubahan bagi bangsa menuju arah yang lebih baik. Implementasi wawasan kebangsaan bagi para pemuda yaitu dengan cara mengatur pola pikir yang maju dan memiliki pola tindak yang baik.