NASIONALISME
Nasionalisme adalah sikap yang sangat penting untuk dikembangkan dalam berbangsa dan
bernegara. Negara yang rakyatnya menjunjung tinggi rasa nasionalisme akan menjadi
bangsa yang kuat. Sikap nasionalisme ini juga harus dipupuk sejak dini. Pentingnya
sikap nasionalisme membuat siapa saja wajib mengetahui apa itu nasionalisme yang
sebenarnya. Secara fakta, pengertian nasionalisme bisa ditinjau dari banyak aspek.
Pengertian dari nasionalisme bisa dilihat secara aspek bahasa dan juga pendapat para ahli.
Ada banyak para ahli yang mengungkapkan pendapatnya tentang definisi dari
nasionalisme.Mengetahui lebih dalam tentang makna nasionalisme adalah sebuah
keharusan bagi siapa saja yang cinta terhadap negara. Demikian juga ketika kita berbicara
tentang nasionalisme di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Nasionalisme
merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih
ada
A. Pengertian Nasionalisme
Secara bahasa, nasionalisme adalah kata serapan yang diambil dari bahasa Inggris yait
u nation. Kata nation jika diartikan ke bahasa Indonesia artinya adalah bangsa.
Jika merujuk pada arti dari asal katanya, nasionalisme adalah sesuatu yang berkaitan
dengan bangsa. Bangsa sendiri adalah sebuah rumpun masyarakat yang tinggal di sebuah
teritorial yang sama dan memiliki karakteristik yang hampir sama.
Menurut KBBI (Kamus Bahasa Besar Indonesia), nasionalisme adalah sebuah paham
yang mengajarkan untuk mencintai bangsanya sendiri. Dalam hal ini jelas jika nasionalisme
sangat erat kaitannya dengan mencintai negara baik budayanya, masyarakatnya
maupun tatanan yang ada di negara tersebut.
Jika merujuk pada KBBI, maka orang yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi adalah
orang yang mencintai negaranya.
Pengertian nasionalisme dari segi bahasa berbeda dengan chauvinisme. Kedua kata ini
sama-sama diartikan mencintai bangsa dan negara.Namun pada paham chauvinisme
kecintaan pada negara sangat fanatik sehingga membenarkan merusak atau
menghancurkan negara lain demi kejayaan bangsa sendiri. Tentu saja paham cauvinisme ini
tidak sejalan dengan nilai nasionalisme, paham chauvinisme bisa merusak perdamaian dunia.
B. Bentuk-Bentuk Nasionalisme
> Nasionalisme Kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil).
Merupakan bentuk nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari
penyertaan aktif rakyatnya, kehendak rakyat, atau perwakilan politik.
> Nasionalisme Etnis. Adalah sejenis semangat kebangsaan
dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah
masyarakat.
> Nasionalisme Romantik/Organik/Identitas. Dimana negara memperoleh kebenaran po
litik secara semula jadi (organik) hasil dari bangsa atau ras; menurut semangat romant
isme.
> Nasionalisme Budaya. Bentuk nasionalisme dimana negara memperoleh kebena
ran politik dari budaya bersama dan bukannya sifat keturunan seperti warna kulit, ras dan
sebagainya.
> Nasionalisme Kenegaraan. Variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungk
an dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi keutamaan
mengatasi hak universal dan kebebasan.
> Nasionalisme Agama. Bentuk nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik
dari persamaan agama
F. Identitas Nasional
Identitas nasional merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh
dan berkembang dalam suatu bangsa dan menjadi ciri khas bangsa tersebut sehingga
dapat menjadi pembeda dengan bangsa lain.
Istilah identitas secara harfiah bisa kita pahami sebagai ciri, tanda atau jati diri. Kata
nasional mengandung arti bangsa (nation), yang dalam konteks modern bisa
diartikan sebagai negara. Jadi lingkup identitas nasional adalah negara dalam
konteks modern.
Unsur-unsur Identitas Nasional
1. Suku bangsa, yaitu golongan sosial yang khusus dan bersifat askriptif. Artinya,
individu memilikinya sejak lahir dan bukan kuasanya untuk memilih. Misalnya,
kamu sebagai orang Minang, saya orang Asmat. Minang dan Asmat adalah
identias masing-masing kita. Lebih dari 300 identitas suku bangsa yang tersebar di
seantero nusantara.
2. Agama, yaitu golongan sosial yang klasifikasinya berdasarkan agama atau aliran
kepercayaan. Individu sejak lahir biasanya sudah berafiliasi ke salah satu
agama. Pertama-tama atas arahan orang tua yang punya hak prerogatif menentukan
apa agama anaknya. Seiring kedewasaan dan kematangan intelektual, individu
mencari sendiri, menemukan atau memantapkan kembali agama yang diimaninya.
3. Bahasa, yaitu golongan sosial yang didasarkan pada aspek simbolik yang secara
arbiter dibentuk sebagai sarana interaksi. Individu mempelajari simbol-simbol yang
membentuk bahasa sejak lahir. Kemajemukan bahasa sangat berhubungan dengan
kemajemukan budaya karena bahasa merupakan bagian dari budaya.
4. Budaya, yaitu golongan sosial yang didasarkan pada pengetahuan manusia yang
secara kolektif digunakan untuk menafsir lingkungannya sehingga menjadi
pedoman untuk bertindak dan menghasilkan karya. Cakupan budaya sangat
luas, kita bisa memahami sistem pengetahuan yang berada dalam pikiran manusia
sebagai budaya, dan teknologi yang dihasilkannya juga sebagai budaya
Adanya lambang-
lambang yang secara simbolik mendeskripsikan visi, tujuan dan fungsi
didirikannya negara.
Adanya tujuan bersama yang ingin dicapai suatu bangsa yang tercermin dalam dasar
negara dan konstitusinya.
Bung Karno, merupakan tokoh, figur, sang proklamator, tokoh sentral berdirinya
negara Indonesia.
Batik, produk budaya berupa corak lilin pada sehelai kain yang mengandung filosofi,
bernilai seni dan ekonomi.
Borobudur, salah satu tempat ibadah umat Budha, candi Budha terbesar di dunia.
Pancasila, ideologi resmi negara yang terdiri dari lima sila: Ketuhanan, Keman
usiaan, Persatuan, Demokrasi, Keadilan
NASIONALISME EKSTREM
Nasionalisme adalah sebuah paham yang bersifat positif dan sesuai dengan Pancasila.
Namun, apabila dalam pelaksanaannya tidak memperhatikan keseimbangan antara hak dan
kewajiban maka akan lahir nasionalisme ekstrem, yaitu :
1. Chauvinisme
Chauvinisme adalah sebuah paham yang mengajarkan seseorang untuk mencintai bangsa dan
negaranya sendiri dengan cara mengagungkan bangsa sendiri dan merendahkan bangsa lain.
Berdasarkan pengertian tersebut, chauvinisme memiliki persamaan dengan nasionalisme
yaitu sama-sama mengajarkan seseorang untuk mencintai bangsa dan negaranya sendiri.
Namun, terdapat perbedaan yang besar antara chauvinisme dan nasionalisme yaitu dalam
tindakan, ucapan atau sikap yang ditunjukkan dalam mencintai bangsa dan negaranya
tersebut. Orang yang menganut paham Chauvinisme akan berusaha mencintai dan
memajukan bangsa dan negaranya walaupun dengan cara menindas bangsa dan negara lain,
serta terlalu berlebihan dalam membanggakan bangsa dan negaranya, sehingga menganggap
bangsa dan negara lain lebih rendah martabatnya.
2. Fasisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fasisme adalah paham golongan nasionalis
esktrem yang menganjurkan pemerintahan otoriter. Berdasarkan pengertian tersebut, artinya
fasisme memiliki keterkaitan dengan nasionalisme. Keterkaitan antara fasisme dan
nasionalisme, yaitu sama-sama sebagai paham yang dilandasi rasa cinta terhadap bangsa dan
negaranya sendiri.
Namun, terdapat perbedaan besar antara fasisme dan nasionalisme, yaitu dalam
mengungkapkan rasa cintanya, orang yang menganut fasisme menggunakan paksaan agar
masyarakat mencintai bangsa dan negaranya sedangkan nasionalisme menumbuhkan
kesadaran masyarakat untuk mencintai bangsa dan negaranya.
Paksaan yang dilakukan oleh orang yang menganut fasisme diwujudkan melalui
kepemimpinan seseorang yang bersifat otoriter dan absolut. Kekuasaan harus dipegang oleh
satu orang (pemusatan kekuasaan) serta segala perintah yang dikeluarkan harus dipatuhi oleh
semua masyarakat tanpa terkecuali.
Apabila ada masyarakat yang tidak mematuhi peraturan, maka ia akan dianggap sebagai
musuh, sehingga dalam fasisme identitas harus seragam (harus sama mengikuti perintah) dan
musuh negara itu tidak hanya berasal dari luar akan tetapi dari dalam (masyarakat itu sendiri
bisa dianggap sebagai musuh)