Anda di halaman 1dari 10

NASIONALISME

NASIONALISME
Nasionalisme adalah sikap yang sangat penting untuk dikembangkan dalam berbangsa dan
bernegara. Negara yang rakyatnya menjunjung tinggi rasa nasionalisme akan menjadi
bangsa yang kuat. Sikap nasionalisme ini juga harus dipupuk sejak dini. Pentingnya
sikap nasionalisme membuat siapa saja wajib mengetahui apa itu nasionalisme yang
sebenarnya. Secara fakta, pengertian nasionalisme bisa ditinjau dari banyak aspek.
Pengertian dari nasionalisme bisa dilihat secara aspek bahasa dan juga pendapat para ahli.
Ada banyak para ahli yang mengungkapkan pendapatnya tentang definisi dari
nasionalisme.Mengetahui lebih dalam tentang makna nasionalisme adalah sebuah
keharusan bagi siapa saja yang cinta terhadap negara. Demikian juga ketika kita berbicara
tentang nasionalisme di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Nasionalisme
merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih
ada

A. Pengertian Nasionalisme
Secara bahasa, nasionalisme adalah kata serapan yang diambil dari bahasa Inggris yait
u nation. Kata nation jika diartikan ke bahasa Indonesia artinya adalah bangsa.
Jika merujuk pada arti dari asal katanya, nasionalisme adalah sesuatu yang berkaitan
dengan bangsa. Bangsa sendiri adalah sebuah rumpun masyarakat yang tinggal di sebuah
teritorial yang sama dan memiliki karakteristik yang hampir sama.
Menurut KBBI (Kamus Bahasa Besar Indonesia), nasionalisme adalah sebuah paham
yang mengajarkan untuk mencintai bangsanya sendiri. Dalam hal ini jelas jika nasionalisme
sangat erat kaitannya dengan mencintai negara baik budayanya, masyarakatnya
maupun tatanan yang ada di negara tersebut.
Jika merujuk pada KBBI, maka orang yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi adalah
orang yang mencintai negaranya.
Pengertian nasionalisme dari segi bahasa berbeda dengan chauvinisme. Kedua kata ini
sama-sama diartikan mencintai bangsa dan negara.Namun pada paham chauvinisme
kecintaan pada negara sangat fanatik sehingga membenarkan merusak atau
menghancurkan negara lain demi kejayaan bangsa sendiri. Tentu saja paham cauvinisme ini
tidak sejalan dengan nilai nasionalisme, paham chauvinisme bisa merusak perdamaian dunia.

B. Bentuk-Bentuk Nasionalisme
> Nasionalisme Kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil).
Merupakan bentuk nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari
penyertaan aktif rakyatnya, kehendak rakyat, atau perwakilan politik.
> Nasionalisme Etnis. Adalah sejenis semangat kebangsaan
dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah
masyarakat.
> Nasionalisme Romantik/Organik/Identitas. Dimana negara memperoleh kebenaran po
litik secara semula jadi (organik) hasil dari bangsa atau ras; menurut semangat romant
isme.
> Nasionalisme Budaya. Bentuk nasionalisme dimana negara memperoleh kebena
ran politik dari budaya bersama dan bukannya sifat keturunan seperti warna kulit, ras dan
sebagainya.
> Nasionalisme Kenegaraan. Variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungk
an dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi keutamaan
mengatasi hak universal dan kebebasan.
> Nasionalisme Agama. Bentuk nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik
dari persamaan agama

C. Nasionalisme Berdasarkan Nilai Pancasila


Di dalam Pancasila nilai-nilai akan nasionalisme juga sudah tertanam khususnya pada sila
ketiga yaitu persatuan Indonesia. Dikarenakan dasar negara Indonesia adalah Pancasila,
maka penting bagi kita mengetahui pengertian nasionalisme sesuai dengan Pancasila
Bangsa Indonesia sudah paham betapa pentingnya rasa nasionalisme bahkan sebelum
merdeka. Rasa nasionalisme ini telah tertuang dalam peristiwa sumpah pemuda pada
tanggal 28 Oktober 1928.
Kala itu, Indonesia mengaku jika berbangsa satu, bertanah air satu dan berbahasa satu.
Hal ini menandakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang kuat dan menjunjung
tinggi nilai nasionalisme.
Setelah Indonesia merdeka, nilai nasionalisme dituangkan pada pancasila dan pembukaan
UUD 1945. Namun pada pembukaan UUD 1945 juga ditekankan jika Indonesia yang
mencintai negaranya dan juga ikut menjaga ketertiban dunia.
Hal ini jelas menjauhkan bangsa Indonesia dari paham chauvisme. Pemimpin dunia
yang menganut paham chauvisme adalah Hitler. Hitler menganggap mencintai negara
berarti besedia melakukan apapun untuk negara bahkan bila perlu dengan
menghancurkan negara lain.
Jadi, jika merujuk pada paham pancasila dan pem-bukaan UUD 1945,
nasionalisme adalah sikap cinta tanah air dan menjaga per-satuan bangsa dengan
tetap menjaga perdamaian yang ada di dunia
Dengan demikian bangsa Indonesia adalah bangsa yang menjunjung tinggi rasa
kebangsaan tanpa harus menghancurkan dan mengganggu kedaulatan bangsa lain. Jika
semua negara menerapkan nasionalisme dengan benar, perdamaian dunia mudah di
wujudkan. Dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air, warga negara yang baik
adalah warga negara yang memiliki sikap nasionalisme yang tinggi. Nasionalisme yang
tinggi ini bisa dipupuk dari kegiatan-kegiatan yang kecil

D. Contoh Sikap Nasionalisme Awal Kemerdekaan


1. Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran 5 Hari atau Pertempuran 5 Hari di Semarang adalah serangkaian
pertempuran antara rakyat Indonesia di Semarang melawan Tentara Jepang.
Pertempuran ini adalah perlawanan terhebat rakyat Indonesia terhadap Jepang pada
masa transisi (bedakan dengan Peristiwa 10 November perlawanan terhebat rakyat
Indonesia dalam melawan sekutu dan Belanda). Pertempuran ini dimulai pada tanggal
15 Oktober 1945 (walau kenyataannya suasana sudah mulai memanas sebelumnya)
dan berakhir tanggal 20 Oktober 1945
2. Pertempuran Surabaya
Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara
Indonesia dan pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November
1945 di Kota Surabaya, Jawa Timur. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan
Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan
satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang
menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.
Setelah munculnya maklumat pemerintah Indonesia tanggal 31 Agustus 1945 yang
menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Saka Merah Putih
dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia, gerakan pengibaran bendera tersebut
makin meluas ke segenap pelosok kota Surabaya. Klimaks gerakan pengibaran bendera
di Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera di Yamato Hoteru / Hotel Yamato
(bernama Oranje Hotel atau Hotel Oranye pada zaman kolonial, sekarang bernama Hotel
Majapahit) di Jl. Tunjungan no. 65 Surabaya.
3. Pertempuran Medan Area
Pada tanggal 24 Agustus 1945, antara pemerintah Kerajaan Ing-gris dan Kerajaan Belanda
tercapai suatu persetujuan yang ter-kenal dengan nama civil Affairs Agreement. Dalam
persetujuan ini disebutkan bahwa panglima tentara pendudukan Inggris di Indonesia
akan memegang kekuasaan atas nama pemerintah Belanda.
Dalam melaksanakan hal-hal yang berkenaan dengan pemerintah sipil, pelaksanaannya
diselenggarakan oleh NICA dibawah tanggungjawab komando Inggris. Kekuasaan itu
kelak di kemudian hari akan dikembalikan kepada Belanda. Inggris dan Belanda membangun
rencana untuk memasuki berbagai kota strategis di Indonesia yang baru saja merdeka. Salah
satu kota yang akan didatangi Inggris dengan menyelundupkan NICA Belanda adalah Medan
4. Bandung Lautan Api
Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota
Bandung, provinsi Jawa Barat, Indonesia pada 24 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam,
sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka, meninggalkan
kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan untuk
mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda untuk dapat menggunakan kota Bandung
sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia
5. Pertempuran Laut Aru
Pertempuran Laut Aru adalah suatu pertempuran yang terjadi di Laut Aru, Maluku, pada
tanggal 15 Januari 1962 antara Indonesia dan Belanda. Insiden ini terjadi sewaktu dua
kapal jenis destroyer, pesawat jenis Neptune dan Frely milik Belanda menyerang
RI Matjan Tutul (650), RI Matjan Kumbang (653) dan RI Harimau (654) milik Indonesia
yang sedang berpatroli pada posisi 04,49" LS dan 135,02" BT. Komodor Yos Sudarso
gugur pada pertempuran ini setelah menyerukan pesan terakhirnya yang terkenal,
"Kobarkan semangat pertempuran"

E. IMPLEMENTASI RASA NASIONALISME SAAT INI


Kecintaan masyarakat akan tanah airnya mampu memberi pengaruh yang besar
terhadap perkembangan sebuah bangsa. Kita bisa melihat gerakan-gerakan
yang sudah konstruktif muncul di awal abad ke 20, prakemerdekaan Republik
ini salah satu faktor terbesar yang mendorong adanya gerakan itu adalah Nasionalisme.
Kita bisa melihat dari mulai tumbuhnya kesadaran masyarakat yang awalnya belum
terpikir bahwa kemerdekaan adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan, digerakkan
atau dipelopori oleh sebagian orang yang sudah memiliki nasionalisme, maka rakyat
Indonesia terbuka matanya untuk keluar dari lingkaran kebingungan dari pembodohan yang
dilakukan Belanda ratusan tahun lamanya.
Nasionalisme tidak bisa kita artikan hanya sebatas rasa cinta kepada bangsa dan
negara, tapi nasionalisme adalah kesadaran individu masyarakat suatu bangsa akan
tanggung jawabnya dalam kemakmuran dan pertahanan yang dilandasi rasa cinta
kepada tanah airnya. Senada dengan perkataan Bung Karno, bahwa nasionalisme
ialah suatu iktikad, keinsyafan rakyat, bahwa rakyat adalah satu golongan, satu
bangsa. Rasa nasionalistis itu menimbulkan rasa percaya kepada diri sendiri. Rasa
percaya akan diri sendiri inilah yang menimbulkan ketetapan hati dalam perjuangan
menuju Indonesia merdeka. Artinya, nasionalisme itu dimulai dari adanya kesadaran,
dari kesadaran itu tumbuhlah yang namanya cinta. Kesadaran akan tanggung jawab sebagai
bagian dari masyarakat diiringi cinta yang tumbuh kepada bangsa inilah yang
membawa masyarakat kepada perjuangan yang tidak setengah-setengah. Jadi, keliru lah
jika Nasionalisme itu diartikan hanya sebatas mencintai bangsa dan negara tanpa ada
tindakan nyata
Jika kita lihat realita yang ada hari ini, justru pengertian yang keliru itulah
kebanyakan dipakai oleh masyarakat Indonesia, terlebih para 'pemuda zaman now'. Tidak
sedikit yang menyatakan cintanya kepada Indonesia, tidak sedikit yang berkoar-
koar menyuarakan dukungannya datang langsung ke studion ketika Indonesia bertanding
sepak bola dengan Negara lain walaupun harus mengeluarkan uang, tapi yang disayangkan
tidak sedikit pula yang cintanya itu hanya sebatas kata-kata. Nasionalisme tidak bisa
hanya sampai di mulut, nasionalisme harus diiringi dengan aksi, dengan kontribusi
nyata walaupun sederhana. Sesuatu yang kita lakukan, walaupun terlihat sederhana tapi
bisa memberi pengaruh besar jika kita tau hakikat dari perbuatan itu, kita tau alasan kita
berbuat, kita tau tujuan dan akibat kita bertindak

Adapun contoh-contoh sikap yang didasari nasionalisme adalah sebagai berikut :


1. Aktif dalam Pembangunan Nasional
Turut aktif dalam pembangunan bangsa merupakan salah bentuk sikap yang
menunjukkan patriotisme dan nasionalisme. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk
mengisi pembangunan seperti halnya:
Seorang siswa belajar dengan baik dengan harapan kelak apa yang ia pelajari bisa
bermanfaat untuk bangsanya;
Masyarakat yang sadar akan fungsi pemilu sehingga mengunakan hak pilihnya dan
mengikuti kegiatan pemilu dengan tertib agar didapatkan pemimpin yang kompeten
Mahasiswa yang kritis dan tanggap memberi masukan kepada pemerintah terkait
masalah yang sedang terjadi di dalam negeri termasuk penyalahgunaan wewenang
2. Menjunjung Tinggi Hukum
Sebagai warga negara yang baik, sudah sepatutnya kita memahami dan mematuhi
hukum yang berlaku di Indonesia dengan cara sebisa mungkin tidak melanggar hukum,
menyerahkan diri jika melanggarnya, dan melapor jika ada orang lain yang melanggar.
Tindakan seperti ini sudah menunjukkan sikap patrotime dan nasionalisme kita. Hal-hal
yang dapat kita lakukan misalnya adalah :

 Mematuhi rambu-rambu lalu lintas;


 Membayar pajak tepat pada waktunya;
 Melakukan pekerjaan yang tidak melanggar hukum;
 Menegur orang lain yang hendak mencuri

3. Menjaga Kebersihan Lingkungan Sekitar


Dengan menjaga kebersihan lingkungan berarti anda juga mencintai lingkungan
tempat tinggal anda sehingga sikap ini juga termasuk dalam sikap patriotisme dan
nasionalisme. Hal-hal yang dapat kita lakukan misalnya:
 Ketua RT mengadakan kegiatan kerja bakti di lingkungannya dan kita sebagai
warganya mengikuti kegiatan kerja bakti tersebut dengan baik;
 Pemerintah sudah menyiapkan tempat sampah di berbagai titik di lingkungan desa
maka kita harus membuang sampah pada tempatnya.

4. Menciptakan Kerukunan Umat Beragama


Penduduk Indonesia terdiri dari berbagai pemeluk agama. Bangga menjadi salah
satu penduduk Indonesia dan rela berkorban untuk mereka merupakan salah satu
perwujudan sikap patriotisme dan nasionalisme. Salah satu hal yang dapat kita lakukan
adalah menciptakan kerukunan antar umat beragama. Untuk mewujudkan hal tersebut
kita dapat melakukan langkah-langkah konkret seperti:
 Memberikan izin kepada teman untuk tidak mengikuti belajar kelompok ketika
ada kegiatan keagamaan;
 Tidak menggangu orang lain yang sedang melakukan ibadah seperti berteriak
di dekatnya;
 Berteman dengan semua orang tanpa membedakan agama.
 Ikut serta kegiatan gotong royong di lingkungan misalnya dalam membangun pos
kampling,
 Saling tolong menolong ketika ada tetangga atau teman yang terkena musibah,
 Menghargai pendapat orang lain di dalam musyawarah dan tidak memotong
pembicaraannya.

5. Menggunakan Produk dalam Negeri


Untuk menunjukkan sikap patriotisme dan nasionalime sudah semestinya kita bangga
dan sebisa mungkin menggunakan produk dalam negeri. Banyak orang yang senang
menggunakan produk luar negeri. Biasanya mereka berpendapat bahwa produk luar
negeri pasti lebih bagus. Padahal, sudah banyak juga produk dalam negeri yang patut
diberi apresiasi dari segi kualitasnya. Beberapa produsen Indonesia bahkan mengaku
mereka banyak menjual produknya ke luar negeri tanpa merk, kemudian perusahaan
luar negeri memberikan label, dan menjualnya. Hal ini membuktikan bahwa produk
Indonesia juga diakui oleh dunia internasional
6. Melestarikan Budaya
Salah satu dampak globalisasi adalah banyaknya budaya asing yang masuk ke Indonesia. Hal
ini dapat mengancam punahnya budaya Indonesia sendiri. Untuk mengatasi hal tersebut
maka generasi penerus bangsa harus turut melestarikan budaya Indonesia sebagai wujud
sikap patriotisme dan nasionalismenya.
Salah satu bentuk perwujudan sikap patriotisme dan nasionalime yang dapat kita
lakukan adalah menjunjung ideologi bangsa. Ideologi bangsa Indonesia adalah
Ideologi Pancasila. Dengan mewujudkan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi terbuka
di dalam kehidupan kita berarti kita bangga dan cinta kepadanya
7. Menjunjung Cita-cita Bangsa
Penting bagi sebuah negara agar rakyatnya mendukung dan menjunjung cita-cita
bangsa. Cita-cita bangsa Indonesia terletak pada Pembukaan Undang Undang Dasar
1945 Alinea IV. Cita-cita bangsa yang tertuang dalam alinea ini adalah :
 Memajukan kesejahteraan umum;
 Mencerdaskan kehidupan bangsa;
 Melaksanakan ketertiban dunia.
 Dengan menjunjung tinggi dan rela berkorban demi terwujudnya cita-cita ini maka
kita telah menunjukkan sikap patriotisme dan nasionalisme yang kita miliki.

F. Identitas Nasional
Identitas nasional merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh
dan berkembang dalam suatu bangsa dan menjadi ciri khas bangsa tersebut sehingga
dapat menjadi pembeda dengan bangsa lain.
Istilah identitas secara harfiah bisa kita pahami sebagai ciri, tanda atau jati diri. Kata
nasional mengandung arti bangsa (nation), yang dalam konteks modern bisa
diartikan sebagai negara. Jadi lingkup identitas nasional adalah negara dalam
konteks modern.
Unsur-unsur Identitas Nasional
1. Suku bangsa, yaitu golongan sosial yang khusus dan bersifat askriptif. Artinya,
individu memilikinya sejak lahir dan bukan kuasanya untuk memilih. Misalnya,
kamu sebagai orang Minang, saya orang Asmat. Minang dan Asmat adalah
identias masing-masing kita. Lebih dari 300 identitas suku bangsa yang tersebar di
seantero nusantara.
2. Agama, yaitu golongan sosial yang klasifikasinya berdasarkan agama atau aliran
kepercayaan. Individu sejak lahir biasanya sudah berafiliasi ke salah satu
agama. Pertama-tama atas arahan orang tua yang punya hak prerogatif menentukan
apa agama anaknya. Seiring kedewasaan dan kematangan intelektual, individu
mencari sendiri, menemukan atau memantapkan kembali agama yang diimaninya.
3. Bahasa, yaitu golongan sosial yang didasarkan pada aspek simbolik yang secara
arbiter dibentuk sebagai sarana interaksi. Individu mempelajari simbol-simbol yang
membentuk bahasa sejak lahir. Kemajemukan bahasa sangat berhubungan dengan
kemajemukan budaya karena bahasa merupakan bagian dari budaya.
4. Budaya, yaitu golongan sosial yang didasarkan pada pengetahuan manusia yang
secara kolektif digunakan untuk menafsir lingkungannya sehingga menjadi
pedoman untuk bertindak dan menghasilkan karya. Cakupan budaya sangat
luas, kita bisa memahami sistem pengetahuan yang berada dalam pikiran manusia
sebagai budaya, dan teknologi yang dihasilkannya juga sebagai budaya

Keempat unsur identias tersebut melandasi lahirnya faktor-faktor pembentuk identitas


nasional. Perlu diketahui bahwa identitas nasional tidak muncul dengan sendirinya,
melainkan dibentuk. Pembentukannya tidak terjadi natural namun produk kesepakatan.
Beberapa faktor pembentuk identitas nasional yang bisa disebutkan di sini antara lain:
FAKTOR PEMBENTUK IDENTITAS NASIONAL
1. Primordialisme, yaitu sikap kecintaan pada identitas berdasarkan golongan,
kesamaan etnis atau suku. Biasanya didasarkan pula oleh sistem kekerabatan dan
kekeluargaan yang identik dengan adanya hubungan darah antar anggotanya.
2. Praktik keagamaan, yaitu ritual yang didasarkan pada keyakinan individu dan
dipraktikkan secara kolektif. Unsur keimanan berkontribusi penting pada motivasi
untuk berpartisipasi pada ritual yang dijalani secara kolektif berdasar sistem
keyakinan yang sama.
3. Pemimpin bangsa, yaitu figur atau tokoh kharismatik yang menjadi kebanggaan
rakyatnya. Seorang pemimpin bangsa pada prinsipnya adalah pelayan
masyarakatnya. Rakyat merasa diayomi dan bangga pada pemimpinnya yang
dianggap bagian dari dirinya.
4. Sejarah bangsa, yaitu narasi masa lalu suatu bangsa yang membentuk memori
kolektif masyarakat yang hidup di zaman kekinian. Kesamaan asal-usul atau
nenek moyang juga bagian dari sejarah yang dapat membentuk solidaritas dan
identitas kolektif.

Ciri-ciri Negara yang Punya Identitas Nasional


 Adanya pola perilaku masyarakat menyangkut adat istiadat yang dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.

 Adanya lambang-
lambang yang secara simbolik mendeskripsikan visi, tujuan dan fungsi
didirikannya negara.

 Adanya alat kelengkapan yang dimiliki negara untuk melayani kebutuhan


masyarakatnya, seperti tempat ibadah, infrastruktur, teknologi komunikasi, dan
sebagainya.

 Adanya tujuan bersama yang ingin dicapai suatu bangsa yang tercermin dalam dasar
negara dan konstitusinya.

 Bung Karno, merupakan tokoh, figur, sang proklamator, tokoh sentral berdirinya
negara Indonesia.

 Batik, produk budaya berupa corak lilin pada sehelai kain yang mengandung filosofi,
bernilai seni dan ekonomi.

 Borobudur, salah satu tempat ibadah umat Budha, candi Budha terbesar di dunia.

 Rendang, salah satu makanan khas Minang yang telah mendunia.

 Pancasila, ideologi resmi negara yang terdiri dari lima sila: Ketuhanan, Keman
usiaan, Persatuan, Demokrasi, Keadilan

NASIONALISME EKSTREM
Nasionalisme adalah sebuah paham yang bersifat positif dan sesuai dengan Pancasila.
Namun, apabila dalam pelaksanaannya tidak memperhatikan keseimbangan antara hak dan
kewajiban maka akan lahir nasionalisme ekstrem, yaitu :
1. Chauvinisme
Chauvinisme adalah sebuah paham yang mengajarkan seseorang untuk mencintai bangsa dan
negaranya sendiri dengan cara mengagungkan bangsa sendiri dan merendahkan bangsa lain.
Berdasarkan pengertian tersebut, chauvinisme memiliki persamaan dengan nasionalisme
yaitu sama-sama mengajarkan seseorang untuk mencintai bangsa dan negaranya sendiri.
Namun, terdapat perbedaan yang besar antara chauvinisme dan nasionalisme yaitu dalam
tindakan, ucapan atau sikap yang ditunjukkan dalam mencintai bangsa dan negaranya
tersebut. Orang yang menganut paham Chauvinisme akan berusaha mencintai dan
memajukan bangsa dan negaranya walaupun dengan cara menindas bangsa dan negara lain,
serta terlalu berlebihan dalam membanggakan bangsa dan negaranya, sehingga menganggap
bangsa dan negara lain lebih rendah martabatnya.
2. Fasisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fasisme adalah paham golongan nasionalis
esktrem yang menganjurkan pemerintahan otoriter. Berdasarkan pengertian tersebut, artinya
fasisme memiliki keterkaitan dengan nasionalisme. Keterkaitan antara fasisme dan
nasionalisme, yaitu sama-sama sebagai paham yang dilandasi rasa cinta terhadap bangsa dan
negaranya sendiri.
Namun, terdapat perbedaan besar antara fasisme dan nasionalisme, yaitu dalam
mengungkapkan rasa cintanya, orang yang menganut fasisme menggunakan paksaan agar
masyarakat mencintai bangsa dan negaranya sedangkan nasionalisme menumbuhkan
kesadaran masyarakat untuk mencintai bangsa dan negaranya.
Paksaan yang dilakukan oleh orang yang menganut fasisme diwujudkan melalui
kepemimpinan seseorang yang bersifat otoriter dan absolut. Kekuasaan harus dipegang oleh
satu orang (pemusatan kekuasaan) serta segala perintah yang dikeluarkan harus dipatuhi oleh
semua masyarakat tanpa terkecuali.
Apabila ada masyarakat yang tidak mematuhi peraturan, maka ia akan dianggap sebagai
musuh, sehingga dalam fasisme identitas harus seragam (harus sama mengikuti perintah) dan
musuh negara itu tidak hanya berasal dari luar akan tetapi dari dalam (masyarakat itu sendiri
bisa dianggap sebagai musuh)

Anda mungkin juga menyukai