Anda di halaman 1dari 5

NASIONALISME INDONESIA DAN KONSEP-KONSEP TURUNANNYA

Tumbuhnya paham nasionalisme atau paham kebangsaan indonesia tidak bisa


dilepaskan dari situasi nasional politik dekade pertama abad ke-20. Hal yang patut
disayangkan perdebatan panjang di antara para tokoh peergerakan nasional tentang
paham kebangsaan itu berakhir saling curiga yang sulit dipertemukan. Secara garis
besar terdapat 3 prmikiran besar tentang watak nasionalisme indonesia sebelum
kemerdekaan yaitu paham ke-islaman, marxisme dan nasionalisme. Nasionalisme
indonesia pada dasarnya berwatak inklusif dan berwawasan kemanusian. Pada
perkembangan selanjutnya, watak nasionalisme yang indonesia dirumuskan oleh
tokoh-tokoh nasionalis yang mempengaruhi konsep pokok selanjutnya tentang
negara bangsa. Warga negara dan dasar negara indonesia atau yang kemudian
disebut dengan ideologi pancasila. Konsep-konsep itu dirumuskan dalam ketetapan
UUD 1945.

Negara bangsa (nation state)


Konsep ini adalah tentang negara modern. Suatu negara dikatakan telah
memenuhi syarat sebagai sebuah negara modern jika setidaknya memenuhi
syarat-syarat pokok dan modal sebuah bangsa. Bentuk pemerintah negara indonesia
di jelaskan dalam UUD 1945 pasal 1. Selain pasal tentang bentuk dan kedaulatan
negara, konstitusi UUD 1945 oleh majelis permusyawaratan rakyat republik
indonesia lainnya.

Warga negara
Pembahasan tentang warga negara terdspat dalam Bab X UUD 45 pasal 26.
Selain dengan tuntutan zaman, bunyi pasal ini telah mengalami perubahan
(amandemen) melalui perubahan kedua UUD negara republik indonesia tahun 1945
oleh majelis permusyawaratan rakyat republik indonesia tahun 2000.

Dasar negara pancasila


Sehari setelah indonesia merdeka, terjadi perdebatan serius tentang dasar
negara indonesia merdeka. Perdebatan panjang di BPUPKI yang terjadi sebelum
kemerdekaan berujung pada akhirnya menghasilkan sebuah kompromi yakni BPUPKI
“menerima “ beberapa usulan. Kemudian , pada 22 juni 1945 kesepakatan tersebut
di tanda tangani bertepatan dengan hari jadi kota jakarta, sehingga dokumen
tersebut dikenal dengan piagam jakarta (Jakarta Charter). Sehari setelah
kemerdekaan, kesepakatan itu mulai dipersoalkan karena orang-orang kristen yang
mayoritas di wiliyah timur indonesia tidak bersedia bergabung dengan republik
indonesia kecuali jika beberapa unsur dalam piagam jakarta dihapuskan. Keinginan
masyarakat wilayah timur nusantara memaksa para perumus dasar negara. Akhirnya
kelompok islam bersepakat untuk menghapus unsur-unsur islam yang telah mereka
rumuskan dalam piagam jakarta, sebagai gantinya unsur ketahuidan dimasukan
dalam sila pertama. Dengan demikan, sila pertama berbunyi “ketuhanan yang maha
esa” Sejak diterimanya unsur perubahan tersebut dan ditetapkan UUD 45 sebagai
UUD Negara republik indonesia, dengan sendirinya 7 kata klausul islami dalam
piagam jakarta hilang dari konstitusi negara. Hilangnya 7 kata dari piagam jakarta
dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 dinilai oleh sebagian besar demi
terwujudnya persatuan dan kesatuan negara dan bangsa indonesia. Sejak peristiwa
ini, maka dasar negara indonesia yang berkedaulatan rakyat adalah pancasila dan
kelima silanya.

Nasionalisme indonesia dewasa


Nasionalisme kebangsaan lahir dari pemikiran dan rasa cinta oleh suatu individu
terhadap bangsanya secara tulus dan ikhlas tanpa adanya suatu paksaan dari pihak
manapun. Nasionalisme sebagai menifestasi kesadaran bernagara tumbuh di negara
merdeka. Nasionalisme itu sesuatu yang dinamis, nasionalisme pada zaman colonial
dengan zaman sekarang jelas sangat jauh berbeda. Sampai seberapa jauh
nasionalisme itu berkembang tergantung pada bagaimana penerapan cara berpikir
nasional warga negaranya. Apa yang dimaksud berpikir nasional adalah sikap
seseorang terhadap kesadaran bernegara. Nasionalisme indonesia yang dalam
perkembangannya mencapai titik puncaknya setelah perang dunia II, yaitu dengan
diproklamasikan kemerdekaan indonesia yang berarti bahwa pembentukan nation
indonesia berlangsung melalui proses sejarah yang panjang. Namun ketika indonesia
mardeka pada tahun 1945 perjuangan rakyat indonesia ternyata belum selesai ketika
terjadi agresi militer belanda 2 tahun 1945-1949’
Nasionalisme indonesia saat itu betul-betul diuji di tengah gejolak politik
divedeet impera belanda. Setelah itu pada tahun-tahun berikutnya konflik-konflik
nasionalisme bangsa kembali dihadapkan pada tantangan baru dengan dimuncunya
gerakan separatis di berbagai wilayah tanah air hingga akhirnya pada maksa
demokrasi terpimpin masalah nasionalisme politik pun digeser kembali ke
nasionalisme politik sekaligus kultural. Dan, berakhir pula situasi ini dengan
terjadinya tragedi nasional 30 september 1965. dimana dalam kasus ini kitaa melihat
pembantaian di dalam tubuh sendiri.
Sesuai zamannya nasionalisme berkembang dengan penguasa yang berbeda
pula. Jika pada masa penjajahan bentuk nasionalisme kita adalah dengan
mengangkat senjata mengusir penjajah, dan jika pasca kemerdekaan kita juga harus
menghadapi konflik dalam negeri rasa nasionalisme kita adalah dengan cara
berpendapat, dengan cara memilih pemimpin yang baik dan memiliki tanggung
jawab untuk menjaga kemerdekaan kita, lalu nasionalisme sekarang ini juga berbeda
pula.
Dewasa ini nasionalisme indonesia tidak hanya di uji dari luar seperti masa
kolonial atau hanya konflik dalam negeri seperti pasca orde lama dan orde baru,
namun serangan untuk melemahkan nasionalisme kita datang dari luar dan dari
dalam negeri sendiri. Tahun 1998 terjadi reformasi yang memporak-porandakan
stabilitas semu yang di bangun orde baru. Masa ini oun diikuti dengan masa krisis
berkepanjangan hingga berganti empat orang presiden. Potret nasionalisme itupun
kemudian memudar. Banyaknyang beranggapan bahwa nasionalisme sekarang ini
semakin merosot, di tengah isu globalisai,demokratisasi, dan liberalisasi yang
semakin menggila.
Masyarakat melupakan nasionalisme kebangsaan, dan sibuk mengurus diri dan
kelompoknya sendiri tanpa peduli dengan aset-aset negara yang harus dijaga. Hingga
beberapa waktu lalu terjadi kasus yang secara tuba-tiba menyeruakkan rasa
nasionalisme kita, dengan menyerukan slogan-slogan”ganyang malaysia!”. dalam
satu dekade terskhir ini, muncul lagi “nasionalisme”itu, ketika lagu “rasa
sayang-sayange” dan “reog ponogoro” diklaim sebagai budaya negeri jiran itu.
Semangat “nasionalisme kultural dan politik” seakan muncul. Seluruh elemen
masyarakat bersatu menghadapi “ancaman” dari luar. Namun anehnya, perasaan
atau oaham itu hanya muncul sesaat ketika peristiwa itu terjadi.

Latar belakang lahirnya nasionalime indonesia dan turunanya


Membicarakan mengenai lahirnya nasionalisme indonesia tidak bisa dilepaskan
dari keaadaan rakyat sendiri yang sangat memprihatinkan pada masa tanam paksa.
Rakyat indonesia sangat terbelakang waktu itu, mereka hanya diperkerjakan untuk
kepentingan kolonial. Pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan tidak mnjadi
perhatian utama pemerintah kolonial belanda. Situasi tersebut tetap berlangsung
sampai Van Deventer dalam majalah De Gids menulis keprihatinan terhadap rakyat
indonesia karena loyalitas mereka terhadap pemerintahan kolonial tidak
mendapatkan balasan yang semestinya.
Sesungguhnya semangat untuk membebaskan diri dari penjajahan telah ada
dalam jiwa-jiwa rakyat indonesia. Sayangnya pada masa itu belum ada wadah dan
penggeraknya yang teroganisir. Baru setelah memasuki abad 20, politik etis
berimplikasi positif bagi bangsa indonesia. Out put dari pendidikan yang menjadi
yang menjadi salah satu program dari politik etis sendiri menghasilkan para
cendekiawan yang peduli akan nasib bangsanya. Mereka mendirikan berbagai
organisasi pergerakan seperti budinotomo, Indisce Partij, Serekan islam dan gerakan
emansipasi wanita.
Ada tiga pemikiran besar tentang watak nasionalisme indonesia yang terjadi
pada masa sebelum kemerdekaan yakni paham ke islaman, marxisme dan
nasionalisme indonesia. Para analisis nasionalis beranggapan bahwa islam
memegang peranan penting dalam pembentukan nasionalisme sebagaiman di
indonesia. Menurut seorsng pengamat nasionalisme George Mc. Turman kahin,
bahwa islam bukan saja merupakan matarantai yang mengikat tali persatuan
melainkan juga merupaan simbol persamaan nasib menentang penjajahan asing dan
penindasan yang berasal dari agama lain. Ikatan universal islam pada masa
perjuangan pertama kali di indonesia dalam aksi kolektif dipelopori oleh gerakan
politik yang dilakukan oleh syarikat islam yang berdiri pada awalnya bernama
syarikat dagang islam. Dibawah kepemimpinan H.O.S. Tjokoroaminoto, H.Agus salim
dan Abdoel Moeis telah menjadi organisasi politik pemula yang menjalankan
program politik nasional dengan mendapat dukungan dari semua lapisan
masyarakat.

Unsur-unsur Identitas Nasional Dan Turunannya


a. Suku bangsa
Suku bangsa pada dasarnya merupakan golongan sosial yang khusus dan bersifat
aritif (ada sejak lahir) yang sama golongannya umur dan jenis kelaminn. Di indinesia
terdapat banyak sekali suku bangsa dan kelompok etnis dengan kurang dari 300
dialek bahasa. Populasi penduduk indonesia saat ini diperkirakan mencapai 225 juta
dari jumlah teersebut diperkirakan seperuhnya beretnis jawa, sisanya terdiri dari
etnis-etnis yang mendiami kepulauan di luar jawa.

b. Agama dsn kepercayaan


Bangsa indonesia dikenal sebagai masyarakat yang memegang teguh ajaran
agama. Agama yang bertumbuh kembang di indonesia meliputi islam, kristen, katolik,
hindu, budha, konghuchu. Dari agama dalam kepercayaan tersebut, islam
merupakan agama yang dianut mayoritas oleh bangsa indonesia. Harus diakui bahwa
kehidupan agama yang plauralistik pada awalnya dapat hidup serasi dan seimbang
dengan lebih menekan pada sifattoleransi dan menghormati.

c. Kebudayaan
Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya
adalah perangkat-perangkat (modal-modal).
Pengetahuan secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukunya untuk
mentafsirkan dan memahami lingkungan. Yang dihadapi dan digunakan sebagai
rujukan (pedoman) untuk bertindak dalam bentuk kelakuan dan benda-benda
kebudayaan sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. Intinya adalah kebudayaan
merupakan patokan nilain-nilai etika dan moral baik yang tergplong sebagai ideal
atau yang seharusnya (world view) maupun yang operasional dan aktual di dalam
kehidupan sehari-hari.

d. Bahasa
Bangsa indonesia sangat kaya dengan aneka suku bangsa yang masing-masing
memiliki karater sendiri, termasuk di dalamnya bahasa yang digunakan secara umum
setiap suku bangsa terbagi atas dua kelompok yaitu kelompok pertama; suku bangsa
yang memiliki bahasa lisan dan tulis (aksara) misal: suku jawa, bali, dan batak.
Kelompok kedua: suku bangsa yang hanya memiliki bahasa lisan saja misalnya: suku
dayak, banjar, dan lain-lain.
Menurut tim ICCE (UIN) jakarta bahwa, bahasa di pakai sebagai sarana
berinteraksi antar manusia melalui peristiwa sumpah pemuda, para tokoh pemuda
dan berbagai latar belakang suku kebudayaan menetapkan bahasa indonesia sebagai
bahasa persatuan bangsa indonesia yaitu bahasa yang mempersatukan seluruh
elemen masyarakat etnis dan suku bangsa yang hidup di wilayah kepulauan
nusantara.

Anda mungkin juga menyukai