Anda di halaman 1dari 4

Nama : Mudiyono

NIM : 210202110103

Prodi : Hukum Ekonomi Syariah

Fakultas : Syariah

Judul Essay : Wawasan kebangsaan sebagai penguatan jati diri bangsa

Pendahuluan
Indonesia, disebut juga dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara di
Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara daratan benua Asia
dan Australia, serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah
negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau. Nama alternatif yang
biasa dipakai adalah Nusantara.[15] Dengan populasi mencapai 270.203.917 jiwa pada
tahun 2020,[16] Indonesia menjadi negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan
negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, dengan penganut lebih dari 230 juta
jiwa. merupakan suatu kewajaran bahwa bangsa yang besar wilayahnya seperti
Indonesia selalu berusaha agar rakyatnya bersatu. Bersatu untuk menuju kepada satu
keadaan persatuan, tidak tercerai-berai, dan akur dalam berbagai keadaan. Persatuan di
sini kita wujudkan karena satu kepentingan bersama, yaitu menjaga keutuhan dan
keeratan bangsa. Hal seperti inilah yang kemudian memunculkan kepentingan akan
wawasan kebangsaan. Pada hakikatnya dia dapat dimulai dari diri sendiri, baru
kemudian keluarga, komunitas, lalu desa hingga skala yang lebih besar lagi, yaitu
negara.
Wawasan kebangsaan lahir ketika bangsa ini berjuang membebaskan diri dari segala
bentuk kolonisasi. Perlawanan terhadap bentuk subjugasi dan dominasi ini, sayangnya,
masih bersifat lokal karenanya kurang mampu membawa hasil yang maksimal. Satu
kunci dalam hal ini karena perjuangan kedaerahan bergerak sendiri-sendiri, di samping
tentunya karena pengaruh penjajah yang terus menggunakan politik adu domba kepada
kekuatan daerah tersebut. Dalam perkembangannya, munculnya kesadaran bahwa
perjuangan bersifat nasional yang mampu menyatukan berbagai kekuatan yang ada.
Merupakan suatu kenyataan ketika pergerakan Budi Utomo pada 20 Mei 1908 lahir dan
berhasil menjadi tonggak awal sejarah perjuangan bangsa yang bersifat nasional.
Kemudian disusul gerakan yang lebih tegas dengan lahirnya Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928. Ikrarnya bahwa kita merupakan satu nusa, satu bangsa dengan bahasa
persatuan bahasa Indonesia merupakan satu wujud wawasan kebangsaan yang berhasil
mewujud dalam tonggak sejarah bangsa. Puncaknya, proklamasi kemerdekaan
Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Pembahasan wawasan kebangsaan Wawasan adalah hasil mewawas, tinjauan, dan


pandangan atau konsepsi cara pandang kita. Karena itu, wawasan kebangsaan ini identik
dengan wawasan Nusantara dalam arti sebagai cara pandang bangsa Indonesia dalam
mencapai tujuan nasional yang meliputi perwujudan kepulauan Nusantara sebagai
kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan (Suhady dan Sinaga:
2006). Kebangsaan dari kata bangsa yang berarti kelompok masyarakat yang bersamaan
asal keturunan, adat, sejarah, serta pemerintahannya sendiri. Kata kebangsaan itu
mengandung ciri-ciri golongan suatu bangsa atau dapat juga berarti kesadaran diri
sebagai satu warga dari suatu negara. Konsep wawasan kebangsaan itu jelas sekali
menunjukkan konsep sebagai cara pandang yang dilandasi kesadaran diri, sebagai warga
dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Prof Muladi almarhum pernah menyampaikan bahwa wawasan kebangsaan
adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya,
mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kesatuan atau integrasi nasional tersebut
bersifat kultural, mengandung satu kesatuan ideologi, politik, sosial budaya, ekonomi,
serta pertahanan dan keamanan. Semua terangkum dalam satu kesatuan integrasi
bangsa. Baik lahir maupun batin, semua bersatu dalam satu rangkaian emas kesatuan
dan persatuan bangsa. Dalam hal ini terdapat tiga maksud dari mewujudkan wawasan
kebangsaan itu. Pertama, wawasan kebangsaan menentukan cara bangsa dalam
mendayagunakan kondisi geografis, sejarah, sosiobudaya, ekonomi, dan politik serta
pertahanan keamanan negara ini dalam mencapai cita-cita dan menjamin kepentingan
nasional. Kedua, wawasan kebangsaan menentukan bangsa ini dalam menempatkan diri
dalam tata hubungan dengan sesama bangsa dan dalam pergaulan dengan bangsa lain di
dunia internasional. Ketiga, wawasan kebangsaan mengandung semangat persatuan
untuk menjamin keberadaan dan peningkatan kualitas kehidupan bangsa dan
menghendaki adanya pengetahuan yang memadai tentang tantangan masa kini dan masa
mendatang. Pendidikan karakter Negeri ini sedang dilanda problematik yang lebih akut
daripada sekadar krisis ekonomi maupun politik, yakni krisis karakter, utamanya
karakter bangsa. Berbagai kekerasan melanda negeri ini karena tidak adanya
kepercayaan (trust) untuk kehidupan yang lebih damai. Korupsi semakin dibantai makin
tidak henti-hentinya dilakukan. Hal itu berawal dari minimnya moral dan kejujuran
dalam pengelolaan kekuasaan. Dalam konteks yang lebih luas, krisis bangsa tersebut
pasti berpengaruh terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara ini. Kehidupan publik
pada akhirnya hanya merefleksikan nilai-nilai keburukan dan kurang dalam
mengaktualisasikan nilai-nilai keluhuran. Dalam kehidupan politik, sebagai contoh, dia
direduksi sekadar menjadi perjuangan kuasa alih-alih sebuah usaha untuk terjun dalam
proses pencapaian kebajikan bersama. Seolah politik dan etika tidak ada hubungannya
sama sekali. Agama pun hanya berada di pinggiran, tidak berpengaruh apa-apa di
tengah kehidupan masyarakat. Akibatnya, kebajikan sebagai dasar kehidupan bangsa
seperti civilitas, responsibilitas, keadilan, dan integritas menjadi runtuh. Karakter
bangsa merupakan sistem nilai yang memberikan dorongan bagi peradaban bangsa kita
ini untuk maju atau mundur karena ia ialah identitas yang melekat dalam diri pribadi
sebuah bangsa. Dalam kehidupan keseharian, karakter itu muncul dan
terimplementasikan ke dalam praktik kehidupan sehari-hari warga negara. Karena itu,
dari apa yang muncul setiap hari dalam semua lingkaran kehidupan, terefleksikanlah
karakter bangsa. Bagi setiap bangsa terdapat jiwa bangsa (volkgeist) yang
membedakannya dengan bangsa lain. Negara ini memerlukan pembangunan tidak hanya
pembangunan bangsa, tetapi juga pembangunan karakter. Keduanya merupakan dua hal
yang sama-sama diperlukan agar sebagai bangsa eksistensinya tetap dapat
dipertahankan. Karena itu, di dalam pembangunan di dalamnya terselip pembangunan
karakter bagi para pelakunya. Pembangunan bangsa bukanlah sekadar membangun
aspek-aspek fisik, tanpa dibarengi dengan yang lebih penting lagi, yaitu karakter yang
baik dan positif. Negara yang maju peradabannya ditandai kemampuan bangsanya untuk
mengelola wawasan kebangsaan sehingga menjadi karakter bangsa yang positif.
Negara-negara tersebut mampu untuk berperilaku positif terhadap kondisi-kondisi
geografis, sejarah, sosiobudaya, ekonomi, dan politik serta pertahanan keamanannya
sehingga dapat menjadi elan vital bagi pembangunan budaya dan struktur masyarakat.
Hal ini dapat melahirkan sikap yang sehat terhadap sesama makhluk dan dunia pada
umumnya sehingga pergaulan mereka dalam dunia ini selalu sehat dan menyehatkan.
Sejalan dengan ini, Lawrence E Harrison and Samuel P Hutington (2000) dalam Culture
Matter: How Values Shape Human Progress mengatakan nilai dalam setiap budaya
memiliki andil yang sangat menentukan dalam keberhasilan perubahan yang hendak
ditentukan. Akhirnya, maju atau mundurnya nasib bangsa ini sangat bergantung pada
kompetensi yang dimiliki warga negara, yakni pengetahuan kewargaan (civic
knowledge), kecakapan kewargaan (civic skill), dan watak kewargaan (civic
disposition) (Moses Glorino RP: 2017). Dalam rangka membangun kompetensi
tersebut, lembaga pendidikan kita, dari sejak taman kanak-kanak hingga perguruan
tinggi, memikul tanggung jawab moral untuk membentuk kualitas peserta didik yang
berkepribadian kebangsaan maju, yaitu kepribadian dengan wawasan kebangsaan yang
tinggi.

Kesimpulan
Pendidikan karakter Negeri ini sedang dilanda problematik yang lebih akut daripada
sekadar krisis ekonomi maupun politik, yakni krisis karakter, utamanya karakter bangsa.
Oleh karena itu lembaga pendidikan kita, dari sejak taman kanak-kanak hingga
perguruan tinggi, memikul tanggung jawab moral untuk membentuk kualitas peserta
didik yang berkepribadian kebangsaan maju, yaitu kepribadian dengan wawasan
kebangsaan yang tinggi. Karena maju atau mundurnya nasib bangsa ini sangat
bergantung pada kompetensi yang dimiliki warga negara.

Daftar Pustaka https://mediaindonesia.com/opini/405294/wawasan-


kebangsaan diakses 31/08/2021 jam 18.30 WIB

https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia

diakses 31/08/2021 jam 18.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai