Anda di halaman 1dari 9

Sikap Generasi Penerus Bangsa Mengisi Kemerdekaan Negara Republik

Indonesia
(Sebuah Renungan Dalam Rangka Mewujudkan Tujuan Penyelenggaraan Negara)
H.M. Hidayat Nur Wahid
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
Upaya pemahaman sejarah perjalanan bangsa oleh generasi penerus merupakan bagian dari usaha menempatkan
bangsa dalam konteks perubahan zaman yang terus berlangsung, sehingga sumber-sumber sejarah sebuah bangsa
akan dapat dijadikan sebagai pemersatu dan pengikat identitas bangsa di tengah percaturan dan perkembangan
hubungan negara bangsa. Ketika seorang warga negara menampilkan gambaran sejarah, maka usaha negara
adalah mencoba sejauh mungkin memperkenalkan visi kesejarahan yang relatif tunggal dan memberikan gambaran
tentang sebuah sejarah nasional yang dapat dipahami dari generasi ke generasi. Melalui penegasan kesejarahan
nasional maka identitas bangsa akan terus terpelihara dalam kesatuan kehidupan kebangsaan.
Semakin penting suatu peristiwa akan semakin tinggi pula nilai simboliknya. Peristiwa yang memiliki nilai simbolik
tinggi akan lebih mengandung makna dalam sejarah perjalanan bangsa, antara lain mengenai sejarah perjuangan
bangsa dalam rangka merebut kemerdekaan.
Proklamasi Kemerdekaan negara Indonesia pada 17 Agustus 1945 merupakan buah dan puncak perjuangan bangsa
Indonesia sejak berbad-abad sebelumnya. Peristiwa pembebasan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan itu
makin mengarah kepada pencapaian tujuan ketika masyarakat Nusantara memasuki gerbang abad ke-20 dengan
terjadinya perubahan fundamental dalam strategi perjuangan, yakni dari perjuangan bersenjata kepada perjuangan
politik melalui berbagai pergerakan dan beragam organisasi sosial politik.
Terdapat benang merah yang sangat jelas dan kuat antara momentum berdirinya berbagai organisasi sosial politik
(dimulai dengan berdirinya Sarikat Dagang Islam pada 1905 dan Budi Utomo 1908) dan berkumandangnya Sumpah
Pemuda pada 28 Oktober 1928 dengan Proklamasi Kemerdekaan 1945. Ketiganya merupakan satu rangkaian
tonggak-tonggak penting perjuangan pergerakan nasional yang monumental sebagai ikhtiar kolektif bangsa
Indonesia membebaskan diri dari imperalisme dan kolonialisme serta membangun jiwa dan raga sebagai suatu
bangsa, yaitu bangsa Indonesia.
Dalam konteks ini kita mendapati secara konkret wujud bangsa Indonesia yang dalam istilah Benedict Anderson
imagined communities atau komunitas terbayang?. Menurut Indonesianis ini, bangsa merupakan suatu
komunitas terbayang? yang memiliki ikatan kebersamaan dan persatuan sebagai anggota komunitas
bangsa tersebut. Inilah yang memungkinkan begitu banyak orang bersedia melenyapkan nyawa pihak lain, bahkan
rela membayar perjuangannya dengan nyawa sendiri demi mewujudkan suatu komunitas terbayang? itu.
Padahal para anggota bangsa terkecil sekalipun tidak bakal tahu dan tak akan kenal dengan sebagian anggota
bangsa yang lain, tidak pernah bertatap muka dengan mereka, bahkan mungkin tidak pernah mendengar tentang
mereka.
Presiden Soekarno dalam Sidang BPUPKI tanggal 18 Agustus 1945 pada acara perumusan Undang-Undang Dasar
mengatakan Negara Indonesia harus dibangun dalam satu mata rantai yang kokoh dan kuat dalam lingkungan
kemakmuran bersama. Kebangsaan yang dianjurkan bukan kebangsaan yang menyendiri dengan hanya mencapai
Indonesia merdeka, tetapi harus menuju pula pada kekeluargaan bangsa-bangsa menuju persatuan dunia.
Internasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak berakar di dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak
dapat hidup subur kalau tidak hidup dalam taman sarinya internasionalisme?.
Makna yang terkandung dalam pidato tersebut, memberikan pesan kepada generasi penerus bangsa untuk secara
bahu-membahu membangun bangsa dalam kerangka persatuan. Melalui persatuan dan itikad bulat segenap
komponen bangsa akan menjadikan bangsa ini yang kokoh dan kuat sehingga tujuan pencapaian negara sejahtera
sebagaimana termaktub dalam Pembukaan akan dengan mudah tercapai. Indonesia adalah negara yang suku
bangsa dan kekayaannya beraneka ragam, oleh karenanya, prinsip optimalisasi segenap keanekaragaman yang
dimiliki harus menjadi tujuan utama. Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu
golongan, tetapi semua buat semua, semua buat satu. Indonesia harus memiliki keyakinan diri untuk sanggup
membela negara sendiri dan memiliki kekuatan yang nyata sebagai bangsa. Pada tingkatan sekarang, segenap
komponen bangsa harus terlebih dahulu sadar akan kemampuan dan potensi yang dimiliki dan menyatupadukan
segenap kehendak rakyat dalam rangka mencapai tujuan membentuk negara sejahtera.
Enam puluh dua tahun adalah usia kemerdekaan bangsa Indonesia. Nilai kemerdekaan yang sudah dinikmati
selama puluhan tahun ini merupakan modal dasar dalam melaksanakan proses pembangunan nasional. Namun
dalam usia yang sudah sedemikian, bangsa Indonesia masih terus berada dalam pasang surut. Proses
pembangunan bangsa Indonesia memang sempat tersendat akibat adanya berbagai musibah dan bencana alam
yang akhir-akhir ini sering terjadi. Tsunami, gempa, banjir, kekeringan, gagal panen, flu burung, polio, dan lain
sebagainya, merupakan sebagian dari peristiwa alam atau peristiwa sosial yang menjadi penghambat kelancaran
proses pembangunan. Di samping itu, ada hal lain yang memprihatinkan, yaitu munculnya perilaku sosial yang

kurang mendukung pada proses pengisian nilai-nilai kemerdekaan Indonesia. Tindak pidana korupsi, kolusi,
nepotisme, pelanggaran hukum dan HAM, masih terus berlangsung.
Oleh sebab itu, melalui peringatan hari kemerdekaan Indonesia dapat dijadikan sebagai momentum melakukan
refleksi nasional, memaknai kembali nilai-nilai yang dikandung dalam kemerdekaan negara Indonesia dan
menumbuhkan kembali karakter perjuangan bangsa sebagai ciri khas dalam mendirikan dan membangun bangsa.
Karakter bangsa adalah ciri khas yang dimiliki oleh sebuah bangsa, inilah yang membedakan suatu bangsa dengan
bangsa lain. Hal inilah yang harus terus dikembangkan dalam rangka mewujudkan pencitraan bangsa dalam
membangun dan berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain.
Kemerdekaan merupakan hasil dari proses kerja dan usaha para pejuang masa lalu, persoalan ke depan yang harus
dilakukan oleh generasi penerus bangsa adalah bagaimana memaknai konteks kemerdekaan tersebut disesuaikan
dengan hal-hal yang berkembang dalam rangka pencapaian tujuan bangsa dan kondisi sosial politik bangsa.
Dengan demikian, segenap komponen bangsa dituntut untuk dapat mengedepankan makna kemerdekaan sesuai
dengan keberadaan dan spesifikasi bidang dalam konteks pencapaian tujuan penyelenggaraan negara secara
optimal. Konteks kemerdekaan harus dimaknai melalui perwujudan bersatupadunya segenap aspek, sumber daya,
dan penyelenggara negara dalam sistem penyelenggaraan negara menuju tercapainya masyarakat sejahtera.
Seiring dengan perkembangan kehidupan global dan tuntutan sebagai akibat dari adanya kemajuan dalam segala
bidang, kemerdekaan bangsa harus kita terjemahkan dalam format pembentukan kedaulatan ekonomi,
demokratisasi, serta kebebasan seluruh rakyat Indonesia dari segala bentuk belenggu kemiskinan, kebodohan, dan
keterbelakangan. Indikator-indikator ekonomi dan sosial inilah yang menentukan makna dan tingkat pencapaian
kemerdekaan, sekaligus juga untuk menandai adanya kemajuan bangsa dalam perjalanan sejarah penyelenggaraan
negara.
Di era globalisasi saat ini, makna kemerdekaan merupakan sebuah fakta interdependensi di mana bangsa,
kelompok, dan individu masyarakat saling tergantung satu sama lain untuk secara bersama-sama memajukan
peradaban dan pengembangan kemanusiaan. Tak jarang dalam proses interdependensi demikian muncul berbagai
perbenturan kepentingan ataupun konflik peradaban yang secara tidak langsung akan menggiring masyarakat untuk
terperosok ke dalam perangkap politik identitas sempit bersifat komunal.
Ekses negatif dari arus globalisasi dan liberalisasi apabila tidak direspons secara arif, khususnya oleh para elite
politik kita, justru akan mengancam makna kemerdekaan di tingkat individual di masyarakat. Oleh karena itu,
pengukuhan terhadap nilai-nilai dasar dari nasionalisme yang telah dibentuk sejak kemerdekaan, yaitu kecintaan
terhadap pluralisme bangsa, solidaritas dan persatuan, merupakan ihwal yang esensial untuk dikembangkan
sebagai upaya mengisi makna kemerdekaan kita.
Pluralisme tersebut di atas menjadi faktor yang sangat menentukan dalam perjalanan panjang sejarah bangsa
Indonesia, masa lalu, masa kini, dan masa depan. Untuk itu perlu ada kesadaran dan komitmen seluruh bangsa
guna menghormati kemajemukan bangsa Indonesia dalam upaya mempersatukan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara demi tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju masa depan yang
lebih baik.
Kini tantangan dan kebutuhan bangsa telah berubah. Medan perjuangan telah bergeser jauh dibanding era
Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945. Kondisi yang ada di hadapan bangsa telah berubah secara mendasar. Secara
umum kondisi saat ini dalam berbagai aspek telah jauh berkembang dan maju dibanding era revolusi kemerdekaan
tahun 1945. Namun demikian di sisi lain masih didapati kondisi buruk yang hidup di negeri ini, antara lain masih
maraknya korupsi, kolusi, dan nepotisme, lemahnya penegakan hukum, belum optimalnya penerapan demokrasi,
masih munculnya konflik bersenjata antarkelompok masyarakat, menurunnya penerapan nilai-nilai agama dan
moral, berkembangnya pergaulan bebas, dan maraknya penyalahgunaan narkoba. Seiring dengan itu sebagai
dampak negatif globalisasi, di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, berkembang kolonialisme gaya
baru?, antara lain melalui politik, militer, ekonomi, dan budaya yang sangat merugikan kepentingan dan
kedaulatan negara-negara berkembang.
Mengingat besarnya persoalan yang dihadapi bangsa tersebut, diperlukan kekuatan yang besar dan hebat untuk
mengatasi dan menyelesaikannya. Kekuatan itu akan terbentuk jika dapat diwujudkan peneguhan kembali ikatan
batin atau komitmen semua warga negara kepada cita-cita nasionalnya, yang disertai pembaruan tekad bersama
untuk melaksanakannya secara konsisten dan konsekuen.
Terkait dengan ini, hendaknya kita pahami bersama bahwa peneguhan kembali ikatan batin dan pembaruan tekad
bersama dari seluruh komponen bangsa merupakan kesempatan sejarah yang lain yang tidak kalah heroiknya
dibanding kesempatan sejarah di sekitar zaman Proklamasi. Itulah kesempatan yang bisa kita tangkap dan kita
kembangkan dalam semangat yang serupa dengan mereka yang menangkap kesempatan sejarah dalam zaman
revolusi kemerdekaan dahulu.
Mengingat pada zaman Proklamasi 1945 kaum pemuda telah memainkan sejarah sangat penting, maka sekarang

ini kaum pemuda dipanggil kembali untuk mengambil peran kesejarahan yang lain (another historical opportunity),
yaitu untuk berjuang kembali mengatasi dan menyelesaikan masalah-masalah bangsa yang berkembang dewasa ini
bersama-sama komponen bangsa yang lain secara demokratis dan konstitusional. Kaum pemuda, baik secara
perorangan maupun kelompok dan organisasi, dapat mengambil peran sesuai ruang lingkup tugas, pekerjaan, dan
pengabdiannya. Baik hal itu dilakukan dalam kapasitasnya sebagai pengurus karang taruna atau remaja masjid,
aktivis LSM, kader organisasi, pegawai pemerintah, pegawai swasta, guru, dosen, peneliti, politisi, polisi dan
tentara, nelayan, petani, dan lain sebagainya.
Terkait dengan ini, kaum pemuda hendaknya menyadari bahwa penjajahan gaya baru? yang tengah
melanda berbagai negara berkembang, termasuk di negeri kita, tidak kalah merusaknya dibanding penjajahan
bersenjata pada zaman dahulu. Oleh karena itu, kehidupan bangsa hendaknya dikembalikan dengan mengacu
kepada nilai-nilai luhur bangsa yang berlandaskan ajaran agama, moral, dan etika. Kaum pemuda dapat
membentuk budaya sendiri yang mengakar kepada kepribadian dan adat istiadat masyarakat kita sendiri yang telah
berkembang selama ratusan tahun, yang berciri religius, persaudaraan, persahabatan, dan harmoni dengan alam
dan masyarakat. Budaya kita tersebut memiliki kelebihan dan keunggulan dibanding budaya impor dari negara maju
yang bermuatan hedonisme, individualisme, dan liberalisme. Untuk itulah, kaum pemuda hendaknya memegang
erat budaya bangsa serta mengembangkannya secara terus menerus agar sesuai dengan perkembangan zaman
selama tidak menjadi kehilangan ciri khas dan substansi asalnya.
Peneguhan kembali ikatan batin dan pembaruan tekad bersama oleh kaum pemuda itu sangat membutuhkan
kesadaran sejarah pertumbuhan bangsa dan perjalanan bangsa pada masa lalu yang dipenuhi masa pasang dan
surut serta suka duka. Terkait dengan ini, penting bagi kaum muda untuk mempelajari sejarah bangsa kita secara
utuh, obyektif, dan kritis. Berbagai lembaran sejarah Indonesia memberikan pelajaran dan pengalaman penting
bagaimana seharusnya kaum pemuda memainkan peran dan membuat sejarah saat ini dan masa datang.
Terkait dengan hal ini, kaum pemuda hendaknya memiliki penghargaan yang tinggi kepada para pahlawan, pejuang,
dan tokoh pada masa lalu yang telah mengukir dan membuat sejarah. Mereka telah memberikan pengabdian jauh
di atas standar kewajaran, bahkan mengorbankan jiwa dan raganya untuk merebut dan mempertahankan
kemerdekaan. Adalah sangat penting kaum muda menempatkan mereka pada tempat terhormat dengan tetap
menyadari bahwa mereka juga tetap manusia yang tidak luput dari salah dan kekurangan. Prinsip kaum pemuda
dalam hal ini adalah apa-apa yang baik dari mereka hendaknya diteruskan, dan apa yang tidak baik, hendaknya
ditinggalkan.
Perjuangan kemerdekaan adalah perjuangan untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang lebih baik, adil, dan
sejahtera. Nilai dasar perjuangan berperan sebagai pemicu membangkitkan semangat bangsa dalam upaya
pembangunan segala bidang, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan kemanan, dan keagamaan.
Saat ini, sudah seharusnya segenap komponen bangsa bahu membahu menyatukan langkah memajukan bangsa,
khusus untuk penyelenggara negara perwujudannya dapat dilakukan melalui perumusan kebijakan pemerintahan
yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan nilai-nilai kebenaran. Untuk generasi muda, momentum
kemerdekaan dapat dijadikan sebagai pemicu membangkitkan semangat kebangsaan dan patriotisme.
Akhirnya, momentum peringatan kemerdekaan dapat dijadikan sebagai bagian dari upaya memperkaya
pengetahuan tentang sejarah perjuangan bangsa yang diharapkan akan membantu membentuk dan mematangkan
kepribadian dan meneguhkan tekad serta semangat penyelenggara negara dan generasi bangsa untuk membangun
masyarakat dan bangsa sesuai ruang lingkup tugas, pekerjaan, dan pengabdiannya.

BERI REMAJA KEMERDEKAAN BERKREASI


Laporan: Hari Setyowanto Sudah waktunya
remaja diberi kesempatan untuk berpikir, berinovasi,
berkreativitas, berkarya, dan menujukkan pondasi
jati dirinya. Hal ini sangat penting bagi munculnya
generasi potensial yang memiliki mutu, apalagi di era
globalisasi dewasa ini. Langkah bijak, manusiawi dan
memberi kepercayaan bagi remaja membangun
kemerdekaan hidupnya harus dikedepankan. Era

globalisasi jangan menjadi momok bagi remaja, tapi beri informasi bila era
globalisasi itu sebagai peluang dan bukan ancaman.
Memang era globalisasi yang bergulir saat ini mempunyai makna sangat kompleks.
Globalisasi hampir secara merata menjadikan banyak perubahan pada berbagai
negara di belahan dunia. Perubahan secara global pada kehidupan masyarakat
terjadi begitu cepat. Semua bergerak seperti arus deras, bukan saja terkait
informasi, tetapi juga hal-hal lainnya, termasuk arus budaya.
Derasnya budaya yang ikut terbawa perlu dicermati, jika tidak ingin mempolusi
pada kehidupan anak bangsa, utamanya remaja sebagai aset bangsa masa depan,
ungkap Dra Rohana Manggala, Msi, Wakil Ketua Badan Narkotika Propinsi, DKI
Jakarta. Namun, lanjut Rohana, seberapa mampu masyarakat, khususnya remaja itu
sendiri menyikapi arus deras globalisasi itu sendiri di tengah-tengah kompleksnya
persoalan di masa-masa usia pada tataran remaja yang tengah semangat dan
antusias menggebu dalam mencari jati diri di era kemerdekaan sebagai remaja.
Sehingga jika tidak ada kemapuan untuk menyikapinya secara arif, bijak, dan
mengedepankan logika sehat maka setiap semua yang masuk nampak seperi
mimpi pada akhirnya memancing remaja untuk memiliki ataupun mencoba
menirunya. Maka itu pentingnya kegiatan pendidikan yang diarahkan pada
keahlian untuk hidup secara kritis dan memiliki ketrampilan sosial secara baik, dan
dilakukan lewat proses belajar terstruktur, sebagai salah satu langkahnya, ujar
Rohana.
Ruang berekspresi dan kepercayaan
Berbicara mengenai remaja diungkapkan Prof dr Untung Praptohardjo, Guru Besar
dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang bahwa sangat terkait
peran keluarga dan sekolah memiliki posisi strategis dalam keikutsertaannya
memberi warna pada remaja yang sedang mengisi kemerdekaan hidupnya. Karena
itu setiap sekolah harus sudah mengajarkan bagaimana cara mengolah potensi diri
dan kreativitas remaja itu. Misalnya, melalui praktek membuat pesawat televisi,
handphone, maupun pesawat terbang.
Jangan sampai bila perlu jarum bundel (jarum jahit tangan) saja harus impor dari
negara Cina, karena bangsa kita tidak mampu membuatnya. Oleh sebab itu, perlu
membekali mereka dengan ilmu dan teknologi yang membangun, jangan hanya
dijejali tontonan-tontonan impor hasil dari negara orang, tandas mantan Ketua
PKBI Jawa Tengah yang kini duduk sebagai Penasehat pada LSM tersebut.
Aktivisis PKBI sejak tahun 1957 silam, menilai jika memang sudah waktunya
pendidikan di Indonesia harus giat melatih sekaligus memberi kesempatan dan
kepercayaan anak didik dengan berbagai kegiatan produktif terkait bakat dan skill,
sehingga kelak bisa menjadi manusia berpontensi dan berkualitas.
Remaja, menurutnya, juga harus dilatih berpikir kreatif. Sebab jika tidak, bukan saja
remaja tapi bangsa ini pun bakal tenggelam oleh bangsa lain karena kemajuankemajuan yang dicapainya. Sudah, beri saja kesempatan dan kepercayaan kepada
remaja untuk membangun dirinya menjadi manusia unggul, manusia pontesial,

sehingga bisa menjadi sumber daya manusia handal baik bagi dirinya maupun
untuk bangsanya, tegas Prof Untung.
Dengan menjadi manusiaa unggul, mereka tidak menjadi lahan obyek, tetapi
menjadi subyek yang mampu menempatkan dirinya sebagai pelaku, sang kreator,
sang arsitek yang memiliki karakter kuat. Sehingga, mereka pun tidak jadi seorang
plagiat, karena sudah mampu membuat karya asli hasil dari pemikiran dan
kreativitasnya pribadi.
Jika sudah mencapai pada tahapan tersebut, sosok berkarakter tegas dan lugas
yang kental menggeluti dunia pendidikan dibidang ilmu kedokteran ini menilai pada
era mendatang bangsa ini tidak akan menjadi bangsa malas, bodoh dan
terbelakang.
Pendapat Prof Untung dibenarkan Agus Sumartono, siswa SMKN II Wonosari, Gunung
Kidul, DIY, bila sekolah memberi ruang bagi siswanya untuk mengekspresikan
kreativitasnya sebagai langkah positif. Melalui praktek pendalaman perangkat
teknologi modern, misalnya, akan memacu siswa bukan saja akrab tapi mampu
memanfaatkannya secara optimal melalui penemuan dan pembuatan mesin
maupun peralatan yang memiliki nilai serta daya guna.
Sepertinya siswa perlu diarahkan untuk menjadi kreator bukan sekadar
melaksanakan praktek semata sesuai yang ditugaskan guru pembimbing saja, tapi
tugaskan siswa untuk membuat satu temuan asli hasil pemikiran baik perseorangan
maupun secara kelompok, urai Agus Sumartono menggebu.
Dengan pola seperti itu, imbuh Pengurus OSIS Bidang Kreasi Seni yang kini duduk di
kelas tiga, sama artinya memberi kesempatan bagi pelajar dalam mengembangkan
potensi diri sekaligus menerjemahkan ekspresi kemerdekaan dirinya secara terarah
dan potensial. Sehingga diharapkan pada beberapa tahun mendatang lahir karyakarya cipta unggul hasil dari kreativitas anak bangsa ini.
Bangsa ini, ujar remaja asal Gunung Kidul ini, selain harus segera berpacu dengan
waktu untuk membenahi pendidikan juga penting mengupayakan hal strategis yang
didukung kesungguhan untuk mengupayakan keselamatan demi masa depan anakanak bangsa. Jangan sampai remaja sebagai anak bangsa menjadi korban sia-sia
dari kelalaiannya sebagai akibat ketidaksiapannya mengekspresikaan kemerdekaan
dirinyaa di era globalisasi seperti saat ini.
Remaja Indonesia, menurutnya, harus dihindarkan dari serangan atau pengaruh
buruk yang terbawa pada arus deras globalisasi tersebut, khususnya budaya
modern yang terbuka seperti pergaulan bebas tanpa batas hingga mengakibatkan
remaja rentan menjadi incaran virus HIV/AIDS yang semula lebih banyak
menyerang orang dewasa. Namun pada waktu belakangan ini melanda generasi
yang menganut pola pergaulan bebas melalui narkoba maupun melakukan seks
bebas tanpa malu dan merasa berdosa pada Tuhan.
KIE yang sehat
Di tempat terpisah, Ketua IBI Jateng, Hj Gunarmi Hadi, SKM memberikan
pendapatnya jika dalam memberi kesempatan kepada remaja mengekspresikan
dirinya di era globalisasi perlu adanya kesungguhan dan kepedulian orang tua

selaku pihak pertama yang sangat dekat dengan remaja itu. Apalagi, remaja itu
lahir dan berasal dari keluarga.
Era globalisasi memang di satu sisi merupakan peluang bagi pengembangan pasar
baik untuk sektor ekonomi, teknologi, maupun budaya, namun di sisi lainnya dapat
pula menyebabkan hal yang sifatnya kurang menguntungkan, jika tidak mau
disebut negatif. Karena itu, sebagai orang tua harus memberi perhatian dan kasih
sayang yang tulus, dan mau mendengarkan apa saja yang diceritakan anak remaja
kita baik menyangkut tentang dirinya maupun seputar kawan dan pengalamannya,
kata Hj Gunarmi Hadi.
Menurutnya, memperlakukan anak harus sama, jangan ada perbedaan. Satu sama
lain mesti sama. Sebab, jika tidak dapat mengakibatkan pemberontakan sikap dari
remaja yang merasa mendapat perhatian atau perlakuan berbeda tersebut. Ini yang
harus dicermati.
Selain itu, orang tua selaku tuntunan, panutan dan guru bagi remaja juga perlu
menciptakan harmonisasi dan keseimbangan-keseimbangan di dalam keluarga.
Sehingga dengan mengembangkan nilai-nilai moral, agama dan adat istiadat dalam
keluarga, misalnya dengan tujuan anak remaja dalam lingkungan rumah itu bisa
menyeimbangkan jiwa dan dirinya dalam proses pencarian jati dirinya tersebut.
Bahkan, perlu pula melibatkan remaja dalam mewujudkan cita-cita keluarga
sebagai cerminan berjalannya proses demokratisasi dalam keluarga, sebagai salah
satu bentuk rasa bertanggung jawabnya terhadap keluarga, ucapnya arif.
Selain itu, ditambahkan Hj Gunarmi, juga pentingnya semua pihak memberikan
informasi, komunikasi, dan edukasi secara sehat kepada remaja. Melalui informasi,
komunikasi, dan edukasi secara sehat niscaya akan memberi pencerahan dan
arahan sehinggaa dapat menjadi pertimbangan remaja dalam setiap langkahnya
untuk mengambil keputusan atau kehendak selera pilihannya. HAR

ENUNJUKKAN SKAP POSITIF TERHADAP PROKLAMASI


KEMERDEKAAN DAN KONSTITUSI PERTAMA
Sikap Postif Terhadap Proklamasi Kemerdekaan
Kita tahu bahwa bangsa Indonesia harus berjuang sekian melawan penjajah untuk
mencapai kemerdekaan. Di zaman penjajahan, rakyat Indonesia menderita, hidup miskin, dan
sengsara. Hak-hak asasinya tidak dihargai dan dirampas begitu saja oleh penjajah.
Sejarah mencatat bahwa pada dasarnya pejajah itu kejam dan rakus serta merampas hakhak asasi manusia. Kekejaman dan kerakusan penjajah sungguh dialami oleh rakyat Indonesia
selama masa penjajahan. Penderita rakyat Indonesia akibat kekejaman dan kerakusan penjajah

sungguh tak terlukiskan. Oleh sebab kekejaman dan kerakusa itu, maka menucullah perasaan
senasib dan sependeritaan yang mendorong rakyat Indonesia untuk bersatu dalam perjuangan
melawan penjajah.
Mengacu pada hal-hal yang terungkap di atas, maka para peserta didik yang sekaligus
adalah warga Negara Indonesia harus mampu menunjukkan sikap-sikap positif terhadap makna
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. sikap-sikap positif yang dapat
kalian tunjukkan antara lain dengan :
1) Menghargai jasa-jasa para pahlawan
2) Membela kemerdekaan Indonesia dari berbagai gangguan dan ancaman tidak dari luar maupun
dari dalam negeri.
3) Rela berkorban demi Negara dan bangsa Indonesia
4) Menentang setiap upaya dan tindakan yang mengganggu ketertiban dan keamanan
5)

Turut serta atau berpartisipasi secara aktif dalam merayakan HUT (Hari Ulang Tahun)
Kemerdekaan RI

6) Bersemangat dan penuh nikmat saat memasang dan mengibarkan bendera merah putih.
7) Turut serta menjaga keindahan dan kebersihan di manapun berada
8) Turut serta menjaga nama baik bangsa dan Negara
9) Menghormati hak-hak dan kewajiban membela Negara
10) Bersemangat dan giat belajar dalam mengikuti pendidikan/ pelajaran di sekolah
11) Sportif, jujur, dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas dan kewajiban
12) Mendukung dan menghargai segala daya upaya untuk tegaknya pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
13) Mendukung kegiatan pembangunan nasional
Sikap Positif Terhadap Konstitusi Pertama
Setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, maka dibutuhkan adanya
aturan untuk mengatur pemerintah Negara Indonesia. Oleh sebab itu, pada tanggal 18 Agustus
1945, UUD 1945 ditetapkan sebagai konstitusi Negara Indonesia. Tindakan menerapkan UUD
1945 sebagai konstitusi Negara Indonesia merupakan tindakan yang sesuai dengan amanat
Proklamasi yang tertera pada alinea kedua, yakni melaksanakan pemindahan kekuasaan menuju
pmerintahan nasional. Pada tanggal 18 Agustus 1945 diterapkanlah konstitusi Negara Indonesia.

Dalam penyelenggaraan pemerintah nasional, UUD 1945 berkedudukan sebagai landasan


konstitusinya. Artinya, pemerintah itu tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka, akan tetapi
berdasarkan konstitusi atau UUD.
Oleh karena itu, para peserta didik yang sekaligus adalah warga Negara Indonesia
hendaknya mampu menunjukkan sikap-sikap positif itu antara lain adalah :
1) Mendukung keberadaan bnetuk Negara Indonesia sebagai Negara kesatuan.
2) Mendukung keberadaan bentuk pemerintah Indonesia, yakni Republik Indonesia
3)

Mendukung system pemerintahan Presindesil, yakni menghargai hak-hak preprogratif (hak


istimewa) Presiden dalam mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri Negara sebagai
pembantu Presiden dalam menjalankan pemerintahannya.

4) Menghargai budaya demikrasi di mana pun berada


5) Mendukung dan menyukseskan terselenggaranya pemilihan umum
6) Menghargai proses pergantian kepemimpinan nasional secara aman dan damai
7) Menghargai adanya kehidupan masyarakat religius
8) Menghargai herkat dan martabat manusia
9) Menjunjung tinggi proses peradilan yang bebas
10) Turut serta melaksanakan dan menjamin keberadaan hak-hak asasi manusia
11) Menjunjung tinggi hokum dan pemerintah
12) Mendukung adanya kekuasaan kehakiman yang merdeka
13) Mendukung terselenggaranya keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
14) Menghargai norma-norma kehidupan social dan budaya
15) Selalu mencintai tanah ait, bangsa, dan Negara Indonesia di mana pun berada
16) Membiasakan diri untuk hidup gotong royong dan bekerjasama
17) Bersemangat dalam pendidikan dan belajar memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Postingan Terkait Lainnya :
pendidikan
Cabang ilmu
Perbandingan Kehidupan Ekonomi dengan Pendidikan

Pengertian, Jenis dan Manfaat Pendidikan

Penggunaan Media dalam Pembelajaran Fiqih

Belajar Aktif, Cara kerja otak dan Gaya belajar

Media dalam pembelajaran fiqih di MTs

Penilaian Pendidikan Agama Islam

Sarana dan Prasarana Pendidikan Agama Islam

Metodologi Pendidikan Agama Islam

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Perkembangan masa Remaja

Beberapa ciri Guru Profesional

Keutamaan Orang Yang Berilmu

Nasehat Guru Kepada Muridnya

Pentingnya Sex Education ( Pendidikan Seks)

Fungsi dan Tujuan Mapel Aqidah Akhlak

STANDAR KOMPETENSI MAPEL AQIDAH AKHLAK

Tujuan dan Fungsi Mata Pelajaran Fiqih

STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN FIQIH

Fungsi dan Tujuan Mapel Bahasa Arab

Tujuan dan Fungsi Mata Pelajaran SKI

Tujuan dan Fungsi Mapel Qur'an Hadits

Anda mungkin juga menyukai