Anda di halaman 1dari 5

Renungan 1.

Beberapa hari lagi bangsa Indonesia akan merayakan hari ulang tahun kemerdekaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang Ke-77. Usia yang tidak muda lagi untuk ukuran anak manusia.
Dengan usia tersebut semestinya banyak hal yang sudah dicapai. Pencapaian yang maksimal melalui
kegiatan yang positif dan produktif sebagaimana cita-cita para pahlawan. Pahlawan yang telah
mengorbankan jiwa dan raga untuk terbebasnya bumi pertiwi dari cengkraman tangan penjajah.
Kemerdekaan yang kita nikmati sekarang ini merupakan berkat keridhaan Allah SWT
sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Kita harus menyadari bahwa
kemerdekaan bangsa ini memang mahal dan bahkan terlalu mahal, karena lahir dari tetesan air
keringat, linangan air mata dan ceceran darah para pahlawan. Untuk itu, maka tugas kita sebagai
generasi penerus adalah menjaga kemerdekaan ini dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Mengisi kemerdekaan ini dengan kerja yang positif demi terwujudnya masyarakat
yang sejahtera dan berkeadilan.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan tonggak sejarah bangsa Indonesia yang
berlangsung pada 17 Agustus 1945. Momen yang bersejarah untuk menentukan nasib bangsa ke
depannya. Hal yang tidak mudah, namun dengan tekad yang kuat dan gotong royong, pembangunan
manusia Indonesia menjadi bangsa yang maju dan sejahtera akan tercapai.
Apakah makna kemerdekaan itu? Kemerdekaan dalam artian negara yang berdaulat. Istilah
kedaulatan ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli kenegaraan berkebangsaan Perancis yang
bernama Jeans Bodin (1539-1596). Menurut Jeans Bodin, “kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi
dalam suatu negara, kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi terhadap warga negara dan rakyat-
rakyatnya, tanpa dibatasi oleh undang-undang. Kedaulatan ini sifatnya tunggal, asli, dan tidak dapat
dibagi-bagi. Tunggal berarti hanya ada satu kekuasaan tertinggi, sehingga kekuasaan itu tidak dapat
dibagi-bagi. Asli berarti kekuasaan itu berasal atau tidak dilahirkan dari kekuasaan lain. Sedangkan
abadi berarti kekuasaan negara itu berlangsung terus-menerus tanpa terputus-putus. Maksudnya
pemerintah dapat berganti-ganti, kepala negara dapat berganti atau meninggal dunia, tetapi negara
dengan kekuasaanya berlangsung terus tanpa terputus-putus”.
Kedaulatan atau sovereignity adalah ciri atau atribut hukum dari negara, dan sebagai atribut
negara sudah lama ada, bahkan ada yang berpendapat bahwa sovereignity itu mungkin lebih tua dari
konsep negara itu sendiri. Perkataan sovereignity (bahasa Inggris) mempunyai persamaan kata
dengan souvereneteit (bahasa Belanda) yang berarti tertinggi. Jadi secara umum, kedaulatan atau
sovereignity itu diartikan sebagai kekuasaan tertinggi dalam suatu negara yang mempunyai wewenang
untuk mengatur penyelenggaraan negara.
Lalu apa makna kemerdekaan menurut cita-cita para pahlawan? Cita-cita kemerdekaan
sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam pembukaan tersebut mencakup
beberapa hal terkait kemerdekaan Indonesia. Mulai dari alasan kemerdekaan, perjuangan meraih
kemerdekaan, hingga pernyataan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.
UUD 1945 merupakan konstitusi pertama Republik Indonesia yang diterapkan pasca
Proklamasi Kemerdekaan. Proklamasi Kemerdekaan dan Pembukaan UUD 1945 merupakan dua hal
yang saling berhubungan. Proklamasi yang dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 merupakan
pernyataan atau pengumuman kepada dunia internasional atas kemerdekaan bangsa Indonesia.
Pernyataan-pernyataan para pendiri bangsa sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD
1945 pada alinea ketiga. Pernyataan tersebut berbunyi "Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa
dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka
rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya." Dan cita-cita yang juga diungkapkan
dalam kalimat "Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur."
Kemerdekaan ini diraih untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lalu bagaimanakah implementasi dari cita-cita pendiri bangsa tersebut? Kemerdekaan harus
diisi dan dilanjutkan dengan melaksanakan serangkaian kegiatan dalam membangun bangsa dan
negara. Banyak hal yang dapat kita lakukan, seperti mensyukuri nikmat kemerdekaan dengan jalan
mengisi kemerdekaan sesuai dengan kemampuan, keahlian, dan keterampilan masing-masing;
menghormati dan menghargai jasa-jasa para pahlawan pejuang bangsa dengan cara meneruskan
amanat cita-cita perjuangan bangsa; memelihara dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan
jalan meningkatkan sikap toleran dan kerja sama antar warga masyarakat; menjaga keutuhan dan
kedaulatan bangsa dengan cara rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara serta kesiapan
dalam rangka bela negara; dan meningkatkan kemandirian bangsa dengan jalan memperkuat sendi-
sendi peri kehidupan bangsa di segala bidang.
Merujuk pada hasil sensus penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik pada tahun 2021,
Indonesia memiliki 272,68 juta jiwa penduduk dengan laju pertumbuhan 1,25% per tahun. Hasil ini
menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tantangan yang besar dalam bidang sumber daya manusia,
apalagi dengan adanya 70,72% penduduk yang berusia produktif, yakni 15 hingga 64 tahun. Pada satu
sisi, jumlah sumber daya manusia yang besar menjadi tantangan, namun apabila dikelola dengan baik
akan mampu menjadi potensi berupa bonus demografi.
Tantangan lain yang dihadapi Indonesia terutama dalam upaya mengisi kemerdekaan adalah
transformasi digital pada Revolusi Industri 4.0 dan ketidakpastian global yang memicu laju
pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan serta diperkirakan menyebabkan meningkatnya defisit
transaksi berjalan sehingga berdampak pula pada kesejahteraan 272,68 juta jiwa penduduk Indonesia,
terutama pada penduduk usia produktif. Selain itu, penduduk Indonesia juga dihadapkan pada
tantangan efektivitas pengelolaan sumber daya, perlambatan transformasi struktural, terbatasnya
sarana dan aksesibilitas, pemenuhan layanan dasar penduduk, serta ketimpangan kesejahteraan.
Secara regulasi, Indonesia memiliki Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
aturan hukum tertinggi. Mengacu pada kedua aturan tersebut, upaya mengisi kemerdekaan memiliki
target dan tujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan berpartisipasi dalam melaksanakan ketertiban dunia. Target dan
tujuan dalam mengisi kemerdekaan tersebut memiliki kriteria jika hendak mencapainya, yaitu
mematuhi perintah Tuhan Yang Maha Esa, memanusiakan manusia dengan menjunjung tinggi adab,
melakukan kerja sama dan bersatu dalam menjalani kehidupan, menyandarkan segala tindakan pada
khidmat kebijaksanaan, serta mengupayakan keadilan.
Tugas pemerintah dalam mengisi pembangunan bermula dari penyusunan rencana kegiatan
pembangunan dan memastikan implementasinya berjalan dengan baik. Kegiatan dapat berupa
pembangunan infrastuktur, pendidikan, transportasi, sosial, ekonomi, budaya, komunikasi, kesehatan,
pariwisata, keagamaan dan lainnya.
Kegiatan pembangunan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan warga negara secara adil dan merata. Dalam
mengimplementasikan rencana kegiatan pembangunan tersebut, pemerintah hendaknya
mengikutsertakan warga negaranya. Pembangunan sarana prarasana, fasilitas dan infrastuktur di
segala bidang mendorong berputarnya roda perekonomian masyarakat. Penggunaan produk dalam
negeri khususnya produk pengusaha UMKM perlu diprioritaskan agar usaha mereka dapat maju dan
berkembang.
Pemerintah harus memastikan kemandirian dan pemanfaatan sumber daya alam tanah air
untuk seluruh masyarakat Indonesia. Sehingga seluruh bangsa Indonesia dapat menikmati hasil bumi
secara berkeadilan. Selain itu, menjamin kepastian seluruh warga negara mendapatkan akses
pembiayaan dan fasilitas yang sama dalam meningkatkan dan mengembangkan usahanya yang
nantinya akan berkontribusi pada perekonomian negara.
Dalam rangka memperingati HUT RI yang ke-77 ini, penulis mengajak pembaca untuk
merenung sekaligus introspeksi diri, apa saja yang sudah kita berikan bagi bangsa dan negara ini?
Sejauhmana kita telah mengimplementasikan cita-cita pahlawan yang sudah mengantar kepada pintu
gerbang kemerdekaan?
Hari kemerdekaan tidak sekadar melaksanakan upacara seremonial, perlombaan untuk
memeriahkan. Akan tetapi lebih ke arah memaknai dan menghayati bagaimana kemerdekaan itu dapat
diperoleh dengan susah payah dengan pengorbanan jiwa dan raga sehingga kita dapat memiliki rasa
empati dan dapat menghargai pengorbanan yang dilakukan oleh pendahulu kita. Tentunya hal ini
dapat kita lakukan dengan mengisi kemerdekaan ini dengan kerja dan prestasi untuk membangun
negara Republik Indonesia, termasuk menanamkan rasa nasionalisme setiap warga negara sebagai
landasan dalam menjaga keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai.
Terkhusus untuk generasi milenial merupakan agen perubahan yang memiliki tanggung jawab
melanjutkan perjuangan kemerdekaan dan mempertahankannya. Cara mengisi kemerdekaan bagi
generasi milenial, yaitu belajar dengan sungguh-sungguh, mengikuti upacara dengan khidmat,
menciptakan kondisi masyarakat yang aman dan saling toleransi, meningkatkan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk membangun bangsa Indonesia, dan meningkatkan pembangunan di
segala bidang dan merata di seluruh daerah Indonesia.
Mari kita hilangkan sifat merasa paling pintar dan mau menang sendiri, sifat egois, baik
individu maupun kelompok. Di hari kemerdekaan tahun ini, saya mengajak kepada segenap
masyarakat Indonesia untuk merangkul dan mengedepankan asas kebersamaan. Mari kita bersama-
sama bersatu dalam perbedaan dan melanjutkan perjuangan untuk menjadi bangsa yang terhormat.
Marilah kita jadikan momen ini sebagai introspeksi diri terhadap apa yang telah kita lakukan untuk
bangsa ini, bukan memperdebatkan dan meributkan hal-hal yang tidak penting. Dan untuk
mewujudkan itu semua kita perlu bekerja dan membangun negeri ini dalam suatu kebersamaan.
Hampir bisa dipastikan kita tidak akan dapat membangun negeri ini tanpa ada persatuan dan kesatuan
yang dilandasi kebersamaan.
Bekerja dalam kebersamaan harus ditanamkan dalam hati sanubari dan dijadikan semboyan
dalam memotivasi masyarakat untuk bekerja sehingga apa yang kita cita-citakan bersama dapat segera
terwujud. Keberhasilan dalam membangun suatu bangsa tidak boleh dilihat hanya dari aspek fisiknya
saja tetapi juga harus dilihat dari aspek moralitas, agar kerja dan hasil yang dicapai senantiasa
mendapat ridha Allah SWT. Kita harus menghindari rasa curiga yang berlebihan, baik individu
maupun kelompok yang dapat menimbulkan fitnah, menghindari provokasi dan tidak menyebarkan
berita bohong (hoax) yang marak akhir-akhir ini melalui media sosial, karena kesemuanya itu akan
dapat merusak persatuan dan kebersamaan dan akhirnya akan menghambat kerja kita kedepan.
Semoga Indonesia tercinta semakin jaya.

“BANGUNLAH jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya…”


Setiap bait demi bait sajak lagu Indonesia Raya memiliki makna mendalam
yang membawa kita pada semangat Cinta Tanah Air yang tinggi dan mulia.
Lagu Indonesia Raya yang dilantunkan pertama kali di Kongres Pemuda II
pada 28 Oktober 1928 menggambarkan tentang semangat dan cita-cita
luhur bangsa Indonesia. Lagu Indonesia Raya ibarat lagu pujian, rasa
syukur, serta doa yang dikumandangkan segenap rakyat Indonesia kepada
Tuhan yang Maha Kuasa, sehingga akhirnya tercapailah kemerdekaan
yang didambakan. Kini, Indonesia telah merdeka selama lebih dari 7
dekade. Negeri ini telah 76 tahun berusaha mengisi kemerdekaannya.
Salah satu cita-cita mulia yang hendak dicapai melalui kemerdekaan
bangsa ini adalah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat tanpa
diskriminasi dalam bentuk apapun baik dari segi etnis, suku, daerah,
agama, jenis kelamin dan sebagainya. Sayangnya, harus diakui bahwa
cita-cita mulia tersebut belum sepenuhnya tercapai, terutama dalam bidang
pendidikan dan kesehatan yang keduanya menjadi ujung tombak
pembangunan bangsa. Potret Pendidikan dan Kesehatan Indonesia
Pendidikan dan kesehatan adalah tujuan pembangunan yang mendasar.
Pendidikan dan kesehatan masing-masing juga memiliki arti yang penting,
di mana keduanya adalah hal yang fundamental untuk meningkatkan
kapabilitas manusia sebagai pelaku dan penerima manfaat pembangunan
yang sesungguhnya. Pendidikan mampu memberikan penguatan pada jiwa
dan karakter sumber daya manusia sehingga Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas akan tercapai. Di sisi lain, kesehatan dapat
memengaruhi tingkat daya tahan fisik manusia yang diperlukan dalam
pertimbangan investasi dan pembangunan.

Pendahuluan
MERDEKA…!!! MERDEKA…!!! MERDEKA…!!!
Di balik tengkingan dan teriakan ini terkandung tekad yang kuat untuk
hidup layak, yakni merasakan kedamaian dan kesejahteraan. Hidup di
bawah penjajahan dan perbudakan selama puluhan bahkan ratusan
tahun adalah siksa. Kebebasan untuk mengembangkan kekayaan
sumber daya manusia dan sumber daya alam milik sendiri praktis
tertutup. Hak atas kebebasan dirampas, sehingga hak untuk menikmati
damai sejahtera pun musnah. Demikianlah kiranya apa yang dialami
oleh para pendahulu kita pada masa itu. Sampai akhirnya pintu tekad
untuk merasakan kebebasan itu terbuka saat 77 tahun lalu
kemerdekaan negara Republik Indonesia diproklamirkan.
Isi
Menapaki 77 tahun era kebebasan berbangsa dan bernegara, rasanya
tekad bersama seluruh lapisan masyarakat untuk hidup damai
sejahtera belum sepenuhnya digapai. Masih banyak oknum pemangku
dan pelaku kebijakan dalam tatanan hidup bernegara yang
berkepentingan mencari keuntungan pribadi, entah itu berupa citra
nama baik atau pun kekayaan hartawi. Sehingga, kebijakan yang
dibuat seringkali terasa senjang dengan pergumulan akan
kesejahteraan rakyat. Kebebasan bernegara sebagai organisasi belum
sepenuhnya menjawab kebutuhan organisme yang memimpikan
kedamaian dan kesejahteraan merambah ke seluruh lapisan
masyarakat. Ditambah lagi banyak oknum masyarakat awam yang
semakin abai pada tekad kedamaian dan kesejahteraan bersama.
Kepentingan atas kemakmuran pribadi makin menjamur. Nilai-nilai
budaya arif seperti gotong-royong, musyawarah-mufakat, rukun-
harmonis, dan sebagainya, kian memudar. Kebebasan individu untuk
mewujudkan nilai-nilai luhur tersebut terhalang oleh perhitungan
kemungkinan untung-rugi yang akan didapatkan bagi diri sendiri.
Pendahuluan
MERDEKA…!!! MERDEKA…!!! MERDEKA…!!!
Di balik tengkingan dan teriakan ini terkandung tekad yang kuat untuk
hidup layak, yakni merasakan kedamaian dan kesejahteraan. Hidup di
bawah penjajahan dan perbudakan selama puluhan bahkan ratusan
tahun adalah siksa. Kebebasan untuk mengembangkan kekayaan
sumber daya manusia dan sumber daya alam milik sendiri praktis
tertutup. Hak atas kebebasan dirampas, sehingga hak untuk menikmati
damai sejahtera pun musnah. Demikianlah kiranya apa yang dialami
oleh para pendahulu kita pada masa itu. Sampai akhirnya pintu tekad
untuk merasakan kebebasan itu terbuka saat 77 tahun lalu
kemerdekaan negara Republik Indonesia diproklamirkan.
Isi
Menapaki 77 tahun era kebebasan berbangsa dan bernegara, rasanya
tekad bersama seluruh lapisan masyarakat untuk hidup damai
sejahtera belum sepenuhnya digapai. Masih banyak oknum pemangku
dan pelaku kebijakan dalam tatanan hidup bernegara yang
berkepentingan mencari keuntungan pribadi, entah itu berupa citra
nama baik atau pun kekayaan hartawi. Sehingga, kebijakan yang
dibuat seringkali terasa senjang dengan pergumulan akan
kesejahteraan rakyat. Kebebasan bernegara sebagai organisasi belum
sepenuhnya menjawab kebutuhan organisme yang memimpikan
kedamaian dan kesejahteraan merambah ke seluruh lapisan
masyarakat. Ditambah lagi banyak oknum masyarakat awam yang
semakin abai pada tekad kedamaian dan kesejahteraan bersama.
Kepentingan atas kemakmuran pribadi makin menjamur. Nilai-nilai
budaya arif seperti gotong-royong, musyawarah-mufakat, rukun-
harmonis, dan sebagainya, kian memudar. Kebebasan individu untuk
mewujudkan nilai-nilai luhur tersebut terhalang oleh perhitungan
kemungkinan untung-rugi yang akan didapatkan bagi diri sendiri.
Penutup
Cita-cita luhur akan damai sejahtera melalui kemerdekaan negara,
tidak dapat kita tumpukan sepihak hanya kepada para pemangku
kebijakan dalam tatanan organisasi bernegara. Kita pun sebagai
organisme yang hidup menjadi bagian dari kemerdekaan bangsa ini,
haruslah memiliki tekad yang kuat untuk berbagi damai sejahtera.
Kemerdekaan sebagai buah perjuangan bangsa sekaligus anugerah
Allah, harus kita lestarikan dengan kemauan serta kemampuan untuk
menjadi lantaran meluasnya damai sejahtera-Nya, bukan malah
menjadi penghambat terhadapnya. Untuk itu, mari kita membuka hati
dan menyediakan diri untuk dipakai oleh-Nya. Kiranya Tuhan
memampukan kita dengan hikmat-Nya. Amin. [dix].

Anda mungkin juga menyukai