DOSEN PENGAMPU :
Amnita Anda Yanti Ginting, S.Kep., Ns., M.Kep (AG)
KELOMPOK 10
YENIFEBRIANI GULTOM (032020013)
Kami menyadari bahwa banyak kekurangan pada makalah ini, oleh karena itu kami
meminta kepada pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang dapat membangun
makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
KELOMPOK 10
2
Table of Contents
Type chapter title (level 1) 1
Type chapter title (level 2) 2
Type chapter title (level 3) 3
Type chapter title (level 1) 4
Type chapter title (level 2) 5
Type chapter title (level 3) 6
3
BAB I
LATAR BELAKANG
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. ISPA
Pengertian ISPA. ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut,
istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan
pengertian sebagai berikut: Notoatmodjo, 2013). Infeksi adalah masuknya kuman atau
mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala
penyakit.
Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis
mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk
jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru
termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract).
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah salah satu penyakit yang menjadi
polemik permasalahan di dalam masyarakat yang biasanya dianggap suatu hal yang kecil.
Infeksi saluran pernapasan akut adalah penyakit infeksi akut yang menyerang saluran
pernapasan bagian atas dan bawah yang berlangsung kurang lebih 7 sampai 14 hari. Penyakit
ini telah dianggap jadi suatu penyakit yang biasa-biasa saja dan seringkali diacuhkan oleh
kalangan masyarakat baik dari ekonomi kelas atas, sedang, telebih khusus ekonomi kelas
bawah. Jumlah penderita infeksi saluran pernapasan akut paling banyak pada anak dengan
penyebab dan infkesinya dipengaruhi oleh kondisi tempat tinggal, musim, umur anak, gizi
anak dan masalah kesehatan lainnya (Rahmawati & Hartono,2012).
Pneumonia merupakan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah yang mengenai
alveolus dan parenkim paru. Diagnosis pneumonia berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik anak dengan demam disertai gejala gangguan pernapasan berupa batuk, pernapasan
cuping hidung, peningkatan frekuensi pernapasan, retraksi dinding dada, serta temuan ronki
pada auskultasi dada.1,7 Pemeriksaan penunjang radiologi dada, pemeriksaan darah, serta
pemeriksaan kultur untuk identifikasi patogen penyebab sangat membantu penegakan
5
diagnosis. Nilai prediksi positif takipnu lebih besar di negara berkembang dengan prevalensi
pneumonia bakterial lebih besar. Sebaliknya, di kelompok negara maju, takipnu akut sering
dijumpai pada bronkiolitis atau asma yang dihubungkan dengan infeksi virus.
Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme, antara lain bakteri, mikobakteri, jamur, dan virus. Pneumonia
diklasifikasikan sebagai communityacquired pneumonia (CAP), hospital acquired
(nosokomial) pneumonia (HAP), pneumonia pada host immunocompromised, dan pneumonia
aspirasi. Ada tumpang tindih dalam bagaimana pneumonia spesifik diklasifikasikan, karena
mereka dapat terjadi dalam pengaturan yang berbeda. Mereka yang berisiko pneumonia
sering memiliki gangguan kronis yang mendasarinya, penyakit akut yang parah, sistem
kekebalan yang tertekan dari penyakit atau obat-obatan, imobilitas, dan faktor lain yang
mengganggu mekanisme perlindungan paru normal. Orang tua juga berisiko tinggi.
C. Asma
Asma adalah penyakit inflamasi kronis pada saluran napas yang ditandai dengan
hiperresponsif, edema mukosa, dan produksi mukus. Peradangan ini akhirnya menyebabkan
episode berulang gejala asma: batuk, sesak dada, mengi, dan dispnea. Pasien dengan asma
dapat mengalami periode bebas gejala bergantian dengan eksaserbasi akut yang berlangsung
dari menit ke jam atau hari.
Asma penyakit kronis yang paling umum pada masa kanak-kanak, dapat dimulai pada
usia berapa pun. Faktor risiko asma termasuk riwayat keluarga, alergi (faktor terkuat), dan
paparan kronis terhadap iritasi saluran napas atau alergen (misalnya, rumput, serbuk sari
gulma, jamur, debu, atau hewan). Pemicu umum untuk gejala asma dan eksaserbasi termasuk
iritasi saluran napas (misalnya, polutan, dingin, panas, bau yang kuat, asap, parfum),
olahraga, stres atau gangguan emosional, rinosinusitis dengan postnasal drip, obat-obatan,
infeksi saluran pernapasan virus, dan refluks gastroesofagus.
D.TBC
6
(Setiyowati et al., 2020) Menurut Dewi (2019) Tuberkulosis (TB) paru merupakan infeksi
kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyerang jaringan parenkim
paru. Mycobacterium tuberculosis termasuk bakteri aerob yang sering menginfeksi jaringan
yang memiliki kandungan oksigen tinggi. Mycobacterium tuberculosis merupakan batang
tahan asam gram positif, serta dapat diidentifikasi dengan pewarnaan asam yang secara
mikroskopi disebut Basil Tahan Asam (BTA). Dinding sel M. Tuberculosis kaya lipid dan
lapisan tebal peptidoglikan yang mengandung asam mikolik yang menyebabkan pertumbuhan
mycobacterium tuberculosis menjadi lambat.
Etiologi Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri,
virus dan riketsia. ISPA bagian atas disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah
dapat disebabkan oleh bakteri dan virus. ISPA bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri
umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa
masalah dalam penganannya. (Peduli kasih, 2013).
Etiologi ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA
antaralain Genus streptokokus, Pneumokokus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebacterium.
Sedangkan virus penyebab ISPA antaralain golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus,
Mikoplasma, Hervesvirus dll. (Didin, 2016).
B. Pneumonia
Menurut Nurarif & Kusuma(2015) penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan
sering disebabkan olehStreptococcus pneumonie, melalui selang infus oleh
staphylococcusureus, sedangkan pada pemakaian ventilator disebabkan oleh pseuodomonas
aeruginosa dan enterobacter. Pada masa kini biasanya terjadi karena perubahan keadaan
pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan
antibiotik, yang tidak tepat. Setelah masuk ke paru organisme bermultifikasi dan jika telah
berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadilah pneumonia.
C. Asthma
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan
asma bronkhial.
7
1. Faktor Predisposisi a). Genetik Dimana yang diturunkanadalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunanya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat
alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan
faktor pencetus. Selain itu hipersensitifitas saluran pernafasanya juga bisa diturunkan.
2. Faktor Presipitasi a). Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis 1. Inhalan, yang
masuk melalui saluran pernafasan Contoh: Debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,
bakteri
Contoh: Perhiasan, logam dan jam tangan. Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin
sering mempengaruhi asma, atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim seperti
musim hujan, musim kemarau, musim bunga, hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk
bunga dan debu.
b). Stres Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus
segera diobati penderita asma yang mengalami stres atau gangguan emosi perli diberi nasihat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya, karena jika stresnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati.
c). Lingkungan kerja Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja, misalnya orang 13 yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas, gejala ini akan membaik
pada waktu libur atau cuti.
d). Olahraga atau aktifitas jasmani yang berat Sebagian besar penderita asma akan mendapat
serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat yang paling
mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera
setelah selesai aktifitas tersebut.
D.TBC
8
Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh sejenis bakteri yang disebut mycobacterium
tuberculosis. Penyakit ini menyebar saat penderita TB batuk atau bersin dan orang lain
menghirup droplet yang dikeluarkan yang 5 mengandung bakteri TB.
Meskipun TB menyebar dengan cara yang sama dengan flu, penyakit ini tidak
menular dengan mudah. Seseorang harus kontak waktu dalam beberapa jam dengan orang
yang terinfeksi. Misalnya, infeksi TBC biasanya menyebar antara anggota keluarga yang
tinggal di rumah yang sama. Akan sangat tidak mungkin bagi seseorang untuk terinfeksi
dengan duduk di samping orang yang terinfeksi di buas atau kereta api. Selain itu, tidak
semua orang dengan TB dapat menularkan TB. Anak dengan TB atau orang dengan infeksi
TB yang terjadi di luar paru-paru (TB ekstrapulmoner) tidak menyebabkan infeksi (Puspasari,
2019).
Penyakit infeksi yang menyebar dengan rute naik di udara. Infeksi disebabkan oleh
penghisapan air liur yang berisi bakteri tuberculosis mycobacterium tuberculosis. Seseorang
yang terkena infeksi dapat menyebabkan partikel kecil melalu batuk, bersin, atau berbicara.
Berhubungan dekat dengan mereka yang terinfeksi meningkatkan kesempatan untuk
transmisi. Begitu terhisap, organisme secara khas diam didalam paru-paru, tetapi dapat
menginfeksi dengan tubuh lainnya. Organisme mempunyai kapsul sebelah luar (Prabantini,
2014).
2.3 Patofisiologi Penyakit ISPA, Neumonia, Asthma, TBC
A.ISPA
Etiologi Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri,
virus dan riketsia. ISPA bagian atas disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah
dapat disebabkan oleh bakteri dan virus. ISPA bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri
umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa
masalah dalam penganannya. (Peduli kasih, 2013).
Etiologi ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA
antaralain Genus streptokokus, Pneumokokus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebacterium.
Sedangkan virus penyebab ISPA antaralain golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus,
Mikoplasma, Hervesvirus dll. (Didin, 2016).
B.Pneumonia
9
penyakit saluran napas reaktif. Bronkopneumonia, bentuk yang paling umum, didistribusikan
secara merata membentang dari bronkus ke parenkim paru di sekitarnya. Pneumonia lobaris
adalah istilah yang digunakan jika sebagian besar dari satu atau lebih lobus terlibat.
Pneumonia disebabkan oleh berbagai agen mikroba di berbagai pengaturan. Organisme
umum termasuk spesies Pseudomonas aeruginosa dan Klebsiella; Stafilokokus aureus;
Haemophilus influenzae; Staphylococcus pneumoniae; dan basilus Gram-negatif enterik,
jamur, dan virus (paling sering terjadi pada anak-anak).
C.Asma
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitifitas bronkhiolus
terhadap benda-benda asing diudara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi
dengan cara sebagai berikut: Seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody lgE abnormal dalam jumlah besar dan antibody ini
menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini
terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat
dengan bronkhiolus dan bronkhus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody lgE orang tersebut meningkat,
alergen bereaksi dengan antibody ang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini
akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi
lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotatik eosinofik dan bradikinin. Efek
gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilakn edema lokal pada dinding
bronkhiolus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme
otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran nafas menjadi sangat
meningkat.
Pada asma, diameter bronkhiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian luar
bronkhiolus. Karena bronkhiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya
adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama
ekspirasi. Pada penderita asma biasnya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat,
tetapi sekali-klai melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
10
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest
(Tanjung, 2003).
C.TBC
Seorang penderita tuberkulosis ketika bersin atau batuk menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk droplet (percikan dahak). Bakteri kemudian menyebar melalui jalan nafas ke
alveoli, di mana pada daerah tersebut bakteri bertumpuk dan berkembang biak. Penyebaran
basil ini dapat juga melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang,
korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (Soemantri, 2009). Pada saat kuman tuberkulosis
berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri di paru, terjadilah infeksi yang
mengakibatkan peradangan pada paru, dan ini disebut kompleks primer. Waktu antara
terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu. Setelah terjadi
peradangan pada paru, mengakibatkan terjadinya penurunan jaringan efektif paru,
peningkatan.
jumlah secret, dan menurunnya suplai oksigen (Yulianti & dkk, 2014). Tuberkulosis adalah
penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah
makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas
seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh
limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat).
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju,
lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan
respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberke.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar
getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat
terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan
menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke
dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain
dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas
yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut bila
peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang
11
terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak
dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga.
kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak
terlepas keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi
hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif Penyakit dapat menyebar
melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening
akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ
lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya
sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah
sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ
tubuh (Soemantri, 2014).
Disamping beberapa penyebab ISPA secara langsung diatas, ada juga yang bersifat
tidak langsung diantaranya
b. Lingkungan Lingkungan diartikan sebagai segala sesuatau yang berada disekitar kita yang
dapat mempengaruhi kesehatan. Lingkungan yang buruk akan meningkatkan resiko
seseorang terkena penyakit. Keadaan perumahan adalah salah satu factor yang menentukan
keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan, seperti yang dikemukakan WHO bahwa perumahan
yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit dalamj
masyarakat.
c. Satatus gizi Gizi merupakan bagian dari proses kehidupan dan proses tumbuh kembang
anak, sehingga pemenuhan kebutuhan gizi secara adekuatturut menentukan status kesehatan
anak. Angka kesakitan dan kematian sering dikaitkan dengan status gizi dari anak tersebut.
Kesehatan gizi yang rendah kondisi daya tahan tubuh umum menurun, sehingga berbagai
penyakit dapat timbul dengan mudah.
12
d. Berat badan lahir rendah Berat badan lahir seorang anak normalnya 2500 gram atau lebih,
sedangkan dikatakan Berat badan lahir anak rendah bila kurang dari 2500 gram. Anak-anak
dengan berat badan lahir rendah mempunyai resiko kematian yang lebih tinggi dibanding
dengan anak dengan berat badan normal ketika dilahirkan. Hal ini berkaitan dengan kondisi
ibu sewaktu hamil.
e. Status imunisasi Imunisasi adalah salah satu cara untuk mendapatkan kekebalan yang
dimasukan kedalam tubuh seseorang agar tahan terhadap berbagai serangan penyakit.
Semakin lengkap imunisasi anak, memungkinkan untuk terkena penyakit akan kurang bila
dibandingkan dengan anak yang mendapatkan imunisasi tidak lengkap.
GEJALA
Gejala Tanda atau gejala umum yang biasa ditemukan pada anak dengan ISPA antaralain
batuk, pilek, demam, sesak napas dan sakit tenggorokkan dan ada tidaknya retraksi dinding
dada.
B. Pneumonia
Gambaran klinis bervariasi tergantung pada organisme penyebab dan penyakit pasien.
• Tiba-tiba menggigil dan demam meningkat dengan cepat (38,5C hingga 40,5C
• Pasien yang sakit parah mengalami takipnea (25 sampai 45 kali/menit) dan dispnea;
• Denyut nadi cepat dan kencang; dapat meningkatkan 10 denyut/menit per derajat
• Tanda lain: infeksi saluran pernapasan atas, sakit kepala, demam ringan, nyeri
pleuritis, mialgia, ruam, dan faringitis; setelah beberapa hari, sputum mukoid atau
mukopurulen dikeluarkan.
13
• Pneumonia berat: pipi memerah; bibir dan kuku menunjukkan sianosis sentral.
• Sputum purulen, berkarat, bercampur darah, kental, atau hijau tergantung pada agen
etiologi.
• Nafsu makan menurun, dan pasien mudah mengeluarkan keringat dan mudah lelah.
Tanda dan gejala pneumonia mungkin juga tergantung pada kondisi pasien yang mendasari
(misalnya, tanda yang berbeda terjadi pada pasien dengan kondisi seperti kanker, dan pada
mereka yang menjalani pengobatan dengan imunosupresan, yang menurunkan resistensi
terhadap infeksi).
C.ASMA
Tanda Sebelum muncual suatu episode serangan asma pada penderita. Biasanya akan
ditemukan tanda-tanda awal datangnya asma. Tanda-tanda awal datangnya asma memiliki
sifat-sifat sebagai berikut, yaitu sifatnya unik untuk setiap individu, pada individu yang sama,
tanda-tanda peringatan awal biasanya sama, hampir sama atau sama sekali berbeda pada
setiap episode serangan dan tanda peringatan awal yang paling bisa diandalkan adalah
penurunan dari angka prestasi penggunaan preak flow meter.
Gejala
1. Gejala asma umum Perubahan saluran nafas yang terjadi pada asma menyebabkan
dibutuhkanya usaha yang jauh lebih keras untuk memasukan dan mengeluarkan udara dari
paru-paru. Hal tersebut dapat memunculkan berupa gejala sesak nafas atau sulit bernafas,
sesak dada, mengi atau nafas berbunyi (wheezing) dan batuk (lebih sering terjadi pada anak
daripada orang dewasa), Tidak semua orang mengalami gejala-gejala tersebut. Beberapa
orang dapat mengalaminya sepanjang hidupnya. Gejala asma sering kali memburuk pada
malam hari atau setelah mengalami kontak dengan pemicu asma (Bull & Price, 2007). Selain
itu angka performa penggunaan preak flow meter menunjukan rating yang termasuk
“hatihati” atau “bahaya”(biasanya antara 50%- 80%dari penunjuk performa terbaik individu)
(Hadibroto & Alam, 2006).
2. Gejala asma berat Gejala asma berat (Hadibroto & Alam, 2006) adalah sebagai berikut
yaitu serangan batuk yang hebat, nafas yang berat, “ngik-ngik” tersengan-sengal, sesak dada,
susah berbicara dan berkonsentrasi, jalan sedikit menyebabkan nafas tersengal-sengal, nafas
menjadi dangkal dan cepat atau lambat dibanding biasanya, pundak membungkuk, lubang
14
hidung mengembang dengan setiap tarikan nafas, bayangan abu-abu membiru pada kulit,
bermula dari daerah sekitar mulut (sianosis), serta angka performa menggunakan preak flow
meter dalam wilayah berbahaya (biasanya dibawah 50% dari performa terbaik individu).
D.TBC
1. Awitan tersembunyi
2. Demam bertingkat yang dimulai dari rendah, keletihan, anoreksia, penurunan berat badan,
keringat malam, nyeri dada, dan batuk menetap.
3. Batuk, non-produktif pada awalnya, dapat berlanjut sampai sputum mukopurulen dengan
hemoptysis
B.Pneumonia
C.Asma
Dampak komplikasi dari serangan asma yang tidak terkontrol adalah status asmatikus,
bronkitis, pneumonia, dan emphysema dari beberapa komplikasi yang paling berbahaya
adalah status asmatikus, kondisi ini dapat mengancam hidup pasien.
D.TBC
Tanpa pengobatan, tuberkulosis bisa berakibat fatal. Penyakit aktif yang tidak diobati
biasanya menyerang paru-paru, namun bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui aliran
darah. Komplikasi tuberkulosis meliputi:
1. Nyeri tulang belakang. Nyeri punggung dan kekakuab adalah komplikasi tuberkulosis
yang umum
15
2. Kerusakan sendi. Atritis tuberkulosis biasanya menyerang pinggul dan lutut.
3. Infeksi pada meningen (meningitis). Hal ini dapat menyebabkan sakit kepala yang
berlangsung lama atau intermiten yang terjadi selama berminggu-minggu.
4. Masalah hati atau ginjal. Hati dan ginjal membantu menyaring limbah dan kotoran
dari aliran darah. Fungsi ini menjadi terganggu jika hati atau ginjal terkena
tuberkulosis.
16