Pengertian Epistemologi
Epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-
sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam
menentukan sebuah model filsafat. Dengan pengertian ini, epistemologi tentu saja
menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan kebenaran, mengenai hal
yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak. Manusia dengan latar
belakang, kebutuhan-kebutuhan, dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti
akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti:
a. Dari manakah saya berasal?
b. Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam?
c. Apa hakikat manusia?
d. Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia?
e. Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia?
Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya
mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal
yang akan dihadapinya. Pada dasarnya, manusia ingin menggapai suatu hakikat dan
berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya.
Dengan demikian, definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang
mengkaji dan membahas tentang batasan, dasar dan fondasi, alat, tolok ukur,
keabsahan, validitas, dan kebenaran ilmu, makrifat, dan pengetahuan manusia. Pokok
bahasan epistemologi dengan memerhatikan definisi epistemologi, bisa dikatakan
bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu, makrifat, dan
pengetahuan.
Brameld dalam Mohammad Noor Syam (1984: 32)
B. Cakupan epistemologi
a. Cakupan pokok bahasan, yakni apakah subjek epistemologi adalah ilmu secara
umum atau ilmu dalam pengertian khusus. Ilmu yang diartikan sebagai keumuman
penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subjek dalam
epistemologi. Terdapat empat persoalan pokok dalam epistomologi yaitu:
a. perspektif klasik
perspektif klasik pada ranah epistemologi ini dapat dirunut semenjak masa
pemikiran filosofi Yunani kuno, khususnya pada mazhab filsafat Sokrates,
Plato dan Aristoteles serta para pengikutnya.
b. perspektif modern
perspektif modern epistemologi menjadikan keraguan normatif sebagai titik
tolak kajian epistemologinya. Descartes sebagai arsitek pandangan ini
menjadikan keraguan di segala hal termasuk meragukan eksistensi diri sendiri
sebagai upaya untuk mencapai keyakinan.
c. perspektof kontemporer
Perspektif kontemporer merupakan cara pandang epistemik yang lahir dalam
tradisi filsafat analitik anglo-saxon. dalam perspektif kontemporer secara
metodologis gaya penyajian dan kajian epistemogis yang diajukan
melazimkan adanya analisa bahasa atas setiap terminus yang dipakai.
TBJ (True, Believe, Justification)
C. Aliran-aliran dalam epistemologi
Aksiologi
A. Pengertian Aksiologi
Bedasarkan bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata ‘axios’ dalam bahasa Yunani
artinya nilai dan logos yang artinya ilmu. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan
bahwa aksiologi adalah ‘ilmu tentang nilai.
aksiologi terbagi dalam 3 bagian penting, antara lain:
a) Tindakan moral yang melahirkan etika
b) Ekspresi keindahan yang melahirkan estetika
c) Kehidupan sosial politik yang melahirkan filsafat sosial politik
(Sumantri 2003)
B. Nilai
Nilai dalam pembahasan aksiologi, nilai menjadi fokus utama. Nilai dipahami
sebagai pandangan, cita-cita, adat, kebiasaan, dan lain-lain yang menimbulkan tanggapan
emosional pada seseorang atau masyarakat tertentu. Dalam filsafat, nilai akan berkaitan
dengan logika, etika, estetika (Salam 1997).
Sebuah nilai bisa juga bersifat subjektif dan objektif akan sangat bergantung pada
perasaan dan intelektualitas yang hasilnya akan mengarah pada perasaan suka atau tidak
suka, senang atau tidak senang. Nilai ini tidak semata-mata bergantung pada pendapat
individu, tetapi lebih pada objektivitas fakta. (Bahtiar 2004)
C. Logika
Logika pada dasarnya merupakan suatu teknik atau metode yang diciptakan untuk
meneliti ketepatan dalam penalaran. Penalaran akan berkaitan dengan berpikir asas-asas,
patokan-patokan, hukum-hukum. Logika akan membantu manusia dalam menempuh
jalan yang paling efisien dan menjaga kemampuan yang salah dalam berpikir. Dengan
kata lain orang dapat berpikir secara benar.
D. Etika
Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu
mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan. Di dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah
laku manusia menjadi sentral persoalan. Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan
tanggung jawab, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun
terhadap Tuhan sebagai sang pencipta. (Sumantri 2003)
E. Estetika
Estetika akan dikaitkan dengan seni karena estetika lahir dari penilaian manusia
tentang keindahan, perasaan, dan perasaan ini adalah perasaan indah. Nilai keindahan tidak
semata-mata pada bentuk atau kualitas objeknya, tetapi juga isi atau makna yang
dikandungnya. (Zamroni 2009)
Profil penulis
Suaedi, lahir di Suli Kabupaten Luwu pada 31 Desember 1969. Mengikuti pendidikan di SDN 14
Tangkalasi, Kecamatan Suli (1983); MTs Suli (1986); SMAN 371 Belopa (1989); D-2 dan S-1
Pendidikan Matematika IKIP Ujung Pandang (1993); S-2 Ekonomi Sumberdaya UNHAS (2000);
dan S-3 Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB (2007)