Anda di halaman 1dari 5

Nama : Khusnul Khotimah Dahlan

NIM : K011201047

URGENSI IDENTITAS NASIONAL

UNTUK MEWUJUDKAN INTEGRASI NASIONAL

A. Konsep dan Urgensi Identitas Nasional Sebagai Salah Satu Determinan


Pembangunan Bangsa dan Karakter

Setiap negara yang merdeka dan berdaulat memiliki identitas nasionalnya masing-
masing agar negara tersebut dapat dikenal oleh negara atau bangsa lain dan mampu
menjaga eksistensi serta kelangsungan hidup negara-bangsa tersebut. Identitas nasional
dapat didefinisikan sebagai jati diri yang melekat pada suatu bangsa yang diikat oleh
adanya kesamaan fisik (budaya, agama dan bahasa) maupun non fisik (visi, cita-cita dan
tujuan).

Identitas nasional bersifat buatan, dan sekunder. Bersifat buatan karena identitas
nasional itu dibuat, dibentuk, dan disepakati oleh warga bangsa sebagai identitasnya
setelah mereka bernegara. Bersifat sekunder karena sebelum memiliki identitas nasional,
warga bangsa telah memiliki identitas primer yaitu identitas kesukubangsaan. Hal ini
sesuai dengan konsep “struktur identitas dan kepentingan” yang dikembangkan oleh
Wendt di mana identitas terbentuk karena adanya kepentingan yang dibawa oleh negara
melalui proses learning dan proses interaksi yang ada di dalam negara tersebut. Dalam
konteks ini, identitas nasional terbentuk berdasarkan adanya kepentingan dari warga
negara yang berasal dari berbagai suku bangsa untuk membentuk kesepakatan dan tujuan
bersama akibat kondisi atau situasi tertentu sehingga menjadikan mereka merasa senasib
dan seperjuangan. Dalam hal ini, sebuah negara bangsa menjadi representasi kultural di
mana identitas nasional diproduksi secara terus-menerus sehingga negara akan bertindak
berdasarkan identitas nasional yang melekat di dalam jati diri tersebut. (Chotimah, 2018)

Secara historis, khususnya pada tahap embrionik, identitas nasional Indonesia


ditandai ketika munculnya kesadaran rakyat Indonesia sebagai bangsa yang sedang
dijajah oleh asing pada tahun 1908 yang dikenal dengan masa Kebangkitan Nasional
(Bangsa). Rakyat Indonesia mulai sadar akan jati diri sebagai manusia yang tidak wajar
karena dalam kondisi terjajah. Pada saat itu muncullah kesadaran untuk bangkit
membentuk sebuah bangsa. Kesadaran ini muncul karena pengaruh dari hasil pendidikan
yang diterima sebagai dampak dari politik etis (Etiche Politiek). Dengan kata lain, unsur
pendidikan sangatlah penting bagi pembentukan kebudayaan dan kesadaran akan
kebangsaan sebagai identitas nasional. Secara sosiologis, identitas nasional telah
terbentuk dalam proses interaksi, komunikasi, dan persinggungan budaya secara alamiah
baik melalui perjalanan panjang menuju Indonesia merdeka maupun melalui
pembentukan intensif pasca kemerdekaan. Identitas nasional pasca kemerdekaan
dilakukan secara terencana oleh Pemerintah dan organisasi kemasyarakatan melalui
berbagai kegiatan seperti upacara kenegaraan dan proses pendidikan dalam lembaga
pendidikan formal atau non formal. Dalam kegiatan tersebut terjadi interaksi antar etnis,
antar budaya, antar bahasa, antar golongan yang terus menerus dan akhirnya menyatu
berafiliasi dan memperkokoh NKRI. Secara politis, beberapa bentuk identitas nasional
Indonesia yang dapat menjadi penciri atau pembangun jati diri bangsa Indonesia meliputi:
bendera negara Sang Merah Putih, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional atau bahasa
negara, lambang negara Garuda Pancasila, dan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
(Paristiyanti Nurwadani, 2016)

Untuk memperkokoh identitas nasional dalam konteks hubungan internasional, setiap


negara memiliki bendera negara, lambang negara, bahasa negara, dan lagu kebangsaan.
Dengan identitas-identitas tersebut, maka NKRI akan semakin kokoh dan semakin
dikenal oleh bangsa dan masyarakat dunia. Identitas nasional penting bagi kewibawaan
negara dan bangsa Indonesia. Dengan saling mengenal identitas, maka akan tumbuh rasa
saling hormat, saling pengertian (mutual understanding), tidak ada stratifikasi dalam
kedudukan antarnegara-bangsa. Dalam berhubungan antar negara tercipta hubungan yang
sederajat/sejajar, karena masing-masing mengakui bahwa setiap negara berdaulat tidak
boleh melampaui kedaulatan negara lain.

B. Konsep dan Urgensi Integrasi Nasional Sebagai Salah Satu Parameter Persatuan
dan Kesatuan Bangsa
Integrasi nasional adalah suatu proses penyatuan atau pembauran berbagai aspek
sosial budaya, etimisitas, latar belakang ekonomi ke dalam kesatuan wilayah dan
pembentukan bangsa yang harus dapat menjamin terwujudnya keselarasan, keserasian
dan keseimbangan dalam mencapai tujuan bersama sebagai suatu bangsa. Integrasi
adalah salah satu gejala sosial yaitu gejala berbentuk perbedaan di dalam struktur sosial
bersama-sama melakukan peranan sesuai dengan fungsinya masing-masing, sehingga
dalam kehidupan sosial terjadi keselarasan. Struktur sistem sosial senantiasa berupaya
untuk melakukan integrasi. Hal demikian terjadi menurut kalangan penganut
fungsionalisme karena dilandasi oleh :
1. Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan)
di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai, norma-norma, dan
pranatapranata kemasyarak atan yang bersifat fundamental (mendasar)
2. Masyarakat terintegerasi, karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi
anggota dari berbagai kesatuan sosial (crosscutting affiliation). Setiap konflik yang
terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya, akan segera
dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota
masyarakat terhadap kesatuan sosial.
Integrasi menitikberatkan perhatiannya pada proses (relationship), yakni
pemerintahan secara kooperatif bertalian bersama, seiring dengan perkembangan
homogenitas kebudayaan, kepekaan tingkah laku, kebutuhan sosial, ekonomi, dan saling
membutuhkan yang dibarengi dengan pendekatan institusi supranasional yang
multidimensi untuk memenuhi kebutuhan bersama. Karena itu integrasi adalah
dibangunnya interdepensi yang lebih rapat antara anggota-anggota masyarakat. Integrasi
juga mempersatukan masyarakat, yang cenderung membuatnya harmonis, yang
didasarkan pada tatanan yang mereka anggap harmonis.
Dalam menganalisa integrasi sebagai suatu proses ada dua tipe model analisis, yaitu
model negara (state model) dan model komunitas (community). Model negara sangatlah
spesifik, karena konsensus terhadap integrasi haruslah konstitusional. Sementara mode
komunitas menitikberatkan pada proses yang terjadi dalam hubungan antara rakyat atau
penduduk negara, namun dengan sedikit keterlibatan negara.
Dalam menjelaskan proses perubahan menuju integrasi, terdapat tiga variabel
independen yang dapat dibedakan menjadi tiga faktor eksponensial. Pertama, variabel
keamanan-politik (politico- security variable), tingkat analisisnya ada pada negara, dan
perhatiannya terhadap kekuasaan (power), kepekaan (responsiveness), dan kontrol elit
politik dalam kebiasaan politik umum sebagai ancaman keamanan atas negara. Variabel
ini dikemukakan oleh kalangan Pluralis dan Federalis. Sementara kaum Fungsionalis dan
Neo-fungsionalis, yang menekankan pada pentingnya variabel sosial-ekonomi dan
teknologi, secara tidak langsung membawa perubahan dan penyatuan politik. Adapun
faktor ketiga, diusung oleh kaum Regionalis dalam analisanya, yaitu keberadaan kedua
variabel tersebut dalam proses integrasi. (Sarbaini & Akhyar, 2015)

C. Kesimpulan
Antara Integrasi nasional dan identitas nasional Negara Indonesia sangatlah tekait
karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku yang disatukan melalui persatuan
dibawah bendera merah putih dan ‘Bhineka Tunggal Ika’ melalui proses ini terjadi proses
integrasi nasional dimana perbedaan yang ada dipersatukan sehingga tercipta keselarasan.
Persatuan dari kemajemukan suku inilah yang menjadi salah satu ciri khas bangsa
Indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain. Sehingga adanya kompleksitas
perbedaan suku yang bersatu di Indonesia dijadikan sebagai identitas bangsa sebagai
bangsa yang majemuk yang kaya akan suku, tradisi dan bahasa dalam wujud semboyang
‘Bhineka Tunggal Ika’, berbeda-beda tapi tetap satu jua. Jadi, antara integrasi nasional
dan identitas nasional memiliki keterkaitan, karena dalam hal ini, di Indonesia Integrasi
nasional di jadikan sebagai salah satu identitas nasional dimana konsep ‘Bhineka Tunggal
Ika’ yang merupakan hasil dari integrasi nasional dijadikan sebagai identitas nasional,
semboyan ini tidak akan pernah ada di negara lain, semboyan ini hanya ada di Indonesia
dan menjadi identitas bangsa yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa yang
lainnya.
Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multi dimensional.
Untuk mewujudkannya diperlukan keadilan, kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah
dengan tidak membedakan ras, suku, agama, bahasa dan sebagainya. Sebenarnya upaya
membangun keadilan, kesatuan dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya
membangun dan membina stabilitas politik disamping upaya lain seperti banyaknya
keterlibatan pemerintah dalam menentukan komposisi dan mekanisme parlemen. Dengan
demikian upaya integrasi nasional dengan strategi yang mantap perlu terus dilakukan agar
terwujud integrasi bangsa Indonesia yang diinginkan. Upaya pembangunan dan
pembinaan integrasi nasional ini perlu karena pada hakekatnya integrasi nasional tidak
lain menunjukkan tingkat kuatnya persatuan dan kesatuan bangsa yang diinginkan. Pada
akhirnya persatuan dan kesatuan bangsa inilah yang dapat lebih menjamin terwujudnya
negara yang makmur, aman dan tentram. Jika melihat konflik yang terjadi di Aceh,
Ambon, Kalimantan Barat dan Papua merupakan cermin dan belum terwujudnya
Integrasi Nasional yang diharapkan. Sedangkan kaitannya dengan Identitas Nasional
adalah bahwa adanya integrasi nasional dapat menguatkan akar dari identitas
nasional yang sedang dibangun.

DAFTAR PUSTAKA

Chotimah, H. C. (2018). Identitas Nasional dan Norma Internasional Sebagai Pertimbangan


Politik Indonesia. Jurnal Politica , 189-209.

Hurri, I., & Munajat, A. (2016). PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Panduan Untuk


Mahasiswa, Pendidik dan Masyarakat Secara Umum). Bandung: Nurani.

Paristiyanti Nurwadani, D. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.


Jakarta: Thema publishing.

Sarbaini, & Akhyar, Z. (2015). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi ;


Membina Karakter Warga Negara Yang Baik . Banjarmasin: Aswaja Pressindo Yogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai