Anda di halaman 1dari 22

1

PERSPEKTIF GLOBAL

JURUSAN PGSD
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
2

BAB I
HAKEKAT DAN KONSEP PERSPEKTIF GLOBAL
A. Hakekat Perspektif Global
Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia Modern perspektif diartikan
sebagai cara melukiskan benda pada permukaan datar sebagaimana yang terlihat,
dan sudut pandangan. Kata global berasal dari kata “globe” dan mulai
dimaksudkan sebagai planet yang berarti bumi bulat. Menurut kamus Bahasa
Inggris Longman Dictionary of Contemporary English, mengartikan global
dengan “ concerning the whole eart”. Sesuatu hal yang berkaitan dengan dunia,
internasional, atau seluruh alam jagat raya. Global memiliki pengertian
menyeluruh, dimana dunia ini tidak lagi dibatasi oleh batas negara, wilayah, ras,
warna kulit dsb.
Menurut asal kata, perspektif global dapat dibagi menjadi dua, yaitu kata
perspektif dan global, perspektif artinya wawasan atau cara pandang dan global
yang artinya menyeluruh atau mendunia. Jadi, perspektif global artinya wawasan
atau cara pandang yang menyeluruh atau mendunia. Secara ilmiah, perspektif
global adalah wawasan atau cara pandang mengenai fenomena secara
keseluruhan, yakni fenomena adanya interaksi, interdependensi, dan kompetisi
antar umat manusia di muka bumi.
Simpulan Pengertian perspektif global menurut para ahli.
1. Sumaatmadja dan Winardit (1999)
2. Suhanadji dan Waspada TS (2004)
3. Jan L. Tucker dalam Sriartha (2004:2)
4. National Coucil for the Social Studies (NCSS)
5. American Association of Colleges for Teacher Education
6. Seriartha dkk, (2004,4)
7. Barbara Benham Tye
dan Kenneth A. Tye (1992)

Perspektif global adalah suatu pandangan yang timbul akibat suatu


kesadaran bahwa hidup dan kehidupan ini adalah untuk kepentingan glonal dan
dalam bertindak dapat secara lokal (think globally and act locally).
3

B. Konsep Perspektif Global


The American Association of Colleges for Teacher Education
(AACTE,1994) mengemukakan era globalisasi mengharuskan adanya perubahan
dalam strategi dan nilai-nilai manusia universal, sistem dan isu-isu global serta
keterkaitan dengan masyarakat dunia dan sejarah global.
Perspektif Global adalah Suatu cara pandang dan cara berpikir terhadap
suatu masalah, kejadian, atau kegiatan dari sudut kepentingan global, yaitu dari
sisi kepentingan dunia atau internasional. Oleh karena itu, sikap dan perbuatan
kita juga diarahkan untuk kepentingan global.
Perspektif Global adalah suatu pandangan yang timbul akibat suatu
kesadaran bahwa hidup dan kehidupan ini untuk kepentingan global yang lebih
luas. Singkatnya seseorang dituntut untuk berpikir global, bertindak dapat secara
lokal (think globally and act locally)
Pendidikan global merupakan upaya sistematis untuk membentuk
wawasan dan perspektif para siswa, karena melalui pendidikan global para siswa
dibekali materi yang bersifat utuh dan menyeluruh yang berkaitan dengan
masalah global.
Hoopes (Garcia, 1997) mengatakan bahwa pendidikan global memper-
siapkan siswa untuk memahami dan mengatasi adanya ketergantungan global
dan keragaman budaya yang mencakup hubungan, kejadian dan kekuatan yang
tidak dapat diisikan ke dalam batas-batas negara dan budaya

C. Ciri-ciri Globalisasi
Jhon Huckle (Miriam Steiner, 1996) menyatakan bahwa globalisasi
adalah suatu proses dengan mana kejadian, keputusan dan kegiatan di salah satu
bagian dunia menjadi suatu konsekuensi yang signifikan bagi individu dan
masyarakat di daerah yang jauh
Albrow (Yaya, 1998) mengemukakan bahwa globalisasi
adalah”…keseluruhan proses di mana manusia di bumi ini diinkorporasikan
(dimasukkan) ke dalam masyarakat dunia tunggal dan masyarakat global.
Karena proses ini bersifat majemuk, maka kita pun memandang globalisasi di
4

dalam kemajemukan. Hal ini dimaksudkan agar manusia satu dengan yang lain
saling berhubungan satu sama lain.

Menurut Hamijoyo, (Mimbar,1990):


a) Globalisasi perlu didukung oleh kecepatan informasi, kecanggihan
teknologi, transportasi dan komunikasi yang diperkuat oleh tatanan
organisasi dan manajemen yang tangguh.
b) Globalisasi telah melampaui batas tradisional geopolitik, batas tersebut
saat ini harus tunduk pada kekuatan teknologi, ekonomi, sosial politik
dan sekaligus mempertemukan tatanan yang sebelumnya sulit
dipertemukan
c) Adanya saling ketergantungan antara negara
d) Pendidikan merupakan bagian dari globalisasi.

Tilaar, mengemukakan ciri era globalisasi yaitu adanya era masyarakat


terbuka dapat dibagi dalam 2 hal, yaitu: bidang ekonomi dan bidang politik.
Tilaar (1998) mengemukakan: Era globalisasi adalah suatu tatanan kehidupan
manusia yang secara global telah melibatkan seluruh umat manusia. Globalisasi
memasuki 3 arena penting: ekonomi, politik dan budaya. Tilaar, mengemukakan
ciri era globalisasi yaitu adanya masyarakat terbuka.

Yang dimaksud era masyarakat terbuka terbagi dalam 2 hal, yaitu:


a. Bidang ekonomi, ditandai dengan adanya pasar bebas yang menuntut
kemampuan, kreasi yang menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi.
b. Bidang politik, ditandai dengan berkembangnya nilai demokrasi dalam
masyarakat yang demokratis, yaitu suatu masyarakat di mana setiap
anggotanya ikut aktif dalam kehidupan bersama dan menciptakan kehidupan
bersama yang lebih baik.

Tilaar mengisyaratkan konsep inovasi dalam era globalisasi yaitu:


1. Dalam era globalisasi kita berada pada suatu masyarakat yang terbuka, dan
penuh kompetisi.
5

2. Masyarakat di dalam era globalisasi menuntut kualitas yang tinggi dalam


jasa, barang, maupun investasi modal.
3. Era globalisasi merupakan suatu era informasi dengan sarana-sarananya yang
dikenal sebagai information superhighway.
4. Era globalisasi merupakan era komunikasi yang sangat cepat dan canggih.
5. Era globalisasi ditandai dengan maraknya kehidupan bisnis.
6. Era globalisasi merupakan era teknologi, oleh sebab itu anggota-anggotanya
harus melek digital
6

BAB II
TUGAS GURU SEBAGAI KOMUNIKATOR DENGAN DUNIA LUAR

Menurut Dirti Hadisusanto,Suryati Sidharto, dan Dwi Siswoyo (1995)


persyaratan menjadi pendidik adalah :
1. Mempunyai perasaan terpanggil sebagai tugas suci
2. Mencintai dan mengasih-sayangi peserta didik
3. Mempunyai rasa tanggungjawab yang didasari penuh akan tugasnya

Peran guru menurut E. Mulyasa Pendidik haus memiliki kualifikasi akademik


dan kompetensi sebagai agen pembelajaran. Menurut Ahmadi, Pendidik adalah sebagai
peran pembimbing dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Menurut Dri Atmaka,
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan
kepada anak didik dalam perkembangan. Menurut Husnul Chotimah, Guru adalah orang
yang memfasilitasi prose perolehan ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta
didik. Guru sebagai komunikator hal memiliki hal sebagai berikut:
1. Tertarik & peduli terhadap kejadian dan kegiatan pada masyarakat (lokal, nasional
(internasional)
2. Proaktif mencari informasi-informasi (nasional dan iternasional)
3. Bersifat terbuka, menerima pembaharuan
4. Mampu menyeleksi informasi untuk disesuaikan dgn kebutuhan dan kondisi sosial
budaya masyarakat.
Menurut Suwardi Apabila kita berkomunikasi berarti bahwa kita berada dalam
keadaan berusaha untuk menimbulkan kesamaan. Menurut Moor Komunikasi adalah
pusat minat dan situasi perilaku dimana suatu sumber menyampaikan pesan kepada
penerima dengan berupaya untuk mempengaruhi perilaku penerima tersebut.
Perspektif global kaitannya dengan pendidikan adalah suatu pandangan, di mana
guru dan murid secara bersama-sama mengembangkan perspektif dan keterampilan
untuk menyelidiki suatu yang berkaitan dengan isu global. Yang dimaksud dengan isu
global antara lain berkaitan dengan isu lingkungan, hak asasi manusia, keadilan, studi
tentang dunia, dan pengembangan pendidikan
7

BAB III
TUJUAN PENDIDIKAN GLOBAL

Tujuan pendidikan global adalah untuk mengembangkan pengetahuan,


keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk hidup secara efektif dalam dunia yang
sumber daya alamnya semakin menipis dan ditandai oleh keragaman etnis, pluralisme
budaya dan semakin saling ketergantungan.
Tujuan diberikannya perspektif global menurut Marryfield, 1977 adalah :
v Mendorong peserta didik untuk mempelajari lebih banyak tentang materi dan
masalah yang berkaitan dengan masalah global.
v Mendorong para guru untuk mempelajari masalah yang berkaitan dengan
masalah lintas budaya.
v Mengembangkan dan memahami makna perspektif global baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun pengembangan profesinya.

Lee Anderson dan Charlotte Anderson (1979) menyatakan bahwa untuk


mempersiapkan murid agar menjadi warga negara yang baik harus dimulai dari berbagai
macam kelompok yang melibatkanya, dari yang terdekat hingga yang terjauh yaitu dari
masyarakat lokal, bangsa, hingga global.
8

BAB IV
PERSPEKTIF GLOBAL DILIHAT DARI BEBERAPA ASPEK

A. Perspektif Global dari Visi Geografi


Geografi adalah ilmu keruangan yang mengkaji berbagai fenomena
dalam konteks keruangannya, terdiri atas darat air dan udara serta secara
bertahap ukuran dan jaraknya dimulai dari lokal, regional hingga global oleh
karena itu perspektif global adalah perspektif keruangan yang bertahap dari
perspektif lokal, regional, sampai ke perspektif global.
Perspektif Geografi ialah suatu kemampuan memandang secara
mendalam berkenaan dengan fenomena, proses dan masalah keruangan
permukaan bumi baik untuk masa lampau, saat ini, dan terutama untuk masa
yang akan datang.
Contoh-contoh:
1. Perkembangan perkembangan suatu tempat (lokal) akibat pertambahan
penduduk, sosial ekonomi, budaya berkembang luas bersambung dengan
kota. Kota bertambah penduduknya akibat urbanisasi (perpindahan
penduduk dari desa ke kota, perluasan kawasan kota, dan perubahan cara
hidup sebagai orang kota) Pengamatan perkembangan keruangan (tempat)
yang lebih luas
2. (regional) kawasan regional Asia Tenggara, Asia Selatan, Asia Timur, Asia
Barat dan seterusnya. Kawasan tesebut berkembang akibat pergeseran fungi
lain menjadi pertanian, pemukiman, kawasan pertanian menjadi kawasan
industri, jalan, lapangan golf, dan seterusnya, membawa dampak pada
perubahan tata air, tatanan kehidupan tumbah-tumbuhan dan hewan,
perubahan cuaca dan seterusnya.
3. Perkembangan interaksi serta interpedensi keruangan itu, tidak hanya
terjadi antar regional (di dalam negeri) namun juga menembus batas - batas
Negara.

Interaksi keruangan Indonesia dengan Singapura, Malaysia, Filipina,


bahkan juga Australia. Ini terjadi karena perkembangan transportasi dan media
9

elektronik (radio, tv, faximile, internet). Interaksi keruangan antar regional ini
tercermin dari pakaian, makanan, kesenian, dan perdangangan, sehingga nampak
terjadi sebagai saling ketergantungan.
Perspektif geografi atau keruangan yang paling luas adalah perspektif
global. Dalam bidang geografi dikenal adanya konsep dasar globalisme, dan
konsep bumi sebagai planet. Konsep ini mengungkapkan bahwa bumi sebagai
sebagai planet. Konsep ini mengungkapkan bahwa bumi sebagai global atau
suatu planet itu berdampak luas terhadap kondisi alamiah dan kondisi kehidupan
yang mendunia. Dalam bentuk bumi sebagai globe atau planet, dipermukaannya
terdapat sifat-sifat yang sama di seluruh dunia, dan sekaligus juga terdapat
perbedaan. Perspektif global bagi studi geografi tidak asing. Angin, arus laut,
pasang surut, iklim, cuaca, selain ada lingkup local, dan regional, juga lingkup
globalnya. Peristiwa/masalah lokal (penggundulan hutan, kebakaran hutan,
pemanasan global) dapat menjadi masalah global.

B. Perspektif Global dari Visi Sejarah


Emmanuel Kant pada abad XVIII menyatakan bahwa sejarah dan
geografi merupakan ilmu Dwitunggal, artinya jika sejarah mempertanyakan
suatu peristiwa itu “ kapan” terjadinya. Dalam hal ini, dimensi waktu dengan
ruang saling melengkapi.Dengan dipertanyakan waktu dan tempatnya maka
karakter peristiwa itu menjadi jelas adanya.
Dapat digambarkan bahwa perspektif sejarah mengacu pada konsep
waktu, atau dengan kata lain, perspektif sejarah itu sama dengan perspektif
waktu, terutama waktu yang sudah lampau. Perspektif sejarah suatu peristiwa,
membawa citra tentang suatu pengalaman masa lampau yang dapat dikaji hari
ini, untuk memprediksi kejadian-kejadian yang akan datang. Selanjutnya,
perspektif global dari sudut pandang sejarah tentang tokoh-tokoh, bangunan-
bangunan, perang, pertemuan internasional dan peristiwa-peristiwa bersejarah
yang memiliki dampak luas terhadap tatanan kehidupan global, dapat
dimunculkan dalam pendidikan sebagai acuan transforasi budaya serta
pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) generasi muda untuk
memasuki kehidupan global di hadapannya.
10

Kita tentu sangat mengenal tokoh-tokoh agama, para nabi, dan rasulyang
tidak hanya berpengaruh terhadap umatnya pada saat mereka masih hidup
dikawasan lingkungannya masa itum melainkan tetap menjadi pola prilaku dan
teladan secara global sampai saat ini. Tokoh sejarah, bahkan tokoh dunia yang
demikian itu, menjadi sorotan perspektif global, bukan hanya dari sudut pandang
sejarah,melainkan juga dari sudut pandang ilmu-ilmu lainnya.
Bangunan-bangunan bersejarah seperti Ka’bah dan Masjidil Haram di
Mekkah, Piramida di Mesir, Tembok Besar di Cina, Mesjid Taj Mahal di Agra
(India), dan Candi Borobudur di Indonesia, yang merupakan beberapa bangunan
“ keajaiban dunia, tidak hanya bernilai dan bermakna sejarah, melainkan
memiliki nilai global yang mempersatukan umat, nilai budaya dari aspek
arsitektur, nilai ekonomi dalam mengembangkan lapangan kerja dan lain
sebagainya. Secara material, bangunan – bangunan semacam itu, bukan hanya
merupakan pengetahuan, melainkan lebih jauh dari pada itu, wajib dijadikan
acuan pendidikan mengenai nilai-nilai kemanusiaan, budaya, bahkan keagaman
yang ada di dalamnya.
Berbagai perang di berbagai kawasan, terutama Perang Dunia yang
tercatat sebagai peristiwa sejarah, tidak hanya dilihat dari dahsyatnya
penggunaan senjata dan ngernya pembunuhan umat manusia, namun dilihat dari
sudut pandang global, dapat diungkapkan nilai dan makna kemanusiaannya.
Perang yang pada saat berlangsungnyasebagai ajang pertentangan berbagai
pihak atau berbagai negara, ternyata setelah usai menjadi alat pemersatu
berbagai bangsa dalam memikirkan umat secara global.Pengalaman buruk dari
perang telah menjadi alat penyadar umat dunia untuk memikirkan hal-hal yang
lebih bernilai dan bermakna bagi kemanusiaan.Bahkan secara global,
meningkatkan kemampuan IPTEK yang mendukung kesejahteraan.Sebaliknya
pengalaman negatif yang membawa malapetaka terhadap penghancuran umat,
menjadi acuan kewaspadaan bagi kepentingan bersama.Bagi kepentingan
pendidikan, perang yang merupakan peristiwa sejarah itu juga menjadi ajang
meningkatkan kesadaran, penghayatan dan kewaspadaan peserta didik terhadap
bahaya perang “modern” di hari-hari mendatang.
11

Pertemuan Internasional yang bernilai dan bermakna sejarah seperti


antara lain Konferensi Asia Afrika (1955) yang terkenal dengan “ Semangat
Banndung “, telah meningkatkan kesadaran masyarakat Asia Afrika akan haknya
sebagai umat yang memiliki hak untuk berdaulat di negaranya sendiri, bernilai
kemanusiaan yang meningkatkan “martabat” manusia di kawasan ini. Peristiwa
itu juga telah membukakan mata ngara-negara “maju” sebagai bekas penjajah
terhadap arti “kemerdekaan” bagi bekas negara jajahan yang wajib
diperhitungkan. Dari peritiwa sejarah tersebut, telah menyadarkan masyaraka
Dunia terhadap pentingnya persatuan untuk menghadapi negara-negara besar
yang secara sosial budaya, sosial ekonomi dan sosial politik lebih kuat daripada
negara-negara yang bersangkutan.Perspektif global sejarah yang demikianlah
yang wajib diangkat dalam pendidikan.
Dengan belajar sejarah kita akan mengetahui perubahan-perubahan yang
terjadi dan mampu belajar dari perubahan yang terjadi tersebut, sehingga mampu
mengantisipasi, mengahadapi dan mengatasinya.
Contoh : terjadinya revolusi industri telah mengubah masyarakat feodal
(berdasarkan pada tanah / agraris ) ke masyarakat industri. Sedangkan pada abad
sekarang ini yang terjadi revolusi informasi, sehingga negara-negara yang
menguasai teknologi informasi yang akan berjaya. Malaise ekonomi yang terjadi
pada tahun 1930 an telah mengacaukan kegiatan ekonomi dunia, dan sekarang
ini juga terjadi krisis ekonomi di Asia terutama Asia Tenggara. Bila keadaan ini
tidak segera diatasi akan bisa berpengaruh pada perekonomian dunia.

C. Perspektif Global dari Visi Ekonomi


Sebelum kita membahas bagaimana perspektif global itu ditinjau dari
sudut pandang ekonomi kita akan melihat apakah sesungguhnya ilmu ekonomi
itu.
Menurut H.W. Arndt dan Gerardo P Sicat (1991:3) Ilmu ekonomi adalah
suatu studi ilmiah yang mengkaji bagaimana orang perorang dan kelompok-
kelompok masyarakat menentukan pilihan. Manusia mempunyai keinginan yang
tidak terbatas. Untuk memuaskan bermacam-macam keinginan yang tidak
terbatas tersebut, tersedia sumber daya yang dapat digunakan. Berbagai sumber
12

daya ini tidak tersedia dengan bebas karenanya, sumber daya ini langka dan
menpunyai berbagai kegunaan alternatif. Pilihan penggunaan dapat terjadiantara
penggunaan sekarang (hari ini) dan penggunaan hari besok (masa depan).
Berdasarkan konsep tadi, pembahasan ilmu ekonomi menyangkut
beberapa aspek yang meliputi :
a. Menentukan pilihan;
b. Kegiatan yang tidak terbatas;
c. Persediaan sumber daya terbatas bahkan ada yang langkla;
d. Kegunaan alternatif sumber daya ; dan
e. Penggunaan hari ini dan hari esok.

Dari aspek-aspek yang telah dikemukakan tadi, jelas bahwa perspektif


ekonomi terkait dengan waktu, hari ini dan hari esok. Sedangan apa yang
diperspektifkan, terutama berkenaan dengan keinginan yang “cenderung” tidak
terbatas, persediaan sumber daya itu terbatas bahkan langka dan adanya
penggunaan alternatif sumber daya.
Perspektif kehari esok atau masa yang akan datang, terkait luas dengan
pertumbuhan penduduk, kemajuan dan penerapan IPTEK dalam proses produksi
serta distribusi, kebutuhan yang cenderung tidak terbatas kuantitasnya, dan
akhirnya persediaan sumber daya yang terbatas bahkan langka sedangkan
penggunaan sumber daya alternatif saat berkaitan dengan IPTEK dan
kecenderunagan kebudayaan.
Dari perspektif kependudukan pada 7 juli1986, menurut perhitungan
lambang kependudukan dunia, telah terjadi peristiwa pengting dengan
tercapainya angka 5 miliar jumlah penduduk dunia. Selanjutnya, berdasarkan
lambang yang sama, penduduk dunia bertambah satu juta tiap empat atau lima
hari. Berdasarkan perkiraan lebih lanjut, pada tahun 2000, jumlah penduduk
dunia ini mencapai 8 miliar ( barney, 1977:11) angka-angka itu menunjukan
betapa cepatnya pertumbuhan penduduk dunia. Hal tersebut menjadi landasan
perhitungan pertumbuhan kebutuan manusia. Ketidakterbatasan kebutuhan itu,
tidak semata-mata didasari oleh keinginan yang tidak terbatas, namun juga
13

dilandasai oleh pertumbuhan yang mau tidak mau harus dilakukan oleh
persediaan dan peningkatan peroduksi.
Anda telah mengtahui bahwa dari sekian jenis sumber daya, khususnya
sumber daya alam, ada yang dapat terbarukan (tumbuh-tumbuhan, hewan) dan
yang tidak dapat terbarukan ( migas, batu bara). Sumebr daya yang sifatnya
tidak terbarukan akan habis sekali pakai sehingga persediaannya makin terbatas.
Sedangkan dipihak lain, kebutuhan terus meningkat karena pertumbuhan
penduduk, dan keinginan yang cenderung tidak terbatas. Kesenjangan ini bukan
bersifat lokal atau regional melainkan telah menjadi masalah global. Disini
dituntut “kiat-kiat” ekonomi untuk menciptakan keseimbangan antara konsumsi
disatu pihak dan produksi-produksi dilain pihak . salah satu kiat itu, bagaimana
kemajuan dan penerapan IPTEK. Berupaya mencari jalan keluar dari masalah
itu.naman demikian, kita sepakat dengan kenyataan David Turney ( 1972:134)
bahwa : Dilema besar yang pokok saat ini yaitu bahwa penduduk dunia telah
sampai ketergantungan terhadap teknologi untuk mempertahankan dan
menopang kehidupan-kehidupan secara berkelanjutan. Namun selanjutnya,
penerapan praktis teknologi dan intervensinya dalam menunjang kehidupan,
cepat ataupun lambat akan merusak sumber daya alam. Dalam menghadapi
dilema yang demikian, kebutuhan kita manusia menjadi 3 kali lipat, yaitu
pertama kita harus menguasai teknologi itu, kedua menstabilkan penduduk, dan
ketiga mengembangkan tatanan sosial yang mampih hidup produktif dan
sejahtera secara terpadu, dalam ekosistem yang seimbang.
Kita tidak dapat melepaskan diri dari pemanfaatan teknologi atau lebih
luas lagi pemanfaantan IPTEK. Namun juga lingkunagn sekitar yang rusak serta
terkuras oleh penerapan dan pemanfaatan IPTEK itu, masalah ini bukan hanya
merupakanmasalah lingkunagn dan perekonomian hanya terjadi secara lokal
ditempat Anda saja melainkan telah menjadi masalah dunia atau masalah global.
Dari kutipan yang baru kita telaah, itu dapat diketahui bah wa IPTEK
bukan segala-galanya. Pada akhirnya, masalah global tadi berbalik kepada kita.
Bagaimana kita mampu mengembangkan pranata sosial untuk mengendalikan
IPTEK tadi sesuai dengan asas keseimbangan dan kelestarian? Perubahan dan
pengenbangan aspek-aspek yang bersifat fisik material saja, tidak memecahkan
14

masalah. Oleh karena itu, harus dikembalikan kepada manusia sendiri, terutama
kepada akhlaknya kesenjangan, kerusakan, dan masalah-masalah yang terjadi
dalam kehidupan serta lingkungannya itu. Menurut H.S.D Cole (1973:117)
Kenyataan menunjukan bahwa bukan hanya pencemaran udara oleh debu,
pencemaran oleh zat kimia, pencemaran suara, pencemaran air, dan tanah
semata-mata, melainkan yang lebih penting adalah pencemaran moral, hal-hal
yang bertentangan dan tidak diindahkannya peraturan, sebagian indikator
dalanm berbagai argumentasi kerudsakan lingkungan yang menjadi dasar
pernyataan kemajuan ekonomi dan teknik.
Pencemaran moral dan penyimpangan-penyimpangan dari aturan yang
berlaku terhadap ketentuan penegembangan serta pemanfaatan lingkungan “
seolah-olah” diabaikan. Oleh karena itu, H.S.D. Cole (1973:1178) selanjutnya
mengemukakan: Kesinambungan Renaisans, rasionalisme, kapitalisme, dan
pemujaan serta penyanyjungan ilmu hal itu boleh saja. Namu dewasa ini,
keadaan yang demikian telah tercaspai, apakah yang harus kita lakukan
selanjutnya? Cobalah hidupkan kembali kearifan dan kecintaan terhadap
keindahan pada diri masing-masing serta disekitar kita.hanyalah revolusi moral
yang dapat membimbing manusia kembali kepada kebenaran yang selama ini
telah menghilang.
Dalam kondisi global yang penuh dengan kesenjangan, masalah dan
tantangan, baik ekonomi, sosial, budaya, politik, maupun lingkungan hidup,
pengembangan dan pembinaan akhlak menjadi kunci penyelamay]tan kehidupan
dengan lingkunagnnya. Oleh karena itu, untuk menghadapi perspektif global
ekonomi berupa perekonomian pasar bebas, berakhirnya kawasan ekonomi maju
dari Atlantik ke Pasifik, dan kebangkitan ekonomi Asia Afrika, kita bangsa
Indonesia wajib siap mental dengan akhlak yang tinggi. Tantangan global
dibidan ekonomi tidak akan kunjung reda. Penyiapan SDM generasi muda
indonesia menghadapi abad XXI dengan arus globalnya wajib dirintis sedini
mungkin. Sikap mental wiraswasta harus menjadi ciri SDM mendatang.
15

D. Perspektif Global dari Visi Iptek


Pengetahuan merupakan pengalaman yang bermakna dalam diri tiap
orang yang tumbuh sejak ia dilahirkan. Oleh karena itu manusia yang normal,
sekolah ataupun tidak, sudah pasti memiliki pengetahuan. Namun yang namanya
pengetahuan, sifatnya acak.
Pengetahuan yang acak dan terbuka, melalui proses yang panjang
diorganisasikan serta disusun menjadi bidang-bidang filsafat, humaniora, dan
ilmu. Selanjutnya ilmu itu dikelompokkan menjadi ilmu eksak, dan non-eksak
atau Ilmu Penetahuan Alam ( IPA ) serta Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ). Ciri
ilmu bila dibandingkan pengetahuan yang acak dan terbuka, terletak pada
adanya sistematik , objek kajian, ruang lingkup kajian dan metode yang
diterapkan serta dikembangkannya. Pengetahuan tidak memiliki ciri-ciri yang
demikian.
Penerapan pengetahuan dan ilmu pengethauan dalam kehidupan sehari –
hari untuk menghasilkan sesuatu, membuahkan kemampuan yang disebut
teknologi. Oleh karena itu, Brown & Brown ( 1980:2 ) mengungkapkan
Teknologi adalah penerapan pengetahuan oleh manusia untuk mengerjakan suatu
tugas yang dikehendakinya. Dengan demikian teknologi itu dapat dikatakan
sebagai penerapan praktis pengetahuan untuk mengerjakan sesuatu yang kita
inginkan. Sedangkan menurut Marwah Daud Ibrahim (Yudi Latif, editor,
1994:17) mengemukakan : “Sekedar upaya untuk menyamakan persepsi, kiranya
perlu dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan disini adalah
suatu jawaban sistematis dari kata “mengapa” (know why). Sedangkan teknologi
adalah jawaban praktis dari pernyataan “bagaimana” (know how). Dengan
teknologi orang dapat memanfaatkan gejala alam, bahkan bisa mengubahnya”.
Dari dua pernyataan tadi, dapat disimpulkan secara sederhana, teknologi
itu tidak lain adalah penerapan pengetahuan dan ilmu pengetahuan untuk
mengembangkan pengetahuan tentang cara memanfaatkan sumber daya untuk
memenuhi kebutuhan tertentu.
Selanjutnya dapat dikemukakan disini, antara pengetahuan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi, hubungannya sangat erat. Oleh karena itu, dalam
ucapan sehari-hari diungkapkan sebagai ilmu dan teknologi yang singkatan
16

populernya IPTEK. Perkembangan peradaban masyarakat manusia dari waktu


ke waktu, ditandai oleh perkembangan IPTEK ini.
Dalam tahap – tahap perkembangan cara memenuhi kebutuhan (
perekonomian, tentu saja terjadi juga perkembangan teknologinya. Teknologi
atau lebih terpadu IPTEK, mulai dari hanya memanfaatkan anggota badan (
tangan, kaki ), menggunakan peralatan sederhana sampai peralatan yang lebih
baik, seperti linggis dari kayu, cangkul dari batu, dan seterusnya. Pada tahap
perajinan, khususnya dalam membuat gerabah, api, telah dimanfaatkan oleh
masyarakat. Pemanfaatan api ini, membawa perkembangan IPTEK lebih maju
lagi. Dari deretan perkembangan tadi, sesungguhnya kitta telah menerapkan
kajian perspektif IPTEK, ataun lebih luas lagi perspektif budaya.
Jika abad XX ini oleh Toffler disebut Gelombang Ketiga yang ditandai
oleh revolusi informasi, J. Naisbitt (1982) menjulukinya sebagai Abad
Informasi. Pada abad ini, segala kemajuan sebelumnya, mulai dari lonjakan
IPTEK dalam bidang pertanian yang dikenal dengan revolusi hijau, kemajuan
dan penggunaan berbagai mesin dalam proses produksi yang dikenal dengan
revolusi industry, makin meningkat dan makin meluas. IPTEK dibidang
informasi sebagai sarana penyebarluasan berbagai penemuan dan kemajuan,
makin memacu proses globalisasi.
Kondisi yang demikian itu berkat perkembangan, kemajuan, penerapan
dan pemanfaatan IPTEK. Kita selaku umat yang beragama wajib bersyukur.
Namun juga wajib waspada. Marwah Daud Ibrahim mengungkapkan :
pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apa gerangan fungsi IPTEK dan
implikasi logisnya bagi sosok kebudayaan suatu masyarakat. Lalu tindakan appa
yang harus diambil untuk mengoptimalisasikan Rahmat dan meminimalkan
laknat dari kehadiran teknologi yang bermata dua ini.
17

E. Perspektif Global dari Visi Politik


Roger F. Soltau : “ilmu politik mempelajari negara, tujuan-tujuan negara,
dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan itu; hubungan antara
negara dan warga negaranya serta dengan negara-negara lain.” Kaitannya
dengan perspektif global adalah “Aspek hubungan negara dengan negara yang
lain.”
Hubungan negara dengan negara tetangga adalah hubungan regional.
Hubungan antarnegaraatau antarbangsa adalah hubungan internasional.
Hubungan yang lebih menyeluruh dan tidak formal adalah hubungan global.
Hubungan bilateral dan multilateral
Negara Republik Indonesia pada saat diproklamasikan, baru mendapat
pengakuan dari negara lain secara terbatas. Akibatnya, hubungan dengan negara-
negara lain, tujuan dan lembaga-lembaga yang menyelenggarakannya juga
masih terbatas.
Pengakuan dan hubungan politik menjadi prioritas karena menjadi modal
utama untuk mengembangkan diri lebih jauh di tengah-tengah dunia
internasional. Kedudukan Indonesia mendapat pengakuan negara lain
meningkat setelah keberhasilan Konferensi Asia –Afrika yang merupakan proses
awal lahirnya Gerakan Non-Blok (GNB). Tahap lain dalam perjuangan politik
Indonesia adalah dengan terbentuknya ASEAN sebagai organisasi kerjasama
regional negara-negara Asia Tenggara.
Indonesia yang menganut politik luar negeri yang bebas aktif terjun ke
berbagai kegiatan pertikaian politik di negara-negra lain. Kegiatan ini lebih
meningkatkan kedudukan Indonesia terutama di bidang politik luar negeri dan
menjadi landasan kerjasama dengan negara-negara lain di bidang ekonomi.
Indonesia sudah diperhitungkan negar a-negara lain dalam percaturan
politik, terutama Negara-negara Adikuasa karena stabilitas dan kemajuan politik
Indonseia, khususnya politik luar negeri berpengaruh pada kondisi politik
global. Pengaruh perkembang di negara lain khususnya di negara-negara maju
dan negara-negara Adikuasa , selalu ada pengaruhnya terhadap kehidupan
politik luar negeri ndonesia.
18

Berakhirnya perang dingin antarnegara Adikuasa Uni Soviet dan


Amerika Serikat membawa dampak yang luas terhadap perubahan peta politik
dunia, terutama yang dialami oleh negara-negara Blok Timur yang dipimpin
oleh Uni Soviet.
Perubahan peta politik pasca perang dingin yang dampak negatifnya
masih belum reda sampai saat ini dialami oleh bekas negara Yugoslavia.
Padahal PBB, Amerika Serikat, negara-negara NATO, juga Indonesia sudah
berupaya untuk menyelesaikan ketegangan politik di kawasan Balkan ini.
Runtuhnya Tembok Berlin yang memisahkan Jerma Barat dan Jerman
Timur juga menunjukkan kemenangan demokrasi atas komunis. Perubahan peta
politik ini membawa dampak luas pada tatanan global, tidak hanya menyangkut
politik, tetapi juga ekonomi, soaial, dan IPTEK. Penjajahan politik telah
berakhir namun penjajahan ekonomi makin gencar. Indonesia telah menjadi
negara yang secara politik diperhitungkan negara-negara lain, namun dalam
kehidupan ekonomi, masih banyak bergantung dari negara lain.

F. Perspektif Global dari Visi Sosiologi


Menurut Frank H. Hankins (Fairchild, H.P. dkk., 1982: 302), sosiologi
adalah studi ilmiah tentang fenomena yang timbul akibat hubungan kelompok-
kelompok manusia, studi tentang manusia dan lingkungan manusia dalam
hubungannya satu sama lain. Dalam sosiologi, objek yang menjadi sorotan
utamanya yaitu hubungan antar manusia, terutama dalam lingkungan yang
terbentuk oleh manusia itu sendiri, atau yang disebut lingkungan sosial. Apabila
hubungan itu ditimbulkan oleh manusia yang aktif satu sama lain, maka terjadi
interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antar individu
dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan
kelompok untuk mempengaruhi pikiran, perasaan, dan tindakan. Luasnya
interaksi sosial mulai dari keluarga, teman sepermainan, tetangga, tingkat lokal
dusun, tingkat regional provinsi, sampai ke tingkat global.
Motif interaksi sosial yang terjadi sangat beragam, bisa bermotif
ekonomi, budaya, pilitik, dan bisa juga bersifat majemuk. Motif dan tujuan dari
19

pihak yang berinteraksi bisa sama atau juga berbeda. Interaksi antar produsen
dan konsumen motifnya sama-sama ekonomi, namun tujuan mereka berbeda.
Produsen bertujuan menghasilkan dan menjual, sedangkan konsumen ingin
memiliki dan membeli.
Sebagai dampak kemajuan penerapan dan pemanfaatan IPTEK di bidang
komunikasi dan transportasi, interaksi sosial ini makin intensif dan makin
meluas. Interaksi sosial yang langsung (tatap muka) dan tidak langsung melauli
berbagai media yang makin intensif serta makin meluas, membawa perubahan
sosial, kemajuan sosial yang berdampak luas terhadap opini, kecerdasan, nalar,
dan wawasan manusia yang mengalaminya. Pengetahuan, ilmu dan pengenalan
teknologi terbawa oleh satu pihak kemudian diterima oleh pihak lain melalui
berbagai media, berdampak luas terhadap tatanan sosial baik itu material
maupun non-material. Hal-hal yang demikian tidak hanya berdampak lokal
regional nasional, melainkan juga berdampak global. Hal-hal yang berdampak
positif dalam kehidupan sosial seperti pertukaran pengalaman, pertukaran
kemampuan, pertukaran nilai dan sebagainya wajib disyukuri. Namun, dari arus
global dan interaksi sosial baik langsung maupun tidak langsung tentu saja ada
yang wajib diwaspadai, seperti pergaulan bebas, pemakaian obat terlarang,
kebiasaan minum-minuman keras, dan sebagainya yang menjadi racun bagi
kehidupan sosial.
Keberadaan media elektronik dengan suasana terbuka pada kondisi
global saat ini tidak lagi dapat dibendung. Pembendungannya terletak pada
akhlak, mental, dan moral yang kuat pada diri masing-masing terutama pada diri
pembuat keputusan keputusan di tingkat nasional dan internasional. Sosiologi
yang oleh Horton dan Hun (1976: 22) didefinisikan sebagai studi ilimiah tentang
kehidupan sosial umat manusia, harus mengembangkan kemampuan perspektif
global dalam menyimak masalah-masalah global yang mengancam kehidupan
umat manusia, yang selanjutnya mengembangkan metode-metode operasional
alternatif pemecahan masalah tadi.
20

G. Perspektif Global dari Visi Antropologi


Antropologi budaya – Ilmu Budaya – merupakan studi tentang manusia
dan kebudayaannya. (Kuncaningrat 1990). EA Hoebel (1982) - Antropologi
sebagai studi tentang manusia dengan pekerjaannya lebih menitik beratkan
kepada kebudayaan sebagai hasil pengembangan akal pikiran manusia.
Konsep kerja yang dikemukakan Hoebel juga lebih berkonotasi budaya
daripada hasil gerak tangan dan otot semata-mata. Di sinilah kedudukan utama
Antropologi, khususnya Antropologi Budaya sebagai Ilmu Sosial.
Sudut pandang Antropologi terhadap perspektif global, terarah pada
keberadaan dan perkembangan budaya dengan kebudayaan dalam konteks
global. Namu demikian sorotan dan kajiannya, tidak terlepas mulai dari tingkat
local, regional, nasional, internasional sampai ke tingkat global yang sedang
mengarus ini. Hakikatnya, perkembangan aspek kehidupan apapun yang
mengarus mulai dari tingkat local sampai global, dasarnya terletak pada budaya
dengan kebudayaan yang menjadi milik otentik umat manusia. Kemampuan
manusia mengubah tatanan kehidupannya sampai mengglobal adalah kelebihan
manusia di banding dengan makhluk lainnya.
Contoh : Bangunan dari gubuk reot sampai pencakar langit yang Kokoh,
Jalan dari jalan setapak, jalan desa sampai jalan tol dan Jembatan laying,
Kendaraan mulai dari di tarik manusia, hewan sampai kendaraan ruang angkasa,
Pakaian mulai dari kulit kayu sampai wool dan serat Sistetis, Alat tulis mulai
dari arang, bulu angsa sampai bolpoint, Computer, faximile, dan internet. Semua
contoh itu adalah hasil pengembangan akal pikiran manusia atau hasil
pengembangan budaya sebagai perkembangan kebudayaan.
Oleh karena itu proses dan arus global dalam kehidupan, sesungguhnya
adalah proses global kemampuan budaya atau proses kebudayaan, termasuk di
dalamnya perkembangan IPTEK (kesatuan ilmu pengetahuan dan teknologi)
Sudut pandang antropologi terhadap perspektif global, berarti mengamati,
menghayati dan memprediksi perkembangan kebudayaan secara menyeluruh
yang aspek serta unsure-unsurnya itu berkaitan satu sama lain terintegrasi dalam
kehidupan manusia. Secara perspektif meningkatnya pendapatan masyarakat
21

(ekonomi) terkait dengan meningkatnya kemampuan masyarakat untuk


memanfaatkan dirinya menggunakan peralatan mengolah sumber daya (budaya).
Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari interaksi sosial yang dilakukan
oleh anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan. Perkembangan budaya
(daya pikir) dengan kebudayaan (hasil daya pikir) sebagai satu kesatuan,
berjalan menembus waktu (hari kemarin, hari ini dan esok mencapai tatanan
global) terlebih setelah majunya media elektronik (radio, telepon, TV, faximile,
internet) yang menurut “Marshall Mc Cluhan” 1974 menyebabkan terjadinya
global village, dusun global yang mencerminkan tertembusnya batas-batas lokal
dan regional membentuk tatanan kehidupan mendunia (global). Peristiwa-
peristiwa tingkat dunia dalam bidang olah raga, pertemuan politik ataupun
bencana alam di bagian dunia ini dapat kita ikuti melalui media elektronik
tersebut. Akibatnya peristiwa dunia seperti itu sudah menjadi pengetahuan
sehari-hari. Tentu semua peristiwa itu dapat berdampak posotif dan negativ,
sehingga pandaipandailah kita menyaringnya, supaya membawa manfaat dalam
kehidupan selanjutnya.
22

DAFTAR PUSTAKA

Retnaningsih, Umi Oktyari. 2002. Perspektif Global. Malang : Universitas Negeri


Malang Press.
Wahab, Abdul Azis. 2009. Metode dan model mengajar IPS. Bandung: Alfabeta.
Winarno, budi. 2014. Dinamika Isu-isu Global Kontemporer. Yogyakarta: CAPS.

Anda mungkin juga menyukai