Tugas Akhir Mata Kuliah Organisasi Internasional Tahun 2012 Department Hubungan Internasional Universitas Airlangga
Perubahan merupakan salah satu dinamika dan topik pembahasan yang tidak dapat dipisahkan dari studi Organisasi Internasional. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa organisasi internasional terus mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Demikian halnya yang terjadi pada Liga Bangsa-Bangsa yang dianggap tidak berhasil melaksanakan tugasnya serta mewujudkan tujuannya sebagai organisasi perdamaian dan keamanan dunia. LBB yang dibentuk pada masa inter-war pada akhir Perang Dunia I lantas bertransformasi menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memegang peranan penting sebagai organisasi intergovernmental dunia pasca Perang Dunia II hingga saat ini. PBB sendiri memiliki tujuan dan kepentingan yang serupa dengan LBB yakni menjaga perdamaian dan keamanan dunia melalui kooperasi dan integrasi negara-bangsa. Berbagai pertanyaan muncul seiring perkembangan dan perubahan dalam dua organisasi tersebut, diantaranya adalah mengapa LBB dibubarkan sementara PBB masih memainkan berbagai peran penting dalam hubungan internasional hingga saat ini? Apa yang begitu berbeda diantara keduanya yang menyebabkan kedua organisasi tersebut memiliki perbedaan eksistensial? Paper ini akan membahas lebih mendalam mengenai perubahan dalam organisasi internasional khususnya dalam kasus perkembangan dan transformasi LBB menjadi PBB serta stuktur kedua organisasi tersebut.
Dunne, Tim. 2005. Liberalism, dalam John Baylis and Steve Smith The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations (Third Edition). New York: Oxford University Press. Hal. 185-201 2 Ibid. 3 Ibid. Hal. 2
without a general agreement between the nations; thus a particular kind of league, which we will call a pacific federation is required it can be shown that this idea of federalism, extending gradually to encompass all states and thus leading to a perpetual peace, is practicable and has objective reality. (Kant 1991: 102-5).4
Dapat dikatakan bahwa berbagai pemikiran akan pembentukan Liga Kedamaian inilah yang menjadi dasar pembentukan LBB. Collective Security merupakan salah satu konsep yang diajukan oleh Wilson sebagai sistem kinerja utama LBB. Bahwa liga keamanan tersebut idealnya memiliki kekuatan militer untuk melawan agresi dan memiliki dominasi atas kehendaknya, berbeda dengan konsep aliansi yang berfokus pada penggabungan kekuatan untuk merespon ancaman dari luar5. Liberalisme juga mempengaruhi pembentukan LBB melalui konsep integrasi dan interdependensi. Integrasi sendiri dapat dijelaskan sebagai sebuah proses pembangunan closer-union antar negara dalam lingkup regional maupun internasional, Mitrany menjelaskan bahwa proses ini umumnya didahului dengan apa yang disebut ramifikasi atau proses penyelesaian masalah teknikal melalui kooperasi. Sementara interdependensi merupakan kondisi dimana seorang aktor mendapatkan pengaruh atau dampak dari keputusan aktor lainnya6. Konsep-konsep liberalisme inilah yang mendasari usulan dan kinerja dari LBB sebagai organisasi internasional terbesar pertama pasca perang dunia. Penjelasaan mengenai kinerja dan struktur LBB yang berkaitan dengan teori liberalis sendiri akan dijelaskan lebih lanjut dalam sub-judul selanjutnya. Di sisi lain, transformasi LBB menuju PBB merupakan suatu hal yang dipertanyakan terkait teori kerjasama dalam kooperasi kaum liberal. Ketika perang dunia II dimulai oleh Jerman, Italia dan Jepang yang sebelumnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari LBB, LBB dianggap gagal dalam mencapai tujuannya. LBB kemudian berada dalam masa tidak aktif, dimana para pemimpin negara mulai memperbincangkan wacana pembentukan organisasi yang menggantikan LBB. PBB kemudian terbentuk pada tahun 1945 ketika perang dunia II diakhiri dengan kemenangan kelompok sekutu. Kemenangan ini membawa pengaruh besar terhadap struktur dan operasi PBB yang menggunakan basis Dewan Keamanan denggan veto power, suatu hal yang membedakannya dengan LBB.
4 5
Penulis akan menganalisa sistem PBB ini melalui perspektif neorealisme. Pandangan neorealisme sendiri memiliki perbedaan dengan pandangan realisme yang menitikberatkan kedaulatan negara sebagai pusat dari tindakan negara dalam kondisi dunia yang anarkis. Pandangan neorealisme dipopulerkan oleh Kenneth Waltz yang menjelaskan bahwa institusi yang diikuti oleh negara-negara merupakan sebuah hal yang penting sebagai upaya penjagaan keamanan negara. Bahwa power dan interaction merupakan hal yang harus dipertimbangkan negara dalam sebuah struktur internasional. Neorealisme menjelaskan bahwa distribusi kekuatan dan kepentingan negara akan mempengaruhi perilaku negara7, oleh karenanya neorealisme memperkenalkan konsep-konsep seperti balance of power dan hegemonic stability. Neorealisme mendukung memiliki kedekatan dengan neoliberalisme. Keduanya sistem pembentukan institusi bersama negara-negara dalam
internasional. Perbedaan keduanya berpusat pada inti kerjasama tersebut. Neorealisme menekankan bahwa kerjasama negara dilatarbelakangi oleh keinginan untuk survive dan menjaga kekuatannya, sementara kaum neoliberalis mendasarkan kerjasama internasional sebagai bentuk dukungan dan promosi bahwa kooperasi bukan merupakan hal yang tidak mungkin terjadi dalam sistem dunia yang anarki 8. PBB memiliki perbedaan dengan LBB dimana terdapat negara-negara besar yang menjadi induk dari segala keputusan mengenai bidang keamanan dan perdamaian dunia. Induk tersebut yakni negara-negara pemenang perang dunia II. Amerika Serikat, Rusia, Inggris dan Perancis merupakan negara pemenang perang dunia II dan sekaligus merupakan negara pemilik veto power. Hal ini sesuai dengan penjelasan Waltz yang menjelaskan bahwa efektifitas dari keadaan sistem internasional dan kesuksesan institusi internasional tidak sebatas terjadi hanya karena kooperasi negara-negara akan ketergantungan, namun juga karena adanya negara yang mempunyai major power yang mendukung keberlangsungan interaksi tersebut9. Pernyataan ini berbeda dengan argumentasi neoliberal yang menyatakan bahwa kooperasi dapat terjadi secara efektif hanya karena kondisi global yang
7
Dunne, Tim & Schimdt, Brian C. 2005. Realism, dalam John Baylis and Steve Smith The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations (Third Edition) . New York: Oxford University Press. Hal. 162-181 8 Lamy, Steven L. 2005. Contemporary Mainstream Approaches: Neo -realism and Neo-liberalism dalam John Baylis and Steve Smith The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations (Third Edition). New York: Oxford University Press. Hal. 205-224 9 Ibid. Hal. 4
mendukung untuk melakukan kerjasama dalam bidang ekonomi dan lingkungan10. Dalam penjelasan akan struktur dan organisasi PBB selanjutnya, akan terlihat bagaimana penjelasan kaum neorealis berkontribusi dalam membuat PBB tetap berjalan hingga saat ini, tidak seperti LBB yang gagal dan digantikan dengan PBB.
Ibid. Hal. 4 Anon. 2012. The League of Nations (Geneva) Collection 1920-1945, dalam International Institutes of Social History. Hal 1. Artikel dapat ditemukan dalam laman http://www.iisg.nl/archives/pdf/10758520.pdf [diakses pada tanggal 3 Oktober 2012] 12 Dorn, A. Walter. 2008. The League of Covenant and UN Charter: A Side by Side Comparison, dalam Royal Military College of Canada. Hal. 6-9
11
menandatangani convenant. LBB memiliki dua komisi besar didalam organisasinya yakni dewan dan majelis. Council atau dewan beranggotakan satu orang perwakilan negara anggota LBB dan memiliki satu vote. Semetara majelis dihadiri oleh setiap anggota negara LBB dengan maksimal tiga orang representasi setiap negara, walaupun demikian representasi tersebut tetap mempunyai satu vote saja13. Persamaan antara majelis dengan dewan inilah kemudian yang menyebabkan ketidakefektifan LBB dalam menyelesaikan berbagai kasus. Hal inilah yang coba diungkapkan oleh Taylor Paul dan Devon Curtis yang menuliskan sejarah LBB dan PBB dalam tulisannya. Paul dan Curtis berpendapat bahwa sebagai komite eksekutif, majelis dan dewan tidak efektif karena dihadiri oleh seluruh anggota LBB dan keputusan yang dihasilkan haruslah keputusan yang unanimous atau disepakati oleh seluruhnya dengan satu suara. Paul dan Curtis kemudian mengungkapkan bahwa pembagian tanggung jawab diantara dua komite besar di LBB ini juga tidak jelas. Hal ini membuat kinerja dan keefektifan LBB dipertanyakan14. Paul dan Curtis kemudian mengungkapkan alasan lainnya dibalik keruntuhan LBB. Salah satu alasan lainnya adalah bahwa setiap keputusan yang diformasikan oleh majelis dan dewan bersifat recommendation, yang berarti tidak ada ikatan terhadap keputusan itu. Hal tersebut menurut Paul dan Curtis berbahaya mengingat tujuan awal LBB adalah menjaga perdamaian. Banyak negara yang dapat saja menolak dan tidak mendapatkan sanksi apabila tidak menyepakati hasil sidang, tidak ada mekanisme yang mengatur hal tersebut dalam LBB. Dan alasan terakhir keruntuhan LBB adalah ketika Amerika Serikat sebagai negara superpower tidak masuk ke dalam LBB itu sendiri15. Sehingga liga tersebut seolah-olah hanya berupa perkumpulan negara-negara yang dapat saja mengingkari kooperasinya karena tidak ada kekuatan yang mampu mengontrol kinerja liga. Hal ini didukung melalui fakta mengenai awal dimulainya perang dunia II, protes China akan penyerangan Jepang kepada Manchuria tidak mendapatkan tanggapan oleh LBB dan berujung pada keluarnya Jepang dari LBB
13 14
Ibid. Taylor, Paul & Curtis, Devon. 2005. The United Nations, dalam John Baylis and Steve Smith The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations (Third Edition) . New York: Oxford University Press. Hal. 405-424. 15 Ibid. Hal. 6
pada tanggal 27 Maret 193316. Disusul kemudian oleh pengunduran diri Jerman pada 14 Oktober 1933 dan keluarnya Italia dari LBB pada 11 Desember 193717. Ketika negara tersebut dikenal sebagai kelompok poros dan kelompok yang memulai berbagai agresi yang memulai perang dunia II.
Carruthers, Susan L. 2005. International History 1900 -1945, dalam John Baylis and Steve Smith The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations (Third Edition) . New York: Oxford University Press. Hal. 63-91. 17 Ibid. 18 Ibid. Hal. 6 19 Ibid. Hal. 6
pengambilan keputusan terkait isu perdamaian dan keamanan internasional. Pada mulanya dewan keamanan memiliki 11 anggota dengan 5 negara permanen dan 6 negara non-permanen. Namun, pada tahun 1965 keanggotaan dewan keamanan ditambahkan hingga 15 negara dengan 5 negara permanen dan 10 negara nonpermanen20. Hak veto merupakan salah satu keistimewaan Negara Permanent-5 dalam Security Council PBB, dimana the five permanent members of the security council were seen as the major powers when the UN was founded, and they were granted a veto on the view that if big powers were not given a privileged position, the UN would not work.21 Memiliki kemiripan dengan majelis dalam LBB, PBB memiliki General Assembly atau majelis umum yang beranggotakan seluruh member-state PBB yang diikuti oleh 191 negara dunia hingga tahun 2003. Dalam website resmi PBB yang diakses pada tahun 2012, jumlah member-state PBB bertambah sebanyak 193 negara dengan masuknya Montenegro pada tahun 2006 dan South Sudan pada tahun 201122. GA PBB memberikan satu vote untuk masing-masing negara dan mengambil keputusan mengenai perdamaian, pengesahan anggota baru dan budget UN dengan sistem quorum yakni 2/3 majority. Sistem simple majority juga dipergunakan dalam keputusan non-substansial, sementara sistem consensus mulai sering dipergunakan dalam berbagai pertemuan PBB23. Paul dan Curtis juga menyatakan bahwa GA hanya mampu memberikan rekomendasi hasil sidang yang tidak mengikat, kecuali GA fifth committee yang mendiskusikan budget UN, memiliki hasil yang mengikat. PBB memiliki markas besar yang bertempat di New York, dengan UN offices yang bertempat di Geneva, Vienna, dan kota-kota lainnya di dunia. PBB sama dengan LBB memiliki seorang Secretary-General yang memiliki peran sebagai pemimpin sidang dan pengambil keputusan dalam mencetak berita terkait PBB. Terhitung sejak tahun 2007, Ban Ki-moon yang berasal dari Korea Selatan medapatkan mandate sebagai Sekjen PBB ke-8 dan secara unanimous terpilih kembali untuk menjadi sekjen PBB pada tahun 201124. Selain dewan keamanan dan
20 21
Ibid. Hal. 6 Ibid. Hal. 6 22 Member-States: Growth in United Nations Membership, 1945-Present. 2012. Ditemukan dalam laman http://www.un.org/en/members/growth.shtml#2000 [diakses pada tanggal 10 Oktober 2012] 23 Ibid. Hal. 6 24 Secretary-General Ban Ki-Moon: Biography. 2012. Ditemukan dalam laman http://www.un.org/sg/ biography.shtml [diakses pada tanggal 10 Oktober 2012]
majelis umum, PBB memiliki beberapa komite lainnya seperti the Economic and Social Committee (ECOSOC) dan berbagai sub-body serta agency yang menangani isu-isu khusus seperti UNICEF, UNESCO, WHO, ILO dan lain sebagainya25. Subkhusus dibawah PBB ini juga menjadi salah satu pembeda dari LBB dan PBB, dimana PBB memiliki perkembangan yang lebih spesifik dan berpengaruh dalam berbagai isu internasional disamping isu utamanya yakni isu keamanan dan perdamaian dunia.
Alasan kegagalan LBB tersebut sesuai dengan penjelasan Citra Hennida akan tiga faktor yang melatarbelakangi pembubaran suatu organisasi internasional secara umum yakni; (1) tidak mampunya suatu organisasi internasional dalam mengakomodasi kepentingan anggota; (2) tidak mampunya suatu organisasi
25 26
Ibid. Hal. 6 Fenwick, C. G. Fenwick. 1936. The "Failure" of the League of Nations dalam, The American Journal of International Law Vol. 30, No. 3 (Jul., 1936), pp. 506-509. American Society of International Law. Artikel dapat ditemukan dalam laman http://www.jstor.org/stable/2191024 [diakses pada tanggal 5 Januari 2013]
internasional dalam mencapai tujuan; dan (3) struktur organisasi yang tidak jelas 27. Alasan pertama dapat dijelaskan melalui keluarnya negara-negara dan protes yang tidak kunjung mendapatkan respondari dari PBB akan agresi dan perang, aspek kedua dijelaskan melalui kegagalan aspek teoritis kaum liberal akan perdamaian abadi dalam LBB, serta yang terakhir bahwa LBB secara struktur tidak memiliki kekuatan yang mampu mendominasi dan memiliki legitimasi seperti pada dewan keamanan PBB. Sehingga melalui alasan ketika, aspek collective security LBB gagal berjalan. Kegagalan ini kemudian diperbaiki oleh PBB yang memiliki sistem organisasi yang berbeda walaupun memiliki kesamaan dalam tujuan akan perdamaian dunia. Penulis berpendapat bahwa perbedaan sistem inilah yang menyebabkan perbedaan eksistensial diantara kedua. Walaupun dalam aspek tujuan PBB dapat dikatakan juga belum berhasil menyelenggarakan keamanan dan perdamaian dunia tanpa perang (karena masih adanya peperangan dan persengketaan seperti pada kasus IsraelPalestina), namun sistem dewan keamanan dalam PBB dapat dikatakan berfungsi sesuai dengan aspek collective security. Veto yang dimiliki negara-negara pemenang perang dunia membuat PBB mampu bergerak dalam aspek militeristik, seperti intervensi yang dilakukan PBB dalam menjaga hak asasi manusia dan pengiriman pasukan perdamaian yang menjaga daerah-daerah konflik, mampu menimbulkan aspek assistance dan perlindungan yang tidak dapat diberikan LBB. Walaupun di lain sisi hal terkait intervensi PBB masih menjadi topik perdebatan yang hangat, menurut pendapat penulis aspek-aspek terkait kekuatan permanent 5 merupakan pembeda utama LBB dan PBB dalam implementasinya. Permanent 5 secara tidak langsung mengontrol dan menjadi pusat dari kinerja PBB. Sehingga PBB berjalan dan terus berkembang dalam isu-isu spesifik terkait kemanusiaan hingga saat ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegagalan LBB tidak hanya meliputi aspek teoritis semata seperti tujuan dan latar belakang liberal yang dimilikinya, namun juga kepada aspek implementatif yakni kepentingan anggota dan sistem serta struktur organisasi yang kacau. Kegagalan tersebut diperbaiki dalam pembentukan PBB, sehingga terlepas dari aspek dan penjelasan mendalam akan efektifitas PBB, PBB sendiri telah sukses dalam perkembangannya dan menjaga eksistensinya sebagai organisasi internasional intra-governmental hingga saat ini.
27
Hennida, Citra. 2012. Berdasarkan penjelasan di kelas Organisasi Internasional (28 September 2012) mengenai LBB dan PBB.
10
Daftar Pustaka
Buku Cetak Carruthers, Susan L. 2005. International History 1900-1945, dalam John Baylis and Steve Smith The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations (Third Edition). New York: Oxford University Press. Hal. 63-91. Dorn, A. Walter. 2008. The League of Covenant and UN Charter: A Side by Side Comparison, dalam Royal Military College of Canada. Hal. 6-9 Dunne, Tim. 2005. Liberalism, dalam John Baylis and Steve Smith The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations (Third Edition). New York: Oxford University Press. Hal. 185-201 Dunne, Tim & Schimdt, Brian C. 2005. Realism, dalam John Baylis and Steve Smith The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations (Third Edition). New York: Oxford University Press. Hal. 162-181 Lamy, Steven L. 2005. Contemporary Mainstream Approaches: Neo-realism and Neo-liberalism dalam John Baylis and Steve Smith The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations (Third Edition). New York: Oxford University Press. Hal. 205-224 Taylor, Paul & Curtis, Devon. 2005. The United Nations, dalam John Baylis and Steve Smith The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations (Third Edition). New York: Oxford University Press. Hal. 405-424. Artikel Online Anon. 2012. The League of Nations (Geneva) Collection 1920-1945, dalam International Institutes of Social History. Hal 1. Artikel dapat ditemukan dalam laman http://www.iisg.nl/archives/pdf/10758520.pdf [diakses pada tanggal 3 Oktober 2012] Fenwick, C. G. Fenwick. 1936. The "Failure" of the League of Nations dalam, The American Journal of International Law Vol. 30, No. 3 (Jul., 1936), pp. 506-509. American Society of International Law. Artikel dapat ditemukan dalam laman http://www.jstor.org/stable/2191024 [diakses pada tanggal 5 Januari 2013]
11
Member-States: Growth in United Nations Membership, 1945-Present. 2012. Ditemukan dalam laman http://www.un.org/en/members/growth.shtml#2000 [diakses pada tanggal 10 Oktober 2012] Secretary-General Ban Ki-Moon: Biography. 2012. Ditemukan dalam laman http://www.un.org/sg/ biography.shtml [diakses pada tanggal 10 Oktober 2012] Lecturing Kelas Hennida, Citra. 2012. Berdasarkan penjelasan di kelas Organisasi Internasional (28 September 2012) mengenai LBB dan PBB.
12