PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata damai sudah tidak asing lagi untuk setiap orang. Damai bisa diartikan
ketenangan jiwa maupun raga. Memiliki sikap damai merupakan hal yang sangat
bijak di dunia ini. Perdamaian menimbulkan hubungan yang harmonis dan eratnya tali
persaudaraan dari satu orang dengan orang lain. Perdamaian bisa dikatakan keadaan
tanpa perang. Tanpa perdamaian di dunia ini, dunia akan hancur. Tindak kejahatan
akan ada dimana – mana dan akan membabi buta disepanjang hari. Ini akan
menciptakan para terorisme – terorisme jahat yang ingin merusak perdamaian.
Apalagi yang sudah melakukan tindak kejahatan dengan memusnahkan bangsa atau
disebut genosida. Makna perdamaian ini sangat penting kita tanamkan sejak sedini
mungkin. Sudah sepanjang sejarah sikap damai itu ada namun berganti zaman sifat
orang semakin hari semakin negatif. Maka dari itu timbulah peperangan yang sangat
merugikan seluruh dunia atau yang paling dikenal dengan Perang Dunia.
Awal perang dinyatakan dengan Perang Dunia I berlangsung antara tahun
1914 – 1918 yang disebabkan oleh perebutan daerah jajahan diantara kolonialis –
kolonialis dan imperialis Barat. Perang Dunia ini menyebabkan kerugian besar dan
banyaknya sanak saudara yang tewas yang berakhir dengan ditandai Jerman menyerah
kepada sekutu. Karena tak ingin perang terjadi kembali maka didirikannya lembaga
Liga Bangsa – Bangsa (LBB) dengan tujuan mendamaikan kedua pihak, namun LBB
gagal dalam melaksanakan tugasnya. Perang Dunia II kembali berkecamuk yang
disebabkan oleh negara – negara maju saling berlomba memperkuat militer dan
persenjataannya. Menyerahnya Jepang kepada sekutu karena sekutu membom atom
dua kota di Jepang Hiroshima dan Nagasaki maka ditandai dengan berakhirnya
Perang Dunia II. Setelah Perang Dunia II berakhir, presiden Amerika Serikat
mengadakan pertemuan yang menghasilkan United Nations Charter pada 24 Oktober
1945 dinyatakan hari lahirnya Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) dan Kesetaraan
Global.
Indonesia tentu saja ikut dalam pertemuan tersebut. Indonesia juga bergabung
dalam organisasi yang bertujuan untuk perdamaian dunia seperti PBB, ASEAN, GNB,
APEC, KAA, OKI dan masih banyak lagi. Walaupun Perang Dunia sudah berakhir
namun usaha – usaha untuk mempertahankan suatu perdamaian harus selalu
dilaksanakan. Maka dari itu banyak lembaga – lembaga yang berdiri dengan tujuan
untuk menjaga perdamaian di dunia ini. Dalam suatu negara tidak dapat berdiri
sendiri, seperti halnya individu sebagai makhluk sosial. Negara tentunya akan
memerlukan negara atau komponen yang lain. Bahkan ada pula negara yang memiliki
keterkaitan serta ketergantungan dalam aspek ekonomi, sosial, dan politik. Jika
adanya keterkaitan antar negara dengan negara lain tersebut tentunya ada sebuah
hubungan yang baik. Salah satunya merupakan negara kita sendiri yaitu negara
Indonesia dengan negara-negara lain. Dinamakan masyarakat global, ditandai adanya
saling ketergantungan antar bangsa, adanya persaingan yang ketat dalam suatu
kompetisi dan dunia cenderung berkembang kearah perebutan pengaruh antar bangsa,
baik lingkup regional, ataupun lingkup global. Namun pada kenyataanya masih
banyak hubungan yang bertentangan antara negara satu dengan yang lain. Yang
mengakibatkan terjadinya konflik dan terusiknya perdamaian dunia. Konflik biasanya
dipicu dengan adanya masalah dalam hal sosial, ekonomi, politik, agama maupun
kebudayaan. Terjadinya konflik akibat adanya keserakahan, kurang saling menghargai
dan mengerti antara satu dengan yang lain. Dari masalah di atas dalam makalah ini
akan membahas mengenai apa yang dimaksud dengan perdamaian dunia itu sendiri
serta peran Indonesia dalam perdamaian dunia.
PEMBAHASAN
Indonesia disebut sebagai sebuah negara yang memiliki peran penting dalam
perdamaian dunia.Hal ini dikarenakan Indonesia menjadi negara demokrasi terbesar
ketiga di dunia. Selain itu, juga menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di
dunia, dan menjadi negara penyumbang personel misi pemeliharaan perdamaian
Perserikatan Bangsa-Bangsa terbesar ke-12 dari 122 negara dengan 2.764 personel.
Indonesia tidak hanya memiliki peran penting dalam mewujudkan perdamaian dunia
karena sistem dan jumlah umat muslimnya yang terbanyak.Akan tetapi, peran tersebut
juga turut tercermin pada setiap kedutaan Indonesia di luar negeri.Dari kedutaan-
kedutaan tersebut, tercermin bahwa Indonesia tidak mengklasifikasikan keistimewaan
tertentu bagi masing-masing perwakilan negaranya di luar.Dengan adanya kedutaan-
kedutaan Indonesia di luar negeri itu pula, sebenarnya kita memiliki kesempatan
untuk bisa ikut berperan dalam mewujudkan perdamaian dunia. Jika dalam politik
luar negeri bebas aktif, tujuan dari bebas yaitu untuk menentukan sikap dan
kebijaksanaan terhadap permasalahan internasional, dan tidak mengikatkan diri secara
apriori pada satu kekuatan dunia.Selain itu, sebuah negara juga memiliki kesempatan
untuk turut aktif memberikan sumbangan, baik dalam bentuk pemikiran maupun
partisipasi aktif dalam menyelesaikan konflik, sengketa dan permasalahan dunia
lainnya, demi terwujudnya ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosia
2.4 Sejarah PBB
Indonesia resmi menjadi anggota PBB ke-60 pada tanggal 28 September 1950
dengan suara bulat dari para negara anggota. Hal tersebut terjadi kurang dari setahun
setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda melalui Konferensi Meja Bundar.
Indonesia dan PBB memiliki keterikatan sejarah yang kuat mengingat kemerdekaan
Indonesia yang diproklamasikan pada tahun 1945, tahun yang sama ketika PBB
didirikan dan sejak tahun itu pula PBB secara konsisten mendukung Indonesia untuk
menjadi negara yang merdeka, berdaulat, dan mandiri. Oleh sebab itu, banyak negara
yang mendaulat Indonesia sebagai “truly a child” dari PBB. Hal ini dikarenakan peran
PBB terhadap Indonesia pada masa revolusi fisik cukup besar seperti ketika terjadi
Agresi Militer Belanda I, Indonesia dan Australia mengusulkan agar persoalan
Indonesia dibahas dalam sidang umum PBB. Selanjutnya, PBB membentuk Komisi
Tiga Negara yang membawa Indonesia-Belanda ke meja Perundingan Renville.
Ketika terjadi Agresi militer Belanda II, PBB membentuk UNCI yang
mempertemukan Indonesia-Belanda dalam Perundingan Roem Royen.
Pada Sidang Majelis Umum PBB ke-17 tahun 1962, penyelesaian sengketa
tersebut akhirnya menemukan titik terang dengan dikeluarkannya Resolusi No. 1752
yang mengadopsi ”The New York Agreement” pada 21 September 1962. Selanjutnya,
United Nations Executive Authority (UNTEA) sebagai badan yang diberi mandat oleh
PBB untuk melakukan transfer kekuasaan Irian Jaya dari Belanda kepada Indonesia
menjalankan tugasnya secara efektif mulai 1 Oktober 1962 dan berakhir pada 1 Mei
1963.
Indonesia merupakan salah satu anggota pertama Dewan HAM dari 47 negara
anggota PBB lainnya yang dipilih pada tahun 2006. Indonesia kemudian terpilih
kembali menjadi anggota Dewan HAM untuk periode 2007-2010 melalui dukungan
165 suara negara anggota PBB.
Pada tahun 1970 di Kamboja terjadi kudeta. Pada waktu itu Kamboja dipimpin
oleh Pangeran Norodom Sihanouk. Pada tanggal 18 Maret 1970 ketika Pangeran
Norodom Sihanouk berada di luar negeri, keponakannya yang bernama Pangeran
Sisowath Sirik Matak bersama Lo Nol melakukan kudeta atau perebutan kekuasaan.
Sejak peristiwa tersebut terjadi perang
saudara yang berlangsung lama dan berlarut-larut. Keadaan Kamboja menjadi
porak poranda, rakyatnya sangat menderita.
Melihat kejadian yang berlarut-larut di Kamboja tersebut, Indonesia berusaha
untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai atau berperang dengan cara
mempertemukan mereka dalam suatu perundingan. Akhirnya, dibentuklah Jakarta
Informal Meeting (JIM). Artinya, pertemuan tidak resmi yang diadakan di Jakarta
tahun 1988. Pertemuan di Jakarta dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas
sebagai penengah di antara pihak-pihak yang bertikai. Dengan adanya pertemuan
tersebut pihak-pihak yang bertikai bersepakat untuk melakukan perdamaian.
Pertemuan di Jakarta itu kemudian ditindaklanjuti dengan diselenggarakannya
perundingan perdamaian di Paris, Perancis pada tahun 1989.
Kawasan Asia Tenggara terletak di daerah yang strategis dan ramai karena
merupakan jalur lalu lintas internasional. Selain itu negara-negara di kawasan ini pada
umumya memilki tanah yang subur dan kaya akan sumber daya alam. Hal ini
menyebabkan kawasan Asia Tenggara selalumenjadi incaran negara-negara lain.
Negara – negara yang berada di kawasan Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia,
Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, Filipina, Kamboja, Vietnam, Laos,
Myanmar, Papua Nugini, dan Timor Leste.
Negara – negara di kawasan Asia Tenggara perlu mengadakan hubungan
kerjasama untuk menciptakan kawasan Asia Tenggara yang maju dan kuat. Hubungan
kerjasama yang dilakukan meliputi bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya, baik
secara bilateral maupun multilateral.
ASEAN merupakan bentuk kerja sama multilateral negara-negara di kawasan
Asia Teggara. Organisasi ini berdiri dalam upaya menggalang kerja sama di bidang
ekonomi, sosial, dan budaya di kawasan Asia Teggara.
Tokoh pendiri ASEAN yang berasal dari 5 negara di kawasan Asia Tenggara
yaitu sebagai berikut:
1. Adam Malik (menteri bidang politik/menteri luar negeri Indonesia)
2. Tun Abdul Razak (wakil perdana menteri/menteri pembangunan
nasional Malaysia)
3. S. Rajaratnam (menteri luar negeri Singapura)
4. Thanat Koman (menteri luar negeri Thailand)
5. Narsico Ramos (menteri luar negeri Filipina)
Maksud dan tujuan ASEAN tercantum dalam dokumen pendirian ASEAN,
Deklarasi Bangkok, yaitu sebagai berikut.
1. Mempercepat kemajuan ekonomi, sosial, dan budaya di kawasan Asia
Tenggara.
2. Meningkatkan kerja sama antarnegara untuk saling membantu satu
sama lain, mengatasi masalah bersama di bidang sosial, ekonomi
budaya, pengetahuan, dan teknologi.
3. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan menghormati
keadilan dan tertib hukum di kawasan Asia Tenggara.
4. Memelihara kerja sama dalam upaya peningkatan pendayagunaan
pertanian, industri, perluasan perdagangan komditi interasional,
perbaikan sarana distribusi dan komunikasi, dan peningkatan taraf
hidup rakyat
Politik luar negeri yang memihak pada salah satu blok akan menyukarkan
kedudukannya ke dalam dan menjauhkan tercapainya konsolidasi. Terlepas dari cita-
citanya yang subyektif dan historis akan hidup damai dan bersahabat dengan segala
bangsa, masalah yang dihadapi RI memaksa dengan sendirinya melakukan politik
bebas. Itulah sebabnya RI tidak memihak antara dua blok besar, blok Amerika dan
blok Soviet.
Bagi Indonesia, Gerakan Non Blok merupakan wadah yang tepat bagi Negara-
negara berkembang untuk memperjuangkan cita-citanya dan untuk itu Indonesia
senantiasa berusaha secara konsisten dan aktif membantu berbagai upaya kearah
pencapaian tujuan dan prinsip-prinsip Gerakan Non Blok.
GNB mempunyai arti yang khusus bagi bangsa Indonesia yang dapat
dikatakan lahir sebagai Negara netral yang tidak memihak. Hal tersebut tercermin
dalam Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa “kemerdekaan adalah hak
segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia haurs dihapuskan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Selain itu
diamanatkan pula bahwa Indonesia ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Kedua mandat
tersebut juga merupakan falsafah dasar GNB.
Pada tanggal 2 September 1988, Menlu RI, Ali Alatas, mengutarakan “Indonesia telah
dilahirkan sebagai Negara Nonblok.” [5] Drs. Mohammad Hatta selaku Perdana
Menteri di depan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada
tanggal 2 September 1948 mengatakan bahwa sebagai negar merdeka, Indonesia
seharusnya menjadi subjek yang berhak menentukan sikap sendiri dan berhak
memperjuangkan tujuannya sendiri tanpa menjadi pro-Rusia dan pro-Amerika. [6]
Sesuai dengan politik luar negeri yang bebas dan aktif, Indonesia memilih
untuk menentukan jalannya sendiri dalam upaya membantu tercapainya perdamaian
dunia dengan mengadakan persahabatan dengan segala bangsa.
Sebagai implementasi dari politik luar negeri yang bebas dan aktif itu, selain
sebagai salah satu Negara pendiri GNB, Indonesia juga senantiasa setia dan commited
pada prinsip-prinsip dan aspirasi GNB.
Peranan penting Konferensi Asia Afrika tahun 1955 bagi pembentukan Gerakan Non
Blok menunjukan keterlibatan Indonesia dalam gerakan itu sejak masih dalam
gagasannya. Indonesia pun terlibat aktif dalam persiapan penyelenggaraan KTT I
GNB di Beograd, Yugoslavia.
Soekarno sangat mendukung GNB karena pada waktu itu dia sedang menggalang
kekuatan negara-negara baru atau New Emerging Forces (Nefos) untuk membebaskan
Irian Barat yang masih diduduki Belanda, di mana Soekarno sudah tidak percaya
dengan perundingan diplomasi dengan pihak Belanda.
Tuan Rumah KTT X GNB
Hal tersebut diatas, dirasa sangat perlu sebab Komisi Selatan dalam
laporannya yang berjudul “The Challenge to the South” (1987), menegaskan bahwa
negara-negara Selatan harus mengandalkan kemampuannya sendiri, kalau sekedar
berharap pada kerjasama Utara-Selatan ibarat pungguk merindukan bulan.
Sebaliknya, dialog Selatan-Selatan akan memperkuat posisi tawar (bargaining-
position) Negara-negara berkembang meski hal ini masih harus dibuktikan.
Dalam bidang ekonomi, selama menjadi Ketua GNB, Indonesia juga secara
konsisten telah mengupayakan pemecahan masalah hutang luar negeri negara-negara
miskin baik pada kesempatan dialog dengan Ketua G-7 maupun dengan
menyelenggarakan Pertemuan Tingkat Menteri GNB mengenai Hutang dan
Pembangunan yang diselenggarakan di Jakarta pada bulan Agustus 1994 serta
berbagai seminar mengenai penyelesaian hutang luar negeri.