Anda di halaman 1dari 5

Hindari Tersesat di Labirin Informasi, Literasi Mahasiswa Dikuatkan

Literasi digital dinilai penting bagi masyarakat, khususnya mahasiswa, dalam menghadapi banjir
informasi. Agar tidak terjebak pada labirin informasi, mahasiswa diajak untuk mengakses informasi
dari sumber tepercaya.

Oleh KRISTI DWI UTAMI

Kompas, 24 Mei 2023 19:49 WIB

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Diponegoro, Semarang, Teguh Yuwono menerima plakat seremonial penyerahan
500 subscribes Kompas.id dari Presiden Direktur Pertamina Foundation Agus Mashud S Asngari
disaksikan Redaktur Pelaksana Harian Kompas Adi Prinantyo (kiri) serta Senior Staff to Deputy
Publisher Ayu Kartika Indarti (kanan) dalam acara seminar literasi digital di Auditorium FISIP
Universitas Diponegoro, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (24/5/2023). Seminar berjudul Labirin
Informasi, Tersesat atau Melesat” yang diselenggarakan harian Kompas, PT Pertamina, dan Undip ini
mengangkat tema bagaimana menyikapi membanjirnya informasi di kanal media digital. Mahasiswa
diharapkan lebih melek literasi dengan memilah sumber media untuk mencari kebenaran.

SEMARANG, KOMPAS — Ratusan mahasiswa Universitas Diponegoro di Kota Semarang, Jawa Tengah,
diingatkan kembali akan pentingnya literasi agar tak tersesat dalam labirin informasi. Upaya yang bisa
dilakukan agar tak tersesat ialah cermat dan selektif terhadap informasi, memilih sumber tepercaya,
serta menyebarkan informasi yang sudah terverifikasi kebenarannya.

Sebanyak 500 mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (Undip)
antusias mengikuti seminar literasi digital bertajuk ”Labirin Informasi, Tersesat atau Melesat” yang
diselenggarakan Undip bekerja sama dengan PT Pertamina dan harian Kompas pada Rabu
(24/5/2023) di Kota Semarang. Pada kegiatan itu, hadir sejumlah narasumber, yakni Wakil Dekan
Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FISIP Undip Teguh Yuwono, Presiden Direktur Pertamina
Foundation Agus Mashud S Asngari, dan Redaktur Pelaksana Harian Kompas Adi Prinantyo.

Dalam pemaparannya, Teguh mengatakan, di era digitalisasi ini perputaran informasi begitu cepat
dan hampir tanpa kontrol. Tak hanya informasi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,
tak sedikit pula informasi bohong yang turut disebar. Karena terus disebar dan dikonsumsi berulang,
informasi bohong bisa dipercayai sebagai kebenaran.

”Berita hoaks yang biasanya memainkan emosi masyarakat ini terkadang dimanfaatkan untuk
kepentingan-kepentingan tertentu, termasuk kepentingan politik. Korbannya orang-orang yang tidak
menyimak. Dengan terus disebarkan, hoaks bisa diyakini sebagai kebenaran yang pada akhirnya bisa
membuat orang terjebak dalam kebenaran semu,” kata Teguh.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Layar yang menampilkan laman Kompas digital dalam acara seminar literasi digital di Auditorium
FISIP Universitas Diponegoro, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (24/5/2023). Seminar berjudul
Labirin Informasi, Tersesat atau Melesat yang diselenggarakan harian Kompas, PT Pertamina, dan
Undip ini mengangkat tema bagaimana menyikapi membanjirnya informasi melalui kanal media
digital.

Hoaks disebut Teguh sangat merugikan karena bisa membuat masyarakat terjebak dalam kebenaran
semu. Ia mencontohkan, pernah ada warga yang tersesat di tengah hutan saat mudik karena
mengikuti arahan dari satu aplikasi perpetaan. ”Itu tidak akan terjadi jika mereka melakukan
pengecekan silang dengan sumber lain, misalnya pakai aplikasi peta lain atau bertanya kepada
masyarakat setempat,” katanya.

Menurut Teguh, mahasiswa adalah tumpuan melawan hoaks. Perlawanan itu bisa dilakukan dengan
berpikir kritis. Setiap kali menerima informasi, seseorang harus menyimak dan memahami informasi
tersebut secara hati-hati. Upaya pencarian informasi juga sebaiknya tidak berhenti dilakukan sampai
menemukan kebenaran yang sejati.

Baca juga : Literasi Digital Bersama Harian Kompas

Sementara itu, Adi menyebut, pada era digitalisasi ini banjir informasi menggerus pengaruh media
arus utama. Kendati demikian, hal itu tak banyak menggoyahkan kepercayaan publik.

Upaya pencarian informasi juga sebaiknya tidak berhenti dilakukan sampai menemukan kebenaran
yang sejati.

Untuk tetap menjaga kepercayaan publik, Kompas setia menekuni jurnalisme berkualitas, apa pun
platformnya. Kompas juga terus berupaya memproduksi konten-konten pembeda, dari sisi akurasi,
eksklusivisme, kekuatan agenda setting, pengungkapan fakta, dan lain-lain.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Redaktur Pelaksana Harian Kompas  Adi Prinantyo mengenalkan tren perkembangan jurnalisme


kepada mahasiswa dalam acara seminar literasi digital di Auditorium FISIP Universitas Diponegoro,
Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (24/5/2023). Seminar yang diselenggarakan harian Kompas, PT
Pertamina, dan Undip ini mengangkat tema bagaimana menyikapi membanjirnya informasi melalui
kanal media digital.

Dalam membuat konten berkualitas, Kompas juga menyesuaikannya dengan kebutuhan pembaca.


Cara yang dilakukan adalah menggali, mengolah, mendiskusikan, dan mendalami konten di ruang
redaksi dengan prinsip saling menghargai pendapat dan keputusan kolektif-kolegial.

Adi menyarankan masyarakat untuk cermat dan selektif terhadap informasi supaya tidak tersesat
dalam labirin informasi. ”Selain itu, pilih sumber-sumber informasi yang tepercaya. Jika ingin
menyebarkan informasi, pastikan dulu kebenarannya,” ucapnya.
500 mahasiswa

Dalam seminar tersebut, Pertamina Foundation memberikan akses langganan gratis Kompas.id
selama satu tahun bagi 500 mahasiswa Undip. Kompas.id merupakan laman berbayar
harian Kompas, sekaligus perluasan produk dari cetak, yang diluncurkan pada Februari 2017. Di
dalamnya terdapat e-paper, dan konten-konten non-agenda setting atau non-eksklusif, yang
dipublikasikan hari itu juga.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Mahasiswa membuka Kompas digital dengan mengunjungi laman Kompas.id melalui telepon


selulernya dalam acara seminar literasi digital di Auditorium FISIP Universitas Diponegoro, Kota
Semarang, Jawa Tengah, Rabu (24/5/2023).

”Kami berharap, dengan akses yang kami berikan kepada 500 mahasiswa itu, mereka akan sangat
gampang dalam melakukan check and recheck maupun memperbarui informasi dari sumber yang
kredibel. Dengan akses tersebut, para mahasiswa ini akan punya referensi dan panduan dalam
mengerjakan tugas-tugasnya sebagai mahasiswa,” ujar Agus.

Baca juga : Literasi Digital Dongkrak Daya Berpikir Kritis Masyarakat

Pada seminar tersebut, Agus juga memaparkan tentang kompetisi proyek sosial PFmuda. PFmuda
merupakan ajang adu gagasan anak muda dalam menuntaskan permasalahan sosial di sekitarnya.
Untuk bisa berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, para pemuda dengan usia 17-35 tahun harus
mengirimkan proposal proyek sosial. Proposal yang dianggap berkelanjutan dan berdampak akan
mendapatkan dana pengembangan total miliaran rupiah dari Pertamina Foundation.

”Dengan berlangganan Kompas.id, para mahasiswa ini bisa mendapatkan informasi yang akurat
untuk mendukung proposal proyek sosial mereka,” imbuh Agus.
Editor: AUFRIDA WISMI WARASTRI

https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/05/24/hindari-tersesat-di-labirin-informasi-literasi-
mahasiswa-dikuatkan

Anda mungkin juga menyukai