Abstrak
ABSTRACT
This study discusses the use of mass media as a source of information on online
lecture policies by students. The study was based on 9 questions based on
individual needs indicators with cognitive, affective, social integrative, and
release keywords and media gratification indicators with environmental
observation keywords, diversion or entertainment, personal identity, and social
relationships. These indicators are taken based on the use and gratification
theory. The research method used is quantitative research method with the
spread of questionnaires online or online with respondents as many as 100
students of Bandung city consisting of 37 men and 63 women. Respondent data
used for this study showed that students prefer to search for information on
mass media types of online media portals with a percentage of 65% and
television with a percentage of 14% while others choose others. Mass media
types of radio and print media are not in demand with none of the respondents
choosing both types of mass media.
Keywords: Use and gratification, mass media, policy, individual needs, media
gratification
PENDAHULUAN
Media massa merupakan salah satu alat yang kita gunakan untuk
berkomunikasi setiap hari, dengan waktu dan tempat yang tidak terbatas, yang tentu
saja dalam prosesnya dilakukan oleh satu individu dengan individu yang lain. Setiap
individu akan selalu memerlukan media massa untuk mendapatkan informasi mengenai
suatu fenomena atau kejadian yang terjadi baik di sekitar mereka tau pun di luar
jangkauan mereka.
Perlu ditekankan bahwa dalam hal ini yang dimasksud media adalah media atau
alat yang merujuk kepada hasil produl teknologi modern sebgai saluran dalam
komunikasi massa. Media massa terbagi menjadi dua, yaitu media massa yang tercetak
dalam sebuah kertas (media cetak) dan media yang terdiri dari perangkat mesin (media
elektronik). Media massa teridiri dari majalah, surat kabar, dan lain sebagainya.
Sedangkan media elektronik terdiri dari radio dan televisi (Nuruddin, 2009: 3).
Berkaitan dengan adanya wabah COVID-19 pada awal tahun 2020, pemerintah
kemudian mengeluarkan kebijakan baru yaitu melakukan kegiatan pembelajaran dari
rumah atau dapat juga disebut sebagai Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau
pembelajaran online (dalam jaringan) (Fajrian, 2020). Hal ini tentu saja dilakukan
untuk memutus rantai penyebaran virus dan menjaga keamanan serta keselamatan
peserta didik dan tenaga pendidik. Dengan adanya kebijakan tersebut, maka proses
pembelajaran pun di lakukan di rumah dengan memanfaatkan teknologi dan media
massa baik cetak maupun elektronik (Singh, ’donoghue, & Worton, 2005).
Dengan peralihan kebijakan kuliah online, maka penggunaan media massa baik
dalam bentuk cetak maupun elektronik pasti memiliki intensitas yang tinggi. Hal itu
tentu saja berkaitan dengan mahasiswa yang lebih sering menggunakan media massa
sebagai sumber informasi yang dibutuhkan, khususnya dalam pengerjaan tugas, atau
mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan mata kuliahnya.
KAJIAN LITERATUR
Media Massa
Media merupakan bentuk jamak dari medium yang memiliki arti tengah atau
perantara. Kemudian kata massa berasal dari bahasa Inggris yaitu mass yang berarti
kelompok atau kumpulan. Dengan demikian, pengertian media massa adalah perantara
atau alat-alat yang digunakan oleh massa dalam hubungannya satu sama lain. Media
massa adalah sarana komunikasi massa dimana proses penyampaian pesan, gagasan,
atau informasi kepada orang banyak (publik) secara serentak.
Sebuah media bisa disebut media massa jika memiliki karakteristik tertentu.
Karakteristik Media massa menurut Cangara (Canggara, 2010:126-127) antara lain:
a. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak
orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian
informasi.
b. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan
terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau pun terjadi reaksi atau
umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.
c. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak,
karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana
informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang dalam waktu yang
sama
a. Surveillance (Pengawasan)
1. Warning Before Surveillance (Pengawasan dan Peringatan) Fungsi yang
terjadi ketika media massa menginformasikan tentang sesuatu yang berupa
ancaman, seperti bahaya tsunami, banjir, gempa, kenaikan harga, dan lain
lain.
2. Instrumental surveillance (pengawasan instrumental)
Penyebaran/penyampaian informasi yang memiliki kegunaan atau dapat
membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Seperti resep masakan,
produk-produk baru, dan lain-lain.
b. Interpretation (Penafsiran)
Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan
penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting, Contoh: Tajuk rencana
(Editorial) berisi komentar dan opini dilengkapi perspektif terhadap berita yang
disajikan di halaman lain.
c. Linkage (Pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga
membentuk lingkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama
tentang sesuatu.
d. Transmissio Of Values (Penyebaran Nilai-Nilai)
Fungsi sosialisasi: Cara dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai
kelompok.
e. Intertainment (Hiburan)
Banyak dijumpai pada media televisi dan radio. Surat kabar pula merupakan
sebuah penyampain yang strategis dalam pemberitaan serta pembangunan opini
publik. Karena surat kabar merupakan sarana yang cukup efektif dalam usaha
untuk dapat mencerdaskan masyarakat.
a. Efek Kognitif
Adalah akibat yang ditimbulkan pada diri komunikan yang sifatnya informatif
bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media
massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari. informasi yang
bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya.
b. Efek Efektif
Tujuan dari media massa bukan sekedar memberi khalayak tentang sesuatu
tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba,
terharu, sedih, gembira dan sebagainya. Media massa agar dapat membuat
suasana atau menarik emosional khalayak dalam menyampaikan pesannya.
c. Efek Konatif/behavioral
Suatu akibat yang timbul pada diri khalayak dalam berbagai bentuk seperti
prilaku, tindakan, atau kegiatan. Banyak sekali khalayak yang terpengaruh oleh
pesan media yang disampaikannya.
Teori Uses and Gratification
Teori Uses and Gratification pertama kali dicetuskan oleh Alihu Katz padah
tahun 1959. Katz menyatakan bahwa kajian komunikasi massa sebaagai persuasi telah
menemui kesekaratan. Banyak penelitian komunikasi hingga saat itu hanya menitik
beratkan peran komunikasi massa untuk mempersuasi khalayak, namun Katz dalam
penelitiannya mengarahkan khalayak pada jawaban dari pernyataan “apa yang
dilakukan media untuk khalayak?”. Hasil dari penelitian yang dilakukan Katz
menunjukan komunikasi massa hanya berpengaruh kecil terhadap khalayak yang
dipersuasi, oleh karena itu peneliti mempertimbangkan variabel lain seperti efek
kelompok (Effendy, 1993:289). Pendekatan dan penggunaan dari teori Uses and
Gratification diperkirakan muncul pada awal tahun 1960-an untuk mengukur
kekecewaan hasil kampanye dan edek jangka pendek terhadap kampanye media massa.
Uses and Gratification Theory adalah teori komunikasi yang berfokus pada
komunikasi sosial. Teori ini mengadopsi pendekatan fungsionalis antara komunikasi
dan media. Berbeda dengan teori peluru yang memandang khalayak sebagai subjek
yang pasif, teori Use and Gratification memandang khalayak sebagai subjek yang aktif
dalam memilih dan menentukan informasi apa yang akan dikonsumsi (Mehrad & Tajer,
2016: 2). Lebih lanjut lagi teori ini bertumpu beberapa asumsi yang membuat orientasi
audiens berbeda dalam komunikasi massa, seperti (a) keadaan dan peran sosial
masyarakat, (b) posisi dan kapasitas kepribadian mereka, (c) pola aktual media massa
mereka. konsumsi, dan (d) akhirnya, proses efek itu sendiri. (Blumler, J. G, 1979: 10).
Teori ini menyatakan bahwa peran terpenting media adalah untuk memenuhi
kebutuhan dan motivasi penikmatnya. Oleh karena itu, semakin banyak kebutuhan ini
dipenuhi, semakin banyak khalayak yang puas. Sarkisian (dalam Mehrad & Tajer,
2016: 2) mengungkapkan, teori ini awalnya berfokus pada motif audiens dan kemudian
menganalisis pesan dan sistem sosial. Dalam penerapannya pada penelitian ini,
khalayak dapat menentukan sendiri pesan mana yang sesuai dengan minatnya. Selain
itu, audiens (mahasiswa) juga dapat mengukur sejauh mana pemberitaan tentang kuliah
online dapat diterima dan memiliki pengaruh pada dirinya. Dengan kata lain, teori ini
berfokus pada bagaimana khalayak mencari media dan seberapa puas mereka dengan
jenis, isi, dan metode penyajiannya. Dengan menjawab dua pertanyaan yang tertera
pada bagian “Uses and Gratificaiton”, hasil positif dan negatif dari penggunaan media
tertentu pada suatu subjek dapat ditentukan seperti memberi pengaruh atau tidak
memberi pengaruh sama sekali.
Teori Uses and Gratification merupakan perluasan dari teori kebutuhan dan
motivasi (Maslow dalam West, R., & Turner, L. H, 2013: 394). Yang mana dalam teori
tersebut Abraham Maslow mengemukakan bahwa orang secara aktif berusaha
memenuhi hierarki kebutuhan. Begitu mereka punya mencapai tujuan yang mereka cari
pada satu tingkat hierarki, mereka mampu bergerak ke tingkat berikutnya. Hierarki
kebutuhan menurut Maslow diurutkan berdasarkan gambaar berikut.
Sumber. West, R., & Turner, L. H. (2013). Introducing communication theory: Analysis and application
Teori ini pertama kali dikembangkan dalam penelitian tentang efektivitas radio
pada tahun 1940-an (Karimi, L, dkk, 2014: 53). Tahap pertama yang memulai
penelitian terkait teori uses and gratification ini adalah Herta Herzog (1944) dengan
usahanya untuk mengetahui alasan orang terlibat dalam berbagai perilaku media,
seperti koran dan radio. Ia mewawancarai puluhan penggemar drama radio dan
mengidentifikasi tiga kesimpulan yaitu; pertama, orang menikmati drama untuk
melepaskan emosionalnya dengan cara mendengarkan masalah orang lain. Kedua,
pendengar merasa terlibat dengan angan-angan mereka saat mendengarkan
permasalahan orang lain. Ketiga, pendengar akan merasa bahwa mereka mampu
belajar dari program yang mereka dengar (West, R., & Turner, L. H, 2013:396).
Ada lima asumsi yang bisa diambil dirangkum dari kegunaan dan kepuasan
teori (DeFleur dalam Kania, D, 2012: 99):
Pada asumsi pertama, audiens yang aktif dapat membawa berbagai tingkat
aktivitas untuk penggunaan media mereka. Audiens juga didorong untuk mencapai
tujuan dan kebutuhannya melalui media. Kartz dalam West dan Turner (2013)
mengklasifikasikan kebutuhan dalam pemenuhan media yang diidentifikasi sebagai
individual needs; meliputi kebutuhan pelepasan ketegangan, kebutuhan integrasi
sosial, integrasi pribadi, kebutuhan afektif, dan kebutuhan kognitif.
Sumber. Kartz dalam West, R., & Turner, L. H. (2013). Introducing communication theory.
Asumsi ketiga media bersaing dengan sumber lain untuk kepuasan kebutuhan.
Artinya media dan khalayaknya tidak berada dalam kekosongan. Keduanya adalah
bagian dari masyarakat yang lebih luas, dan hubungan antar media dan khalayak
dipengaruhi oleh masyarakat itu sendiri (West, R., & Turner, L. H, 2013:399). Media
berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan akan kebutuhan, berarti bahwa
media dan khalayaknya tidak berada dalam kevakuman. Hubungan yang terjadi antara
media dan khlayak itu dipengaruhi oleh masyarakatnya sendiri. Misalnya, seseorang
pergi ke Bioskop pada kencan pertamanya lebih memungkinkan dibandingkan dengan
menyewa video dan menontonnya di Rumah.
Kebijakan Politik
1
www.adea.org/policy advocacy/.../IntersectionSpeech.pdf
dari bentuk kebijakan publik. Anderson (dalam Suharto, 2005:2) mendefinisikan
kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan dan aparat
pemerintahan. Kebijakan publik sendiri memainkan peran mendasar dalam
pembangunan sebuah negara (Scartascini et al, 2008:4).
Untuk mengerti lebih dalam terkait istilah kebijakan, Solichin Abdul Wahab
(2008: 40-50) memberikan beberapa pedoman sebagai berikut:
2
Kampus Diputuskan Tetap Kuliah Daring, Berikut 7 Kebijakan Penting Mendikbud Soal Pendidikan di
Masa Pandemi COVID-19, KoranSeraya https://koranseruya.com/kampus-diputuskan-tetap-kuliah-
daring-berikut-7-kebijakan-penting-mendikbud-soal-pendidikan-di-masa-pandemi-covid-19.html
Didalamnya terdapat dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta
belajar. Selain itu juga tersedia rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari
dan diketahui oleh tiap peserta belajar (Saputro, Somantri, & Nugroho, 2017)
Model pembelajaran kuliah online ini dilakukan oleh seluruh kampus yang ada
di Indonesia. Melalui proses belajar mandiri, belajar terbimbing, dan pemanfaatan
berbagai sumber belajar sebagai satu kesatuan utuh dalam sistem pembelajaran,
diharapkan mahasiswa dapat melakukan proses belajar yang optimum dengan hasil
yang memuaskan (Yuliana & Winata, 2009).
METODE PENELITIAN
A. Demografi
Untuk pemilihan jenis portal berita sendiri cukup terbagi diantaranya, CNN
unggul dengan 35,4% disusul oleh Detik.com 26,2%, Kompas.com 21,5%, serta
Tirto.id 12,3%.
Gambar 7. Saluran yang Sering Digunakan
C. Kognitif
Katz, Gurevitch dan Haas (1973:74) melihat media massa sebagai sarana
yang digunakan individu untuk menghubungkan atau memutuskan hubungan
dengan orang lain. Mereka mengembangkan 35 kebutuhan yang diambil dari
literatur spekulatif yang lebih besar tentang fungsi sosial dan fisiologis media massa
dan memasukkannya ke dalam lima kategori: (a) kebutuhan kognitif, memperoleh
informasi, pengetahuan dan pemahaman, contoh televisi (berita), video, film
(dokumenter atau berdasarkan sejarah), (b) kebutuhan afektif, emosi, kesenangan,
perasaan, contoh Film, televisi (sinetron, komedi situasi), (c) kebutuhan integrative
personal, kredibiliti, stabilitas, dan status contohnya adalah games, (d)kebutuhan
integratif sosial, keluarga dan teman, misalnya Internet (email, pesan instan, ruang
obrolan, media sosial), (e) pelepasan ketegangan, pelarian dan pengalihan, misalnya
televisi, film, video, radio, internet.
Gambar 8. Media Massa Sebagai pemenuhan Pengetahuan Kuliah Online
Efek kognitif ini adalah akibat yang timbul pada responden yang sifatnya
informatif. Kebutuhan kognitif membahas terkait bagaimana media massa bisa
membantu khalayak dalam memahami sebuah informasi yang bermanfaat serta bisa
mengembangkan keterampilan kognitif, melalui media massa, seseorang bisa
memperoleh informasi terkait tempat, orang atau benda yang berlum pernah
dikunjungi secara langsung (Karlinah Fitriansyah dalam 2018:172).
D. Afektif
Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa
pakar mengatakan bahwa seseorang dapat dinyatakan perubahannya bila seseorang
terlah memiliki kekuasan kognitif tingkat tinggi. Menurut Bloom (1956) ia
mengemukakan bahwa tujuan afektif dalam pembelajaran sebagai sarana tujuan
kognitif adalah mengembangkan minat dan motivasi. Motivasi sangat penting untuk
belajar dan dengan demikian merupakan salah satu cara utama dimana domain afektif
digunakan sebagai sarana kognitif. Untuk meningkatkan minat dan motivasi peserta
didik sangat penting memperhatikan siatuasi tempat belajar. Oleh sebab itu, dapat
disimpulkan bahwa pencapaian tujuan afektif adalah merupakan sarana untuk
memfasilitasi pembelajaran kognitif (Bloom,1956).
Dalam survey ini pertanyaan terkait afektif yang ditanyakan adalah apakah
kalian merasa senang dan nyaman mencari tahu informasi terkait kebijakan kuliah
online. Dan hasil yang didapat dari 100 responden adalah 71% setuju dan 17% sangat
setuju, sedangkan sisahnya memilih tidak setuju dan sangat tidak setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa para mahasiswa telah memiliki ranah afektif untuk mencari tahu
terkait kebijakan kuliah online.
E. Integratif Personal
F. Integratif Sosial
Pelepas ketegangan (tension realease) yang disebut juga sebagai pelarian. Hal
ini berarti bahwa manusia perlu melarikan diri dari ketegangan kehidupan sehari-hari
kadang-kadang, dan beralih ke media merupakan cara yang baik untuk membantu
mereka melepas ketegangan (West, R., & Turner, L. H, 2013: 398). Pelepasan
ketegangan ini bisa didapatkan dengan menyaksikan televisi, menonton film, video,
radio, dan internet.
Belakangan ini perkuliahan online menjadi suatu informasi yang krusial dan
penting bagi mahasiswa. Namun, dengan hadirnya media massa ini memudahkan
mahasiswa dalam mengakses informasi sehingga mampu melepaskan ketegangan dan
disinformasi. Dalam penelitian ini kami mencoba untuk mengetahui apakah informasi
terkait perkuliahan online di media massa mampu meminimalisir kekhwatiran dan
melepas ketegangan. Hasil dari penelitian ini menyebutkan terdapat 70% mahasiswa
merasa setuju bahwa informasi perkuliahan online yang mereka dapat di media massa
mampu membuat mereka lebih lega. Sebanyak 14% diantaranya merasa sangat setuju,
13% tidak setuju, dan sisanya 3% merasa sangat tidak setuju.
Dalam poin ini, peneliti ingin mengukur bagaimana sikap responden terhadap
informasi yang didapatkan di media massa, apakah membantu mereka untuk lebih
memahami mengenai dampak yang ditimbulkan dari kebijakan kuliah online atau
tidak. Terdapat satu pernyataan yang menjadi tolak ukur seberapa jauh responden
memahami dampak yang ditimbulkan pada kebijakan kuliah online dengan
menggunakan media massa, yaitu " Informasi perkuliahan online yang saya dapatkan
di media massa membantu saya untuk lebih memahami tentang dampak yang
ditimbulkan dari kebijakan tersebut”. Dari pernyataan tersebut, responden akan
dihadapkan dengan empat poin pilihan, yaitu, sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan
sangat tidak setuju.
Diversi pada hakikatnya adalah suatu kebutuhan akan pelepasan dari tekanan
dan kebutuhan akan hiburan (Blumer dalam Rakhmat, 2004: 66). Dalam poin ini,
peneliti ingin mengukur bagaimana sikap responden terhadap keputusan mereka untuk
mengakses informasi perkuliahan online di media massa untuk mengisi waktu luang.
Terdapat pernyataanyang menjadi tolak ukur seberapa jauh responden manakses
informasi perkuliahan online di media massa untuk mengisi waktu luang. Dari
pernyataan tersebut, responden akan dihadapkan dengan empat poin pilihan, yaitu,
sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Gambar 14. Informasi Media Massa sebagai Pengisi Waktu Luang
Dalam hal ini, menggunakan media massa bagi individu tentu dakibatkan oleh
kebutuhan tertentu dari psikologis individu dalam kehidupan sehari-hari yang dapat
saja dipengaruhi oleh lingkungan ataupun yang muncul dari individu. Kebutuhan-
kebutuhan yang dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi media massa ataupun yang
dibantu dengan computer dibanding dengan alat komunikasi kain dapat dilihat pada
hasil penelitian Greenberg pada tahun 1974 dapat memenuihi 11 kebutuhan psikologis
dasar manusia (dalam Severin dan Tankaard, 2011: 358):
1. Untuk bersantai
2. Untuk dihibur
3. Untuk melepaskan pekerjaan atau hal-hal lain
4. Untuk melakukan sesuatu bersama teman-teman
5. Untuk mempelajari berbagai hal tentang diri sendiri maupun orang lain
6. Untuk menghabiskan waktu terutama saat bosan
7. Supaya merasa senang
8. Supaya tidak kesepian
9. Untuk memenuhi kebiasaan
10. Agar orang lain tahu bahwa individu peduli akan perasaan individu lain
11. Untuk mengajak individu lain melakukan sesuatu untuk diri sendiri.
J. Identitas Personal
Hubungan sosial dalam hal ini berarti hubungan personal atau interaksi
personal yang terjadi ketika individu menggunakan media sebagai pengganti teman
(Turner, 2013: 105). Dalam poin ini, peneliti ingin mengukur bagaimana sikap
responden terhadap informasi mengenai perkuliahan online, apakah selalu menjadi
topik dalam diskusi antar mahasiswa atau tidak. Terdapat pernyataan yang enjadi tolak
ukur mengenai seberapa tinggi intensitas pembahasan mengenai informasi perkuliahan
online dalam diskusi antar mahasiswa. Dari pernyataan tersebut, responden akan
dihadapkan dengan empat poin pilihan, yaitu, sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan
sangat tidak setuju.
1. Demografi
Responden perempuan lebih banyak dibandingkan responden laki-laki
yakni 63% perempuan dan 37% laki-laki atau 62 perempuan dan 38 laki-
laki dari total 102 responden. Responden sendiri didominasi oleh
mahasiswa asal Universitas Pendidikan Indonesia yakni 37% atau 37
mahasiswa, selanjutnya mahasiswa asal Universitas Islam Bandung
sebanyak 17% atau 17 mahasiswa
2. Pemilihan Media Massa
Kebanyakan dari responden lebih memilih portal media online sebagai
sarana mencari informasi.
3. Kognitif
Sebanyak hasil yang didapatkan dari 100 responden adalah 61% merasa
setuju dan 33% sangat setuju, sedangkan sisanya memilih tidak setuju
dan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa media massa telah
secara efektif digunakan oleh para mahasiswa untuk mencari informasi
terkait kebijakan kuliah online. Efek kognitif ini adalah akibat yang
timbul pada responden yang sifatnya informatif.
4. Afektif
Dalam survey ini pertanyaan terkait afektif mendapatkan hasil yang didapat
dari 100 responden adalah 71% setuju dan 17% sangat setuju, sedangkan
sisahnya memilih tidak setuju dan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan
bahwa para mahasiswa telah memiliki ranah afektif untuk mencari tahu
terkait kebijakan kuliah online.
5. Integratif Personal
Hasil yang didapat dari 100 responden adalah 68% setuju dan 16% sangat
setuju, sedangkan sisahnya memilih tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Hal ini menunjukkan bahwa para mahasiswa telah menggunakan media
massa sebagai salah satu alat mencari sumber informasi perkuliahan online.
6. Integratif Sosial
Dari pernyataan ini hasil penelitian menggambarkan bahwa terdapat
63% responden menyatakan setuju bahwa mereka mendapatkan
informasi perkuliahan online dari lingkungannya selain dari media
massa, 24% sangat setuju dengan pernyataan tersebut, 11% tidak setuju,
dan sebanyak 2% merasa sangat tidak setuju. Hal ini membuktikan
bahwa sebagian besar responden memenuhi kebutuhannya melalui
interaksi dengan lingkungan sekitarnya, seperti keluarga, teman dan
masyarakat.
7. Pelepasan Ketegangan
Dalam penelitian ini kami mencoba untuk mengetahui apakah informasi
terkait perkuliahan online di media massa mampu meminimalisir
kekhwatiran dan melepas ketegangan. Hasil dari penelitian ini
menyebutkan terdapat 70% mahasiswa merasa setuju bahwa informasi
perkuliahan online yang mereka dapat di media massa mampu membuat
mereka lebih lega. Sebanyak 14% diantaranya merasa sangat setuju, 13%
tidak setuju, dan sisanya 3% merasa sangat tidak setuju.
8. Pengamatan Lingkungan
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa 72 responden menjawab
setuju, 24 responden menjawab sangat setuju, 3 responden menjawab
tidak setuju, dan 1 responden menjawab sangat tidak setuju. Hal tersebut
membuktikan bahwa lebih dari sebagian besar respon setuju terkait
informasi perkuliahan online yang didapat pada media massa membantu
mereka untuk lebih memahami tentang dampak yang ditimbulkan dari
kebijakan tersebut
9. Diversi dan Hiburan
Hasilnya menunjukan bahwa 51 responden memilih setuju, 30 responden
memilih tidak setuju, 13 responden memilih sangat setuju, 6 responden
memilih sangat tidak setuju. Hal tersebut membuktikan bahwa sebagian
responden memilih untuk sebatas setuju, sedangan 30 responden yang
memilih tidak setuju memungkinkan untuk dihadapkan dengan beberapa
hal.
10. Identitas Personal
Hasil penelitian yang dilakukan menggambarkan bahwa setidaknya
terdapat 69% mahasiswa merasa setuju informasi kebijakan kuliah online
di media massa mudah dipahami. Sebanyak 18% tidak setuju, 11% sangat
setuju, dan sesanya sangat tidak setuju. Dari data tersebut dapat kita
simpulkan bahwa kemudahan memahami kebijakan perkuliahan online
telah memberikan kepuasan bagi mahasiswa dan membantu menguatkan
nilai dari seorang individu.
11. Hubungan Sosial
Hasil penelitian menunjukan bahwa 64 responden menjawab setuju, 23
responden menjawab sangat setuju, 13 responden menjawab tidak setuju,
dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Dalam hal tersebut, dapat
disimpulkan bahwa informasi mengenai perkuliahan online selalu menjadi
topik dalam diskusi dengan sesame mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA