ABSTRACT
Social media has an important role in the process of delivering information. In line with the
rapid development of information and communication technology, it is therefore necessary to
understand the use of social media in a comprehensive manner. The role of social media as a
learning medium for the Pasundan University Communication Studies study program needs to
be conveyed and keep abreast of technological developments. One example taken in this study
is social media. Which has a role and influence in the process of conveying information to
students effectively in terms of intensity and activity. This study aims to determine the effect of
social media in this case Instagram social media as a learning medium for students in the
Communication Studies Program at Pasundan University by using Semiotics theory as the basis
of reference. The bureaucracy as an institution that has the authority to regulate and implement
policies is expected to be able to utilize and maximize the role of the social media as a means of
delivering information and education.
ABSTRAK
Media sosial memiliki peranan penting dalam proses penyampaian informasi. Sejalan dengan
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang kian pesat, maka dari itu perlu
pemahaman akan penggunaan media sosial secara komprehensif. Peran media sosial sebagai
media pembelajaran program studi Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan perlu tersampaikan
serta mengikuti arus perkembangan teknologi. Salah satu contoh yang diambil dalam penelitian
ini adalah media sosial. Di mana memiliki peranan dan pengaruh dalam proses penyampaian
informasi kepada mahasiswa secara efektif dalam segi intensitas dan aktivitas. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh media sosial dalam hal ini media sosial Instagram
sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa di lingkungan Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Pasundan dengan menggunakan teori Semiotika sebagai landasan acuannya. Pihak
birokrasi sebagai lembaga yang memiliki wewenang dalam mengatur dan mengadakan
kebijakan diharapkan mampu untuk memanfaatkan dan memaksimalkan peranan media sosial
sebagai sarana penyampaian informasi dan edukasi.
1.3.Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
1. Media Sosial
Media sosial merupakan sebuah media online, dengan para penggunanya
bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi jejaring
sosial, blog, dsb. Media sosial dapat diklasifikasikan sebagai media baru. Media
baru bisa dipahami sebagai munculnya teknologi komunikasi dan informasi
proses sejarah kontestasi, negosiasi, dan pelembagaan (Wulansari, 2014).
Media sosial merupakan salah satu gambaran nyata dari kepesatan-
kepesatan teknologi dalam bidang informasi. Media sosial juga merupakan alat
yang dapat memungkinkan pengguna berinteraksi secara tidak terbatas,
membangun relasi, bekerja sama sampai berkomunikasi tanpa adanya tatap muka.
Perkembangan teknologi informasi saat ini sudah sangat canggih dan mudah,
sehingga menjadi gaya hidup bagi masyarakat di seluruh dunia, tidak terkecuali
di Indonesia. Salah satu pemanfaatan teknologi informatika dengan munculnya
berbagai macam situs jejaring sosial, di antaranya facebook, twitter, instagram,
whatsapp, dan masih banyak yang lainnya. (Arifin & Pemula, 2018).
Dari dua kata media dan sosial yang telah dijelaskan tersebut, kemudian
kita gabungkan menjadi kata media sosial. Berikut ini ada beberapa definisi dari
media sosial antara lain yang dikemukakan oleh Mandibergh berpendapat bahwa
“media sosial adalah media yang mewadahi kerja sama di antara pengguna yang
menghasilkan konten (user generated content)” (Nasrullah, 2017: 11).
Sementara itu, Boyd menjelaskan bahwa: Media sosial sebagai kumpulan
perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk
berkumpul, berbagi, berkomunikasi, dan dalam kasus tertentu saling
berkolaborasi atau bermain. Media sosial memiliki kekuatan pada user-generated
content (UGC) di mana konten dihasilkan oleh pengguna, bukan oleh editor
sebagaimana di institusi media massa. (Nasrullah, 2017: 11) Dari dua definisi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa media sosial adalah sarana yang merupakan
medium berbasis teknologi internet (media online) yang memungkinkan
seseorang dapat berinteraksi sosial, berkomunikasi dan bekerja sama, serta
berbagi dengan orang lainnya.
Selain itu, penggunanya dengan mudah berpartisipasi di dalamnya,
berbagi dan menciptakan pesan. Dalam hal ini, ada beberapa situs media sosial
yang populer sekarang ini antara lain: di antaranya facebook, twitter, instagram,
whatsapp dan masih banyak lagi yang lainnya.
Media sosial juga memudahkan penyebaran informasi kepada masyarakat,
memungkinkan segala macam informasi dengan mudah tersalurkan dan
disebarluaskan dengan cepat, mempengaruhi cara pandang, budaya dan gaya
hidup suatu bangsa.
2. Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang
dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Dalam proses pembelajaran, media dapat berfungsi untuk memperjelas materi
serta sebagai sumber belajar yang berisi bahan-bahan untuk dipelajari (Sudjana
& Rivai, 2010). Bahan materi pembelajaran yang disiapkan guru tersebut dikemas
dan disajikan dengan cara yang lebih menarik untuk meningkatkan motivasi
belajar. Dengan demikian, media pembelajaran dapat membantu pendidik dalam
menyampaikan materi dengan cara yang lebih menarik apabila disiapkan dan
dikembangkan secara kreatif (Ulfah, 2017). Oleh sebab itu, peran pendidik dalam
menyiapkan media sosial sebagai media pembelajaran akan berhasil sebagaimana
yang diharapkan apabila pendidik mampu mengidentifikasi dengan baik materi-
materi yang dapat disajikan melalui media sosial.
Berdasarkan materi yang disiapkan pendidik tersebut, mahasiswa sebagai
pengguna media sosial dapat berlatih untuk belajar meningkatkan
keterampilannya dalam berbahasa Indonesia, baik dalam berkomunikasi maupun
berinteraksi. Penggunaan media sosial akan berdampak positif terhadap
keterampilan sosial seseorang apabila mereka mampu menggunakan media sosial
untuk memahami karakteristik orang-orang di lingkungannya (Sari et al, 2018).
Melalui media sosial, aktivitas berbahasa serta komunikasi mahasiswa juga dapat
dipantau oleh pendidik. Dengan cara demikian, pemanfaatan media sosial dapat
dijadikan sebagai media untuk memahami keterampilan berbahasa mahasiswa.
Dengan bimbingan dan arahan yang baik sesuai keterampilan yang dimilikinya,
mahasiswa akan terbantu dalam mengidentifikasi serta meningkatkan
keterampilannya dalam berbahasa melalui media sosial.
Beberapa penelitian terkait pemanfaatan media sosial sebagai media
pembelajaran telah dilakukan. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Hamzah
(2015) yang berkaitan dengan pola penggunaan situs jejaring sosial sebagai media
pembelajaran untuk mahasiswa. Penelitian tersebut memaparkan alur
penggunaan media sosial, mulai dari dosen mengunggah materi serta tugas-tugas
yang harus dikerjakan mahasiswa kemudian dilanjutkan dengan forum diskusi
bersama dosen serta mahasiswa lain untuk menanggapi materi yang telah
dibagikan oleh dosen melalui grup kelas yang telah dibuat sebelumnya. Kedua,
penelitian yang dilakukan Assidik (2018) yang berkaitan dengan pemanfaatan
media sosial berbasis literasi digital. Dalam penelitian tersebut dipaparkan media
sosial digunakan sebagai sumber belajar untuk mengenalkan peserta didik
terhadap isu dan informasi hoaks. Pemanfaatan media sosial sebagai media
pembelajaran juga diharapkan dapat meminimalkan efek negatif dari penggunaan
media sosial. Ketiga, penelitian yang dilakukan Kamhar dan Lestari (2019) yang
berkaitan dengan pemanfaatan Youtube sebagai media pembelajaran. Dalam
penelitian tersebut dipaparkan mahasiswa menggunakan Youtube sebagai media
untuk menunjukkan hasil video yang telah dibuat secara berkelompok untuk
dinilai berdasarkan tema, jumlah penayangan, serta like dan komen. Tema yang
dipilih sesuai dengan materi perkuliahan Bahasa Indonesia yang telah disajikan
sebelumnya.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa media
sosial dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan prestasi
belajar sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran. Melalui media
sosial, mahasiswa dapat mengembangkan keterampilan dan kreativitasnya
melalui karya-karya yang dibuat berdasarkan materi-materi yang telah dipelajari
selama proses perkuliahan. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk
memaparkan pemanfaatan media sosial sebagai media pembelajaran Bahasa
Indonesia di masa pandemi yang diuraikan melalui tiga sub pokok bahasan, yaitu
rencana pemanfaatan, cara pemanfaatan, serta tantangan pemanfaatan media
sosial sebagai media pembelajaran. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai sumber inspirasi yang dapat memberikan gambaran terkait pelaksanaan
pembelajaran menggunakan media sosial sebagai media pembelajaran.
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan
seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan
seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah (cara) sistematis dan logis
tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah-masalah tertentu. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif di mana dalam
penelitian ini menitikberatkan kepada suatu proses sehingga melahirkan hasil dari
suatu aktivitas.
Untuk melakukan penelitian seseorang dapat menggunakan metode penelitian
tersebut. Sesuai dengan masalah, tujuan, kegunaan dan kemampuan yang
dimilikinya. Menurut Bagman dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Keluaran yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah sebuah analisis dan di
dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis semiotika model Roland Barthes.
Semiotika model Roland Barthes ini merupakan teknik analisis yang digunakan
untuk memaknai suatu tanda. Bahasa merupakan susunan dari tanda yang memiliki
pesan – pesan tertentu dari masyarakat. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk
memahami (understanding) dunia makna yang disimbolkan dalam perilaku
masyarakat menurut perspektif masyarakat itu sendiri (Tobroni, 2001:1).
Objek penelitian kali ini adalah media sosial yang di mana memiliki peran dan
pengaruh penting dalam penyampaian informasi dan pola komunikasi kepada
mahasiswa di lingkungan program studi Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan.
Langkah kerja yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode
pengumpulan data dan hal-hal penting menyangkut objek penelitian tersebut. Data-
data tersebut dikumpulkan dan disusun hingga akhirnya data tersebut diolah menjadi
data deskriptif untuk dijadikan suatu bentuk karya tulis ilmiah. Data deskriptif
kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di
dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan
menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain
data deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi
mengenai keadaan yang ada (Mardalis, 1999:26).
Pada hakikatnya penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu metode dalam
meneliti status kelompok manusia, suatu objek dengan tujuan membuat deskriptif,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta
atau fenomena yang diselidiki (Mardalis, 1999:72).
Teori Semiotika
Semiotika pada umumnya merupakan suatu ilmu atau metode analisis untuk
mengkaji tanda. Tanda – tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha
mencari jalan di dunia ini, di tengah – tengah manusia dan bersama – sama manusia
(Sobur, 2017:15).
Semiotika Roland Barthes
Dalam semiotika Roland Barthes dikenal istilah signifier (penanda) dan signified
(pertanda) yang dikembangkan menjadi teori tentang metabahasa dengan dua sistem
signifikasi yaitu makna denotasi dan konotasi. Makna denotasi adalah level makna
deskriptif bersifat tertutup dan literal yang secara virtual dimiliki oleh semua anggota
suatu kebudayaan. Makna denotasi merupakan makna yang sebenar-benarnya yang
disepakati bersama secara sosial, yang rujukannya pada realitas sosial. Sedangkan
makna konotasi terbentuk dengan mengaitkan penanda dengan aspek-aspek kultural
yang lebih luas misalnya keyakinan, sikap, kerangka kerja, dan ideologi suatu formasi
sosial (Sobur, 2017:145). Makna konotasi bersifat terbuka terhadap penafsiran-
penafsiran baru. Antara penanda dan pertanda harus memiliki relasi sehingga inilah
yang akan membentuk tanda dan relasi tersebut tentunya akan berkembang karena
ditetapkan oleh pemakai tanda. Hubungan antara keduanya pun bersifat arbitrer.
Sehingga dalam makna denotasi itu menghasilkan makna yang eksplisit dan merupakan
sistem signifikasi pertama. Sedangkan makna konotasi menghasilkan makna yang
implisit dan merupakan sistem signifikasi kedua (Vera, 2014:27).
Selanjutnya ketika dalam makna konotasi diterima sebagai yang normal dan alami
atau dengan kata lain memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku
suatu periode tertentu seolah-olah telah ditakdirkan Tuhan, maka hal tersebut
merupakan mitos yang dihasilkan dari konstruksi kutural, namun demikian ia tampak
sebagai kebenaran universal yang telah ada sebelumnya dan melekat pada nalar awam.
Sebuah mitos memiliki konsep yang mirip dengan ideologi karena keduanya bekerja
pada level konotasi. Bahkan Barthes menyatakan mitos yang sudah mantap akan
menjadi ideologi. Menurut Volosinov (dalam Sobur, 2017:147) bahwa ranah ideologi
itu akan berkorespondensi dengan arena makna artinya di mana ada tanda, maka di situ
ada ideologi. Mitos dalam pandangan Barthes merupakan bahasa kedua yang berbicara
tentang bahasa tingkat pertama. Ini artinya tanda pada signifikasi pertama (pertanda dan
petanda) yang membentuk makna denotasi menjadi penanda pada urutan kedua makna
mitologis konotasi (Vera, 2014:30).
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan program studi Ilmu Komunikasi
Universitas Pasundan pada bulan Desember 2022.
Tahap menaganalisa data adalah tahap yang paling penting dan menentukan
dalam suatu penelitian. Adapun teknik Analisis data dalam penelitian ini adalah:
1. Teknik Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan
(Miles dan Huberman (1992:16). Langkah-langkah yang dilakukan adalah
menajamkan analisis, menggolongkan atau pengkategorisasian ke dalam tiap
permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
dan mengorganisasikan data sehingga dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang
direduksi antara lain seluruh data mengenai permasalahan penelitian. Data yang
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik untuk mempermudah
peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya atau mencari data tambahan
jika diperlukan.
2. Penyajian Data
Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang
telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
adalah usaha untuk mencari atau memahami suatu makna, keteraturan, pola-pola,
penjelasan, alur sebab akibat atau proposisi. Sebelum melakukan penarikan
kesimpulan terlebih dahulu dilakukan reduksi data, penyajian data serta penarikan
kesimpulan atau verifikasi dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Sesuai dengan
pendapat Miles dan Huberman, proses analisis tidak sekali jadi, melainkan
interaktif, secara bolak-balik di antara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi selama waktu penelitian. Setelah melakukan verifikasi
KESIMPULAN
Media sosial merupakan sebuah media online, dengan para penggunanya bisa
dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi jejaring sosial, blog,
dsb. Media sosial dapat diklasifikasikan sebagai media baru. Media baru bisa dipahami
sebagai munculnya teknologi komunikasi dan informasi proses sejarah kontestasi,
negosiasi, dan pelembagaan. (Wulansari, 2014). Berdasarkan hasil penelitian dan hasil
diskusi kami di atas, selanjutnya kami menarik sebuah kesimpulan, bahwa media sosial
memiliki peranan penting sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi
Univeristas Pasundan di mana terdapat beberapa kegiatan yang berpotensi menunjang
tujuan tersebut. Pertama dengan Penggunaan media sosial instagram untuk melakukan
sosialisasi kegiatan kemahasiswaan dan akademik di lingkungan Program Studi Ilmu
Komunikasi Universitas Pasundan serta penggunaan fitur hashtag dalam membantu
proses belajar mahasiswa. Kedua, Penggunaan layanan sistem akademik
situ2.unpas.ac.id dan edlink untuk merilis berbagai materi dan kajian akademik yang
dilakukan dalam kelompok belajar secara maksimal. Terakhir, Penggunaan media sosial
untuk mengakses jurnal-jurnal sebagai medium yang membantu memberikan referensi
dalam pembuatan karya tulis. Adapun peran media sosial sebagai media pembelajaran
bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan meliputi: sebagai sumber
informasi akademik mahasiswa dan media publikasi dan pembelajaran akademik.
Adapun peran media sosial di lingkungan program studi Ilmu Komunikasi
berpotensi mampu membantu proses pembelajaran mahasiswa. Oleh karena itu
menumbuhkan kesadaran sedini mungkin sangatlah penting, terlebih melihat potensi
yang sangat besar dan luar biasa ini dari dampak perkembangan teknologi komunikasi
dan informasi serta dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan. Salah satu upaya dalam menumbuhkan kesadaran tersebut adalah
dengan meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran akademik bagi mahasiswa
juga pihak birokrasi sebagai lembaga yang memiliki wewenang dalam mengatur dan
mengadakan kebijakan diharapkan mampu untuk memanfaatkan dan memaksimalkan
peranan media massa sebagai sarana penyampaian informasi dan edukasi juga sebagai
langkah tepat dalam upaya mendorong kualitas pendidikan di lingkungan program studi
Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan.
Dengan terlaksananya penelitian dan penulisan artikel ini tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada program studi Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan atas
kerja samanya, juga tidak lupa kepada dosen pembimbing kami ibu Winne Wardiani,
S.S., M.Si. yang telah membantu dan membimbing sehingga penulisan artikel dan
penelitian ini bisa terlaksana sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ainiyah, N. (2018). Remaja Millenial dan Media Sosial: Media Sosial sebagai Media
Informasi Pendidikan bagi Remaja Millenial. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia,
2(2), 221–236. https://doi.org/10.35316/jpii.v2i2.76
Kogngosan. (2020). “21 Akun Instagram tentang Pendidikan dan Pengetahuan yang
Bermanfaat”. https://www.kosngosan.com/2020/09/akun-instagram-
pendidikan.html Sevima. (2021). “20 Channel YouTube Pendidikan (Edukasi)
Terbaik di Indonesia”.
Aji, Wisnu Nugroho, Dwi Bambang Putut Setiyadi. (2020).”Aplikasi TikTok Sebagai
Media Pembelajaran Ketrampilan Bersastra”. Jurnal METAFORA. ISSN : 2407-
2400. Vol. 6 No.2, April 2020.
http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/METAFORA/article/view/7824
Zainuddin. M (2009). Peran Media Massa Dalam Proses Pendidikan di Masyarakat,
dikutip dari situs https://www.neliti.com/id/publications/119909/peran-media-
massa-dalam-proses-pendidikan-di-masyarakat diakses pada 29 November
2022.
Nugroho, Yulianto S.; Sari, Riri Fitri; Winarto, Yunita T.; Seniati, Ali Nina Liche;
Darwita, Risqa Rina; & Hidayat, Rahayu S. (Ed. 1; Cet. 1.). (2020). Mendadak
serentak online: Pengalaman guru besar Universitas Indonesia dalam pandemi
covid-19. Jakarta: Dewan Guru Besar Universitas Indonesia.