Anda di halaman 1dari 56

Universitas Esa Unggul

Analisa Media Sosial Instagram Sebagai Media Penyebaran


Informasi Akademik Pada Mahasiswa Institut STIAMI
Kota Bekasi

SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh
Gelar Strata-1 Ilmu Komunikasi

Oleh:

SYAMMAS PINASTHIKA SYARBINI


N.I.M : 2016-05-01-046
Marketing Communication

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA, 2019

1
Universitas Esa Unggul

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai hasil dari konvergensi media, internet telah melahirkan media-media


baru yang dapat dimanfaatkan manusia untuk menyebarluaskan informasi serta
menjalankan fungsi-fungsi media lainnya. Konvergensi media juga telah berhasil
merubah sejarah media, Informasi tidak lagi beredar melalui televisi, radio, atau surat
kabar saja melainkan juga melalui media sosial. Oleh karena itu, para pelaku media
harus menemukan cara dalam mengoptimalkan penggunaan media baru dengan
format yang berbeda tersebut. Sebelum era internet, manusia berkomunikasi dengan
antar sesama dengan melibatkan lebih banyak indera. Selain itu manusia juga belajar,
mengakses informasi, menyebarluaskan informasi, dan menjaga hubungan
kekerabatan melalui media-media konvensional seperti telepon, surat, atau dengan
memanfaatkan media massa seperti televisi, radio, surat kabar dan lain-lain. Hal ini
tidak lagi dapat berlaku secara sepenuhnya di era komunikasi informasi dan teknologi
ini.

Manusia yang hidup pada masyarakat informasi saat ini tidak hanya
menghadapi tantangan terhadap penggunaan teknologi komunikasi, melainkan juga
bagaimana menyikapi teknologi itu sendiri. Adapun salah satu hasil dari kemajuan
teknologi adalah internet. Internet telah membuka dunia baru dan cara hidup yang
baru bagi manusia. Manusia yang memiliki kemampuan untuk mengeksploitasi
internet akan mendapatkan kemudahan dalam kehidupannya, seperti akses terhadap
informasi yang tanpa batas, dan akses komunikasi kepada orang yang dikenal, bahkan
kepada orang yang belum dikenal sekalipun. Selain itu internet, sebagai hasil dari
konvergensi media,telah melahirkan media-media baru yang dapat dimanfaatkan
manusia untuk menyebarluaskan informasi serta menjalankan fungsi-fungsi media
lainnya. Konvergensi media juga telah berhasil merubah sejarah media, Informasi
tidak lagi beredar melalui televisi, radio, atau surat kabar saja melainkan juga melalui
media sosial. Oleh karena itu, para pelaku media harus menemukan cara dalam
mengoptimalkan penggunaan media baru dengan format yang berbeda tersebut.
Melinda, Nurly (2018; 54)

Media baru sendiri merupakan digitalisasi dari perkembangan teknologi dan


sains, yang bersifat manual menjadi otomatis dan dari semua yang rumit menjadi

2
Universitas Esa Unggul

ringkas dan dapat dikatakan teknologi komunikasi digital yang terkomputerisasi serta
terhubung kedalam jaringan internet. Dennis McQuail menjelaskan definisi media
baru adalah interkonektivitas, akses terhadap individu, interaktivitas, kegunaan
beragam untuk segala karakter dan sifat yang berada dimana-mana. Seperti yang telah
dibahas dimuka, meda baru yang salah satunya adalah internet menciptakan
kehidupan di seluruh dunia dengan media sosial yang mengajak kita berkomunikasi
tanpa batas, ruang, dan waktu McQuail dalam Melinda (2018; 54). Media baru bukan
hanya dapat memudahkan peredaran informasi pada khalayak global, tetapi lebih
daripada itu. Media komunikasi baru ini merupakan alat yang sangat berpengaruh
bagi aktivitas komunikasi.

Di Indonesia, perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat juga telah


dirasakan sebagai akibat dari masuknya pengaruh internet. Teknologi ini sudah dapat
diakses oleh berbagai kalangan masyarakat di Indonesia. Semua lapisan masyarakat
dari berbagai kategori usia telah memiliki pengetahuan dan akses untuk
menggunakan internet, terutama usia remaja yang sedang berada dalam masa
produktif dan penuh dengan rasa ingin tahu.

Pada Survei Global Digital Report 2018 yang dilakukan oleh We Are Social
& Hootsuite, menurut data Annual Growth of Social Media User, Indonesia
menduduki posisi ketiga dengan pertumbuhan 23% dari tahun 2017. Sementara tiga
platform media sosial yang paling aktif digunakan adalah Facebook, Youtube, dan
Instagram.

Sementara menurut hasil riset nasional yang dilakukan oleh Asosiasi


Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) 2017 mayoritas pengguna internet di
Indonesia berada dalam rentang usia 19-34 tahun dngan nilai 49,52% dari total
jumlah pengguna internet di Indonesia yang mencapai 143,26 juta di tahun 2017
kemarin. Riset tersebut juga membuktikan bahwa remaja merupakan kategori yang
mengkonsumsi konten internet dengan intensitas yang cukup besar, sehingga
penetrasi informasi tentu akan lebih mudah untuk dilakukan jika dengan
menggunakan media internet, dalam hal ini media sosial yang banyak digunakan oleh
anak usia remaja yaitu 19-34 tahun. Kategori usia pengguna media sosial ini sesuai
dengan usia mahasiswa aktif saat ini.

Mahasiswa yang sesuai dengan kategori usia remaja ini bukan merupakan
pengecualian dalam pemanfaatan teknologi internet dan media sosial. Mahasiswa

3
Universitas Esa Unggul

menggunakan internet dan media sosial sebagai alat untuk mengakses informasi dan
berkomunikasi, bahkan lebih daripada itu. Konvergensi media telah meciptakan
kedekatan dari konten yang biasa ada di “majalah dinding” ke dalam bentuk digital
yang dinamakan media sosial yang juga bersifat User Generated Content dalam
Nasrullah (2018, 176).

Salahsatu Sekolah Tinggi yang peduli terhadap media informasi online adalah
Institut STIAMI Kota Bekasi, melalui Kegiatan “STIAMI Kota Bekasi Bersama
Media Sepakayt Memajukan Pendidikan Indonesia” yang dilaksanakan di oleh
STIAMI dengan mengundang beberapa media seperti Media Indonesia, Antara, Pos
Kota, Warta Kota, tribunnews.com, pos sore, inilah.com, satunews.com, jurnal
nasional, hal ini bertujuan untuk membangaun dan memajukan media pendidikan di
Indonesia.

Dilansir oleh Republica.co.id, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan


meminta agar Institut STIAMI terus berkembang dan mempertahankan menjadi
Kampus Pendidikan (Teaching University) yang dapat menghasilkan manusia baru
yang berahlak mulia dan berkualitas. “Institut STIAMI harus menjadi lembaga
pendidikan yang siap melahirkan lulusan-lulusan berahlak mulia, dan membawa
perubahan yang baik bagi kehidupan bangsa Indonesia.” Institut STIAMI memang
selama ini dikenal sebagai lembaga pendidikan tinggi yang mengedepankan ahlak,
adab sebagai makhluk sosial dan berlandaskan pada agama. Maka tak heran, jika
Gubernur DKI amat menaruh harapan pada Institut STIAMI.Mengubah perpekstif
Instiut yang kaku dan membosankan Institut STIAMI juga menciptakan sebuah
maskot sebagai media yang dapat menarik perhatian generasi Millenials yang diberi
nama Globi.

(Gambar 1.1.1 Maskot Institut STIAMI & Pengaplikasian Maskot pad Konten Media
Sosial Instagram)

4
Universitas Esa Unggul

Untuk merealisasikan berbagai hal tersebut Institut STIAMI Kota Bekasi


mengoparasikan akun @AkademikStiamiBekasi sebagai media penyebaran informasi
terkini dan teraktual bagi mahasiswa Institut STIAMI Kota Bekasi itu sendiri. Oleh
karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana peran media sosial
Instagram sebagai media penyebaran informasi akademik pada mahasiswa Institut
STIAMI Kota Bekasi.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang diuraikan dalam penulisan penelitian ini adalah:
“Bagaimana media sosial Instagram sebagai media penyebaran
informasi akademik pada mahasiswa Institut STIAMI Kota Bekasi?”

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan yang ingin dicapai penulis adalah:
Untuk menggambarkan, menjelaskan, serta menguraikan bagaimana
media sosial Instagram sebagai media penyebaran informasi akademik pada
mahasiswa Institut STIAMI Kota Bekasi.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberi masukan dan
saran kepada Institut Stiami Bekasi dalam meningkatkan media sosial
Instagram dalam penyebaran informasi di bagian Akademik Stiami
Bekasi.

2. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data maupun referensi
bagi pelajar, mahasiswa, dan kalangan umum. Dan dapat bermanfaat
bagi peneliti, di samping itu juga agar dapat menimbulkan penelitian
terbaru dari peneliti-peneliti berikutnya dimana dapat
menyempurnakan penelitian ini nantinya. Memperluas pengetahuan,
inovasi dan kreatifitas baru, serta bahan dalam penerapan ilmu metode
penelitian, khususnya mengenai pengembangan keilmuan komunikasi
terhadapi fenomena di masa depan.

5
Universitas Esa Unggul

b. Menjadi refrensi dan tolak ukur dalam menganalisis media sosial


Instagram sebagai alat penyebaran informasi di dunia pendidikan.

1.5 Sistematika Penulisan


Dalam sistematika penulisan laporan, akan menguraikan secara umum setiap
bab untuk memperoleh gambaran singkat mengenai kegiatan hasil yang dilakukan
dengan mengikuti urutan penyajian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian,
tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematis penulisan yang menjabarkan
secara singkat kerangka laporan penelitian yang akan penulis teliti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini berisi uraian mengenai tinjauan kepustakaan yang berhubungan
dengan permasalahan yang akan diangkat, definisi konsep dan kerangka
pemikiran.

BAB III METODE PENELITIAN


Bab ini berisikan metode dan desain penelitian yang digunakan oleh
penulis, unit analisis, kategori dan definisi kategori, serta analisis data yang
digunakan penulis dalam penelitian.

BAB IV METODE PENELITIAN


Bab ini berisikan metode dan desain penelitian yang digunakan oleh
penulis, unit analisis, kategori dan definisi kategori, serta analisis data yang
digunakan penulis dalam penelitian.

BAB V PEMBAHASAN
Bab ini berisikan memuat penjelasan atau penafsiran hasil penelitia,
analisis data, serta perbandingan dengan hasil penelitian.

BAB VI PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.

6
Universitas Esa Unggul

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Tujuan Penelitian &


No Judul Penelitian Peneliti
Metodologi
Menganalisis bagaimana peran
Studi Peran Media Sosial media sosial sebagai media
sebagai Media Penyebaran penyebaran informasi akademik
1. Informasi Akademik pada Nurly pada mahasiswa Ilmu
Mahasiswa di Program Studi Meilinda Komunikasi di FISIP Universitas
Ilmu Komunikasi FISIP Sriwijaya. (Deskriptif
UNSRI Kualitatif)
Peran Media
Sosial sebagai Peran Media Sosial sebagai
Peran Media Sosial sebagai
Media Media Penyebaran Informasi
2. Media Penyebaran Informasi
Penyebaran Akademik (Deskriptif
Akademik
Informasi Kualitatif)
Akademik

(Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu)

2.1.1. Paradigma Penelitian


Mulyana, Dedy (200, 9) Paradigma adalah suatu cara pandang untuk
memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam
sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan pada
mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat
normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa
perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epitemologis yang
panjang. Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah
paradigma kritis. Paradigma kritis, yaitu paradigma yang
.
Ada berbagai macam paradigma yang bisa dikelompokkan dalam
teori-teori ilmiah komunikasi, seperti paradigma humanis radikal,
paradigma struktural radikal, paradigma interpretif, dan paradigma
fungsionalis. Guba & Lincoln dalam Elshafie, Marwa (2013; 9) juga
menyusun beberapa paradigma dalam teori ilmu komunikasi, yang terdiri

7
Universitas Esa Unggul

dari paradigma positivis, paradigma pos-positivis, paradigma kritis, dan


paradigma konstruktiv. Beberapa ahli metodologi dalam bidang ilmu sosial
berpendapat bahwa paradigma positivis dan pos-positivis merupakan
kesatuan paradigma, yang sering disebut dengan paradigma klasik. Adanya
konstelasi paradigma di atas maka teori dan penelitian biasa
dikelompokkan dalam tiga paradigma utama, yaitu paradigma klasik,
paradigma kritis dan paradigma konstruktivis.

Perbedaan antara ketiga paradigma ini juga dapat dibahas dari 4


(empat) dimensi, yaitu dimensi epistemologis, dimensi ontologis, dimensi
metodologis, serta dimensi aksiologis. Dimensi epistemologis berkaitan
dengan asumsi mengenai hubungan antara peneliti dengan yang diteliti
dalam proses memperoleh pengetahuan mengenai objek yang diteliti.
Dimensi ontologis berhubungan dengan asumsi mengenai objek atau
realitas sosial yang diteliti. Dimensi metodologis mencakup asumsi-asumsi
mengenai bagaimana cara memperoleh pengetahuan mengenai suatu obyek
pengetahuan. Sedangkan dimensi aksiologis berkaitan dengan posisi value
judgments, etika serta pilihan moral peneliti dalam suau penelitian.

2.1.2. Paradigma Kritis


Paradigma kritis pada dasarnya adalah paradigma ilmu pengetahuan
yang meletakkan epistemologi kritik Marxisme dalam seluruh metodologi
penelitiannya. Pengaruh ide marxisme-neo marxisme dan teori kritis
mempengaruhi filsafat pengetahuan dari paradigma kritis. Oleh sebab itu,
proyek utama dari paradigma kritis adalah pembebasan nilai dominasi dari
kelompok yang ditindas. Ada beberapa karakteristik utama dalam seluruh
filsafat pengetahuan paradigma kritis yang bisa dilihat secara jelas. Pertama
adalah ciri pemahaman paradigma kritis tentang realitas. Ciri kedua adalah
ciri tujuan penelitian paradigma kritis. Ciri ketiga adalah ciri titik perhatian
penelitian paradigma kritis. Karakteristik keempat dari paradigma kritis
adalah pendasaran diri paradigma kritis mengenai cara dan metodologi
penelitiannya.
Asumsi dasar dalam paradigma kritis berkaitan dengan keterangan di
mana Sekolah Frankfurt menjadi motor penggerak teori kritis dan juga
merefleksikan peran media massa pada masyarakat waktu itu. Tentu saja,
konteks Jerman pada waktu itu juga sangat dipengaruhi oleh sejarah
Jerman pada waktu pemerintahan Hitler (Nazi). Dalam perkembangan

8
Universitas Esa Unggul

selanjutnya, Sekolah Frankfurt juga menyatakan bahwa media bisa menjadi


alat pemerintah untuk mengontrol publik, dalam arti tertentu media bisa
menjadi bagian dari ideological state apparatus (Littlejohn, 2002:213).
Keterangan tersebut menjelaskan keyakinan bahwa ada kekuatan
tersembunyi dalam masyarakat yang begitu berkuasa mengontrol proses
komunikasi masyarakat.

Teori kritis melihat bahwa media tidak lepas dari kepentingan,


terutama sarat kepentingan kaum pemilik modal, negara atau kelompok
yang menindas lainnya. Dapat dikatakan bahwa media menjadi alat
dominasi dan hegemoni masyarakat. Selanjutnya, teori kritis melihat
bahwa media adalah pembentuk kesadaran. Representasi yang dilakukan
oleh media dalam sebuah struktur masyarakat lebih dipahami sebagai
media yang mampu memberikan konteks pengaruh kesadaran
(manufactured consent).

Pendefinisian dan reproduksi realitas yang dihasilkan oleh media


massa tidak hanya dilihat sebagai akumulasi fakta atau realitas itu sendiri,
tetapi juga merupakan representasi tarik ulur ideologi atau sistem nilai yang
mempunyai kepentingan berbeda satu sama lain. Reproduksi realitas dalam
media pada dasarnya dan umumnya akan sangat dipengaruhi oleh bahasa
(Littlejohn, 2002:210-211). Bahasa di samping sebagai realitas sosial, juga
bisa dilihat sebagai sebuah sistem penandaan realitas lainnya (peristiwa
atau pengalaman hidup manusia).

2.2.Konvergesi Media
Perkembangan teknologi dan mediamorfosis pada akhirnya berujung
pada konvergensi media, yakni segala fungsi media berkolaborasi dalam satu
perangkat media. Konvergensi adalah kata untuk menggambarkan perubahan
teknologi, industri, budaya dan sosial yang datang bersama-sama dari
industri yang sebelumnya terpisah (komputasi, dicetak, film, audio, dan
sejenisnya) yang semakin menggunakan teknologi yang sama atau terkait dan
pekerja terampil (Jenkins dalam Hana dan Iswahyuningtyas 2013, 658). Hal
ini berarti konvergensi media dapat digunakan sebagai penanda perubahan
elemen komunikasi: media, kultur, khalayak, teknologi, dan industrinya.

9
Universitas Esa Unggul

Konvergensi berasal dari kata bahasa Inggris yaitu “Convergence”


yang memiliki arti tindakan bertemu atau bersatu di suatu tempat, atau bisa
diartikan juga pemusatan pandangan mata ke suatu tempat yang amat dekat.
Media adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana penghubung atau
perantara dalam penyampaian informasi maupun penyampaian hiburan dari
pengirim informasi kepada penerima informasi (komunikasi). Konvergensi
Media adalah pengintegrasian atau penggabungan media - media yang ada
untuk diarahkan dan digunakan ke dalam satu titik tujuan, dimana
konvergensi media diakibatkan karena adanya perkembangan teknologi
komunikasi digital yang menyebabkan efisiennya adanya telepon, video, dan
komunikasi data dalam suatu jaringan (konvergensi jaringan). Jadi dapat
disimpulkan bahwa konvergensi media adalah fenomena bergabungnya
berbagai media yang sebelumnya dianggap berbeda dan terpisah yang
meliputi media cetak maupun media elektronik (misalnya televisi, radio,
surat kabar, dan komputer) menjadi satu ke dalam sebuah media tunggal.

Dalam Albert, Yehuda (2017, 2) Perkembangan di bidang teknologi


informasi dan komunikasi telah menyebabkan terjadinya konvergensi media,
hilangnya perbedaan antar media, semenjak diperkenalkan Personal
Computer (PC) pada akhir tahun 1970-an. Terlebih ketika mulai
berkembangnya internet dalam teknologi informasi dan komunikasi yang
menyebabkan perbedaan antara media massa semakin tipis dengan
sebelumnya dan menyebabkan perubahan pola telekomunikasi yaitu media
massa yang tradisional memberikan model komunikasi “satu untuk banyak”,
sedangkan internet memberikan model tambahan “banyak untuk satu”
internet juga memberikan potensi komunikasi yang lebih terdesentralisasi
dan lebih demokratis tanpa batas ruang dan waktu. Di jaman yang semakin
maju dan teknologi semakin berkembang membuat internet yang saat ini
hampir digunakan di seluruh dunia menjadi satu tempat yang melebur semua
media inilah proses konvergensi media. Melalui internet dan digitalisasi
informasi sebagai media tumbuh konvergensi media inilah dapat
menyatukan tiga C (3C) yaitu:

1. Computing (Memasukkan data Melalui Komputer)

2. Communication (Komunikasi)

3. Content (Isi)

10
Universitas Esa Unggul

Maka dapat disimpulkan bahwa konvergensi media tumbuh didukung


adanya perkembangan teknologi dan komunikasi terutama perkembangan
internet, selama internet masih berkembang maka konvergensi media juga
akan terus berkembangan mendampingi perkembangan internet sebagai
media tumbuh.

2.3. Teori Komunikasi


2.7.1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah topik yang amat sering diperbincangkan,
bukan hanya di kalangan awam, sehingga kata komunikasi itu sendiri
memiliki terlalu banyak arti yang berlainan. Kata komunikasi atau
communication dalam bahasa inggris berasal dari kata Latin
communis yang berarti “sama,” communico, communicatio, atau
communicare yang berarti “membuat sama” (to make common).
Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata
komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang
mirip. Deddy Mulyana, (2007: 45-46).

Menurut Knapp dalam (Suprapto, 2011: 6), menyatakan bahwa


komunikasi merupakan interaksi antarpribadi yang menggunakan
sistem simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal (kata-kata) dan
nonverbal. Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung/tatap
muka atau melalui media lain (tulisan, oral, dan visual).

Sebagaimana yang dikatakan oleh Fisher yang dikutip oleh


Wiryanto bahwa, “Ilmu komunikasi mencakup semua dan bersifat
eklektif.” Sifat eklektif ini sejalan dengan pendapat yang digambarkan
oleh Wilbur Schramm yang dikutip oleh Wiryanto bahwa,
“Komunikasi sebagai jalan simpang yang ramai, semua disiplin ilmu
melintasinya.” Dalam Wiryanto ( 2004, 3).

Dari beberapa definisi dan pengertian komunikasi yang telah


dikemukakan menurut beberapa ahli komunikasi, maka jelas bahwa
komunikasi antar manusia hanya dapat terjadi apabila seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya
komunikasi hanya dapat terjadi apabila didukung oleh adanya

11
Universitas Esa Unggul

komponen atau elemen komunikasi yang diantaranya adalah sumber,


pesan, media, penerima dan efek.

2.7.2. Tujuan Komunikasi


Kegiatan komunikasi bertujuan mengharapkan pengertian,
dukungan, gagasan, dan mengubah atau mempengaruhi tindakan.
Sedangkan dalam Public Relations, tujuan komunikasi dapat
dibedakan menjadi tujuan informasi, intruksi, persuasi. Idealnya agar
sebuah gagasan dapat diterima oleh target yang dituju, cara yang
digunakan adalah dengan tidak memaksakan kehendak, tahu lebih
secara persuasif.
Menurut Effendy (2004: 55) terdapat empat tujuan komunikasi:
a. Mengubah sikap (to change the attitude)
b. Mengubah opini atau pendapat (to change the opinion)
c. Mengubah perilaku (to change behaviour)
d. Mengubah masyarakat (to change the society)

2.4.Teori Komunikasi Massa


2.3.1. Pengertian Komunikasi Massa
Menurut Suprapto (2011:17), Komunikasi massa adalah proses
penyampaian informasi, ide, dan sikap kepada banyak orang (biasanya
dengan menggunakan mesin atau media yang diklasifikasikan ke
dalam media massa, seperti radio siaran, televisi siaran, surat kabar
atau majalah dan film).
Suprapto Tommy. (2011). Pengantar Ilmu Komunikasi, Dan Peran
Manajemen dalam Komunikasi, Jakarta: Buku Seru.

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui


media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal
perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan
kata media of mass communication (media komunikasi massa). Media
massa apa? Media massa (atau saluran) yang dihasilkan oleh teknologi
modern. Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang bukan media
massa yakni media tradisional seperti kentongan, angklung, gamelan,
dan lain-lain. Jadi, di sini jelas media massa menunjuk pada hasil
produk teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa
(Nurudin, 2013:4).
Nurudin. (2014). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers

12
Universitas Esa Unggul

Menurut McQuail (2011;60) Istilah Komunikasi Massa mulai


digumakan pada akhir tahun 1930-an, tetapi ciri-ciri utamanya telah
dikenal sebelumnya dan tidak berubah sejak saat itu. Ciri paling utama
adalah dirancang untuk menjangkau banyak orang.

2.3.2. Ciri-ciri Komunikasi Massa


Ciri-ciri komunikasi massa menurut Nurudin (2013:19-32)
a. Komunikator dalam komunikasi massa yang melembaga
Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu
orang tetapi kumpulan orang. Artinya, gabungan antar berbagai
macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.
Lembaga yang dimaksud di sini menyerupai sebuah sistem.
Sebagaimana kita ketahui, sistem adalalah sekolompok orang,
pedoman, dan media yang melakukan suatu kegiatan, mengolah,
menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi
pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai suatu
kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan
mengubah pesan itu menjadi informasi.
b. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen
Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya
heterogen. Artinya, audiens beragam pendidikan, umur, jenis
kelamin, status sosial ekonomi, memiliki jabatan yang
beragam, memiliki agama atau kepercayaan yang tidak sama
pula. Namun, mereka adalah komunikan.
c. Pesannya bersifat umum
Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan
kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu.
Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan kepada khalayak
yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakan
pun tidak boleh bersifat khusus. Artinya, pesan memang tidak
disengaja untuk golongan tertentu.

d. Komunikasinya berlangsung satu arah


Dalam hal ini, kita tidak bisa langsung memberikan
respon kepada komunikatornya (media massa yang

13
Universitas Esa Unggul

bersangkutan). Kalaupun bisa sifatnya tertunda, bisa dikatakan


bersifat tidak langsung.
e. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan
Dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam
proses penyebaran pesanpesannya. Serempak berarti khalayak
bisa menikmati media massa secara bersamaan. Bersamaan
juga tentu bersifat relatif, namun harapan komunikator dalam
komunikasi massa, pesan tetap ingin dinikmati secara
bersamaan oleh para khalayak.
f. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis
Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan
pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan
peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya
bandwidth untuk media digital.
g. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper
Gatekeeper atau yang sering disebut pemimpin
informasi, palang pintu atau penjaga gawang adalah orang yang
sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media
massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut
menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas
agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami.
Jika dikaitkan dengan media sosailmaka diaadalah seorang
administrator akun tersebut.

Melalui penjelasan di atas, terlihat jelas bahwa


komunikasi massa memang sangat dipengaruhi oleh peralatan
dan berbagai komponen yang ada dalam audiens, bahkan
audiens itu sendiri menjadi komponen paling penting di dalam
komunikasi massa. Dengan ciri-ciri yang ada, komunikasi
massa memang menjadi terlihat berbeda dengan bentuk
komunikasi lainnya. Hal yang paling mendasar adalah
komunikasi massa bersifat sangat umum, dilakukan dan
dinikmati oleh siapa saja

2.5. Pengertian New Media


Menurut Everett M. Rogers (dalam Aslan, 2015:124) merangkumkan
perkembangan media komunikasi ke dalam empat era;

14
Universitas Esa Unggul

“Pertama, era komunikasi tulisan, Kedua, era komunikasi


cetak, Ketiga, era telekomunikasi, dan Keempat, era
komunikasi interaktif. Media baru adalah media yang
berkembang pada era komunikasi interaktif. Ron Rice
mendefinisikan media baru adalah media teknologi komunikasi
yang melibatkan komputer di dalamnya (baik mainframe, PC
maupun Notebook) yang memfasilitasi penggunanya untuk
berinteraksi antar sesama pengguna ataupun dengan informasi
yang diinginkan.”

Lev Manovich (2003, 16), mendefinisikan media baru


dengan menggunakan 8 (delapan) proposisi, yaitu :
a. Media baru vs Cyberculture. Cyberculture adalah berbagai
macam fenomena sosial yang diasosiakan dengan internet dan
jaringan komunikasi. Sementara itu, media baru menekankan
pada objek budaya dan paradigma.
b. Media baru adalah teknologi komputer yang dipakai
untuk sebuah platform distribusi. Media baru adalah data
digital yang dikendalikan oleh perangkat lunak tertentu.
c. Media baru adalah adalah penyatuan antara konvensi budaya
yang telah ada dengan konvensi perangkat lunak.
d. Media baru adalah estetika yang telah ada sejak awal tahapan
di setiap media baru modern dan teknologi komunikasi.
e. Media baru mampu mengeksekusi algoritma lebih cepat
dibandingkan dengan sebelumnya yang dilakukan secara
manual atau melalui teknologi lain.
f. Media baru adalah sebagai metamedia
g. Media baru sebagai artikulasi paralel gagasan serupa dalam
seni dan komputasi modern Pasca-Perang Dunia II.

McQuail dalam Kunia (2015, 292) melihat bahwa


permasalahan utama dalam teori tentang media baruyang tentu
saja berbeda dengan teori tentang media (lama) yang ada
selama ini, berkutat pada tiga hal:
“Pertama, power and inequality, sangatlah sulit untuk
menempatkan media baru dalam hubungannya dengan
kepemilikan dan kekuasaan dimana isi dan arus informasi

15
Universitas Esa Unggul

dikontrol. Kedua, social integration dan identity, media baru


dianggap sebagai kekuatan untuk melakukan disintegrasi
terhadap kohesivitas sosial yang ada di dalam masyarakat
karena dianggap terlalu individualistik dan bisa menembus
batas ruang dan waktu sekaligus budaya. Ketiga, social
change, media baru dianggap agen perubahan sosial sekaligus
agen perubahan ekonomi yang terencana dimana tida adanya
kontrol pesan baik dari pemberi maupun penerima pesan
sangat mungkin terjadi.”

Pemaparan di atas tentu saja masih belum menjadi patokan baku atas
hadirnya media baru di tengah masyarakat yang sangat haus terhadap
informasi sekarang ini. Hal ini dikarenakan perkembangan komunikasi
disertai teknologi komunikasi dan media yang ada akan selalu berubah
sejalan dan saling pengaruh mempengaruhi dengan perkembangan yang ada
di dalam masyarakat. Oleh karena itu, kajian terhadap fenomena komunikasi
media baru haruslah selalu dilakukan untuk bisa menangkap dinamika yang
terjadi dalam hubungan antara media komunikasi dan masyarakat.

2.6. Pengertian Media Sosial


Media sosial dan perangkat lunak sosial merupakan “Alat untuk
meningkatkan kemampuan pengguna untuk berbagi (to share), bekerja sama
(to co-operate) di antara pengguna dan melakukan tindakan secara kolektif
yang semuanya berada diluar kerangka institusional maupun organisasi”
(Shirky, 2008: 21)

Lain halnya dengan Danah M. Boyd dan Nicole B. Ellison (2007, 211)
yang menyatakan bahwa:
“A social media is a networked communication platform in which
participants 1) have uniquely identifiable profiles that consist of user
supplied content, content provided by other users, and/or system
provided data; 2) can publicly articulate connections that can be
viewed and traversed by others; and 3) can consume, produce, and/or
interact with streams of user generated content provided by their
connections on the site.”

16
Universitas Esa Unggul

Situs jejaring sosial adalah sebuah platform komunikasi berjaringan di


mana pesertanya;
a. Memiliki profil yang dapat dikenal dan terdiri dari para pengguna
yang dapat menyampaikan konten, konten melihat komten dari
pengguna lain, atau konten berasal dari sistem yang disediakan;
b. Dapat dimengerti dan dikunjungi oleh pengguna lain;
c. Dapat menikmati, membuat, dan berinteraksi dengan pengguna lain
yang tersambung di situs yang sama.
.
Dalam Sulianta (2015:5) Media sosial memiliki beberapa pengertian,
yakni:
Interaksi soial antara manuasia dalam mem produksi, berbagi dan
bertukar informasi, hal ini mancekap gagasan dan berbagai konten dalam
komunitas vertical.

Menurut Kaplan and M. Heinlein dalam Somwanshi, Salegaonkar, dan


Sharma (2015, 5) “A group of Internet-based applications that build on the
ideological and technological foundations of Web 2.0, and allow the creation
and exchange of user generated content”

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa media


sosial mampu menghadirkan serta menjembatani cara berkomunikasi
dengan teknologi yang sama sekali berbeda dari media sosial tradisional.

2.6.1. Karakteristik Media Sosial


Media sosial memiliki karakteristik khusus yang tidak
dimiliki oleh beberapa jenis media siber lainnya. Ada batasan-
batasan dan ciri khusus tertentu yang hanya dimiliki oleh
media sosial dibanding dengan media lainnya. Salah satunya
adalah media sosial beranjak dari pemahaman bagaimana
media tersebut digunakan sebagai sarana sosial di dunia
virtual, Pada akhirnya , bagaimana karakteristiik media sosial
itu bisa dipergunakan untuk bidang seperti jurnalisme,
hubungan masyarakat, pemasaran, politik, menurut Castells
dalan Nasrullah (2015, 15).

17
Universitas Esa Unggul

Adapun karakteristik media sosial yaitu:


a. Jaringan (network)
b. Informasi (information)
c. Arsip (archive)
d. Interaksi (interacivity)
e. Simulasi Sosial (simulation of society)
f. Konten oleh pengguna (user-generated content)
Karakteristik media sosial yang selama ini dikenal, melebur dalam
media baru. Ini karena terbentuknya mass-self comunication. Dalam media baru
ada kombinasi antara komunikasi interpersonal dengan komunikasi massa.
Karena menjangkau khalayak secara global maka bisa dikatakan komunikasi
massa, dan pada saat yang sama karena pesan yang ada dibuat, diarahkan, dan
dikonsumsi secara personal, maka dikatakan komunikasi interpersonal. Utari
dalam Watie (2011, 73).

2.6.2. Jenis Media Sosial


Menurut Puntoadi (2011, 34) bahwa terdapat beberapa
macam-macam media sosial adalah sebagai berikut.
a. Bookmarking. Berbagai alamat website yang menurut
pengguna bookmark sharing menarik minat mereka.
Bookmarking memberikan sebuah kesempatan untuk
menshare link dan tag yang diminati. Ha"l demikian
bertujuan agar setiap orang dapat menikmati yang kita
sukai.
b. Content Sharing. Melalui situs-situs content sharing
tersebut orang-orang menciptakan berbagai media dan juga
publikasi untuk berbagi kepada orang lain. YouTube dan
Flikr merupakan situs content sharing yang biasa
dikunjungi oleh khalayak.
c. Wiki. Sebagai situs yang memiliki macam-macam
karakteristik yang berbeda misalnya situs knowledge
sharing, wikitravel yang memfokuskan sebuah diri
informasi tempat, dan konsep komunitas lebih eksklusif.
d. Flickr. Situs yang dimiliki yahoo mengkhususkan sebuah
image sharing dengan kontributor yang ahli di setiap
bidang fotografi di seluruh dunia. Flickr menjadikan "photo
catalog" yang setiap produk dapat dipasarkan.

18
Universitas Esa Unggul

e. Social Network. Aktivitas yang menggunakan fitur yang


disediakan oleh situs tertentu menjalin sebuah hubungan,
interaksi dengan sesama. Situs social networking tersebut
adalah linkedin, facebook, dan MySpace.
f. Creating Opinion. Media sosial tersebut memberikan
sarana yang dapat berbagi opini dengan orang lain di
seluruh dunia. Melalui hal tersebut, creating opinion,
semua orang dapat menulis, jurnalis dan sekaligus
komentator.

Pengertian media sosial dapat ditemukan di berbagai sumber bacaan.


Salah satunya definisi media sosial menurut Kaplan dan Haenlein dalam Diah
(2016, 4) yaitu sebagai berikut:
“As a group of internet based applications that build on the ideological
and technological foundation of web 2.0 and allow creation and exchange
of user created contents”.

Pada intinya, dengan sosial media dapat dilakukan berbagai aktifitas dua
arah dalam berbagai bentuk pertukaran, kolaborasi, dan saling berkenalan
dalam bentuk tulisan, visual maupun audiovisual. Sosial media diawali dari
tiga hal, yaitu Sharing, Collaborating dan Connecting Puntoadi dalam Setiadi
(2016, 2). Definisi tersebut mengungkapkan bahwa media sosial sebagai
kelompok berbasis internet aplikasi yang membangun di atas dasar ideologi
dan teknologi web 2.0 dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran
pengguna menciptakan isi (content).

2.7.Jenis-jenis Jejaring Sosial


Dalam Jejaring Sosial adalah sebuah bidang studi internasional. Jejaring
sosial menyediakan forum umum untuk perwakilan berbagai bidang studi
tentang struktur hubungan sosial dan asosiasi yang dapat diungkapkan dalam
bentuk jaringan. Social networking sites atau biasa disebut situs jejaring sosial
adalah aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk terhubung dengan
pengguna lain melalui profil pribadi atau akun pribadinya.

19
Universitas Esa Unggul

2.7.1. Facebook
Facebook menurut wikipedia berbahasa Indonesia adalah
sebuah layanan jejaring sosial dan situs web yang diluncurkan pada 4
Februari 2004. Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg, seorang
mahasiswa Harvard kelahiran 14 Mei 1984. Pada awal masa kuliahnya,
situs jejaring sosial ini keanggotaannya masih dibatasi untuk mahasiswa
dari Harvard College. Dalam dua bulan selanjutnya, keanggotaannya
diperluas ke sekolah lain di wilayah Boston (Boston College, Universitas
Boston, MIT, Tufts), Rochester, Stanford, NYU, Northwestern, dan semua
sekolah yang termasuk dalam Ivy League. Sampai akhirnya, pada
September 2006, Facebook mulai membuka pendaftaran bagi siapa saja
yang memiliki alamat email.

2.7.2. Twitter
Dilansir Wikipedia, Twitter sebagai sistem micro-blogging,
memungkinkan pengguna untuk menerbitkan tweet yang panjangnya
hingga 140 karakter untuk memberi tahu orang lain apa yang mereka
lakukan, apa yang mereka lakukan berpikir, atau apa yang terjadi di
sekitar mereka. Lebih beberapa tahun terakhir, Twitter telah menjadi
sangat populer. Menurut entri Twitter terbaru di Wikipedia, jumlah
pengguna Twitter telah meningkat 190 juta dan jumlah tweet yang
dipublikasikan pada Twitter setiap hari lebih dari 65 juta1.
.
2.7.3. Snapchat
Snapchat. Snapchat adalah sebuah aplikasi media social yang
penggunanya dapat membuat foto dan video menjadi lebih ramai dengan
menambahkan teks atau coretan pensil. Foto atau Video tersebut dinamai
Snap yang kemudian dapat dikirimkan ke teman yang ada di dalam
kontak. Berikutnya penerima dapat melihat video atau foto tersebut
dengan durasi yang ditentukan oleh pengirim. Setelah itu video akan
hilang. Snapchat diciptakan oleh tiga orang mahasiswa Stanford
University, yaitu Evan Spiegel, Bobby Murphy, dan Reggie Brown.
Mulanya ini adalah proyek kelas Spiegel dan Brown dengan nama
Picabbo. Keduanya kemudian menggandeng Murphy untuk
merealisasikannya ke dalam aplikasi. Pada bulan Juli 2011, Picabbo resmi
memulai debut namun kemudian diubah menjadi Snapchat dan mendarat
di Android pada 29 November 2012. Salmiyah, Dini (2016, 24).

20
Universitas Esa Unggul

2.8.Media Sosial Instagram


Dikutip dari Simply Measured Ultimate 2017: Instagram
Ebook dari Sprout Social:
“Instagram is top-of-mind for any social marketer in
2017, and with a community of 600 million users (100 million
of which were added in the last half of 2016), it’s no surprise
that brands have been flocking to the rapidly growing network
in droves.The photo-sharing network has evolved into a photo-,
video-, and GIF- sharing network. It’s even become a
competitor with Snapchat for live video with its introduction of
Instagram Stories and Instagram Live, and a competitor with
Pinterest with its recently released “Save” feature.
MarketingLand tells us that “15 to 25 percent of the people
who see a link in an Instagram Story are swiping on it,
according to a handful of brands and publishers that have been
experimenting with the feature.”

Menurut Bambang, Instagram adalah sebuah aplikasi dari


Smartphone yang khusus untuk media sosial yang merupakan
salah satu dari media digital yang mempunyai fungsi hampir
sama dengan twitter, namun perbedaannya terletak pada
pengambilan foto dalam bentuk atau tempat untuk berbagi
informasi terhadap penggunanya. Instagram juga dapat
memberikan inspirasi bagi penggunanya dan juga dapat
meningkatkan kreatifitas, karena Instagram mempunyai fitur
yang dapat membuat foto menjadi lebih indah, lebih artistik
dan menjadi lebih bagus. (Bambang, 2012, 10).

Instagram adalah layanan berbasis internet sekaligus


jejaring sosial untuk berbagi cerita via gambar digital. Para
pengguna gadget kerap kali menggunakan jejaring ini untuk
langsung berbagi hasil jepretan mereka. Tidak jarang orang-
orang menggunakan sebagai sarana berjualan online Sulianta
dalam Rosdyana dan Handayani (2016, 21).

21
Universitas Esa Unggul

2.9. Pengertian User Generated Content


Konten yang berasal dari warga merupakan salah satu karakter dari media
siber. Konsep ini menjelaskan tentang bagaimana khalayak memiliki akses,
memproduksi, mempublikasikan, dan menyebarkan informasi. Informasi
tersebut bias berupa (1) pandangan atau opini tentang sebuah fenomena yang
berkaitan dengan khalayak, (2) aktivitas khalayak, atau (3) peristiwa yang
terjadi di masyarakat. ( Nasrullah, 2018).

2.10. Kerangka Pemikiran


Adapun kerangka pemikiran yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut;

Media Sosial
Instgaram

Penyebaran Informasi

Kebijakan Akademik

Mahasiswa Institut
STIAMI Kota Bekasi

Mutual
Understanding
Mahasiswa

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

22
Universitas Esa Unggul

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Berdasarkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, maka
Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi
kasus. Bogdan dan Taylor dalam Anom (2004. 76) mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosudur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat
diamati. Lebih lanjut dia katakan, pendekatan ini diarahkan pada latar dan
individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengi-
solasikan individu atau organisasi ke dalam variable atau hipotesis, tetapi
perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan
Sedangkan menurut David Williams dalam Moleong (2006:5)
menyatakan penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar
alamiah dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau
peneliti yang tertarik secara alamiah. Penelitian dengan jenis deskriptif berarti
adalah data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk
memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Kutipan dan data ini
didapatkan melalui catatan di lapangan, foto, rekaman wawancara, dan
dokumen resmi lainnya. Berkaitan dengan masalah yang diangkat, penulis
bertujuan untuk meneliti dan mengetahui analisis media sosial Instagram
sebagai solusi menghadapi fenomena post truth.
Strategi studi kasus memiliki empat desain, yaitu :
1.Desain Kasus Tunggal Holistik
2.Desain Kasus Tunggal Terjalin
3.Desain Multi Kasus Holistik
4.Desain Multi Kasus Terjalin
Desain-desain Desain-desain Multi
Studi Kasus Kasus
Holistik Tipe 1 Tipe 3
(unit analisis tunggal)
Terjalin Tipe 2 Tipe 4
(unit multi analisis)

Gambar 3.1 Tipe-Tipe Dasar Desain Studi Kasus (Sumber: Yin 2012:46)

23
Universitas Esa Unggul

Keterangan gambar :
Tipe 1 : Desain kasus tunggal dan unit analisis tunggal
Tipe 2 : Desain dengan kasus tunggal dan unit multi analisis
Tipe 3 : Desain dengan multi kasus dan unit analisis tunggal
Tipe 4 : Desain dengan multi kasus dan multi analisis
Kasus yang akan diteliti adalah menganalisis bagaimana media sosial
Instagram akademik Institut Stiami menghadapi fenomena post truth.,
sedangkan unit analisisnya adalah analisis solusi menghadapi fenomena post
truth dengan melihat content sharing, insight dan respon dari khalayak,
sehingga unit analisisnya menggunakan kasus tunggal dan analisis tunggal,
dengan kata lain termasuk ke dalam Tipe 1.

3.2 Sumber Data


Sumber data yaitu penyedia in formasi yang mendukung menjadi
pusat perhatian peneliti. Menurut Lofland dalam Moleong (2006; 157) sumber
data dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah tambahan data seperti dokumen dan sebagainya. Ini disebabkan karena
dalam penelitian kualitatif cenderung mengutamakan wawancara dan
pengamatan langsung (observasi) dalam memperoleh data yang bersifat
tambahan.
3.2.1 Key Informan
Menurut Moleong (2013:132) Infoman adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi
latar penelitian. Jadi, ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang
latar penelitian. Adapun Key informan dalam penelitian ini adalah
Heksawan Rachmadi, S.E, M.Si selaku Wakil Kepala kampus, yang
membawahi bidang Akademik dan Kebijakan Informasi Akademik

3.2.2 Informan
Sedangkan Informan menurut Moleong (2006: 3) adalah
mereka yang tidak hanya bisa memberikan keterangan tentang sesuatu
kepada peneliti, tetapi juga bisa memberikan saran tentang sumber
bukti yang mendukung serta menciptakan sesuatu terhadap sumber
yang bersangkutan. Adapun Informan dalam penelitian ini adalah
Mahasiswa Institut STIAMI kota Bekasi yang aktif interaksi di media
sosial Instagram Akademik Institut STIAMI kota Bekasi.

24
Universitas Esa Unggul

3.3 Unit Analisis


Menurut Yin dalam Rahardjo (2017, 16) unit analisis dibedakan dalam
dua bagian yaitu individu meliputi orang-orang dan non individu meliputi
organisa’si atau lembaga. Unit analisis sebagai pedoman definisi dikaitkan
dengan cara penentuan pertanyaan-pertanyaan awal penelitian.
Berdasarkan definisi di atas, maka yang menjadi unit analisis individu
adalah key informan dan informan, sedangkan yang menjadi unit analisis non
individu adalah Institut STIAMI Bekasi.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka
Penulis menggunakan Data-data yang dipergunakan dalam penelitian ini
terdiri dari dua jenis;

3.4.1 Data Primer


Data primer adalah data yang diperoeh langsung dari
sumbernya, diamati, dicatat, untuk pertama kali. Data ini berasal dari
Key informan dan Informan. Data primer adalah kata-kata dan
tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai yang didapat
melalui catatan tertulis atau melalui rekaman video atau audio tape,
pengambilan foto, serta penelitian ini ditentukan secara purposive
sampling dengan menggunakan metode snowball yaitu sebanyak 5
orang mahasiswa, serta wawancara indepth dari Wakil Kepala Kampus
Institut STIAMI Bekasi yang membawahi Bidang Akademik.

1. Wawancara mendalam (depth interview)


Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Prcakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu Moleong (2006, 186). Maka penulis
menyimpulkan bahwa wawancara merupakan cara memperoleh
data dari narasumber dengan melakukan kegiatan tanya jawab
secara langsung.

25
Universitas Esa Unggul

2. Sampling Snowball
Nurdiani (2014, 111) Teknik sampling snowball
memiliki kekuatan, yaitu mampu menemukan responden yang
tersembunyi atau sulit ditentukan, serta mampu
mengungkapkan hal-hal yang spesifik atau yang tabu dalam
dunia sosial. Meskipun demikian, teknik ini tetap memiliki
kelemahan dalam pelaksanaannya. Tabel 3 dan tabel 4
memberikan penjelasan mengenai kekuatan dan kelemahan
dari teknik sampling snowball. Penggunaan teknik sampling
snowball membutuhkan kemandirian yang tinggi dalam
berpikir dan bertindak di lapangan, membutuhkan kreativitas
tinggi untuk dapat mengungkapkan suatu hal sesuai dengan
yang diharapkan, membutuhkan kesabaran-sensitifitas-
kemampuan sosial dan rasa empati yang tinggi dari peneliti,
membutuhkan sikap bersahabat, dapat dipercaya dan hati-hati
dalam meng-interview responden, agar mereka mau
mengungkapkan informasi yang dibutuhkan penelitian.

3.4.2 Tabel Narasumber

Profil narasumber singkat dapat dilihat pada tabel berikut:


No Nama Asal Perusahaan Jabatan
1. Heksawan Bekasi Institut STIAMI Kota Wakil Kepala
Rachmadi Bekasi Kampus

2. Ilham Bekasi Mahasiswa Institut Ketua Hima


STIAMI Bekasi

3. Ratih Bekasi Mahasiswa Institut Mahasiswa


STIAMI Bekasi

4. Bambang Bekasi Mahasiswa Institut Mahasiswa


STIAMI Bekasi
5. Icha Bekasi Mahasiswa Institut Mahasiswa
STIAMI Bekasi
6. Yudha Bekasi Mahasiswa Institut Mahasiswa
STIAMI Bekasi
Tabel 3.4.2.1 Profil Narasumber

26
Universitas Esa Unggul

3.4.1 Data Sekunder


Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain
atau lewat dokumen-dokumen yang ada (Sugiyono, 200, 129) Penulis
mendapatkan informasi sebagai data sekunder melalui beberapa cara,
yaitu :

1. Studi pustaka
Penulis memperoleh data melalui buku teks perpustakaan yang
terdapat di Universitas Esa Unggul, materi pembelajaran yang
didapatkan saat di kelas, makalah penelitian untuk memperoleh
teori dan membandingkan dengan kenyataan yang ada di
lapangan, sehingga dapat melengkapi isi penelitian ini.

2. Data perusahaan
Penulis mendapat informasi dari akses akun Instagram
Akademik Institut Stiami Bekasi, Screen Shoot komentar di
Posting Instagram Institut STIAMI Bekasi dan sebagainya guna
mendapatkan gambaran mengenai ruang lingkup media sosial
Instagram akadeik Instagram Institut STIAMI Kota Bekasi.

3. Internet
Sebagai tambahan, penulis menggunakan informasi dari
internet dalam mencari pengertian dari istilah-istilah yang sulit
dipahami.

3.5 Teknik Analisis Data


Menurut Bogdan & Biklen dalam Moleong (2006 : 248) analisis data
kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.

Berdasarkan pendapat di atas, maka rencana analisis data yang


dilakukan penulis adalah :

27
Universitas Esa Unggul

1. Mentranskrip hasil wawancara yang telah direkam


2. Memberikan kode (koding) pada kesamaan tema jawaban dari
narasumber
3. Mengidentifikasi pencapaian dan aktivitas media sosial.
4. Mengumpulkan, memilah-milah, dan mengklasifikasi hasil
wawancara.
5. Melakukan pemeriksaan data yang didapat, melakukan
pengecekan atas hasil data yang didapatkan dan melakukan
interpretasi hasil wawancara sehingga penulis menemukan hasil
penelitian.

3.6 Keabsahan Data


Untuk menguji keabsahan data, penulis menggunakan teknik
triangulasi, yaitu menganalisis jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya
dengan data empiris (sumber data lainnya) yang tersedia. Dalam Hadi (2017,
77), Triangulasi sumber adalah salah satu teknik untuk memeriksa keabsahan
data. Teknik ini merupakan cara untuk mengecek data melalui beberapa
sumber (informan) yang relevan dengan konteks penelitian. Sebagai contoh,
untuk menguji keabsahan data. Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1)
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2)
membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang -
orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang
waktu; (4) membandingkan keadaan perspektif dengan berbagai pendapat dan
orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang
berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi
suatu dokumen yang berkaitan.

Triangulasi dengan metode menurut Patton dalam Moleong (2006 :


331) terdapat dua strategi, yaitu : pengecekan derajat kepercayaan penemuan
hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data; pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Jadi triangulasi
merupakan cara terbaik bagi Penulis untuk merecheck temuannya dengan
jalan membandingkannya dengan berbagai metode atau sumber. Untuk itu
Penulis melakukannya dengan cara :

28
Universitas Esa Unggul

1. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan


2. Membandingkannya dengan sumber data lainnya
3. Mengajukan pertanyaan yang sama untuk melihat konsistensi
narasumber agar didapat jawaban yang sesuai fakta dan apa adanya

29
Universitas Esa Unggul

BAB IV
HASIL

4.1 Subjek Penelitian


Di bab IV, membahas mengenai hasil penelitian yang telah diperoleh
megenai analisis bagaimana media sosial Instagram sebagai media penyebaran
informasi akademik pada mahasiswa Institut STIAMI Kota Bekasi.
. Informasi diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
narasumber dan kemudian dikaitkan atas beberapa data yang ditemukan oleh penulis
di lapangan. Hasil penelitian ini akan dibahas berdasarkan sistematika sebagai
berikut:
1. Media Sosial Institut STIAMI Kota Bekasi
2. Identitas key informantdan informant
3. Pembahasan hasil penelitian
4. Triangulasi data berdasarkan sumber

4.1.1. Visi
“Menjadi Fakultas yang menghasilkan Sarjana Manajemen
Komunikasi, Managemen Logistik, Hospitaliti & Pariwisata serta
Akuntansi Bisnis yang unggul, berdaya saing dan berakhlak mulia di
tingkat nasional tahun 2019.”

4.2.1. Misi
“Menjadi Fakultas yang menghasilkan Sarjana Manajemen
Komunikasi, Managemen Logistik, Hospitaliti & Pariwisata serta
Akuntansi Bisnis yang unggul, berdaya saing dan berakhlak mulia di
tingkat nasional tahun 2019.”
1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang
menghasilkan lulusan dengan kemampuan akademik sehingga
lulusan mampu bersaing di tingkat nasional.
2. Melakukan kegiatan penelitian yang bermanfaat untuk
pengembangan dan aplikasi ilmu pengetahuan secara
berkelanjutan.

30
Universitas Esa Unggul

3. Melakukan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang


bermanfaat untuk pemberdayaan dan kesadaran kritis
masyakat.
4. Membangun mahasiswa yang berkarakter dengan menanamkan
nilai-nilai keimanan, kepribadian/emosi yang matang dan
kreativitas.

4.2 Media Penyebaran Informasi Institut STIAMI Kota Bekasi

4.2.1. Jenis - Jenis Media Penyebaran Informasi Akademik Institut


STIAMI Kota Bekasi
1. Buku Panduan Akademik
Buku Panduan Akademik sendiri meliputi informasi tentang
panduang mahasiswa baru, registrasi keuangan, registrasi system
akademik, peraturan yang berlalku saat pembelajaran, evaluasi
pembelajaran, dan segala hal tentang proses perkuliahan. Buku ini
memiliki kekurangan, karena hanya berfokus pada hal yang baku
dan umum saja. Sehingga jika terdapat penyesuaian peraturan
buku ini tidak berlaku.

Gamba 4.2.4 Buku Panduan Akademik

2. Majalah Dinding
Majalah Dinding Institut STIAMI Bekasi terdiri dari 3 titik.
Satu titik pertama dengan akrilik di dekat pintu masuk, satu di
bawah tangga, dan satu lagi di koridor kelas. Hal ini dilakukan
dalam upaya penyebaran informasi yang efektif dan mudah dilihat
oleh mahasiswa.

Akan tetapi terdapat kelemahan karena tidak seluruh


mahasiswa bisa datang untuk mendapatkan informasi dan melihat

31
Universitas Esa Unggul

Majalah Dinding, lingkupnya terlalu sempit dan penyebaran


informasi lambat.

3. Media Sosial Instagram


Media sosial Instagram menjadi media penyebaran informasi
paing instan dan penyebarannya paling massif dibandingkan
dengan media-media sebelumnya. Berbasis media sosial dan
content sharing, media sosial Instagram disambut positif oleh para
mahasiswa yang terbukti sudah followers Instagram mendapatkan
1.334.

4. Hotline WhatsApp
Hotline WhatsApp menjadi layanan terbaru dari Akademik
Institut STIAMI Kota Bekasi, hal ini dilakukan untuk
menyebarakn informasi lebih cepat lagi, namun media ini memiliki
kelemahan dikarenakan lingkup informasi hanya berlaku bagi
nomor kontak yang sudah disimpan saja, sehingga menyulitkan
mahasiswa yang belum disimpan nomor kontaknya di Hotline
WhatsApp Akademik sendiri.

4.3 Media Sosial Instagram Akademik Institut STIAMI Kota Bekasi


9 Agustus 2017 menjadi awal terbentuknya media sosial Instagram
Akademi Institut STIAMI Kota Bekasi. Memperkenalkan ke mahasiswa
cukup sulit dikarenakan media penyebaran informasi masih sangat sedikit,
sehinggan memanfaatkan pengumuman dari kelas ke kelas dan kegiatan
kampus.Ide yang mendasari terbentuknya media sosial Instagram Akademi
Institut STIAMI Kota Bekasi adalah maraknya informasi yang beredar dan
simpangsiur dengan fakta yang terjadi. Sehingga banyak mahasiswa keliru
mencerna informasi yang belum jelas kebenarannya.

4.3.1. Pengikut Instagram Akademik Institut STIAMI Kota Bekasi

32
Universitas Esa Unggul

Gambar 5.3.1.1 Pengikut Instagram Institut STIAMI Kota Bekasi

Berdasarkan data dari Instagram Analytic, gambar di atas


menunjukan bahwa mayoritas pengikut atau audiens dari media
sosial Instagram Akademik Institut STIAMI Kota Bekasi
adalah perempuan dengan 68%. Serta angka usia dominannya
yaitu 18-24 tahun dengan 66%. Hal ini membuktikan bahwa
survey dari APIJI di latar belakang adalah benar dan sesuai
penerapannya di Institut STIAMI Kota Bekasi.

4.4 Proses Penyebaran Informasi Instagram Akademik Institut STIAMI


Kota Bekasi

4.4.1. Penentuan Konsep Informasi Instagram Akademik Institut


STIAMI Kota Bekasi
Penyebaran informasi atau konsep dari konten di media
sosial merupakan hal yang dilakukan oleh akademik Institut
STIAMI Kota Bekasi untuk memberi informasi terkini kepada
para mahasiswa. Seperti yang diungkapkan oleh key informant,

“Infromasi yang sifatnya pemberitahuan kepada


mahasiswa, kadang juga sifatnya akadeik dan non
akademik atau penghargaan kepada mahasiswa,
pencapaian prestasi. tata cara pembayaran, registrasi,
ucapan ulang tahun kampus, pokonya keseluruhan
informasi tentang STIAMI.”

4.5 Efektivitas Penyebaran Informasi Instagram Akademik Institut


STIAMI Kota Bekasi
Efektivitas Penyebaran informasi dari konten di media sosial
merupakan hal penting akademik Institut STIAMI Kota Bekasi untuk
memastikan bahwa informasi lebih tersampaikan. Targetnya adalah 100%
dari jumlah total mahasiswa telah mem-follow media sosial Akademik
Institut STIAMI Kota Bekasi.
“Kita dari sisi Akademik mempunyai target agar 2.700 mahasiswa
atau total dari mahasiswa follow akun instagram, saat ini 1.347 , sudah

33
Universitas Esa Unggul

setengahnya. Jika belum jelas informasinya maka diminta untuk dating


langsung atau dapat menghubung hotline whtasapp.”

Untuk mencapai hal itu, menggunakan fitur Insta Story agar para
mahasiswa tak terlewat informasi adalah satu kembangan yang mulai
difokuskan serta mengintegrasikan ke berbagai media lainnya. Seperti yang
ditambahkan oleh key informant
“Harapannya setelah kita menggunakan Instagram, mahasiswa
dapat langsung update dan tahu informasi yang kita sampaikan. Selain
melalui posting Instagram kita juga mulai menggunakan Insta Story. Insta
Story nantinya akan menjadi lead ke banyak konten lainnya.”

4.6 Analisis Media Sosial Instagram sebagai Media Penyebaran Informasi


Akademik pada Mahasiswa Institut STIAMI Kota Bekasi
Yulianita, Neni & Ninok Leksono. (2011) mengemukakan bahwa
media sosial merupakan pemahaman dari kelompok jenis komunikasi media
online, yang meliputi karakter-karakter sebagai berikut:
1. Adanya Partisipasi: Media sosial mendorong umpan balik dan
memberiakan kontribusi agar setiap orang tertarik.
2. Adanya Keterbukaan: media sosial terbuka untuk memberikan
umpan balik dan ikut berpartisipasi, serta mendorong untuk
melakukan pilihan, memberikan komentar dan sharing informasi.
3. Percakapan: media sosial memberikan peluang untuk terjadinya
komunikasi dua arah antara pengguna dengan pengelola media
social dan pada akhirnya akan terjadi komunikasi dua arah.
4. Komunitas: Media sosial dapat membentuk komunitas, group
dengan cepat sesuai dengan keinginan perusahaan.
5. Konektivitas: media sosial sudah dapat membentuk
konnektivitas dengan media sosial maupun situs-situs lain
lainnya.

Menurut Solis, Brian dalam Adi (2017, 4). yang


menggagas social media club mengemukakan bahwa terdapat
empat C dalam mengoperasikan media sosial yaitu:
1. Context “How we frame our stories.” Konteks adalah cara atau
bentuk dalam menyampaikan suatu pesan kepada khalayak.

34
Universitas Esa Unggul

2. Communication “The practice of sharing our story as well as


listening, responding, and growing.” Komunikasi adalah
praktek dalam menyampaikan atau dalam membagi (sharing)
dan juga mendengarkan, merespon dan mengembangkan pesan
ke pada khalayak.
3. Collaboration “Working together to make things better and
more efficient and effective.” Kolaborasi adalah bekerja
bersama-sama antara pemberi dan penerima pesan agar pesan
yang disampaikan lebih efektif dan efesien.
4. Connection “The relationships we forge and maintain.”
Koneksi adalah hubungan yang terjalin dan terbina antara
pemberi dan penerima pesan.

4.6.1. Adanya Partisipasi


Adanya partisipasi, yaitu untuk memastikan bahwa
terjadi partisipasi dalam berkomunikasi. Dimana saling
berpartisipasi dalam menyebarkan informasi dan pesan melalui
media sosial.
Penyebaran informasi atau konten di media sosial
merupakan hal yang dilakukan oleh akademik Institut STIAMI
Kota Bekasi untuk memberi informasi terkini kepada para
mahasiswa atau seperti yang dikemukakan oleh Solis yaitu
“How we frame our stories.”. Seperti yang diungkapkan oleh
key informant,
“Hampir semuanya, info yang sifatnya pemberitahuan
kepada mahasiswa, kadang juga sifatnya akademik dan non
akademik, atau penghargaan kepada mahasiswa, pencapaian
prestasi. tata cara pembayaran, registrasi, ucapan ulang
tahun kampus, tata cara ujian, pokonya keseluruhan
informasi tentang STIAMI.”

Hal senada ditambahkan oleh informant 1,


“Ya, cepat dapat infonya, jadi nggak mendadak”

Juga tambahan oleh informant 4,


“Iya jadi nggak perlu datang ke kampus untuk dapet info.”

35
Universitas Esa Unggul

Dari penjelasan di atas mahasiswa sering mencari


informasi akademik melalui media sosial Instagram, maka dari
itu ketepatan, kecepatan, dan kejelasan suatu informasi yang
disebarkan melalui media sosial Instagram haruslah mudah
dicerna oleh seluruh mahasiswa. Keberagaman mahasiswa pasti
akan memunculkan multi persepsi dari mahasiswa-mahasiswa
atau kelompok mahahsiswa itu sendiri, hal itu yang menjadi
tantangan dari penyebaran informasi di media sosial. Sejalan
dengan teori Solis di poin lima yaitu, “The relationships we
forge and maintain.” Seperti itu pula yang akan disampaikan
oleh Key Informant.

Key informant memberikan penjelasan mengenai


pemilihan menggunakan media sosial Instagram dan
kelebihannya.
“Sebenarnya di awal dulu, kita hanya melalui Facebok,
tapi kemudian kita melihat penggun Instagram dan WhatsApp
saat ini sangat banyak dan hampir keseluruhan mahasiswa
Institut STIAMI Kota Bekasi menggunakan media sosial
Instagram. Sehingga itu menjadi alasan kenapa kita
menggunakan media sosial Instagram untuk media penyebaran
Informasi yang lebih cepat.”

Dan menurut informant 2, dia menyatakan hal yang sama,


yaitu:
“Kita memang lebih sering buka Instagram, Facebook
udah jarang dibuka lagi.”

Berdasarkan penjelasan di atas, Akademik berusaha


untuk menyebarkan informasi seaktual mungkin agar cepat
tersampaikan oleh para mahasiswa. Di sini Penulis melihat
penyebaran informasi yang baik dan pelayanan prima dari
Akademik Institut STIAMI Kota Bekasi.

Key Informant menjelaskan bahwa dia jika informasi


belum jelas dapat langsung ditanyakan lansgung di kampus,

36
Universitas Esa Unggul

“Instagram hanya menjadi trigger saja, untuk


informasi-informasi inti agar mahasiswa mudah mencernanya
jadi jika ingin informasi lebih jelas bisa ditanyakan secara
langsung.”

4.6.2. Adanya Keterbukaan


Adanya Keterbukaan, yaitu bagaimana cara
menyampaikan informasi dengan trasnparan dan tidak ada yang
ditutupi. Key informant mengatakan:
“Untuk terus menyebarkan info menyeluruh, Kita dari sisi
Akademik dan Prodi mempunyai target agar 2.700 mahasiswa
atau total dari mahasiswa follow akun instagram, saat ini 1.347
ini sudah setengahnya.”

Informant 5 mengatakan bahwa belum keselurhan mahasiswa


memiliki akun Instagram,
“Untuk beberapa mahasiswa memang belum memfollow
Instagram akademik karena tidak punya akun instagram”

4.6.3. Percakapan

Interaksi yang diberikan oleh mahassiswa sangat


penting, karena Interaksi yang diberikan dapat digunakan
sebagai penilaian berhasil tercapai atau tidaknya penyebaran
informasi yang disampaikan di media sosial Instagram kepada
mahasiswa. Tentunya seperti poin dua di teori 4C dari Solis
yaitu “The practice of sharing our story as well as listening,
responding, and growing.” Menurut key informant yaitu:
“Banyak mahasiswa yang Tanya melalui DM Instagram
tentang info yang belum jelas, maupun kendala-kendala yang
mereka hadapi di sisi akademik.”

Informant 3 mengatakan bahwa lebih nyaman bertanya melalui


Direct Message disbanding comment.
“Lebih tertarik bertanya melalui DM, agar lebih personal dan
jelas jawabannya.”

37
Universitas Esa Unggul

4.6.4. Komunitas
Untuk menyampaikan informasi secara keseluruhan
maka memerlukan komunitas atau lingkup pertemenan dari
mahasiswa itu sendiri, seperti poin tiga dari teri Solis yaitu,
“Working together to make things better and more efficient
and effective.” maka dari itu seperti yang disampaiakn oleh
Key Informnt,

“Jadi begini, setiap kita bertemu dengan mahasiswa,


kita meminta mahasiswa harus follow, bahkan kita mewajibkan
mahasiswa memilki akun Instagram. Hal itu kita umumkan ke
seluruh Konsultan Akademik (KA) untuk menginformasikan
mahasiswa yang mereka ampu untuk follow instagram
akademik.”

Melalu Konsutan Akademik, maka seluruh lingkup


jurusan, angkatan, dan berbagai jenis aktivis kampus bisa
dicapai dan mendapat informasi secara merata.

Senada dengan jawaban dari Informant 4, “Biasanya


kalau belum jelas, Tanya ke dosen KA, atau bertanya di DM
Instagram Akademik”

4.6.5. Konektivitas

Dalam penyebaran informasi di media sosial Instagram,


konten informasi dikemas dengan menarik dan jelas. Seperti
key informant menjelaskan sebagai berikut,
“Cara penyebaran itu kita lakukan melaui banyak tools, ada
yang melalui web kemuadian ada yang melalui Instagram,
kemudian ada juga yang melalui facebook, ada juga yang
melalui grup whatsapp, juga melalui media cetak di kampus
(mading). Kita memanfaatkan berbagai macam media di
kampus agar informasi tersebut tersampaikan.”

Hal ini juga dijelaskan oleh informan 3, yaitu:

38
Universitas Esa Unggul

“Informasi didesain dengan menarik, jadi ada rasa ingin


baca informasinya.”

Informant 4 memberikan pendapatnya tentang bagaimana


dia memahami pesan di media sosial Instagram Akademik
Isntitut STIAMI Kota Bekasi.
“Konten informasinya cukup jelas, namun masih butuh
diperinci lagi karena banyak sekali perbedaan saat di
lapangan.”

Penjelasan –penjelasan di atas menegaskan bahwa penting


mempertimbangan kepahaman mahasiswa terhadap informasi
yang disebarkan melalui media sosia Instagram. Semua harus
dijelaskan secara jelas, namun tetap memberikan pemahaman
bahwa bila informasi belum jelas dapat ditanyakan melalui
media sosial Instagram atau dapat ditanyakan langsung di
kampus.

Bukti-bukti yang dikemukaan oleh key informant dan


informan senada dengan teori yang dikemukakan Flew dalam
Dwyer (2010, 27). konsep konvergensi media terdiri dari 3
kombinasi, yaitu: Computing and Information Technology,
Communication Network, and Digitalized Content
Secara umum, Penulis dapat menarik kesimpulan jika
segala media penyebaran informasi yang dilakukan oleh
Akademik Institut STIAMI Kota Bekasi dalam
menginformasikan keaa mahasiswa sesuai dan telah diterapkan
dengan teori-teori yang telah dikemukakan.

39
Universitas Esa Unggul

BAB V
PEMBAHSAN

5.1 Pembahasan
Di bab V, membahas mengenai penelitian yang telah diperoleh
megenai analisis bagaimana media sosial Instagram sebagai media penyebaran
informasi akademik pada mahasiswa Institut STIAMI Kota Bekasi.

Untuk penggunaan media sosial Instagram sebagai media penyebaran


informasi, AKademik Institut STIAMI Kota Bekasi hendaknya diawali
dengan perencanaan yang baik. Seperti yang dikemukakan Flew dalam
Dwyer, Tim (2010, 27). sebelumnya, menjelaskan konsep konvergensi media
terdiri dari 3 kombinasi, yaitu: Computing and Information Technology,
Communication Network, and Digitalized Content. 6 Konsep tersebut
menjelaskan bahwa dalam proses perubahan struktur media penyebran
informasi telah berubah menajdi lebih fleksibel serta semakin banyak
menjangkau audiens.

5.1.1. Computing and Information Technology


Bukti bahwa Akademik Institut STIAMI Kota Bekasi telah
menerapkan Computing and Information Technology adalah telah
menerapkan Single Sign On System, hal itu diintegrasikan dan
disebarkan melalui media sosiak Instagram agar mahasiswa mudah
menggunakanya.
Seperti yang dikemukakan oleh Bapak Heksawan Rachmadi
selaku Key Informant yaitu, “Hampir semuanya, info yang sifatnya
pemberitahuan kepada mahasiswa, kadang juga sifatnya personaly
atau penghargaan kepada mahasiswa, pencapaian prestasi. tata cara
pembayaran, registrasi, ucapan ulang tahun kampus, pokonya
keseluruhan informasi tentang STIAMI.

5.1.2. Communication Network

40
Universitas Esa Unggul

Akademik Institut STIAMI Kota Bekasi telah menerapkan


Communication Network dengan mengintegrasikan segala media
penyebaran informasi yang mereka miliki, hal itu diintegrasikan dan
disebarkan melalui media sosiak Instagram agar mahasiswa mudah
menggunakanya.

Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Bapak


Heksawan Rachmadi selaku Key Informant yaitu, “Seperti yang
disampaikan, kita juga mulai menggunakan Insta Story. Insta Story
nantinya akan menjadi trigger untuk ke informasi lain yang lebh jelas
seperti mading. Website, atau yang lebih interaktif adalah Hotline
WhatsApp.”

5.1.3. Digitalized Content


Peralihan media penyebaran informasi dari Mading (Majalah
Dinding) ke media sosial, adalah satu langkah menuju digitalisasi
konten.
Hal ini dibuktikan dengan yang jawaban dari Bapak Heksawan
Rachmadi selaku Key Informant yaitu, “Cara penyebaran itu kita
lakukan melaui banyak tools, ada yang melalui web kemuadian ada
yang melalui Instagram, kemudian ada juga yang melalui facebook,
ada juga yang melalui grup whatsapp, juga melalui media cetak di
kampus. Kita memanfaatkan berbagai macam media di kampus agar
informasi tersebut tersampaikan.”

5.2 Perbandingan hasil penelitian dengan penelitian terdahulu


Penelitian terdahulu yang berjudul Studi Peran Media Sosial sebagai
Media Penyebaran Informasi Akademik pada Mahasiswa di Program Studi
Ilmu Komunikasi FISIP UNSRI, berfokus pada penggunaan media sosial
secaa menyeluruh serta pada kebiasaan mahasiswa terhadap penggunaan
media sosial itu sendiri.

Sementara penelitian Penulis berfokus pada penyebaran informasi


melalui media sosial Instagram, dengan judul Analisis Media Sosial
Instagram Sebagai Media Penyebaran Informasi Akademik pad Institut
STIAMI Kota Bekasi.

41
Universitas Esa Unggul

Penelitian terdahulu adalah penelitian kualitatif. Penelitian terdahulu


bertujuan menggambarkan, menjelaskan, serta menguraikan suatu fenomena
yang disertai dengan bukti-bukti dari berbagai sumber yang telah dinarasikan
ke dalam bentuk ilmiah.

Sedangkan penelitian penulis adalah penelitian kualitatif. Bertujuan


menganalisis media sosial Instagram milik Akademik Institut STIAMI Kota
Bekasi itu sendiri sebagai media penyebaran informasi, disertai dengan
klarifikasi dari pihak akademik dan mahasiswanya.

Lokasi penelitian ini berada di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP


Universitas Sriwijaya Inderalaya Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera
Selatan.Adapun unit analisis dari penelitian ini adalah individu, yaitu
mahasiswa selaku pengguna media sosial serta pengguna jasa dan pelayanan
kampus akademik FISIP Universitas Sriwijaya. Mahasiswa yang dijadikan
informan untuk penelitian ini ditentukan secara purposive sampling dengan
menggunakan metode snowball yaitu sebanyak 10 orang mahasiswa, dan
satu orang staf administrasi program studi.

Sementara lokasi penelitian Penulis berada di Institu STIAMI Kota


Bekasi, Jawa Barat. Adapaun unit analisis dari penelitian ini adalah individu,
yaitu mahasiswa berbagai jurusan yang menjadi pengikut di media sosial
Instagram Akademik Institu STIAMI Kota Bekasi ditentukan secara
snowball sampling yaitu sebanyak 5 orang mahasiswa dari berbagai program
studi

Dari hasil penelitian terdahulu, motif mahasiswa dalam mencari


informasi adalah untuk mendapatkan informasi seputar akademik, misalnya
terkait dengan mengambilan transkrip akademik, informasi beasiswa,
absensi mata kuliah, konfirmasi kehadiran dosen, dan seputar kegiatan di
kampus. Adapun motivasi yang mendorong mahasiswa untuk mengakses
informasi tersebut adalah informasi ekstrinsik, yaitu informasi yang
diaktifkan oleh penghargaan dari luar, karena mahasiswa terdorong untuk
mencari informasi terkait dengan keberhasilan akademik masing-masing
individu.

42
Universitas Esa Unggul

Sementara dalam penelitian ini menulis mendapati, mahasiswa


mencari informasi akademik untuk informasi baru dan konfirmasi informasi
yang tersebar. Namun, tetap tak sungkan untuk berteraksi melalui fitur
Direct Message di media sosial Instagram. Hal ini didukung juga dengan
kemudahan akses media sosial Imstagram bagi para mahasiswa, sehingga
lebih nyaman dan mudah bagi mereka untuk mendapatkan informasi melalui
media sosial Instagram dibandingkan dengan media lainnya yang disediakan
oleh akademik.

5.3 Implikasi Hasil Penelitian


Dari pernyataan Key informan dan informan di Bab IV dapat
disimpulkan bahwa Key informan daninforman memiliki pola penggunaan
media sosial Instagram bagi dirinya sendiri, serta memiliki alasan tertentu
untuk mencari informasi melalui media manapun yang mereka suka, namun
cenderung penggunaannya melalui media sosial Instagram.

Dari jawaban-jawaban para informan penelitian ini juga mendapati


bahwa mahasiswa saat ini sudah paham dalam menggunakan media sosial
Instagram karena mereka telah mengetahui fungsi dan mampu
mengaplikasikan fungsi-fungsi tertentu di media sosial Instagram itu sendiri.
Para informan juga mampu memanfaatkan media sosial Instagram sebagai
media klarifikasi informasi akademik yang tersebar di lingkup mahasiswa,
juga bagaimana mereka bisa mendapatkan dan menilai informasi yang
dibutuhkan serta menggunakan pencarian informasi tersebut. Hal ini dirasa
sesuai mengingat waktu penggunaan sosial media bagi para informan
mencapai 3-6 jam dan bahkan lebih.

Adapun motif mahasiswa dalam mencari informasi adalah untuk


mendapatkan informasi seputar akademik, misalnya terkait dengan
mengambilan transkrip akademik, informasi beasiswa, absensi mata kuliah,
konfirmasi kehadiran dosen, dan seputar kegiatan di kampus.

Media sosial dapat dinyatakan telah mendoktrin dalam kehidupan di


kalangan remaja, khususmya media sosial Instagram yang juga diketahui
dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa akan berbagai permasalahan
dalam proses belajar mengajar, serta menemukan peluang-peluang baru untuk

43
Universitas Esa Unggul

meningkatkan kinerja dalam bidang akademik. Secara singkat, media sosial


Isntagram sudah seharusnya dimanfaatkan secara penuh bagi para mahasiswa
maupun pemangku kepentingan bidang pendidikan yaitu bagian akademik,
sehingga bukan hanya menjadi instrumen dalam pencarian jati diri, melainkan
juga menjadi alat penyebaran informasi, pengembangan kepribadian, dan
karakter mahasiswa dalam hal akademik.

Konvergensi media sosial ini telah merubah lanskap manusia untuk


melakukan gerakan sosial, manusia juga dapat berkomunikasi dan
membangun kolektivitas yang efektif dan efisien hanya melalui jaringan
internet Bimber, B dalam Melinda, Nuly (2018, 62) oleh karena itu pemangku
kepentingan, seperti bagian akademik harus dapat jeli dalam memanfaatkan
hal ini sehingga di masa depan peran media sosial tidak hanya sampai di ranah
manfaatnya sebagai medium pertukaran pesan dan interaksi sosial, melainkan
juga menjadi penggerak sosial dalam menciptakan inovasi di bidang akademik
bagi civitas akademika.

Penggunaan media sosial Instagram di kalangan remaja memiliki


dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif penggunaan Media sosial
Instagram diantaranya adalah banyak para remaja yang menggunakan Media
sosial Instagram untuk meningkatkan prestasi, hal ini juga diaplikasikan oleh
media sosial Instagram kademik Institut STIAMI Kota Bekasi. Selain hal
tersebut, masih banyak dampak positif media sosial secara kesesluruhan
diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Mahasiswa akan termotivasi untuk
belajar mengembangkan diri melalui teman-teman yang mereka jumpai secara
online, karena mereka dapat berinteraksi dan menerima umpan balik dari satu
sama lain; (2) Memudahkan dalam memperoleh informasi. Remaja menjadi
lebih mudah untuk memperoleh informasi dari di internet karena terhubung
dari media sosial Instagram ke blog ataupun website. Selain itu media sosial
juga bisa digunakan sebagai lahan informasi untuk bidang pendidikan,
kebudayaan, dan lain-lain, (3) Memudahkan mahasiswa untuk sharing atau
berbagi. Dengan adanya informasi di media sosial Instagram, mahasiswa
mudah berbagi mengenai informasi akademik dan berbagai hal seputar
kampus lainnya yaitu dengan membagikannya ke teman-temannya.

44
Universitas Esa Unggul

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Di era smartphone dan media sosial yang semakin berkembang
terdapat pergeseran cara mendapatkan informasi akademik bagi Mahasiswa di
Institut STIAMI Kota Bekasi, yaitu dengan pertukaran informasi di media
sosial Instagram. Informan menghabiskan waktu 3-6 jam sehari untuk
mengakses media sosial Intagram. Selain itu media sosial Instagram saat ini
menjadi media utama yang digunakan mahasiswa untuk mencari informasi
akademik, misalnya terkait dengan mengambilan transkrip akademik,
informasi beasiswa, absensi mata kuliah, konfirmasi kehadiran dosen, dan
seputar kegiatan di kampus. Mahasiswa lebih memilih mencari informasi
akademik melalui media sosial dibandingkan mencari informasi langsung ke
sumbernya baik ke dosen KA, mading, ataupun website resmi kampus yang
ada. Walaupun begitu informasi yang didapat melalui media sosial Instagram
akan dikonfirmasi oleh mahasiswa ke bagian Akademik langsung, jika dirasa
kurang valid. Hal ini membuktikan bahwa media sosial Instagram telah
memicu penggunanya hingga ke ranah profesional, untuk itu diperlukan
ketelitian dalam mengambil peluang dan memanfaatkan media sosial
Instagram sebagai media yang dapat membantu civitas akademika Institut
STIAMI Kota Bekasi dalam proses penyebaran informasi.

6.2 Saran
Memperkuat kembali penyebaran informasi dan hubungan antara
mahasiswa baik langsung (offline) dan tidak langsung (online). Hal ini akan membant
jalannya informasi lebih baik dan juga mebfevaluasi ketika ada mutual understanding
yang terjadi dalam penyebaran informasi

45
Universitas Esa Unggul

DAFTAR REFRENSI

Adi, Pandu Cakranegara dan Susilowati, Ety, 2017, Analisis Strategi


Implementasi Media Sosial (Studi Kasus UKM “XYZ”), Fakultas Bisnis,
Universitas Presiden, Jakarta.

Alois, Wisnuhardana, 2018, Anak Muda & Medsos, Jakarta Gramedia Pustaka
Utama,.

Albert, Yehuda, 2017, Kovergensi Media Satu Gadget Untuk Banyak, Surya
University, Jakarta.

Anom, Erman, 2004, Komunikasi dalam Negosiasi Bisnis Jurnal Komunikologi


Vol. 1 No. 2, Univrsitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta.

Atmoko Dwi, Bambang. 2012. Instagram Handbook Tips Fotografi Ponsel.


Jakarta: Media Kita

Boyd, Danah M. dan Ellison, Nicole B. 2007 "Social network sites: Definition,
history, and scholarship."Journal of Computer-Mediated Communication 13 ,
no. 1.

Dwyer, T, 2010, Media Convergence: Issues in Cultural and Media Studies,


London: McGraw Hill & Open University Press.

Deddy Mulyana, 2003, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, PT Remaja


Rosdakarya, Bandung

Effendy, Uchjana Onong, 2004, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.

Elshafie, Marwa, 2013, Research Paradigms: The Novice Researcher‟s


Nightmare, AWEJ Volume.4 Number.2.

46
Universitas Esa Unggul

Firmantoro, Verdy, Sujoko, Anang, dan Antoni, 2018, Komunikasi Diponegoro


dan Post-Truth Era Propaganda Klasik Jawa. Jurnal Nomosleca Volume 4
Nomor 1, Malang.

Hadi, Sumasno, 2016, Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif Pada


Skripsi, Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 22, Nomor 1, Banjarmasin.

Kurnia, Novi. 2015. Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Media Baru ;


Implikasi Terhadap Teori Komunikasi dalam Jurnal Mediator, Vol.6, No.2

Kusdi. 2009.Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humanik

Littlejohn., Stephen W, 2002, Theories of Human Communication : Seventh


Edition, Wadsworth Group, Belmont, California.

Manovick, Lev. 2003. Ed Noah Wardrip & Nick Monfort. Cambridge ,


Massachusetts.

McQuail, Denis, 2011, Teori Komunikasi Massa, Salemba Humanika, Jakarta.

Melinda, Nurly, 2018,Social Media on Campus :Studi Peran Media Sosial sebagai
Media Penyebaran Informasi Akademik pada Mahasiswa di Program Studi
Ilmu Komunikasi FISIP UNSRI, The Journal of Society & Media 2018, Vol.
2(1) 53-64, Palembang

Moleong, J, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Mulyana, Deddy.2007.Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar.Bandung: Remaja


Rosdakarya

Neni Yulianita, Ninok Leksono. 2011. Corporate and Marketing Communication.


Bandung: Asosiasi Pendidikan Ilmu Komunikasi.

Nurdiani, Nina, 2014, Teknik Sampling Snowball dalam Penelitian Lapangan,


ComTech Vol. 5 No. 2. Jakarta.

Nurudin. 2014. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers.

47
Universitas Esa Unggul

Puntoadi, Danis. 2011. Meningkatkan Penjualan Melalui Social Media. Elex


Gramedia.

Rahardjo, Mudjia, 2017, Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif Konsep dan
Prosedurnya. Universitas Islam Maulana Malik IBR Ahim Malang, Malang.

Rosdyana, Mutia dan Handayani, S.W.E 2016.Efektivitas KomunikasiDalam


Penggunaan Media Sosial Instagram Sebagai Media Komunikasi, Smoothing,
Surakarta.

Rulli Nasrullah. 2015. Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan


Sosioteknologi. Bandung: Sambiosa Rekatama Media.

Salmiyah, Dini, 2016, The Motif of The Virtual Display of affection, e-Proceeding
of Management : Vol.3, No.2.

Setiadi, Ahmad. 2016. Pemanfaatan Media Sosial untuk Efektifitas Komunikasi,


AMIK BSI, Karawang.

Somwanshi, Yogesh, Salegaonkar, Vrashali , Sharma Sarika , (2015) International


Journal of Computer Applications, Understanding Social Media
Phenomenon, Diversity and Research Volume 129 – No.9,
www.ijcaonline.org

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung


Alfabeta.

Sulianta, Feri. 2015. Keajaiaban Sosial Media. Jkarta: Elex Media Komputindo.

Suprapto Tommy. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi, Dan Peran Manajemen


dalam Komunikasi, Jakarta: Buku Seru.

Shirky, C. 2008. Here Comes Everybody: The Power of Organizing Without


Organizations. London: Penguin Press.

Umar Tirtarahardja & La Sulo, S.L. 2005, Pengantar Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta: Asdi Mahasatya.

48
Universitas Esa Unggul

Watie,Errika Dwi Setya Watie, 2011,Komunikasi dan Media Sosial, THE


MESSENGER, Volume III, Nomor 1, Semarang.

Yin, Robert K.2012. Studi Kasus Desain; Metode Kualitatif, Jakarta: Raja
Grafindo.

Sumber Lain:

https://wearesocial.com/blog/2018/01/global-digital-report-2018 Diakses pada:


19 Januari 2019)

Infografis Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet 2017. APJII dan


teknopreneur. APIJI.Co.id Diakses pada Januari 19, 2019

https://www.instagram.com/about/faq/ Instagram. (2016). FAQ. (Diakses pada: 19


Januari 2019)

https://en.oxforddictionaries.com/definition/post-truth (diakses pada: 17 Juli


2018)

https://get.simplymeasured.com/rs/135-YGJ-288/images/2017_1-Ultimate-
Instagram_eBook-Final2.pdf (diakses pada: 19 Januari 2019)

https://nasional.tempo.co/read/736014/pengguna-instagram-di-indonesia-
anak-muda-mapan-terpelajar/full&view=ok (diakses pada: 30 September
2018)

https://republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction (diakses pada: 6 Maret


2019)

http://webtrends.about.com/od/prof4/a/What-Is-Instagram-Wiki.htm What is
Instagram? (2016). (diakses pada: 19 Januari 2019)

49
Universitas Esa Unggul

LAMPIRAN

Transkip Wawancara Key Informan

1. Syam: Bagaimana cara Akademik Institut STIAMI Kota Bekasi


menyebarkan informasi kepada mahasiswa?

Heksawan: “Cara penyebaran itu kita lakukan melaui banyak tools, ada
yang melalui web kemuadian ada yang melalui Instagram, kemudian
ada juga yang melalui facebook, ada juga yang melalui grup whatsapp,
juga melalui media cetak di kampus (mading). Kita memanfaatkan
berbagai macam media di kampus agar informasi tersebut
tersampaikan.”

2. Syam: Apa Tujuan dibuatnya akun media sosial Instagram Akademik


Institut STIAMI Kota Bekasi?
Heksawan: “Sebenarnya di awal dulu, kita hanya melalui Facebok, tapi
kemudian kita melihat penggun Instagram dan WhatsApp saat ini
sangat banyak dan hampir keseluruhan mahasiswa Institut STIAMI
Kota Bekasi menggunakan media sosial Instagram. Sehingga itu
menjadi alasan kenapa kita menggunakan media sosial Instagram
untuk media penyebaran Informasi.”

3. Syam: Pencapaian apa yang diharapkan dari media sosial Instargam


Akademik Institut STIAMI Kota Bekasi?
Heksawan: “Harapannya setelah kita menggunakan Instagram,
mahasiswa dapat langsung update dan tahu informasi yang kita
sampaikan. Selain melalui posting Instagram kita juga mulai
menggunakan Insta Story. Insta Story nantinya akan menjadi lead ke
banyak konten lainnya.”

4. Syam: Informasi apa saja yang biasa dipublikasi melalu media sosial
Instagram Akademik Institut STIAMi Kota Bekasi?
Heksawan: “Hampir semuanya, info yang sifatnya pemberitahuan
kepada mahasiswa, kadang juga sifatnya personaly atau penghargaan
kepada mahasiswa, pencapaian prestasi. tata cara pembayaran,

50
Universitas Esa Unggul

registrasi, ucapan ulang tahun kampus, pokonya keseluruhan informasi


tentang STIAMI.

5. Syam: Apabila mahasiswa tidak mendapatkan informasi melalui media


sosial Instagram Akademik Institut STIAMI Kota Bekasi, apa yang
kemudian dilakukan?
Heksawan: “Jadi begini, setiap kita bertemu dengan mahasiswa, kita
meminta mahasiswa harus follow, bahkan kita mewajibkan mahasiswa
memilki akun Instagram. Hal itu kita umumkan ke seluruh Konsultan
Akademik untuk menginformasikan mahasiswa yang mereka ampu
untuk follow instagram akademik.”

6. Syam: Apakah penyebaran informasi melalui media sosia Instagram


Akademik Institut STIAMI Kota Bekasi sudah cukup tersampaikan?
Heksawan: “Sebenarnya belum benar-benar menyebar keseluruh
mahasiswa, Kita dari sisi Akademik dan Prodi mempunya target agar
2.700 mahasiswa follow akun instagram, saat ini 1.347, sudah
setengahnya.

7. Syam: Penyebaran informasi mana yang lebih efektif, secara langsung


atau melalui media sosial Instagram?
Heksawan: “Instagram hanya menjadi trigger saja, untuk informasi-
informasi inti agar mahasiswa mudah mencernanya jadi jika ingin
informasi lebih jelas bisa ditanyakan secara langsung.”

8. Syam: Dari semua hal yang dilakukan, hal apa yang harus dievaluasi
kembali dari penyebaran informasi melalui media sosial Instagram
Akademik Institut STIAMI Kota Bekasi?
Heksawan: “Saya dari sisi pengguna, untuk interaksi memang media
sosial lain lebih abik seperti facebook, karena interaksi akan lebih
berulang-ulang melalui comment, kalau Instagram sendiri lebih ke
visual sehingga kita terpaksa me-link ke banyak media lainnya.”

9. Syam: Apa masalah yang terjadi di lingkup media sosial Instagram


Akademik Institut STIAMI Kota Bekasi?

51
Universitas Esa Unggul

Heksawan: “Kelemahan dari Instagram sendiri tidak bisa me-lnk


tautan, tapi kalau dari insta Story link ke web. Jadi kita dibatasi format
untuk kata-kata.”

10. Syam: Apa rencana kedepannya untuk pengembangan media sosial


Instagram Akademik Institut STIAMI Kota Bekasi?
Heksawan: “Seperti tadi disampaikan, kita juga mulai menggunakan
Insta Story. Insta Story nantinya akan menjadi trigger untuk ke
informasi yang lebh jelas seperti web atau yang lebih interaktif adalah
Hotline WhatsApp.”

Heksawan Rachmadi, S,E, Akt, M.M

Key Informant

52
Universitas Esa Unggul

Transkip Wawancara Informan


Sedangkan informant dalam penelitian ini adalah Mahasiswa
Institut STIAMI Kota Bekasi.Untuk informant dapat dinyatakan sebagai
berikut:
1. Informant 1 : Ilham (Ketua Himpunan Mahasiswa Institut STIAMI)
2. Informant 2 : Ratih (Mahasiswa Pajak)
3. Informant 3 : Bambang (Mahasiswa Bisnis)
4. Informant 4 : Fadli (Mahasiswa Logistik)
5. Informant 5 : Yudha (Mahasiswa Komunikasi)

1. Syam: Berapa lama biasanya kamu menghabiskan waktu


bermediasosial dalam sehari?
Informant 1 : “Mungkin Kurang dari 6 Jam”
Informant 2 : “6 Jam lebih”
Informant 3 : “Kurang lebih 6 Jam”
Informant 4 : “Sekitar 3 Jam”
Informant 5 : “Kurang dari 6 Jam”

2. Syam: Dari mana kamu biasanya mendapatkan informasi akademik?


Informant 1 : “Biasanya Dari Instagram”
Informant 2 : “Dari Teman”
Informant 3 : “Dari Teman dan Dosen KA”
Informant 4 : “Dari Instagram”
Informant 5 : “Dari Instagram dan Dosen KA”

3. Syam: Apa kamu sering mendapatkan informasi melalui media sosial


Instagram Akademik?
Informant 1 : “Ya, sering, sekalian scroll yang lain”
Informant 2 : “memang lebih sering buka Instagram, Facebook udah
jarang dibuka”
Informant 3 : “Ya, selalu update”
Informant 4 : “Sering”
Informant 5 : “Ya, sering buat klarifikasi info yang beredar”

4. Syam: Apakah informasi yang disampaikan di media sosial Instagram


akademik membantu?

53
Universitas Esa Unggul

Informant 1 : “Ya, cepat dapat infonya, jadi nggak mendadak”


Informant 2 : “Iya”
Informant 3 : “Iya, infonya langsung update”
Informant 4 : “Iya jadi nggak perlu dating ke kampus”
Informant 5 : “Ya, membantu sekali.”

Syam: Apakah kamu tertarik untuk bertanya mengenai informasi


Akademik melalui Media sosial Instagram?

Informant 1 : “Lebih tertarik bertanya melalui DM”


Informant 2 : “Iya tapi nanya langsung lewat DM”
Informant 3 : “Ya, secara personal langsung”
Informant 4 : “Iya, tidak melalui comment, langsung DM aja”
Informant 5 : “Iya bila kurang jelas langsung DM”

5. Syam: Apakah konten di media sosial Instagram menarik?

Informant 1 : “Ya, karena pengumumannya menarik”


Informant 2 : “menarik karena infonya lengkap”
Informant 3 : ““Informasi didesain dengan menarik, jadi ada rasa ingin
baca informasinya.”
Informant 4 : “Konten informasinya cukup jelas, namun masih butuh
diperinci lagi karena banyak sekali perbedaan saat di lapangan.”
Informant 5 : “infony menarik dan mudsh dipahamin”

6. Syam: Apakah konten informasi akademik di media sosial Instagram


cukup jelas?

Informant 1 : “Ya,informasinya cukup jelas”


Informant 2 : “Mudah dimenegrti”
Informant 3 : “Jelas dan menarik”
Informant 4 : “Informasinya lengkap dan jelas:
Informant 5 : “cukup jelas dengan keterangan yang rinci”

7. Syam: Jika inormasi belum jelas, apa yang anda lakukan?


Informant 1 : “Langsung Tanya ke Akademik”
Informant 2 : “langsung WhtasApp ke Akademik”
Informant 3 : “Tanya ke Akademik aja”
Informant 4 : “Biasanya kalau belum jelas, Tanya ke dosen KA”

54
Universitas Esa Unggul

Informant 5 : “Konfirm ke akademik”

8. Syam: Apa menurutmu yang harus dikembangkan dari media sosial


Instagram Akademik?
Informant 1 : “Lebih cepat membalas DM”
Informant 2 : “Infonya lebih banayk di Insta Story”
Informant 3 : “Lebih update lagi infonya”
Informant 4 : “Banyakin tutorialnya”
Informant 5 : “Informasinya lebih menyeluruh”

Tabel Narasumber
Profil narasumber singkat dapat dilihat pada tabel berikut:

No Nama Asal Perusahaan Jabatan


1. Heksawan Rachmadi Bekasi Institut STIAMI Wakil Kepala
Kota Bekasi Kampus

2. Ilham Bekasi Mahasiswa Ketua Hima


Institut STIAMI
Bekasi
3. Ratih Bekasi Mahasiswa Mahasiswa
Institut STIAMI
Bekasi
4. Bambang Bekasi Mahasiswa Mahasiswa
Institut STIAMI
Bekasi
5. Icha Bekasi Mahasiswa Mahasiswa
Institut STIAMI
Bekasi
6. Yudha Bekasi Mahasiswa Mahasiswa
Institut STIAMI
Bekasi

55
Universitas Esa Unggul

56

Anda mungkin juga menyukai