Anda di halaman 1dari 15

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI RUANG BELAJAR PADA


PENDIDIKAN DI ERA DIGITAL

BIDANG KEGIATAN:
PKM-GAGASAN TERTULIS

Diusulkan Oleh :
Nama Ketua NIM: ………. Angkatan: 20..
Nama Anggota NIM: ………. Angkatan: 20..
Nama Anggota NIM: ………. Angkatan: 20..
Nama Anggota NIM: ………. Angkatan: 20..

UNIVERSITAS DWIJENDRA
DENPASAR
2017
PENGESAHAN USULAN PKM GAGASAN TERTULIS
.

1. Judul Kegiatan : HURUF BESAR SEMUA


2. Bidang Kegiatan : PKMGT - Teknologi dan Rekayasa/Kesehatan/Pertanian
/MIPA/Sosial Ekonomi/Humaniora/Pendidikan (hapus yg
bukan)
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : HURUF BESAR SEMUA
b. NIM :
c. Program Studi :
d. Perguruan Tinggi :
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP :

f. Alamat email
4. Anggota Pelaksana … orang
Kegiatan/Penulis
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar nama lengkap huruf besar, gelar sesuai besar/kecil
b. NIDN
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP

. .
. .
Denpasar, .............................
. .
Menyetujui
Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Ketua Pelaksana Kegiatan,

(nama lengkap huruf besar, gelar sesuai) (nama lengkap huruf besar)
NIP/NIK NIM.

Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping

(nama lengkap huruf besar, gelar sesuai) (nama lengkap huruf besar, gelar sesuai besar/kecil)
NIP/NIK NIP/NIK
.

i
DAFTAR ISI

ii
iii
1. PENDAHULUAN

Saat ini, masyarakat memasuki era dimana mendapatkan informasi begitu


mudah, bahkan tanpa seseorang berupaya untuk mencarinya. Perkembangan
teknologi informatika—yang salah satunya ditandai oleh kelahiran teknologi
internet—membuat arus informasi yang diterima oleh masyarakat meruntuhkan
batas-batas wilayah dan waktu. Kelahiran teknologi informatika yang
menyebabkan lahirnya era informasi tanpa batas inilah yang telah mengubah pola-
pola kehidupan masyarakat di segala aspek. Tak terkecuali pada ranah pendidikan.
Karakteristik teknologi informatika dan komunikasi menurut Ninok
Leksono yang dikutip J. Sumardianta (Sumardianta, 2014:9) telah memanjangkan
dan meluaskan manusia. Bukan kaki dan tangan manusia, melainkan daya pikir
dan juga keseluruhan akal budinya. Bisa jadi pendapat Ninok Leksono inilah yang
dapat menjelaskan bagaimana ekses atau dampak buruk teknologi informatika dan
komunikasi pada peradaban dan kebudayaan manusia modern saat ini. Hal yang
sama disampaikan J. Sumardianta bahwa karakteristik teknologi internet telah
menggiring manusia menuju kedangkalan, serbapraktis, dan autistik
(Sumardianta, 2014:10).
Ekses atau dampak negatif yang telah disebutkan tersebut tentunya menjadi
tantangan tersendiri bagi guru di era digital saat ini. Karena bagaimanapun,
teknologi hanyalah perluasan diri manusia (Eymeren, 2014:58). Sehingga kontrol
utama teknologi berada di tangan manusia itu sendiri. Dengan kata lain, kehadiran
teknologi yang ada di sekitar manusia sudah selayaknya dipandang sebagai
sebuah keniscayaan—kalau bisa disebut sebagai sunnatullah—seiring dengan
perkembangan dan semakin majunya peradaban manusia dari zaman ke zaman.
Teknologi selayaknya tidak dipandang sebagai ancaman sehingga harus dihindari
serta ditinggalkan dan terus menggunakan cara-cara lama, karena manusia
seharusnya tetaplah pemegang kendali dalam pemanfaatan teknologi yang
dihasilkannya.
Adalah media-media baru berbasis internet, saat ini telah menjadi sangat
lazim bagi masyarakat global—termasuk Indonesia. Wujud paling nyata dari
kehadiran media-media baru ini adalah kemunculan media sosial. Damian Ryan
dan Calvin Jones dalam bukunya yang berjudul Understanding Digital
Marketing: Marketing strategies for engaging the digital generation menjelaskan
bahwa media sosial adalah software berbasis web yang memungkinkan pengguna
untuk datang berbagi secara online, berdiskusi, dan berpartisipasi dalam segala
bentuk interaksi sosial. Media sosial saat ini telah menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat modern. Penggunaan media sosial di tengah masyarakat
beranekafungsi, mulai dari sekadar menyambung jalinan interaksi, melakukan
inovasi hingga membuat gebrakan sensasi.
Dalam ranah pendidikan, dimana generasi saat ini dijuluki sebagai si native
digital—“pribumi”-nya era digital yang bersamanya teknologi lahir, peserta didik
sudah sangat akrab dengan fenomena media sosial. Dukungan teknologi
smartphone dan piranti gadget lainnya seperti tablet atau laptop dengan harga
yang murah, pun dukungan jaringan internet yang semakin cepat dan terjangkau,
membuat generasi saat ini sangat mudah “terikat”—alih-alih bergantung—pada
media sosial. Tak jarang mereka memiliki lebih dari satu akun atau platform
media sosial yang berbeda. Penggunaan media sosial dengan variasi platformnya
yang berbeda; Facebook, Line, Twitter, Instagram, Path, Whatshap, BBM, dan
lain sebagainya, di satu waktu yang sama. Masalah timbul ketika penggunaan
media sosial di kalangan pelajar hanya ditujukan untuk mengekalkan gaya hidup
hedonisme semata pun ruang untuk menebar kebencian. Fenomena “haters”—
kaum pembenci, di kalangan pelajar, dimana kritisme dikemas dengan umpatan,
hinaan seolah menjelaskan hal tersebut.
Di sinilah, peran guru dalam TIK menjadi sangat penting dalam menjawab
tantangan revolusi teknologi yang ada. Bahkan di era digital saat ini, peran guru
sebagai sumber belajar satu-satunya telah lama bergeser. Pergeseran tersebut
dibawa oleh fenomena media sosial yang marak saat ini. Oleh karena itu, untuk
dapat menyimbangkan eksesnya, maka selayaknya guru mulai memikirkan cara-
cara pemanfaaan media-media sosial sebagai ruang belajar bagi peserta didiknya.
Gagasan ini merupakan analisa penulis dengan dukungan kajian pustaka yang
relevan mengenai hal-hal yang dapat dioptimalkan dalam pemanfaatan media
sosial sebagai ruang belajar pada pendidikan di era digital. Gagasan ini bertujuan
untuk memberikan masukan tentang apa yang bisa dilakukan atas masalah-
masalah yang timbul kaitannya dengan kehadiran fenomena media sosial yang
memiliki dampak negatif. Harapannya agar teknologi yang hadir saat ini akan
lebih dapat menyeimbangkan perannya di tengah ancaman dampak negatif yang
menyertainya, khususnya dalam ranah pendidikan.

2. GAGASAN
a. Kondisi kekinian pencetus gagasan
Hasil penelitian tentang Internet oleh Kementrian Komunikasi dan
Informatika (Kemkominfo) menyatakan data pengguna internet di Indonesia
hingga akhir tahun 2013 telah mencapai 82 juta orang. Angka tersebut berhasil
membuat Indonesia duduk sebagai pengguna internet terbesar ke-8 sedunia
(kominfo.go.id). Menurut data statistik wearesocial.sg, pengguna media sosial di
Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2014 pengguna aktif
internet di Indonesia berjumlah 89 juta orang, jumlah ini terus meningkat pada
awal tahun 2016 sebanyak 132 juta pengguna, dimana 61 juta pengguna tersebut
masih di golongan umur 13-29 tahun (wearesocial.com, 2016).
Berdasarkan riset Indonesia Consumer Insight pada Mei 2013 yang
dilakukan oleh lembaga Nielsen, rata-rata pemanfaatan gadget orang Indonesia
per hari yakni selama 189 menit (setara 3 jam 15 menit) dengan rincian : (1) 62
menit dihabiskan untuk berkomunikasi seperti menerima atau melakukan
panggilan telepon, berkirim pesan melalui SMS, dan mengirim e-mail. (2) Sekitar
45 menit dihabiskan untuk hiburan misalnya memainkan game tertentu dan
melihat video. (3) 38 menit digunakan untuk menjelajahi aplikasi yang baru di
unduh. (4) 37 menit digunakan untuk berselancar di internet. Sementara itu, dari
hasil riset yang sama diketahui bahwa aplikasi WhatsApp menduduki aplikasi
chatting terpopuler dengan capaian 58% kemudian disusul oleh BBM 41%, Line
35%, Kakao Talk 30%, WeChat 27%, Hangouts Google 20%, Yahoo Messanger
18%, Skype 7%, dan ChatON 6% (Bambani, 2013).
Selain itu, Pew Research membeberkan kebiasaan remaja dalam
penggunaan internet. Hasilnya, ditemukan hampir 25% remaja menggunakan
internet sepanjang hari tanpa henti. Sedangkan 50% remaja menjalani kehidupan
di ranah online berkali-kali dalam kurun waktu 24 jam setiap harinya.
Dilaporkan, pada dasarnya hampir semua remaja sebanyak 94% bergantung pada
akses internet dan menjalani kehidupan di ranah online dengan kurun waktu
berbeda-beda (Bohang, 2015).
Perkembangan media sosial dewasa ini tidak bisa kita pungkiri membawa
dampak negatif. Dampak negatifnya dalam bidang pendidikan diantaranya adalah
(1) siswa menjadi pribadi yang tertutup, (2) mengganggu kesehatan, (3)
gangguan tidur pada anak, (4) suka menyendiri, dan (5) rawan terkena ancaman
cyberbullying. Namun demikian, diantara beberapa dampak negatif tersebut,
seharusnya teknologi diciptakan untuk memudahkan kerja manusia. Teknologi
hadir sebagai sebuah keniscayaan bahwa manusia bersifat dinamis, selalu
berkembang dan menghasilkan sesuatu sebagai konsekuensi kepemilikan akal
budinya. Maka, kehadiran media-media baru, yang juga berdampak pada
kemunculan media sosial seharusnya menjadi peluang bagi manusia untuk
memecahkan masalah-masalahnya dengan lebih baik.
Pada satuan pendidikan, misalnya, kehadiran media-media sosial selayaknya
menjadi pendorong untuk memaksimalkan pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan, ikut berkontribusi dalam menyediakan pilihan konten-konten
positif di tengah riuhnya informasi yang ada. Bagi peserta didik misalnya, media
sosial memiliki peluang untuk membantu mereka belajar dengan lebih
menyenangkan.

b. Solusi yang pernah ditawarkan atau diterapkan sebelumnya untuk mem-


perbaiki keadaan pencetus gagasan

Berdasarkan pengamatan, solusi yang pernah diterapkan tapi belum berhasil,


yaitu :
1. Adanya program literasi media sosial untuk mengedukasi penggunaan media
sosial yang baik oleh kominfo namun belum optimal karena masih banyak
konflik-konflik dan perseteruan yang sering kita lihat di media sosial.
2. Kominfo mengajak pada penyedia layanan aplikasi media sosial maupun
penyedia konten agar turut bertanggung jawab untuk tidak membiarkan
konten negatif tersiar dengan leluasa ke publik usaha ini belum begitu
membuahkan hasil karena konten negatif tersebut masih bisa diakses dengan
mudah melalui media sosial.
c. Seberapa jauh kondisi kekinian pencetus gagasan dapat diperbaiki melalui
gagasan yang diajukan;

Rata-rata siswa di kota-kota besar seperti Denpasar memiliki tingkat


kepemilikan gadget siswa yang lumayan tinggi. Artinya, dalam satu kelas tingkat
kepemilikan media sosial bisa mencapai 98% dari jumlah siswa di kelas tersebut.
Hanya sebagian kecil siswa yang belum memiliki gadget berupa smartphone.
Melihat tingginya tingkat kepemilikan media sosial oleh siswa di kota besar, guru
diharapkan mampu memanfaatkan peluang tersebut untuk hal-hal yang positif.
Salah satu solusinya adalah dengan mengadakan Forum Group Discussion (FGD)
secara rutin lewat aplikasi chatting yang populer di kalangan siswa yaitu aplikasi
Line. Dengan membuat Line Group yang beranggotakan siswa di kelas tertentu,
guru dapat mengajak siswa untuk berdiskusi selama 1-2 jam di luar jam
pembelajaran sekolah. Sebelum melaksanakan Forum Group Discussion (FGD),
guru bersama siswa membuat kesepakatan tentang hari dan waktu pelaksanaan
FGD. Selain itu, terlebih dahulu juga harus disepakati mengenai aturan main dan
topik pembelajaran yang akan dibahas dalam FGD sehingga tidak melenceng dari
tujuan pembelajaran semula. Selain diskusi, guru juga dapat membagikan bahan
ajar yang bisa di unduh kapan saja. Dalam FGD, diskusi yang dilakukan guru dan
siswa sudah terarah dengan baik, terjadi interaksi antara guru dengan siswa
maupun interaksi antar siswa. Selain dibelajarkan tentang topik tertentu, dalam
FGD ini secara tidak langsung siswa juga belajar mengenai nilai-nilai sikap baik
toleransi maupun etika dalam berkomunikasi lewat media sosial. Hal ini menjadi
penting karena akhir-akhir ini semakin banyak orang yang tidak bijak dalam
memanfaatkan media sosial untuk hal positif. Penerapan Forum Group
Discussion (FGD) melalui aplikasi Line ini merupakan salah satu upaya guru
dalam menerapkan e-learning. Menurut Ardiansyah (2013) e-learning merupakan
sistem pembelajaran yang digunakan sebagai sarana untuk proses belajar
mengajar yang dilaksanakan tanpa harus bertatap muka secara langsung antara
guru dengan siswa. Selain itu, e-learning juga memanfaatkan jasa teknologi
elektronik yang dalam hal ini adalah smartphone sebagai media belajarnya.
Forum Group Discussion (FGD) melalui aplikasi Line sejatinya merupakan
pembelajaran di era baru, cara belajar kekinian yang dikemas sedemikian rupa
oleh guru sehingga dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa dan
pemanfaatan media sosial siswa ke arah yang positif. Dengan belajar di luar jam
pelajaran sekolah ini, guru dapat terus memantau keadaan siswanya. Selain itu,
guru akan semakin dekat dengan siswa sehingga akan tercipta iklim kekeluargaan
dan siswa akan merasa bahagia belajar bersama guru di sekolah. Dengan
terciptanya iklim yang positif baik antara guru dengan siswa ataupun antar siswa,
maka tujuan pembelajaran yang bermakna dapat dicapai dengan optimal. Dengan
tercapainya tujuan pembelajar tersebut, hal ini tentu akan berdampak pada hasil
belajar siswa yang meningkat pula. Selain meningkatkan hasil belajar, siswa juga
dipersiapkan untuk dapat memasuki era globalisasi dan menjadi siswa yang
berdaya saing tinggi dengan siswa lainnya.

d. Pihak-pihak yang dipertimbangkan dapat membantu mengimplementasikan


gagasan dan uraian peran atau kontribusi masing-masingnya; dan
Adapun pihak-pihak yang dapat membantu dalam mengimplementasikan gagasan
ini yaitu :
1. Guru
Guru sebagai pelopor dan penggerak dalam penggunaan media sosial
dalam kegiatan belajar di luar sekolah. Guru memfasilitasi siswa dalam
membentuk forum group discussion.
2. Siswa
Siswa sebagai subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar melalui media
sosial diharapkan dapat berperan aktif dalam pemanfaatan media sosial
sebagai sarana belajar.
3. Orang tua
Diharapkan orang tua dapat memberikan akses dan fasilitas kepada siswa
sehingga dapat menggunakan media sosialnya sebagai sarana belajar.
4. Kepala Sekolah
Kepala sekolah selaku pihak yang memonitor program kegiatan dan
menilai tingkat keberhasilan program.

e. Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan


gagasan sehingga tujuan atau perbaikan yang diharapkan dapat tercapai
1. Untuk dapat mengimplementasikan gagasan ini, dapat dilakukan beberapa
langkah strategis. Salah satunya adalah dengan proposal ini. Diharapkan
dapat dibaca dan dipertimbangkan oleh pihak-pihak terkait baik
pemerintah maupun sekolah. Sehingga bisa dimasukkan dalam program
pendidikan.
2. Mensosialisasikan kepada siswa dan orang tua mengenai Forum Group
Discussion (FGD) dan apa saja yang akan dilakukan.
3. Mengangkat topik yakni materi pembelajaran yang akan dibahas dalam
Forum Group Discussion (FGD) dan mengajak siswa untuk aktif di dalam
kegiatan tersebut.
4. Mereview kembali hasil diskusi pada media sosial dalam pembelajaran di
kelas.

3. KESIMPULAN

Media sosial memiliki dua dampak sekaligus positif dan negatif. Pada era
digital saat ini, sulit melepaskan dunia pendidikan dengan tik. Kemunculan
media-media baru telah juga menggeser pola-pola di ranah pendidikan.
Lingkungan media baru yang menyebabkan kemunculan media-media sosial telah
mendorong seseorang untuk lebih aktif berinteraksi dengan sesamanya, khususnya
di ruang virtual. Hal inilah yang memungkinkan peserta didik untuk lebih cakap
dalam berkomunikasi. Sifatnya yang interaktif dan dialogis, tak jarang pula
entertainment.
Forum Group Discussion (FGD) melalui media sosial sebenarnya
merupakan pembelajaran masa kini, dengan cara belajar yang dirancang oleh guru
mulai dari kepemilikan sosial media, sampai bagaimana kita dapat memanfaatkan
media sosial sebagai ajang Forum Group Discussion (FGD) secara rutin lewat
aplikasi chatting yang populer di kalangan siswa yaitu aplikasi Line. Dengan
membuat Line Group yang beranggotakan siswa di kelas tertentu, guru dapat
mengajak siswa untuk berdiskusi selama 1-2 jam di luar jam pembelajaran
sekolah. Sebelum melaksanakan Forum Group Discussion (FGD), guru bersama
siswa membuat kesepakatan tentang hari dan waktu pelaksanaan FGD. Selain itu,
terlebih dahulu juga harus disepakati mengenai aturan main dan topik
pembelajaran yang akan dibahas dalam FGD sehingga tidak melenceng dari
tujuan pembelajaran semula. Selain diskusi, guru juga dapat membagikan bahan
ajar yang bisa di unduh kapan saja. Dalam FGD, diskusi yang dilakukan guru dan
siswa sudah terarah dengan baik, terjadi interaksi antara guru dengan siswa
maupun interaksi antar siswa. Selain dibelajarkan tentang topik tertentu, dalam
FGD ini secara tidak langsung siswa juga belajar mengenai nilai-nilai sikap baik
toleransi maupun etika dalam berkomunikasi lewat media sosial. Sehingga dapat
membantu mengoptimalkan proses belajar siswa sekaligus dapat manfaatkan
media sosial ke arah yang positif. Dengan adanya kegiatan belajar berupa diskusi
pada media sosial guru akan lebih mudah memonitor dan memotivasi siswa untuk
belajar dimana saja dan kapan saja. Selain itu komunikasi antar guru dan siswa
juga akan semakin mudah dan dekat sehingga rasa kekeluargaan dan iklim positif
dalam kegiatan pembelajaran akan semakin terasa sehingga nantinya tujuan
pembelajaran pun dapat tercapai dan menjadi bermakna.

4. DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, Ivan. 2013. Eksplorasi Pola Komunikasi dalam Diskusi
Menggunakan Moddle Pada Perkuliahan Simulasi Pembelajaran Kimia.
Bandung : UPI

Bohang, F. K. (2015, April 15). tekno.kompas.com. Retrieved Oktober 22, 2017,


from kompas.com: http://tekno.kom

Eymeren, M. v. (2014). Media Komunikasi dan Dampaknya Terhadap


Kebudayaan. Jakarta: Pusat Kajian Filsafat dan Pancasila.
Sumardianta, J. (2014). Habis Galau Terbitlah Move On. Yogyakarta: Bentang
Pustaka.

wearesocial.com. (2016, January 21). Retrieved Oktober 22, 2017, from


wearesocial.com: http://wearesocial.com/sg/special-reports/digital-social-mobile-
2016pas.com/read/2015/04/10/13100087/Facebook.Masih.Didominasi.Remaja.Bu
kan.Orang.Tua

Lampiran 1
Biodata Ketua Pelaksana
A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap
2 Jenis Kelamin L/P
3 Program Studi
4 NIM
5 Tempat dan Tanggal Lahir
6 E-mail
7 Nomor Telepon/HP
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk-Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


Nama Pertemuan Ilmiah / Judul Artikel Waktu dan
No.
Seminar Ilmiah Tempat
1
2

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi


lainnya)
Nama Pertemuan Ilmiah / Judul Artikel Waktu dan
No.
Seminar Ilmiah Tempat
1
2

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM-GT.

Denpasar, ...............................
Pengusul,
TTD
Nama Lengkap
Biodata Anggota Pelaksana
A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap
2 Jenis Kelamin L/P
3 Program Studi
4 NIM
5 Tempat dan Tanggal Lahir
6 E-mail
7 Nomor Telepon/HP

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk-Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


Nama Pertemuan Ilmiah / Judul Artikel Waktu dan
No.
Seminar Ilmiah Tempat
1
2

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi


lainnya)
Nama Pertemuan Ilmiah / Judul Artikel Waktu dan
No.
Seminar Ilmiah Tempat
1
2

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM-GT.

Denpasar,.....................................
Pengusul,
TTD
Nama Lengkap
Lampiran 2.
Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

(Jika tidak ada, tidak usah… karena sepertinya tidak perlu, tapi di Panduan ada)

No Nama /NIM Program Bidang Alokasi Uraian


Studi Ilmu Waktu Tugas
(jam/minggu)
KOP SURAT FAKULTAS

SURAT PERNYATAAN KETUA TIM

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :
NIM :
Program Studi :
Fakultas :

Dengan ini menyatakan bahwa proposal PKM Gagasan Tertulis (PKM-GT)


saya dengan judul:
……………………………………………………………………............................
……………………………………………………………………............................
yang diusulkan untuk tahun anggaran 2016 bersifat original dan belum pernah
dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,


maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-


benarnya.

Denpasar, ……..........................

Mengetahui,
Wakil Rektor III Yang Menyatakan,
Bidang Kemahasiswaan,
Meterai Rp 6.000,-
Tanda tangan

(nama lengkap huruf besar, gelar sesuai) Nama Lengkap


NIP/NIK NIM:

Anda mungkin juga menyukai