Oleh
Luh Putu Sri Ariyani, S.S. M. Hum (Ketua)
NIP. 197704242003122002
Dr. Tuty Maryati, M.Pd (Anggota)
NIP. 196608311993032001
I Gusti Made Arya Suta Wirawan, S.Hum., M.Si. (Anggota)
NIP. 198604052015041004
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena atas
limpahan karuniaNya kami dapat menyelesaikan laporan pengabdian masyarakat ini
tepat waktu. Laporan yang kami buat ini berisikan semua kegiatan P2M yang telah
berlangsung dengan lancar.
Pada kesempatan ini ijinkan kami berterima kasih kepada Ketua Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNDIKSHA beserta jajarannya atas
kesempatan yang diberikan kepada kami untuk melaksanakan kegiatan P2M ini.
Laporan ini dapat selesai dengan tepat waktu tidak lepas dari dukungan IT dari LPPM
yang sudah memudahkan kami dalam berbagai tahapan seperti monitoring dan
persyaratan lainnya. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dekanat Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial (FHIS) UNDIKSHA atas
dukungan yang begitu banyak terhadap kami. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada para Ketua Jurusan di lingkungan FHIS UNDIKSHA karena telah bersedia
mengirimkan wakil mahasiswa untuk mengikuti kegiatan ini. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para panitia yang terdiri
dari pegawai FHIS beserta mahasiswa D3 Perpustakaan, berkat kerja keras mereka
kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik.
Kami menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna, sehingga kami
mohon maaf apabila dalam penulisan laporan ini masih ada kesalahan atau
kekurangan. Akhir kata, semoga laporan kegiatan P2M yang telah kami
selenggarakan dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan inspirasi bagi
kegiatan serupa lainnya.
3
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL …………………………………………………….. 1
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… 2
PRAKATA …………………………...…………………………………….. 3
DAFTAR ISI ………………………………………………......................... 4
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..... 5
1.1. Analisis Situasi .…..………………………………………..……. 6
1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah ...……………………....... 7
1.3. Tinjauan Pustaka ……………………………………………....... 8
1.4. Tujuan Kegiatan ……………………………………………........ 10
1.5. Manfaat Kegiatan ……………………………………………...... 10
1.6. Khalayak Sasaran ……………………………………………..... 11
BAB II METODE PELAKSANAAN …………………………………...... 12
2.1 Kerangka Pemecahan Masalah .……………………………..…. 12
2.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan ..…………………………..……. 13
2.3 Rancangan Evaluasi Kegiatan…………………………….…….. 13
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………….………. 14
3.1 Waktu Pelaksanaan……………………………………………….. 14
3.2 Dokumentasi dan Evaluasi ……..…..…………………………… 21
BAB IV KESIMPULAN…………………………………………….………. 23
DAFTARPUSTAKA ……………………………………………….............. 24
Lampiran 1……………………………………………….............................. 25
Lampiran 2……………………………………………….............................. 26
Lampiran 3……………………………………………….............................. 27
Lampiran 4……………………………………………….............................. 28
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
adiluhung, harus melupakan budayanya karena terlalu asyik dengab dunia luar.
Perubahan perilaku pada anak muda khususnya mahasiswa tentu tidak saja
berpengaruh pada pergaulan sehari-hari mereka namun yang lebih penting perubahan
ini akan berdampak pada perilaku mereka di masa depan khususnya pada saat
menghadapi tantangan kerja.
Dalam memasuki dunia kerja, seseorang tidak hanya dinilai dari technical
skill namun kemampuan softskill kini menjadi salah satu faktor yang menentukan
kesuksesan karir seseorang. Upaya untuk meningkatkan kemampuan softskill
mahasiswa sangatlah penting untuk mempersiapkan mereka menghadapi persaingan
kerja. Selain itu softskill merupakan keterampilan dan kecakapan hidup yang sangat
berguna tidak hanya untuk masyarakat tetapi juga untuk diri sendiri agar mampu
diterima dalam masyarakat (Elfindri, dkk, 2011). Melalui kegiatan Pengabdian Pada
Masyarakat (P2M) berupa pelatihan softskill bagi mahasiswa FIS UNDIKSHA
semester tujuh ke atas, diharapkan para mahasiswa memiliki kemampuan softskill
yang akan membantu mereka dalam menghadapi persaingan kerja di masa yang akan
datang.
6
dorongan pencapaian, mengembangkan orang lain, kemampuan beradaptasi,
pengaruh, kepercayaan diri dan kepemimpinan. Apa yang telah dikemukakan di atas
merupakan bagian dari softskill (McClelland dalam Covington, 2000).
Dalam buku yang berjudul Lesson from The Top yang ditulis oleh Neff dan
Citrin (1999) bahwasannya kunci sukses seseorang 90% ditentukan oleh softskill dan
sisanya adalah kemampuan hardskill. Pendapat mereka diperkuat oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Harvard University dalam Sailah (2008) bahwa 20%
kesuksesan seseorang diperkirakan berasal dari intelegensia yaitu kemampuan untuk
belajar dan memahami (hardskill), 80% sisanya berasal dari kemampuan untuk
memahami diri sendiri dan berinteraksi dengan orang lain (softskill). Hal ini
menunjukkan bahwasannya kemampuan softskill adalah kemampuan yang patut
diperhatikan dengan serius oleh siapapun untuk menghadapi dinamika kehidupan di
masyarakat.
Mahasiswa yang akan menjadi bagian masyarakat tentunya harus memiliki
kemampuan softskill agar dapat diterima sebagai bagian masyarakat. Dari apa yang
dikemukakan di atas, kemampuan softskill menjadi sangat penting untuk menghadapi
persaingan mendapatkan pekerjaan.
7
1.3 Tinjauan Pustaka
Maju tidaknya sebuah bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusianya (SDM). Semakin baik kualitas SDM suatu bangsa, maka semakin dapat
bersaing dengan negara lain. Apalagi banyak yang beranggapan bahwa di era
globalisasi saat ini sering disebut sebagai era persaingan kualitas. Hal ini tentu
menjadi tantangan bagi berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan mengingat
pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam meningkatkan sumber daya
manusia. Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia khususnya pada tingkat
perguruan tinggi, telah mengalami pergeseran-pergeseran ke arah pembentukan
kompetensi lulusan. Hal ini dikarenakan oleh kompetensi lulusan menjadi salah satu
faktor penunjuk keberhasilan sebuah perguruan tinggi dalam menjalankan visi
misinya. Selain itu ini terkait juga dengan daya tarik (pull factor) bagi pengguna atau
user (stakeholder) yang akan memakai atau memanfaatkan lulusan perguruan tinggi
yang bersangkutan.
Kementerian Pendidikan Nasional dalam Tempo (2015) memiliki strategi
kebijakan sebagai berikut “Mewujudkan Insan Indonesia yang Cerdas dan Kompetitif
Tahun 2025”, sehingga peningkatan daya saing lulusan sebagai salah satu output dari
pendidikan tinggi ditempatkan sebagai prioritas program utama di setiap perguruan
tinggi. Upaya peningkatan kualitas lulusan ini, selain dilakukan melalui sistem
pembelajaran yang komprehensif, efektif dan transformatif, juga dikembangkan
program pembinaan kemahasiswaan yang diarahkan memiliki pengetahuan (kognitif),
sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik) sehingga memberikan nilai tambah
(added values) guna meningkatkan daya saing lulusan.
Dunia pendidikan khususnya perguruan tinggi dituntut agar selalu
mengedepankan kualitas lulusannya atau dengan kata lain lulusan yang memiliki
kompetensi tinggi. Istilah kualitas merupakan kata kunci yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pendidikan tinggi di negara manapun termasuk di Indonesia.
Peningkatan kualitas menjadi sangat penting karena dapat menjadi strategi utama
dalam meningkatkan nation’s competitiveness. Dalam hal ini kompetensi lulusan
(sarjana) tentu tidak hanya pada bidang keilmuannya saja, namun ada kompetensi-
8
kompetensi penunjang yang akan meningkatkan daya tawar (bargaining power) para
lulusan (sarjana) pada saat memasuki pasar tenaga kerja. Kompetensi yang
dimaksudkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 232/U/2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan
Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, menunjukkan bahwa selain kompetensi pada
bidang ilmunya (base knowledge), dituntut pula ada kompetensi-kompetensi
tambahan. Kompetensi tambahan ini sangat penting mengingat rekruitmen tenaga
kerja saat ini tidak hanya membutuhkan sarjana-sarjana dengan tingkat intelegensia
yang tinggi (yang ditunjukkan oleh indeks prestasi yang tinggi), namun juga para
sarjana yang memiliki wawasan kemandirian dan keahlian lainnya.
Kondisi seperti ini hendaknya menjadi perhatian pihak perguruan tinggi untuk
menghasilkan lulusan yang kompeten (berkualitas) dalam arti yang luas sehingga
mampu memenuhi permintaan pasar kerja, dimana penguasaan berbagai teknologi
baru dan keterampilan termasuk soft skill semakin dikedepankan. Apabila dicermati,
maka rasio kebutuhan softskill dan hardskill di dunia kerja menunjukkan bahwa yang
membawa orang di dalam sebuah kesuksesan, 80% ditentukan oleh softskill yang
dimilikinya dan 20% oleh hard skill. Namun dengan sistem pendidikan yang kita
miliki di Indonesia, soft skill hanya diberikan rata-rata 10% saja dalam kurikulum
(Sailah, 2008).
Senada dengan hal di atas, Samani (2012) mengungkapkan pendidikan di
Indonesia masih mengutamakan teori dan belum menyentuh praktek dalam
kehidupan sehari-hari. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa pendidikan di negara kita
selama ini belum membekali peserta didik bagaimana menghadapi kehidupan nyata
di tengah masyarakat, sehingga menyebabkan mereka tidak tahu apa yang harus
dikerjakan, kecuali belajar dengan buku untuk mendapatkan selembar ijasah. Dari
penelitian yang dilakukan Goleman (1998) bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya
didukung oleh seberapa pintar seseorang dalam menerapkan pengetahuan dan
mendemonstrasikan keterampilannya, akan tetapi seberapa besar seseorang mampu
mengelola dirinya dan berinteraksi dengan orang lain. Adanya kenyataan tersebut,
maka tidaklah terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa pada era globalisasi ini
9
universitas sebagai penyelenggara pendidikan tinggi diposisikan sebagai kunci utama
untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional dalam
kancah persaingan global.
10
dari lulusan perguruan tinggi khususnya di FIS UNDIKSHA. Mahasiswa yang
terlibat sebanyak kurang lebih 50 orang yang diambil semua jurusan yang ada di FIS.
11
BAB II
METODE PELAKSANAAN
Mahasiswa dengan
kemampuan Softskill Information Sharing,
tindakan sehari-hari, dll
Langkah-langkah Pelatihan
Kegiatan pelatihan dilakukan untuk memberikan pemahaman bagi peserta
pelatihan tentang kemampuan softskill. Materi ini akan diberikan oleh Psikolog dari
UNDIKSHA. Materi yang diberikan memuat berbagai hal yang berkaitan dengan
wawancara kerja, sikap-sikap yang dikembangkan agar memiliki kemampuan intra
personal dan inter-personal yang baik. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam
pelatihan antara lain: 1) Ceramah; 2) diskusi dan 3) contoh kasus.
12
2.2 Keterkaitan
Kegiatan P2M ini melibatkan mahasiswa semester akhir semua jurusan di
Fakultas Ilmu Sosial. Peserta diperkirakan sebanyak 50 orang dari 7 jurusan yang
ada. Mahasiswa yang akan segera tamat dan akan segera melamar pekerjaan sangat
tepat menjadi peserta pelatihan untuk meningkatkan kemampuan softskill agar
mampu bersaing dengan pencari kerja lain.
13
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembagian Snack
Nara Sumber
Moderator
Panitia
14
Peserta kegiatan mulanya dirancang untuk seluruh mahasiswa semester 8
(delapan) dari 3 (tiga) jurusan yaitu Jurusan Pendidikan Sejarah, Pendidikan
Geografi, Pendidikan PPKN, serta Pengurus HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan)
dari 4 (empat) jurusan yaitu jurusan Ilmu Hukum, Pendidikan Sosiologi, D3
Perpustakaan, dan D3 Survey & Pemetaan. Sehingga yang ada di Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA). Dari jumlah undangan yang
disebar, panitia meminta masing-masing jurusan mengirim dua orang perwakilan
untuk mengikuti pelatihan ini. Namun pada kenyataannya, banyak mahasiswa dari
semester 8 (delapan) tidak dapat mengikuti pelatihan karena banyak diantara mereka
sedang berada di luar kampus untuk urusan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Total
peserta pelatihan yang datang adalah sebanyak 60 orang. Dalam pelaksanaan P2M
tersebut, panitia dibantu oleh 5 (lima) orang mahasiswa D3 Perpustakaan.
15
sambutan Ketua LPM (Lembaga Pengabdian Masyarakat) yaitu Prof. Dr. I Ketut
Suma, M.Pd sekaligus membuka acara pelatihan. Selain membuka, Ketua LPM juga
banyak memberi masukan terkait dengan efektifitas kegiatan Pelatihan Softskill,
terutama evaluasi kegiatan yang dilaksanakan setelah pelatihan untuk memastikan
bahwasannya kegiatan pelatihan softskill yang sudah dilaksanakan bermanfaat bagi
mahasiswa terutama ketika menghadapi wawancara, baik wawancara yang
dilaksanakan selama menjadi mahasiswa maupun pada saat wawancara kerja. Saat
bersamaan, ketua LPM juga melakukan monitoring terkait persiapan yang dilakukan
sebelum kegiatan pelatihan dilaksanakan. Setelah acara pembukaan usai, peserta
diberikan kesempatan untuk menikmati snack yang disediakan oleh panitia. Tepat
pukul 09.30 wita, pelatihan dimulai.
16
Foto 1: Kegiatan Pelatihan Softskill dibuka oleh Ketua LPM Undiksha sekaligus
melaksanakan monitoring.
17
Setelah acara pembukaan oleh ketua LPM Undiksha, acara dilanjutkan dengan
pemaparan materi oleh pelatih. Adapun kegiatan pelatihan terdiri dari 2 (dua)
kegiatan yaitu:
Untuk isi CV, pelamar kerja harus mampu menjual diri secara positif, yaitu
menampilkan data diri yang benar dan akurat; keterangan pendidikan secara lengkap,
pengalaman kerja dan organisasi yang dimiliki, aktivitas dan keterampilan khusus,
dan yang terakhir minat. Pada saat pemaparan materi, pelatih menampilkan contoh-
contoh CV yang dapat menarik perhatian pencari kerja untuk membacanya. Pada
pemaparan materi, peserta juga diberikan tips sebelum berangkat melakukan
wawancara kerja. Tips pertama adalah mencari tahu profil perusahaan tempat pencari
kerja melakukan wawancara melalui website resmi perusahaan tersebut atau istilah
lainnya dalam dunia kerja sebagai stalking website. Kedua adalah mencari tahu
18
budaya perusahaan, tren industri, interviewer, struktur organisasi perusahaan dan lain
sebagainya. Ketiga mencari lokasi interview sebelum waktu interview. Keempat
menyiapkan wardrobe untuk interview seperti memilih pakaian yang tepat baik dari
warna, ukuran, dan jenis pakaian; mengaplikasikan parfum dan make up yang tidak
mencolok, dan lain sebagainya. Pelatih juga memberikan saran agar pencari kerja
rajin melatih diri dengan berbicara di depan cermin sehingga akan menemukan cara
berbicara yang paling nyaman sehingga rasa percaya diri juga bertambah. Latihan
berbicara di depan cermin untuk melatih ekspresi yang terlihat nyaman dan
menyenangkan.
2) Pelatihan
Proses pelatihan softskill selain dipaparkan secara teori, sekaligus diiringi
dengan praktek. Metode ini dimaksudkan untuk merealisasikan teori yang diperoleh
melalui informasi, tanya jawab dan diskusi. Dalam pelaksanaannya secara bersama-
sama di mana mahasiswa bertanya dan nara sumber memberikan solusi dengan
mempraktekkan langsung di hadapan peserta. Karena sasaran dari pengabdian
masyarakat ini adalah mahasiswa tingkat akhir yang akan segera mengakhiri masa
kuliah, nara sumber membawakan materi tentang kiat sukses mendapatkan pekerjaan.
Adapun materinya meliputi kiat sukses menulis lamaran dan kurikulum vitae yang
dapat dijadikan representasi dari pribadi si pelamar kerja. Mahasiswa diberikan
pemahaman bagaimana menulis CV yang mengeluarkan citra positif pelamar kerja
dan apa saja yang bisa disampaikan pada CV dan apa yang tidak perlu disampaikan.
Selanjunya mahasiswa biberikan ilustrasi menghadapi wawancara kerja hingga tips
dan trik menghadapi psikologi test yang biasa dilaksanakan pencari kerja (slides
terlampir). Setiap pembahasan yang ditampilkan pada slides selalu diikuti dengan
praktek seperti halnya bagaimana sikap dan bahasa tubuh para pencari kerja ketika
pertama kali bertemu dengan pewawancara. Setiap slide yang dijelaskan, sekaligus
diiringi praktek sehingga mahasiswa terus antusias dengan apa yang disampaikan
nara sumber. Di bawah ini adalah contoh wawancara kerja yang langsung
19
dipraktekkan oleh peserta pelatihan dengan nara sumber. Adapun pelatihan yang
dilakukan oleh peserta dan nara sumber adalah sebagai berikut:
1. Latihan salaman
2. Latihan duduk dengan posisi nyaman dan sopan
3. Latihan interview
4. Latihan tentang etika bertanya kepada interviewer
5. latihan sikap-sikap yang diperlukan ketika menghadapi wawancara kerja
Foto 1. Praktek yang dilakukan antara peserta dengan nara sumber serta antar
peserta. Praktek meliputi cara berjabat tangan, cara berkenalan ketika pertama
kali bertemu, serta cara duduk yang benar.
20
mereka menganggap waktunya kurnag lama dan semestinya nara sumber berbagi
lebih banyak hal terkait keterampilan yang harus diperhatikan dalam melamar kerja.
21
Pengalaman unik yang diungkapkan mahasiswa S1 Pendidikan Sosiologi
semester 4 lebih menarik lagi. Mahasiswa tersebut memberikan masukan kalau
pelatihan softskill semestinya diadakan untuk mahasiswa baru. Semakin dini kita
mengetahui bagaimana cara berinteraksi yang benar dengan orang lain, maka
semakin cepat mahasiswa tersebut sukses baik di dunia akademik maupun di dunia
kerja. Mahasiswa tersebut berpendapat bahwa pelatihan softskill tidak hanya berguna
saat mencari kerja, namun sangat berguna bagi interaksi harian di lingkungan kampus
baik dengan sesama siswa, dosen dan perangkat perguruan tinggi lainnya.
Dalam kegiatan evaluasi ditemukan juga ketidakpuasan pada kegiatan pelatihan
softskill yang sudah dilaksanakan. Mahasiswa merasa tema psikotest yang dipaparkan
nara sumber belum dikupas secara mendalam. Mahasiswa tersebut menganggap
kemampuan psikotest penting untuk dikuasai mengingat banyak pencari kerja
mengandalkan test ini untuk menjaring karyawan. Saran yang diberikan mahasiswa
tersebut agar pelatihan softskill lebih ditekankan pada pengerjaan psikotest termausk
bagaimana tips dan trik agar lulus melaluinya. Masukan ini sangat baik untuk
pengembangan kegiatan selanjutnya.
22
BAB IV
KESIMPULAN
Pelatihan softskill yang dipersiapkan selama 4 bulan sebelum pelaksanaannya
sudah melalui berbagai diskusi terkait tema yang akan diambil. Mengingat cakupan
softskill sangat luas, sempat ada diskusi panjang terkait dengan materi yang akan
diangkat untuk membekali mahasiswa semester akhir dengan softskill yang tepat.
Mengingat seringkali pencari kerja gagal dalam tahap wawancara kerja, maka
diputuskan untuk memilik tema tersebut. Antusiasme mahasiswa dalam mengikuti
kegiatan ini tercermin dari semangat mereka mengambil pre-test yang diberikan
sebelum pelatihan berlangsung serta mengembalikan post-test setelah pelatihan
berlangsung sangat tinggi. Tidak ada satu mahasiswa peserta yang luput
mengembalikan post-test yang sudah diberikan. Kondisi ini menunjukkan
bahwasannya pelatihan softskill sangat diperlukan oleh mahasiswa baik semester
awal hingga semester akhir. Masukan menarik datang dari mahasiswa bahwasannya
pelatihan softskill sebaiknya mencakup pembentukan karakter mahasiswa agar
mahasiswa terbiasa berperilaku baik di manapun berada.
Keterbatasan waktu pelatihan juga membatasi durasi praktek yang tidak bisa
melatih secara personal semua mahasiswa terkait keterampilan seperti berjabat
tangan, menyapa, sikap duduk, dan lain sebagainya. Kelemahan dan kekurangan yang
dialami pada saat pelatihan bisa menjadi masukan agar di kemudian hari kegiatan
dilakukan selama 2 (dua) hari.
Kegiatan pelatihan softskill sudah terlihat manfaatnya dari adanya laporan
dari beberapa mahasiswa yang dalam tempo yang cukup singkat mengikuti tes
wawancara kerja di sekolah maupun perusahaan swasta. Ke depan acara pelatihan
softskill bisa dirancang menjadi kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh pihak
fakultas maupun pihak universitas guna membekali seluruh siswa menjadi pribadi
yang percaya diri baik dalam menghadapi wawancara maupun dalam pergaulan yang
lebih luas.
23
DAFTAR PUSTAKA
McClelland, 2Neff, T.J. dan Citrin J. M. 1999. Lesson From The Top NY:
Doubleday.
24
Lampiran 1
PRE-TEST
Soft Skill
25
POST-TEST
Soft Skill
26
Lampiran 3
Foto-foto pendukung lainnya
27
Lampiran 4
Materi Pelatihan
28
29
30
31