A. Pengertian
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, kebutuhan akan pendidikan yang dapat
meningkatkan pandangan tentang masalah-masalah yang mendunia (perspektif global)
menjadi semakin mengemuka. Apakah “Perspektif Global” atau “Global Perspective”
itu? Kamus Besar Bahasa Indonesia (ed.2) mengartikan perspektif sebagai berikut: (1)
cara melukiskan suatu benda pada permukaan yang mendatar sebagaimana yang terlihat
oleh mata dengan tiga dimensi (panjang, lebar, dan tingginya); (2) sudut pandang atau
pandangan. Sedangkan Global diartikan sebagai berikut: (1) secara umum dan
keseluruhan; taksiran secara bulat; secara garis besar; (2) bersangkut paut, komplek,
mengenai banyak hal, meliputi wilayah luas, atau seluruh dunia. Pengertian ‘perspektif’
dalam perspektif global sebagai mata kuliah ini cenderung lebih mendekati perspektif
sebagai sudut pandang atau pandangan sedangkan pengertian ‘global’ lebih mendekati
global yang bersangkut paut dengan hal-hal yang menyeluruh atau mendunia.
Robert Hanvey (1982, h.5) menyatakan ‘… a global perspective is not a
quantum, something you either have or don’t have’ (perspektif global bukanlah suatu
quantum ialah sesuatu yang anda miliki atau belum miliki). Perspektif global merupakan
‘a blend of many things and any given individual may be rich in certain elements and
relatively lacking in others.’ (suatu paduan dari banyak hal dan individu yang memiliki
kekayaan dalam hal tertentu tetapi kekurangan dalam hal lain). Di Amerika Serikat,
National Council for Accreditation of Teacher Education mendefinisikan perspektif
global sebagai ‘the view point that accepts the interdependency of nations and people
and the interlinkage of political, economic, ecological, and social issues of transnational
and global nature’(Merryfield, 1997).
Untuk tujuan pendidikan, perspektif global bertujuan untuk mensosialisasikan
sekelompok orang sehingga unsur-unsur dalam perspektif global itu dapat dipahami oleh
kelompok orang tersebut. Dalam pengertian ini, perspektif global merupakan suatu
variabel yang dimiliki oleh penduduk tertentu dengan ciri-ciri tertentu menurut kapasitas,
kecenderungan, dan sikap anggota kelompok tersebut. Walaupun variabel perspektif
1. Kesadaran Perspektif
Dimensi ini menunjukkan perlunya pengakuan atau kesadaran bahwa sebagian
individu memiliki pandangan global yang berbeda, bahwa pandangan global itu telah ada
dan dibentuk oleh pengaruh-pengaruh diluar jangkauan kesadaran, dan bahwa beberapa
individu memiliki pandangan global yang berbeda dengan orang lain. Di antara kita, ada
yang memiliki pandangan yang melampaui perspektif orang biasa. Namun ada pula
diantara kita yang memiliki pandangan di bawah rata-rata orang biasa. Pengakuan akan
keberadaan kondisi keragaman perspektif ini disebut kesadaran akan perspektif. Dalam
hal ini, perlu dibedakan antara pendapat (opinion) dan perspektif. Pendapat adalah
lapisan permulaan munculnya kesadaran akan perspektif. Sedangkan perspektif
merupakan lapisan yang dalam dan tersembunyi yang lebih penting dalam mengenal
perilaku. Misalnya, dalam peradaban Indonesia khususnya pada masa perjuangan
kemerdakaan, bangsa Indonesia menganggap ‘Kami cinta perdamaian tetapi lebih cinta
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 2
kemerdekaan’. Hingga sekarang, slogan ini bukan sekedar pendapat melainkan sudah
menjadi kesadaran perspektif. Contoh lain, gerakan emansipasi (feminist) telah
menimbulkan kesadaran dari kaum wanita dan laki-laki hormat terhadap kedudukan
kaum wanita. Implikasinya, muncul sikap dan perilaku yang lebih mendalam dengan cara
mengangkat harkat dan martabat wanita sesuai kodratnya. Ini adalah akibat dari
perspektif kaum wanita dan laki-laki terhadap emansipasi.
1 Pendahuluan
1) Nilai-nilai Universal
Untuk pertama kalinya, pada abad ke-20, masyarakat dunia telah
merancang standar universal hubungan antar sesama manusia menurut
keragaman dalam keyakinan beragama, dalam filsafat dan ideology. Upaya ini
dilakukan dibawah bantuan dan dukungan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Hasilnya telah hampir diterima oleh bangsa-bangsa di dunia sebagai manusia
yang beradab. Secara histories, hak asasi manusia (human rights) merupakan
jaminan hokum yang berasal dari seorang warga bangsa tertentu. Namun, selama
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 10
setengah abad terakhir ini perubahan yang terjadi adalah diterimanya hak-hak
sebagai manusia. Pada tahun 1948, PBB berhasil menetapkan Universal
Declaration of Human Rights yang menegaskan bahwa seluruh umat manusia
berhak atas hidupnya (life), kebebasan (liberty), pemilikan (property), kesamaan
(equality), keadilan (justice), kebebasan beragama (freedom of religion),
kebebasan berbicara (free speech), majelis perdamaian dan perlindungan.
Deklarasi ini melarang adanya perbudakan, penyiksaan, dan penghukuman
sewenang-wenang atau penahanan. Di samping itu, untuk warga sipil dan politik,
piagam ini memberikan hak-hak social dan ekonomi: hak bagi siapa saja atas
standar kehidupan yang layak, seperti makan, minum yang cukup, dan
perumahan dan jaminan yang sakit dan lanjut usia.
Nilai-nilai universal ini berasal dari beragam tradisi budaya, nasional dan
nilai-nilai agama. Namun betapa pun ada perbedaan tradisi, semua bangsa telah
mendukung nilai-nilai yang sama tanpa mempedulikan waktu ataupun letak
geografis. Dalam dunia saat ini, bahasa nilai ini dapat ditemui dalam dokumen
dasar di sejumlah bangsa dunia. Tentunya, nilai-nilai ini merupakan kekuatan
yang dapat melindungi umat manusia di dunia. Namun dalam pelaksanaan di tiap
negara akan beragam karena akan mengalami penyesuaian dengan kondisi di
negara masing-masing. Perjuangan untuk mencapai standar kehidupan dan
hubungan antar manusia merupakan proses evolusi. Usaha ini masih dirasakan
baru sehingga tingkat pertisipasinya pun masih terbatas. Tugas meratifikasi
standar global yang memenuhi kriteria kemanusiaan merupakan pekerjaan rumah
yang sulit dicapai dalam waktu dekat.
3) Sistem Ekologi
Planet tempat kita tinggal ini merupakan bidang batuan yang mengorbit
mengelilingi matahari dan melayang dalam energi sinar menurut system tata
surya. Di bawah kulit bumi adalah lapisan panas berwarna putih dan mencair. Di
atas permukaan terhampar daratan dan samudera luas. Di antara permukaan yang
dinamis dan ruang kosong di atas, terdapat lapisan yang tipis dan rapuh yang
terdiri atas manusia, tumbuhan-tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang
saling ketergantungan satu sama lain dan semuanya tergantung pada tanah,
lautan, dan unsure-unsur lain untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
Di dalam system ekologi bumi yang kompleks, biosphere, lapisan
kehidupan yang tipis yang mengelilingi bumi sangatlah mudah dipengaruhi dan
terancam oleh aktivitas makhluk manusia. Biosphere bumi merupakan suatu
system kehidupan terus menerus berdaur ulang menurut dasar kehidupan
biokimia dan oleh karena itu memungkinkan struktur kehidupan dan adanya
lingkaran makanan. Adanya kehidupan di bumi ditemukan pada ketinggian
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 17
10.000 meter pada permukaan pegunungan dan pada kedalaman 10.000 meter
pada kedalaman samudera.
Namun wilayah untuk reproduksi adalah berada pada lapisan yang paling
tipis kira-kira 100 meter untuk pepohonan yang palig tinggi dan hanya beberapa
meter pada kedalaman air. Tipisnya lapisan biosphere di bumi adalah sama
dengan lapisan embun pagi pada permukaan apple. Penutup permukaan bumi
yang hijau merupakan syarat bagi kelangsungan hidup bumi. Di dalam bidang
kehidupan ini, setiap organisme saling berkaitan dengan organisme lainnya
karena semua makhluk hidup bersaing untuk memperoleh energi dari matahari,
air dan bumi.
Dari semua spesies yang membangun kehidupan ini, umat manusia adalah
aktor yang paling kritis dalam system ekologi karena kemampuannya untuk
mengelola dan mengeksploitasi, memelihara atau merusak. Pendidikan global
akan mengajak para siswa menyadari bahwa ada hubungan simbiotis dan saling
ketergantungan dengan makhluk hidup maupun dengan makhluk non hidup dan
bahwa kita sebagai makhluk manusia berperan banyak dalam ekologi ini.
Pendidikan global akan membantu para siswa merasa dirinya bagian dari
kehidupan di bumi, menyayanginya, menjadikannya tempat yang istimewa bagi
dirinya, dan melakukan tindakan secara individu setelah berfikir demi system
ekologi yang menyeluruh.
4) Sistem Teknologi
Ada sedikitnya pertanyaan bahwa kita hidup dalam abad teknologi.
Sementara teknologi selalu memainkan peran penting dalam kehidupan umat
manusia dan system di bumi, teknologi abad ini – berdasarkan mesin jet dan
roket, transistor dan nuklir – mengubah kehidupan di planet bumi secara cepat
yang tak dapat dibayangkan untuk masa mendatang. Teknologi modern bukan
hanya mengubah cara hidup individu, bekerja dan berhubungan dengan individu
lain maupun dengan lingkungan: pengaruhnya secara dramatis mengubah
geopolitik, fungsi ekonomi dunia, dan system ekologi global.
2) Isu-isu pembangunan
Studi tentang isu-isu pembangunan akan mengajak para siswa dalam
memperjuangkan rakyat dan bangsa untuk memperoleh kebutuhan dasar,
mencapai pertumbuhan ekonomi nasional, dan memperluas kebebasan politik,
ekonomi dan social mereka. Studi ini terutama akan memfokuskan pada sejumlah
isu-isu dan masalah-masalah sekitar pelebaran kesenjangan antara orang kaya
dan orang miskin di dunia dan ketidakadilan serta penderitaan akibat dari
kesenjangan ini. Kita dapat menangkap sejumlah dimensi kesenjangan antara si
kaya dan si miskin ini dengan membandingkan urutan penduduk paling kaya di
dunia dan urutan penduduk paling miskin di dunia.
Kesenjangan antara si kaya dan si miskin (seperti yang mengalami
kelaparan, penyakit dan ketidakadilan) hampir tidak dapat dielakkan. Kenyataan
ini merupakan ancaman terhadap keamanan global dan lingkungan. Selain itu,
inipun merupakan penyebab utama tingginya utang negara-negara Dunia Ketiga
yang nampaknya semakin menjadi beban. Pinjaman yang diberikan oleh Badan
Keuangan Internasional apabila tidak dikelola dengan benar malah akan
menjadikan kemunduran, bukan memberikan kemajuan bagi negara tersebut.
Studi tentang isu-isu pembangunan mulai dengan pertanyaan dasar:
Apakah pembangunan yang berhasil dan pembangunan yang belum berhasil itu?
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 21
Dengan mengkaji isu-isu pembangunan para siswa akan berusaha mengatasi
sejumlah masalah yang dihadapi oleh masyarakat dunia: ledakan penduduk,
kelaparan, penggundulan hutan, penurunan kualitas lingkungan, hubungan Utara
– Selatan dan Barat – Timur, transfer teknologi yang tepat, krisis ekonomi dan
moneter, krisis utang negara Dunia Ketiga dan banyak lagi krisis-krisis lain yang
setiap hari memenuhi halaman muka surat kabar. Kunci utama bagi siswa adalah
menemukan begaimana para siswa mengkaitkan masalah-masalah pembangunan
dan akibat-akibat kesalahan pembangunan dan lebih penting lagi bagaimana para
siswa dapat terlibat dalam pencarian solusi masalah-masalah ini.
3) Isu-isu lingkungan
Isu-isu lingkungan terutama berkaitan dengan akibat-akibat eksploitasi
sumber daya manusia dan pengelolaan kekayaan bumi: tanah, lautan dan unsure-
unsur lainnya. Masalah yang berkaitan dengan akibat-akibat aktivitas manusia
terhadap lingkungan bukanlah persoalan baru, tetapi karena penduduk bumi
berkembang sangat cepat dan meningkatnya konsumerisme maka akibat-akibat
tersebut diperluas menjadi masalah-masalah krisis. Hujan asam, polusi sungai
dan laut, pembentukan karbondioksida dalam atmosfir, polusi udara industri yang
kita hirup, pemusnahan jenis tanaman dan hewan, penipisan hutan dan
sebagainya.
Masalah-masalah dan isu-isu yang menghendaki pemecahan ini sangat
penting untuk disadari oleh umat manusia marena ini milik kita bersama
demikian pula ribuan jenis tanaman dan hewan. Semuanya dapat melampaui
batas-batas nasional dan menghendaki kepedulian bersama. Pendidikan global
akan memberi kesempatan kepada para siswa untuk melihat perannya dalam isu-
isu dan masalah-masalah global demikian pula peran orang dan system lainnya.
Fokus utama kajian akan mempertimbangkan dan menganalisis solusi serta
perlunya kerjasama secara multilateral untuk menemukan solusi tersebut.
1) Melalui Monokultural
Pendidikan global ini merupakan pengkajian yang mendalam tentang suatu
budaya. Tujuannya adalah membantu siswa agar lebih peduli terhadap
masyarakat lain. Materi yang dibahas disesuaikan dengan tingkat perkembangan
siswa sekolah dasar atau berdasarkan tingkat kelas. Isu-isu yang dapat diangkat
oleh guru dapat dipilih. Sebagai contoh:
- Sejarah singkat tentang masyarakat dari masa anak-anak berasal
- Nilai-nilai dan kebiasaan masyarakat dari masa anak-anak berasal
- Bagaimana anggota masyarakat Pasundan mempertahankan identitas
budayanya
- Pengaruh budaya yang dibawa oleh anak luar Pasundan
- Pengaruh budaya Pasundan terhadap kehidupan anak pendatang
Pelajaran yang dirancang berdasarkan pada monokultural dapat dengan
mudah disisipkan dalam kurikulum IPS di sekolah dasar. Beberapa materi di atas
dapat dimodifikasi oleh guru, misalnya dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang sesuai dengan tingkatan kelas anak-anak.
Contoh pertanyaan:
Kelas 3:
Apakah Ibu dan Bapakmu suka bekerja ke luar kota, ke propinsi Jawa Barat,
ke luar Jawa, atau ke luar negeri? Samakah pekerjaan yang dilakukan oleh Ibu
dan Bapak itu?
Kelas 4:
Samakah letak wilayah yang kita huni ini dengan wilayah asal kamu
(misalnya, luar Jawa)? Apa saja persamaan dan perbedaannya? Apa pendapatmu
tentang orang-orang yang berada di luar Jawa (Sumatera, Madura, Kalimantan,
Sulawesi, dll)?
Kelas 6:
Samakah propinsi Jawa Barat dengan propinsi lain di Indonesia? Apa saja
perbedaan dan persamaannya?
4) Melalui kontribusi
Pendekatan ini menekankan pada apa saja kontribusi bangsa lain terhadap
budaya kita. Menurut para sejarahwan bahwa Negara kita banyak mendapat
kontribusi atau pengaruh dari bangsa lain disamping kita juga telah memiliki
aneka ragam budaya.
- Adakah kontribusi dari orang-orang Belanda, Perancis, Inggris,
Amerika, Jepang?
- Bagaimana caranya bangsa-bangsa lain membantu membangun negara
kita?
- Bagaimana caranya kita memberikan kontribusi terhadap bangsa lain?
- Apakah bangsa lain masih tetap mempengaruhi kita saat ini?
- Apakah kita masih berpengaruh terhadap bangsa lain?
- Dapatkah Anda kemukakan contohnya?
Melalui pendekatan ini para siswa diajak untuk menyadari hal-hal apa saja
negara kita telah mendapat pengaruh dari bangsa lain dan hal-hal apa saja kita
telah memberikan pengaruh terhadap bangsa lain. Pendidikan global berusaha
membantu para siswa mengapresiasi kontribusi-kontribusi yang terjadi baik pada
masa lampau, kini maupun pada masa mendatang.
5) Melalui antarkultural
Pendekatan ini melibatkan para siswa dalam belajar dengan cara membantu
mereka membandingkan dan mengkontraskan bagaimana budaya yang beraneka
ragam itu dapat menjawab isu-isu yang muncul. Pelajaran disusun untuk
membantu para siswa dalam mengapresiasi orang lain dalam menghadapi
tantangan sehari-hari dan mengembangkan cara-cara menanggapinya. Teknik
pengajaran yang dilakukan oleh guru dapat melalui tabel.
Contoh:
Makanan Rumah Pakaian Rekreasi
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 30
Jawa Barat
Madura
Maluku
Australia
Jepang
Philipina
Pertanyaan yang dapat diajukan:
• Apakah persamaan dan perbedaan antar daerah dan negara?
• Dengan adanya perbedaan ini, apakah berarti satu bangsa lebih baik dari
bangsa lain?
• Para siswa perlu dibantu dalam memahami jawaban-jawaban tentang
perbedaan dalam tantangan kehidupan di tiap daerah atau negara. Namun,
perbedaan itu tidak berarti satu daerah lebih rendah dari daerah lain.
• Bagaimana Anda menjelaskan perbedaan-perbedaan ini?
6) Melalui perorangan
Banyak anak yang sering kontak dengan anak lain yang berasal dari
daerah atau negara lain. Mungkin karena anak itu mempunyai saudara atau masih
satu keluarga sehingga sering berhubungan atau surat-menyurat. Dengan
demikian, anak-anak itu hidup dalam lingkungan masyarakat global (dunia).
Namun, ada pula anak yang tidak pernah mengetahui bagaimana kehidupan orang
yang berbeda di belahan dunia lain. Ia tidak mengetahui bahwa di daerah atau
negara lain pun banyak anak-anak seusianya yang berbeda dalam cara hidupnya.
Untuk membantu anak-anak mengenal budaya orang lain, guru dapat
mempergunakan media, misalnya globe, peta, foto dan barang-barang hasil karya
orang lain (pakaian, makanan, kendaraan, binatang, dsb). Contoh:
Dimana kendaraan diproduksi?
Kelas : 4 – 6
Tujuan :
Para siswa (1) menunjukkan lokasi pada peta negara yang memproduksi
sidekick; (2) memberikan alasan mengapa negara-negara menghasilkan barang-
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 31
barang yang tidak sama; (3) mengemukakan pengaruh import bagi ekonomi
negara.
Prosedur :
Kegiatan ini dapat juga dilakukan bersama keluarga mengunjungi sebuah
took mobil atau show room. Tunjukkanlah macam-macam merk dan jenis mobil
itu kepada siswa. Tentu saja banyak macam kendaraan baik jenis maupun
merknya. Ada merk Suzuki, Honda, mitsubishi, isuzu, Toyota, BMW, Mercedes
Benz, Peugeot, VW, Ford, dan lain lain. Jenisnya, ada sedan, van, truk, minibus,
bus, dll. Di took mobil ini, siswa diminta menyebutkan atau menuliskan negara
apa saja yang memproduksi kendaraan tersebut. Mereka akan menemukan bahwa
jenis dan merk kendaraan ini diproduksi oleh negara-negara lain.
Suruhlah anak-anak menuliskan apa yang dilihatnya. Siswa diminta untuk
menuliskan kategori dari setiap kendaraan yang diamatinya termasuk negara
yang memproduksinya.
Pada saat di kelas, mintalah siswa menuliskan pada papan tulis atau pada
transparasi. Kemudian, sediakan peta yang besar atau globe dan mintalah siswa
itu untuk menunjukkan letak negara yang telah mereka tulis itu. Selanjutnya,
diskusikanlah apa yang telah dilakukan oleh siswa itu bersama siswa lain dan
dibimbing oleh guru.
Hasil diskusi berupa kesimpulan. Misalnya:
• Berbagai jenis dan merk kendaraan itu diproduksi oleh negara-negara di
luar Indonesia
• Banyak kendaraan yang ada di Indonesia berasal dari Jepang dan eropa
• Perusahaan-perusahaan kendaraan di negara-negara lain tahu betul
selera atau kesukaan orang Indonesia
1. Pendahuluan
Budaya lokal yang dapat dikaji dan dikembangkan dalam kurikulum IPS sebagai
sebuah praksis dalam makalah ini adalah segala sesuatu yang menyangkut unsur-unsur
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 33
seperti nilai, sikap dan perilaku, keyakinan, orientasi, dan anggapan umum yang
menyebar di kalangan masyarakat. Sikap hidup masyarakat yang nampak dalam simbol,
tindakan sehari-hari, institusi serta relasi sosial juga termasuk sebagai bagian dari unsur
budaya lokal. Semuanya memiliki pengaruh terhadap perkembangan manusia (human
progress) pada bangsa-bangsa di dunia. Secara khusus, makalah ini ingin melihat
pengaruh nilai-nilai budaya lokal yang dimiliki oleh beberapa negara terhadap
perkembangan ekonomi global yang terjadi di beberapa kawasan dunia yang bisa
menjadi kajian dalam kurikulum IPS dalam perspektif global.
Menurut Talcott Parsons (1959)3 nilai (value) dalam budaya lokal dapat
didefinisikan sebagai sebuah unsur dalam sistem simbolik konvensional yang berperan
sebagai kriteria untuk melakukan pilihan di antara berbagai alternatif yang tersedia dalam
situasi yang mapan. Bangsa-bangsa yang memiliki budaya lokal berupa sistem nilai yang
mendukung (favourable) dalam menghadapi berbagai tantangan akan terus berkembang.
Terdapat dua kategori nilai, yaitu nilai instrinsik dan nilai instrumental. Nilai instrinsik
adalah nilai yang tidak selalu memperhatian untung dan rugi (cost and benefits).
Patriotisme, sebagai nilai, menuntut adanya pengorbanan yang bahkan tidak
menguntungkan bagi seorang individu. Sejarah mencatat bahwa berjuta-juta orang mati
demi mempertahankan negaranya.
Sebaliknya, nilai bisa menjadi sebuah instrumen ketika masyarakat
mendukungnya sebab nilai tersebut menguntungkan bagi mereka. Pada dasarnya, nilai-
nilai ekonomi bersifat instrumental sebab nilai tersebut selalu menggunakan ukuran
untung rugi. Namun, sebuah negara akan berhenti berkembang ketika keuntungan
(benefit) serta produktifitas diraih dan tidak ada usaha lain untuk mencapai tujuan baru.
Dengan demikian, nilai-nilai instrinsik sangat perlu dalam ekonomi. Sebagai contoh,
dalam mengelola sumber daya alam serta pengembangkan industri untuk memperhatikan
profit (nilai instrumental) harus memperhatikan kelestarian lingkungan dengan cara
menghindari polusi dan lain-lain sehingga terjadi pembangunan yang
berkesinambungan. Profit saja tidak cukup apabila merugikan kepentingan pihak
lainnya. Jadi, nilai-nilai budaya tidak hanya berpengaruh terhadap perkebangan ekonomi,
bahkan perkembangan ekonomi itu sendiri merupakan bagian dari proses budaya.
Bahwa budaya lokal berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi sudah
dikemukakan oleh banyak ahli dalam berbagai disiplin. Akan tetapi, bahwa nilai-nilai
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 34
budaya berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi global mengemuka setelah
beberapa ahli bergabung dalam sebuah seminar internasional yang diselenggarakan di
Harvard Academy for International and Area Studies, Amerika Serikat, pada musim
panas tahun 1998.5 Dalam seminar itu beberapa ahli dalam berbagai bidang
mengemukakan pandangannya dan sampai pada kesimpulan bahwa budaya berpengaruh
terhadap perkembangan manusia, termasuk dalam kegiatan ekonominya di berbagai
kawasan dunia. Pengaruh tersebut bisa bersifat positif atau negatif. Pengaruh positif
ditandai dengan adanya progress, kemajuan atau perkembangan dalam berbagai
kehidupan masyarakat yang antara lain ditandai dengan meningkatnya kemakmuran,
kesejahteraan, atau pendapatan. Adapun pengaruh negatif dapat dilihat dari adanya
stagnasi atau bahkan regres atau mundur. Kemuduran tersebut terjadi karena nilai-nilai
budaya lokal atau nasional yang dianut oleh bangsa tersebut sangat menghambat
kemajuan, misalnya budaya inward looking, lebih melihat ke dalam daripada ke luar,
mementingkan primordialisme, menonjolkan sentimen etnis dan lain-lain. Karena nilai-
nilai tersebut maka masyarakat bangsa berada dalam posisi mandek, tidak berubah dan
akhirnya ketinggalan dibandingkan dengan negara dan bangsa lainnya.
2. Unsur Budaya Lokal di Kawasan Inti sebagai tantangan dalam Kurikulum IPS.
5. Penutup.
Program‟, dalam Lawrence Harrison, 2000, Cultures Matters, op.cit. pp. 65-75. menarik
yang bisa dikembangkan oleh para pengembang kurikulum IPS guna membekali para
siswa perspektif global. Perlu disadari oleh para pengembang kurikulum IPS bahwa
bangsa-bangsa yang memiliki kemampuan mengali nilai-nilai positif budaya lokalnya
pada akhirnya mampu memenangkan persaingan di era global. Negara-negara Eropa
Barat, Jepang, Amerika Utara, beberapa negara Asia Timur, telah menunjukkan bahwa
mereka mampu berperan aktif di era yang penuh persaingan serta kerjasama dalam
berbagai system itu. Bangsa-bangsa lainnya di luar yang disebutkan di atas masih
dihadapkan pada berbagai persoalan budaya mereka yang tidak kondusif bagi
pembangunan ekonomi. Harrison (2000)19 dalam bukunya mengenai Pan-American
Dream (1999) menganalisis budaya progresif dan budaya yang statis. Budaya progresif
cenderung membawa kemajuan, sementara budaya statis menjadi penghambat bagi
kemajuan ekonomi. Terdapat sepuluh nilai, sikap dan mind-sents yang membedakan
antara budaya progresif dan budaya statis. Kesepuluh budaya yang bisa dikaji dalam
kurikulum IPS, sebagai berikut:
David, 2000, „Culture Makes Almost All the Difference‟, dalam Harrison and
Matters,
Hanvey, Robert G(1982)An Attainable Global Perspective. Theory into Practce,
Summer, Volume XXI (3)
Hatten and Rosenthal, 2000, Reaching for the Knowledge Edge, American Management
Association, New York. Huntington, Samuel P, 1996, The Clash of
Civilizations, and the Remaking of World Order, Prentice Hall, New York.
Landes,
Haworth, 1995, Revisioning Curriculum in Higher Education, Simon & Hustler Custom
Publishing, Massacusset Grondona, Mariano 2000, „A Cultural Typology of
Matters, How Values Shaves Human Progress, Basic Books, New York.
Harrison and Huntington, 2000, Culture Matters, How Values Shaves Human
Progress, Basic Books, New York.
Kniep, Willard M. (1986) Defining A Global Education By Its Content. Social
Education. NCSS
Manguelle, Daniel Etoungga (2000). „Does Africa Need a Cultural Ajustment Program‟,