Anda di halaman 1dari 5

End of Cold War bipolarity

Meskipun terjadi perdebatan tentang kondisi dan sifat tatanan dunia (world order)* abad dua puluh satu, namun ada kesepakatan tentang bentuk tatanan dunia selama periode Perang Dingin yaitu: 1. Keberadaan dua blok kekuatan utama (two major power blocs) yang saling bersaing, blok Barat didominasi AS dan blok Timur dikuasai Uni Soviet. 2. Status ini ditandai oleh besarnya kapasitas dan kapabilitas militer dan kepemilikan senjata nuklir serta kepemimpinan atas dua ideologi besar dunia. 3. Bipolaritas mengkonsolidasikan pembentukan aliansi militer blok Barat NATO (1949) dan Warsaw Pact (1955) yang berakibat terbelahnya Eropa ke dalam dua zona dan ini disimbolkan oleh Tembok Berlin (1961) 4. Selama perang dingin , perimbangan militer antara AS dan US cenderung keduanya menuju strategi deterrence. 5. Tahun 1960, sistem bipolar melonggar karena pertama terjadi fragmentasi di dunia komunis ( terutama semakin dalam permusuhan antara Moskow dan Beijing dan telah terjadi revolusi Cina tahun 1949, dan kedua, kebangkitan Jepang dan Jerman sebagai negara adidaya ekonomi. 6. Tahun 1967, pembicaraan pembatasan senjata strategis yang menghasilkan perjanjian SALT I. 7. Tahun 1972, kunjungan bersejarah Presiden Nixon ke Cina. 8. Tahun 1979 menghasilkan perjanjian SALT II. 9. Berikutnya Detente antara Timur dan Barat melahirkan multipolaritas. Perspektif Realis: berakhirnya Perang Dingin menjadi sebuah kejutan bagi kaum realis, sebab selama ini mereka meyakini bahwa perilaku negara semata-mata untuk memelihara kepentingan nasionalnya baik pemeliharaan militer maupun keamanan teritorialnya. Namun, peristiwa 1989 1991 menggoyahkan keyakinan itu, ketika Uni Soviet dibawah kepemimpinan Gorbachev melepaskan dominasi politik dan militernya atas Eropa Timur serta menerima negara-negara non bangsa rusia melepaskan diri dari kontrol moskow. Dari perspektif realis, perang dingin hanya bisa berakhir apabila salah satu diantara dua negara super power mengalami kekalahan secara militer, atau apabila salah satu diantara keduanya dan atau kedua-duanya mengalami penurunan kekuatan relatifnya. Menurut pandangannya, kontur sistem bipolaritas memang telah goyah oleh pengaruh penurunan relatif Uni Soviet sejak 1970-an dan 1980-an. Namun demikian sulit dipercaya hal itu menunjukkan berakhirnya bipolaritas. Perspektif Liberal: Meskipun berakhirnya Perang Dingin menyebabkan ledakan optimisme di antara teori liberal yang percaya bahwa moralitas , bukan politik kekuasaan , bisa ditempatkan di jantung diplomasi internasional. Kelompok ini bernasib sedikit lebih baik daripada realis dalam memprediksi akhir Perang Dingin. Namun demikian , sejak 1970-an , kaum liberal telah menyoroti kecenderungan umum yang mendukung kerjasama dan menolak penggunaan kekuatan militer . Hal ini didasarkan pada kecenderungan modernisasi ekonomi untuk menciptakan pola-pola ' saling ketergantungan yang kompleks ' dan negaranegara didorong untuk bersaing melalui perdagangan ketimbang perang . Oleh karena itu gaya Perang Dingin yang antagonisme dan konfrontasi militer dalam bentuk perlombaan senjata nuklir dipandang semakin ketinggalan zaman. Dalam pandangan ini , keengganan

Uni Soviet untuk menggunakan kekuatan militer untuk mempertahankan kontrol atas Eropa Timur serta keutuhan teritorialnya sendiri , merupakan pengakuan bahwa mengakhiri persaiangan Timur-Barat akan cenderung membawa manfaat ekonomi. Perspektif Kritis: Berakhirnya Perang Dingin menggelisahkan para teori kritis (critical theory) yang menganggap sosialisme blok Timur merupakan yang paling layak, meski tidak sempurna, menjadi altrnatif kapitalisme blok Barat. Selaras dengan tradisi Marxis, bahwa rezim komunis yang stabil dan kokoh dipandang mampu memberikan jaminan sosial dan ekonomi. Namun, Tingkat ketidakpuasan publik dengan sistem komunis yang ditunjukkan di Eropa Timur pada tahun 1989 mengejutkan teori kritis. dianggapnya revolusi ini berusaha untuk membalikkan sejarah , dengan membuang sosialisme dan mendukung kapitalisme . Teori kritis mencoba menjelaskan tentang berakhirnya Perang Dingin, yaitu bahwa reformasi Gorbachev terinspirasi oleh model pasar sosialisme yang merupakan bentuk reformasi komunisme non-otoriter. Namun, kegagalan reformasi Gorbachev hanya menunjukkan keterbatasan sosialisme pasar. Berakhirnya Perang Dingin tetap memberikan dorongan signifikan terhadap konstruktivisne sosial. Identitas sosial Uni Soviet dibentuk kembali oleh 'pemikiran baru' Gorbachev dan generasi muda pemimpin Soviet dibawa ke pelaksanaan kebijakan dalam dan luar negeri. bahwa dominasi politik dan militer di Eropa Timur tidak lagi menjadi kepentingan strategis bagi Uni Soviet, bahkan mungkin telah menjadi rintangan. The new world order (tata dunia baru) pertama kali diperdebatkan oleh Gorbachev di pidato Majelis Umum PBB pada bulan Desember 1988. Selain disebut untuk penguatan PBB dan penyegaran kembali peran penjaga perdamaiannya, Gorbachev menyerukan deideologisasi hubungan antara negara-negara untuk mencapai kerjasama yang lebih besar dan mengusulkan bahwa penggunaan atau ancaman kekerasan seharusnya tidak lagi dianggap sah dalam urusan internasional. Pada Konferensi Malta 1989 Bush Sr dan Gorbachev berkomitmen untuk kerjasama berdasarkan pengaturan keamanan baru . Dalam bukunya ' Menuju New World Order ' pidato Kongres pada bulan September 1990 , Bush menguraikan visinya untuk dunia pascaPerang Dingin secara lebih rinci . Fitur-fiturnya meliputi kepemimpinan AS untuk memastikan aturan hukum internasional , kemitraan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet termasuk integrasi ke dalam tubuh ekonomi dunia (WTO) , dan mengawasi penggunaan kekuatan oleh desain keamanan kolektif . Salah satu cara tata dunia baru versi Bush adalah pernyataan , seperti yang ditunjukkan oleh Perang Teluk 1991, bahwa ' masyarakat internasional ' harus melindungi kemerdekaan kedaulatan semua rezim , terlepas dari kulit mereka , dan tidak memberikan prioritas kepada negara liberal -demokratis dengan alasan bahwa mereka cenderung lebih damai

Raise of hegemony
Hegemoni (dari hegemonia Yunani, yang berarti 'pemimpin') adalah, dalam arti yang paling sederhana, kepemimpinan atau dominasi salah satu unsur sistem atas orang lain. Antonio Gramsci menggunakan istilah untuk merujuk pada kepemimpinan ideologis kelas oversubordinate borjuis. Dalam politik global atau internasional, hegemon adalah negara terkemuka dalam koleksi negara. Status hegemonik didasarkan pada memiliki kekuatan struktural, khususnya kontrol sumber daya ekonomi dan militer, memungkinkan hegemon untuk membentuk preferensi dan tindakan negara-negara lain, biasanya dengan mempromosikan persetujuan bersedia daripada melalui penggunaan kekuatan. Setelah Gramsci, istilah ini mengisyaratkan bahwa kepemimpinan internasional atau global yang beroperasi, sebagian, melalui ideasional atau ideologi berarti.

Berakhirnya Perang Dingin memunculkan globalisasi ekonomi semakin membuka peluang pasar baru bagi perusahaan-perusahaan kapitalis Barat kususnya AS yang diusung IMF. Benyak negara-negara post-communist bertransisi dari kebijakan centralized menjadi laissezfaire capitalism sebagai sebuah shock therapy. Lebih jauh, model pemerintahan demokratis-liberal AS dengan cepat diadopsi oleh banyak negara post-communist dan lainnya. Perang teluk dan kebijakan intervensi untuk kemanusiaan yang dilakukan AS menjadi tren yang berkembang pada 1990-an. Kebijakan ini juga mencerminkan keinginan AS untuk mengadopsi peran polisi dunia . Hal ini terlihat dalam kecenderungan unilateralis kebijakan luar negeri AS menyusul terpilihnya George W. Bush pada tahun 2000, dibuktikan dengan keputusan untuk menarik diri dari Mahkamah Pidana Internasional dan penolakan untuk menandatangani Protokol Kyoto tentang perubahan iklim global. Namun kemudian, peristiwa 11 September secara signifikan mengubah arah kebijakan luar negeri AS dan dengan itukeseimbangan tatanan dunia. 11 September 2001, telah sering dianggap sebagai titik yang menentukan dalam pembentukan tata dunia baru, setara dengan 1945 atau 1990. beberapa pengamat berpendapat bahwa 9/11 adalah titik dimana sifat sejati dari era pasca Perang Dingin serta awal perselisihan global yang kegoncangannya tidak pernah terjadi sebelumnya. Namun pengamat lain seperti Robert Kagan menganggap AS terlalu melebih-lebihkan dampak dari 9/11 sehingga menimbulkan ketidakstabilan ysng signifikan. Berbagai teori telah dikemukakan untuk menjelaskan munculnya fenomena terorisme global atau transnasional. Salah satu yang paling berpengaruh adalah Samuel Huntington dengan teori benturan peradaban. Tatanan dunia baru, mewujudkan berbagai tantangan dan ancaman keamanan baru. Kecenderungan adanya proliferasi senjata pemusnah masal yang dikhawatirkan jatuh ke tangan negara nakal atau aktor non-nagara seperti organisasi teroris. Berkembangnya klub nuklir yang semula lima negara (AS, Rusia, China, Prancis dan Inggris) menjadi sembilan yaitu ditambah senjata nuklir India, Pakistan, Israel, Korea Utara dan Iran.

AS pasca 9/11 bergulir program yang kemudian dikenal sebagai Bush Doktrin. Bush. Doktrin ini menegaskan bahwa AS memiliki hak untuk menganggap dan memperlakukan suatu negara yang menjadi pelabuhan dan memberi bantuan kepada teroris adalah sebagai teroris itu sendiri. Doktrin ini kemudian dianggap oleh pengamat sebagai upaya AS untuk melakukan hegemoni kebijakan global. (Kristol dan Kagan 2004). Pasca 9/11 pendekatan AS terhadap perang melawan teror dengan cepat mulai mengambil bentuknya. Pembukanya adalah serangan militer pimpinan AS di Afganistan pada bulan Oktober 2001 yang menggulingkan rezim Taliban dalam hitungan. Pada bulan Januari 2002, Presiden Bush mengidentifikasi Irak, Iran dan Korea Utara sebagai bagian dari poros kejahatan,

kemudian diperluas untuk mencakup Kuba, Suriah, dan (meskipun kemudian dihapus dari daftar) Libya. Perang melawan teror , bagaimanapun, bergerak ke arah yang lebih radikal dan kontroversial karena menjadi jelas bahwa perubahan rezim di Irak yaitu Saddam Hussein adalah tujuan berikutnya pemerintahan Bush. Hal ini menyebabkan Perang Irak 2003, diperjuangkan oleh AS dan koalisi yang bersedia.. Apa yang membuat Perang Irak kontroversial adalah bahwa sementara serangan terhadap Afganistan secaa luas dilihat sebagai bentuk pertahanan diri (Afganistan telah memberikan al-Qaeda home base dan secara ideologi politik, al-Qaeda dan rezim Taliban memiliki link yang kuat. Perang melawan Irak dibenarkan menggunakan doktrin serangan pre emptive. Meskipun kemudian dugaan bahwa ada hubungan antara rezim Saddam dengan al-Qaeda serta tentang kepemilikan WMD oleh rezim Irak tidak terbukti Meskipun keberhasilan awal yang dramatis (penggulingan Taliban dan rezim Baathist Saddam), AS bersama sekutunya menemukan dirinya berjuang melawan perang yang lebih rumit. Perang berkembang menjadi lebih kompleks karena perang kontra pemberontakan dan musuh yang menggunakan taktik gerilya, terorisme dan bom bunuh diri. Operasi perang melawan teror di rusak oleh kegagalan taktis dan strategis. Diantara kelemahan taktis adalah terbatasnya penyebaran awal jumlah pasukan di Irak, tidak adanya strategi keluar yakni suatu antisipasi jika tujuan perang tidak tercapai. Dan kegagalan untuk mengembangkan rencana yang jelas untuk Irak pasca Saddam sebelum invasi berlangsung.

Lebih dalam, pendekatan strategis untuk perang melawan teror juga telah cacat. Setidaknya ada tiga cacat: pertama, terlalu berlebihan menurunkan kekuatan militer namun tidak berdaya menghadapi taktik gerilya yang terbukti sangat efektif melawan musuh yang jauh lebih kuat dan lebih baik sumber dayanya. Di samping itu penggunaan kekuatan militer telah melemahkan kekuatan lunak yang dimiliki AS dan merusak reputasinya di seluruh Timur Tengah. Kedua, strategi memaksakan democracy from above menjadi sangat naif karena telah gagal mengenali dan memahami tingkat kesulitan nation-building. Ketiga, tidak ada kemajuan dalam solusi masalah Palestina yang terus meracuni politik di Timur Tengah. Dukungan yang kuat yang selama ini dilakukan AS terhadap Israel cenderung merusak opini publik dunia Arab terhadap AS dan Barat dan sebaliknya mampu memperkuat dukungan kepada Islam militan. Obama ?

politik global
Mengapa 'politik global'? Apa artinya menunjukkan bahwa politik telah 'pergi ? Dan bagaimana 'politik global berbeda dari politik' internasional '? Global mempunyai Istilah 'dua makna, dan ini memiliki implikasi yang sangat berbeda sejauh politik global yang memprihatinkan. pertama, berarti global di seluruh dunia, memiliki

rencana-etary signifikansi (tidak hanya regional atau nasional). Dunia ini, pada dasarnya, politik di dunia.Global, dalam pengertian ini, mengacu pada politik yang dilakukan pada global daripada tingkat nasional atau regional. Tidak ada keraguan bahwa dimensi global atau seluruh dunia politik dalam beberapa dekade terakhir menjadi lebih signifikan.yang dimana telah menjadi pertumbuhan organisasi internasional, beberapa di antaranya, seperti PBB (lihat p.449), A semakin universal isu-isu politik juga telah memperoleh 'global'character, karena mereka mempengaruhi, sebenarnya atau berpotensi, semua bagian dunia dan sehingga semua orang.ini terutama berlaku dalam kasus lingkungan, sering dianggap sebagai contoh paradigma isu 'global, karena alam beroperasi sebagai keseluruhan yang dihubungkan, di mana segala sesuatu mempengaruhi segala sesuatu lain.Staf yang sama, kita sering mengatakan, berlaku untuk ekonomi, di mana itu adalah hal yang lumrah untuk merujuk pada 'ekonomi global' atau 'kapitalisme global', dalam arti bahwa semakin sedikit negara sekarang tetap berada di luar sistem perdagangan internasional dan tidak terpengaruh oleh eksternal investment dan integrasi pasar keuangan. Untuk teori globalisasi, ini kecenderungan keterkaitan global tidak hanya mungkin fitur mendefinisikan keberadaan modern, tetapi juga mensyaratkan bahwa pendekatan tradisional untuk belajar perlu dipikirkan kembali, dalam hal ini dengan mengadopsi 'tanpa batas' atau 'trans-planetary'approach politik.Namun, gagasan bahwa politik - dan, dalam hal ini, segala sesuatu yang lain - telah terjebak dalam pusaran keterkaitan yang efektif menyerap semua komponen, atau 'unit', menjadi terbagi, seluruh global, sangat sulit untuk mempertahankan . Klaim bahwa kita hidup di 'dunia tanpa batas', atau pernyataan bahwa negara adalah mati dan kedaulatan tidak relevan (Ohmae 1990, 1996), tetap ide-ide jelas fantastis. Dalam tidak masuk akal berarti memiliki politik di tingkat global politik melampaui di tingkat nasional, lokal atau, dalam hal ini, setiap level.This lain adalah mengapa gagasan politik global, seperti yang digunakan dalam buku ini, mengacu pada makna kedua 'dunia '. Dalam pandangan ini, global berarti komprehensif, mengacu pada semua elemen dalam sebuah sistem, bukan hanya untuk sistem secara keseluruhan. Politik global sehingga terjadi bukan hanya pada tingkat global, tetapi pada dan, yang terpenting, di, semua tingkatan - di seluruh dunia, regional, nasional, sub-nasional dan sebagainya (lihat Gambar 1.1). Dari perspektif ini, munculnya politik global tidak berarti bahwa politik internasional harus dibuang ke tong sampah sejarah. Sebaliknya, 'global' dan 'internasional' hidup berdampingan: mereka melengkapi satu sama lain dan tidak boleh dilihat sebagai mode saingan atau tidak kompatibel pemahaman.

Anda mungkin juga menyukai