Anda di halaman 1dari 3

Andini Maritza Putri (072111233076) / Week 9 Journal

Dinamika Sejarah Perkembangan Studi Hubungan Internasional

Studi hubungan internasional merupakan studi yang bersifat dinamis karena selalu mengikuti
perkembangan zaman dalam penerapannya. Dinamika sejarah dapat dilihat melalui interaksi-interaksi dari
esensi yang terkandung dalam HI, yakni aktor, pola interaksi, kekuatan, dan identitas. Pada era modern total
war, end of empire, maupun era cold war, aktor yang berperan dominan adalah negara. Tatanan
internasional merupakan aspek penting sebagai konsep sebuah pola interaksi. Pada era di tahun 1900an,
bentuk interaksi yang dominan terjadi adalah perang.

Semenjak tahun 1900, telah terjadi perubahan dalam politik dunia. Perubahan yang terjadi
diantaranya berupa perkembangan pada aspek politik, teknologi, maupun ideologi. Masa-masa
perkembangan yang terjadi dalam dinamika sejarah HI terbagi menjadi tiga era. Masa pertama adalah era
transitional dari krisis politik Eropa ke modern total war. Lalu masa end of empire atau akhir dari
kekaisaran. Dan yang ketiga adalah era cold war atau perang dingin, yaitu masa terjadinya persaingan antara
Amerika Serikat dengan Uni Soviet (Scott 2014). Pada era total war, terjadi Perang Dunia I pada tahun
1914-1918 dan Perang Dunia II pada tahun 1939-1945. Pada era ini hampir semua negara besar ikut
berpartisipasi demi sistem internasional di masa depan (Goldstein dan Pevehouse 2017).

Masa perang yang terjadi di era total war hanya berlangsung selama sepuluh tahun pada abad ke-20.
Namun, kedua perang ini berperan sangat besar dalam pembentukan karakter di abad ini (Goldstein dan
Pevehouse 2017). Perang dunia I yang disebut sebagai the Great War awalnya adalah peperangan
antarnegara di Eropa, namun perang itu meluas dan menyebar ke seluruh dunia. Adanya doktrin-doktrin
yang disebut sebagai the cult of the offensive, dimana kepercayaan bahwa menyerang lebih dulu akan
menang membuat seorang nasionalis Serbia membunuh Pangeran Ferdinand dari Austria pada tahun 1914 di
Sarajevo (Goldstein dan Pevehouse 2017). Sebagaimana yang dijelaskan oleh sejarawan Jerman, Fritz
Fischer, terjadinya pembunuhan terhadap pewaris takhta Austro-Hungaria telah memicu deklarasi perang
Austria untuk melawan Serbia. Dengan adanya perang tersebut, berujung konflik yang terjadi di seluruh
Eropa (Scott 2014).

Perjanjian Versailles di tahun 1919 tidak memenuhi janjinya untuk struktur baru untuk keamanan
Eropa serta tatanan internasional. Hal ini menjadi masalah keamanan di Eropa. Kehancuran Wall Street yang
terjadi di tahun 1929 telah melemahkan demokrasi liberal dan menarik partai komunis, fasis, dan Nazi.
Sementara Eropa mengalami kehancuran ekonomi, Jerman mengalami degradasi nilai mata uang. Keadaan
ini menjadi dasar yang membuat Nazi dapat berkembang. Di tahun 1933, Adolf Hitler mendapatkan
kekuasaannya di Jerman. Pada masa pimpinan Hitler ini mendatangkan ancaman bahwa para pemimpin
politik Eropa tidak memiliki kemampuan untuk bertemu yang kemudian menjadi pemicu terjadinya Perang
Dunia II (Scott 2014).
Andini Maritza Putri (072111233076) / Week 9 Journal
Pada tahun 1930-an, Jerman dan Jepang memulai ekspansionisme yang kemudian mengarah pada
Perang Dunia II. Sedangkan di Eropa, Hitler memimpin Nazi Jerman dalam mempersenjatai kembali untuk
membantu kaum fasis memenangkan Perang Saudara Spanyol dan memperebutkan wilayah. Kemudian di
tahun 1939, terjadi invasi Jerman terhadap Polandia. Hitler menandatangani perjanjian non-agresi dengan
Joseph Stalin dari Uni Soviet dan mengerahkan seluruh pasukannya dalam melawan Prancis. Di tahun 1941,
Hitler kemudian mengkhianati Stalin dengan menginvasi Uni Soviet yang menyebabkan terjadinya 60 juta
kematian karena Perang Dunia II (Goldstein dan Pevehouse 2017).

Di era end of empire, prinsip-prinsip yang menjadi penentu yang menopang tatanan internasional
baru ini bergerak lambat untuk dapat diwujudkan. Selain itu, dibutuhkan mobilisasi politik, ideologis dalam
beberapa kasus militer. Kolonialisme dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) semakin tidak sesuai
dengan pencapaian kemerdekaan. Dekolonisasi yang terjadi didasarkan atas prinsip penentuan diri dan
sebagai tanda jatuhnya kekuasaan Eropa. Kecenderungan dunia terhadap dekolonisasi merupakan
perkembangan utama dalam politik dunia yang dibentuk oleh situasi lokal dan dinamika internasional dari
cold war. Faktor-faktor yang memengaruhi dekolonisasi, yakni sikap penguasa kolonial, ideologi dan
strategi kekuatan anti-imperialis, dan adanya kekuatan dari luar (Scott 2014).

Pertemuan antara Amerika Serikat, Soviet, dan Inggris di Yalta pada tahun 1945 menciptakan
pengakuan atas tentara Soviet di Eropa Timur, yang berarti daerah itu berada dibawah kuasa Soviet
(Goldstein dan Pevehouse 2017). Perang Dingin ini berkembang di tahun 1947 saat Uni Soviet menerapkan
rezim komunis di Eropa Timur dan AS menanggapi dengan program bantuan ekonomi yang dapat
menopang politik demokrasi serta ekonomi kapitalis terbuka di Eropa Barat (Knutsen 1997). AS dan Soviet
menjadi dua negara yang mendominasi pada masa ini. Keduanya memiliki pandangan ideologis yang
berbeda, yaitu demokratis kapitalis dan komunisme (Goldstein dan Pevehouse 2017).

Dapat disimpulkan bahwa dalam dinamika sejarah dalam hubungan internasional melibatkan sistem
internasional yang berubah-ubah seiring dengan berkembangnya zaman. Seperti sistem yang ada pada era
total war berbeda dengan sistem pada era cold war, baik dari aktor dominannya, bentuk interaksinya, dan
tatanannya. Pada dasarnya, aktor yang berperan di ketiga era ini adalah negara dengan perang sebagai
bentuk interaksinya. Namun, sesuai dengan pemaparan diatas, aktor negara dan konflik perang yang terjadi
pada setiap era berbeda-beda.
Andini Maritza Putri (072111233076) / Week 9 Journal

Referensi:

Goldstein, Joshua S. dan Pevehouse, Jon C., 2017. International Relations. Edisi kesebelas. Boston:

Pearson, hlm. 17-36.

 Knutsen, Torbjorn L., 1997. A History of International Relations Theory. Manchester: Manchester

University Press, Bab 9.

Scott, Len, 2014. “International history 1900-99”, dalam: Baylis, John, et al. (eds.), 2014. Globalization of

World Politics. An introduction to international relations, (eds.). Edisi keenam. Oxford:

Oxford University Press, Bab 3.

Anda mungkin juga menyukai