Anda di halaman 1dari 6

Nama : Kukuh Haikal Tamimi

NIM : L1A018055

Resume Jurnal “ Steven L. Lamy – Introduction To Global Politics – Oxford


Univercity ” chapter II “ The Evolution of Global Politics ”

Sejarah dari Hubungan Internasional ternyata tidak dimulai dari tahun 1648.
Kerajaan, negara ternyata telah melakukan pola interaksi dan hubungan timbal balik jauh
berabad-abad yang lalu, terutama pada perang yang terjadi selama 30 tahun (1618-1648).
Bahkan pada negara-negara seperti China, Afrika, India politik dalam berbagai unit entah itu
yang berskala besar atau kecil ternyata telah terlibat dengan bidang ekonomi dan bahkan pada
masa ini banyak terjadinya peperangan antara negara yang terlibat dengan ekonomi dan
politik internasional itu sendiri. Globalisasi juga bukan sebuah fenomena yang baru untuk
kita, jika kita melihat tilas balik pada masa premodern dimana jalur sutera merupakan sebuah
jalur perdagangan darat dan trans benua pertama yang berarti pada masa ini sudah mulai ada
politik internasional itu sendiri. Tahun 1648 jauh lebih populer dibandingkan tahun 1618. Hal
ini dikarenakan pada tahun ini ada sebuah sejarah penting yaitu ‘ The Piece Of Westphalia’
atau lebih kita kenal dengan perjanjian Westphalia, dimana mengakhiri perang 30 tahun
tersebut sekaligus lahirnya prinsip-prinsip kedaulatan.

Arti atau Makna Penting dari Perjanjian Westphalia

Ada sebuah peristiwa unik disini, dimana ketika ada seorang tokoh bernama
Martin Luther dimana ia memakukan 95 tesisnya pada pintu gereja Kathedral di Wittenberg,
Jerman pada tahun 1517, ia melontarkan bahwa ingin lebih dari reformasi protestan. Untuk
abad selanjutnya, monarki atau sistem kerjaan yang ada di seluruh Eropa menemukan
pembenaran bahwa didalam agama untuk memulai perang yang sesungguhnya itu tentang
politik dan ekonomi. Perang 30 tahun tersebut dapat dikatakan bahwa itu adalah konflik
agama yang terakhir di daratan Eropa dan seolah-olah dimulai atas ketidaksepakatan tentang
hak yang ada pada pemimpin politik untuk memilih agama negaranya.

Perjanjian Westphalia yang terjadi pada tahun 1648 ternyata tidak hanya
mengakhiri konflik bencana, tetapi juga mengantarkan pada sistem Internasional kontemporer
dengan menetapkan prinsip kedaulatan. Hingga akhirnya para pemimpin politik sadar bahwa
pertempuran yang ada tidak menyelesaikan apa-apa dan hanya membawa kehancuran yang
meluas. Secara umum perdamaian dapat kita lihat sebagai rangkuman sebuah gagasan
masyarakat negara. Pernah terjadi sebuah konferensi yang terdiri dari duta besar dari
Belanda, Spanyol, Swedia, Prancis, Austria dan beberapa kerajaan Jerman yang lebih besar,
dimana berkesimpulan bahwa dengan jelas mengambil alih kepausan hak untuk memberikan
legitimasi internasional pada masing-masing penguasa dan negara bagian untuk mematuhi
toleransi beragama dalam kebijakan internal mereka. Kemudian keseimbangan kekuatan
dimasukan dalam kekuatan dan stabilitas diantara kekuatan-kekuatan yang bersaing secara
resmi dimasukan dalam perdamaian Utrech, yang mengakhiri peperangan Spanyol (1701-
1714), ketika Keseimbangan Kekuatan yang Adil secara resmi dinyatakan sebagai dasar.

Pada periode 1648-1776 melihat bahwa sistem Internasional yang telah terbentuk
selama 200 tahun sebelumnya membuahkan hasil. Perang sering terjadi, jika kurang
intensitas ideologi agama maka akan dibawa ke Perang 30 Tahun tersebut. Diplomasi dan
hukum Internasional dipandang sebagai dua institusi kunci lainnya dari masyarakat
Internasional, selama semua itu didasarkan pada persetujuan negara. Seperti yang Torbjørn
Knutsen (1997) tunjukkan, Perdamaian Westphalia mendukung pandangan baru tentang
hukum antar negara: mereka bergerak dari melihatnya sebagai diilhami secara ilahi untuk
melihatnya sebagai seperangkat adat. konvensi, dan aturan perilaku yang dibuat dan yang
dipaksakan oleh negara-negara dan para pemimpinnya.

Revolusi Perang

Revolusi Amerika(1776) dan Prancis(1789), dalam kasus Amerika salah satu


konsekuensinya yang didapatkan adalah munculnya negara adikuasa global pada abad ke-20.
Konsekuensi Revolusi Prancis itu lebih cepat. Pertama itu karena ada desakan revolusioner
bahwa kedaulatan berada ditangan bangsa daripada dipenguasa yang kemudian memberikan
dorongan penting pada gagasan penentuan nasib bangsa sendiri. Prinsip inilah yang akhirnya
mendominasi Politik Internasional itu sendiri pada abad ke-19 dan ke-20, bahkan pada abad
k-19 itu membahayakan kekaisaran yang dipandang menyangkal hak-hak nasional untuk
menjadi negara yang berdaulat sendiri. Kemudian konsekuensi kedua dari Revolusi Prancis
berasal dari sponsor kekuatan utama Eropa. Setelah kekalahan kaisar Prancis Napoleon pada
1815, negara-negara terkemuka semakin memisahkan diri dari yang lebih kecil sebagai
semacam sebuah klub kekuatan besar sistem yang kemudian dikenal sebagai Konser Eropa,
ini berjalan pada masa Perang Dunia I. Tujuannya adalah untuk mempertahankan
keseimbangan kekuatan Eropa yang disusun pada akhir Perang Napoleon dan mencapai
keputusan tentang masalah yang berpotensi memecah belah.

Pada tahun 1814, kekuatan telah secara resmi menyatakan niat mereka untuk
menciptakan ‘sistem keseimbangan kekuasaan yang nyata dan permanen di Eropa’. Pada
tahun 1815, selama pada Congress of Vienna, mereka dengan hati-hati menggambar kembali
peta Eropa untuk menerapkan sitem ini. Perkembangan diplomatik utama adalah penggunaan
konfrensi yang sangat meningkat untuk mempertimbangkan dan terkadang menyelesaikan
masalah yang menjadi kepentingan umum.

Perang Dunia: Perang Modern dan Total

Perubahan dalam teknologi militer membentuk cara para pejuang untuk


bertempur (senapan mesin, pesawat terbang). Perang juga menampilkan kontroversi tentang
perlakuan terhadap warga sipil. Terjadinya peristiwa pengobaman secara terus menerus pada
masa perang dunia II mencapai titik terendah dengan serangan udara firebomb Amerika dan
Inggris kepada Jerman dan Jepang. Pada tahun 1919, di Istana Versailles di luar Paris, para
pemenang memberlakukan pernyataan bersalah perang Jerman dalam pasal 231 penyelesaian
akhir, terutama untuk membenarkan reparasi yang mereka minta. Kedua perang dunia ini
bertanggung jawab atas kemungkinan lebih dari 80 juta kematian.

Warisan dan Konsekuensi dari Kolonialisme Eropa

Efek dari perang dunia II membantu menyebabkan runtuhnya Imperialisme Eropa


pada abad ke-20. Berakhir dominasi Eropa Barat dalam politik dunia, akhir Imperialisme
tampaknya menjadi lonceng kematian bagi gaya Eropa dalam mengelola Hubungan
Internasional. Perubahan ini terjadi dengan latar belakang Perang Dingin. Pada 1945,
Imperialsme menjadi istilah penghinaan. Kolonialisme masa lalu dan piagam PBB yang baru
semakin diakui tidak sesuai, meskipun kemerdekaan seringkali lambant dan kadang-kadang
ditandai oleh perjuangan panjang dan bersenjata, terutama dibanyak negara Afrika dan Asia.
Perang dingin juga mempersulit dan menghambat transisi menuju kemerdekaan.
Warisan dan Konsekuensi yang sama pentingnya adalah seberapa mampu
kepemimpinan politik baru dalam masyarakat ini dalam mengatasi masalah politik dan
ekonomi mereka. Proses dekolonisasi di Afrika dipersulit oleh jumlah negara Eropa yang
terlibat dalam kerajaan formal dan berbagai kepentingan nasional yang berbeda. Krisis
ekonomi yang diciptakan oleh perang memaksa Inggris, Prancis, dan Belgia untuk
mengeksploitasi kekayaan koloni mereka. Portugal memandang koloni-koloninya Angola,
Mozambik, dan Guinea Portugis sebagai elemen penting dalam kelangsungan ekonomi dan
politik Portugal. Belgia mempertahankan koloninya di Afrika Tengah hingga 1960, dan
Prancis berupaya mengasimilasi koloninya menjadi sebuah. Dengan berakhirnya Kongo
Belgia, Kongo terlibat dalam perang saudara, dengan mendukung pasukan lawan. Di sini lea
perintah kekaisaran Prancis. Strategi Inggris adalah menyerahkan lebih banyak wewenang
kepada elit lokal dan menciptakan kekaisaran yang lebih informal.
Di Asia hubungan antara Nasionalisme dan Marxisme revolusioner adalah
kekuatan yang kuat. Di Malaysia, Inggris mengalahkan gerakan pemberontakan komunis
(1948-1960). Di Indocina (1946-1954) malah gagal mengalahkan pemberontakan komunis.
Para pemimpin Amerika dan komunitas kepentingan antikomunis yang sangat berpengaruh
berbicara tentang teori domino, di mana jika satu negara jatuh ke komunisme, yang
berikutnya akan beresiko. Dukungan Cina dan Soviet memberikan konteks Perang Dingin
tambahan.

Perang Dingin

Munculnya Amerika Serikat sebagai kekuatan global setelah 1945 merupakan


suatu hal yang sangat pentng dalam politik Internsional. Konflik dengan Uni Soviet
memberikan salah satu dinamika penting dalam urusan dunia yang mempengaruhi, baik itu
secara langsung ataupun tidak langsung dalam setiap bagian dunia. Di Barat, para sejarawan
telah berdebat dengan penuh semangat dan ketelitian tentang negara mana yang bertanggung
jawab atas runtuhnya aliansi masa perang antara Moscow dan Washington. Bangkitnya Uni
Soviet sebagai kekuatan globab setelah 1945 sama pentingnya dalam periode ini. Perang
dingin dengan demikian diperjuangkan dalam kerangka aturan informal. Kerangka kerja ini
membantu menjelaskan mengapa konflik tetap ‘dingin’. Paling tidak dalam hal perang umum
antara Amerika Serikan dengan Uni Soviet, karena banyaknya orang tewas selama periode
1945-1990.

Konflik, Konfrontasi dan Kompromi

Salah satu dari konsekuensi perang yang ada di Korea adalah penumpukan
pasukan Amerika di Eropa Barat, jangan sampai agresi komunis yang ada di Asia megalihkan
perhatian dari niat nyata yang di rasakan Amerika di Eropa. Gagasan bahwa komunisme
merupakan entitas politik monolitik dimana dikendalikan dari Moskow menjadi fiksasi abadi
Amerika yang tidak dimiliki bersama Londok ataupun tempat lain. Namun, tetap saja orang
Eropa Barat tetap bergantung pada Amerika Serikat untuk keamanan militer, dan
ketergantungan ini malah semakin dalam ketika konfrontasi perang dingin di Eropa
dikonsolidasikan.

Persatuan kembali Republik Federal Jerman (Jerman Barat) pada tahun 1954
mempercepat pembentukan Pakta Warsawa pada tahun 1955, dimana merupakan sebuah
kesepakatan pertahanan bersamana dan bantuan militer yang ditandatangani oleh negara-
negara Eropa Timur yang berhaluan komunis dibawah Soviet. Hingga akhirnya NATO
mengerahkan senjata nuklir untuk mengimbangi keunggulan konvensional Soviet dan
pasukan jarak pendek Soviet. Hampir seluruh Eropa mengunggulu keunggulan nuklir milik
Amerika. Kematian Stalin pada Maret 1953 menandakan kensekuensi penting bagi Uni
Soviet di dalam dan luar negeri. Pengganti Stalin, Nikita Khrushchev, berusaha untuk
memodernisasi masyarakat Soviet, dan dalam prosesnya ia membantu melepaskan kekuatan
reformis di Eropa Timur.

Pembebasan nasional menimbulkan kekhawatiran di Barat akan tantangan


komunis global. Komitmen Amerika terhadap demokrasi liberal dan penentuan nasib sendiri
nasional sering kali berada di bawah perspektif Perang Dingin serta kepentingan ekonomi dan
politik AS. Perang Dingin melihat pertumbuhan organisasi intelijen permanen yang besar,
yang perannya berkisar dari memperkirakan niat dan kemampuan musuh hingga intervensi
rahasia dalam urusan negara lain. Krisis atas Berlin pada tahun 1961 dan Kuba pada tahun
1962 menandai saat-saat paling berbahaya dari Perang Dingin. Dalam keduanya, ada risiko
konfrontasi militer langsung dan, tentu saja pada Oktober 1962, kemungkinan perang nuklir

Akhir Perang Dingin Beralih ke Perang Melawan Terorisme

Konflik global besar pertama setelah perang dingin adalah invasi Irak pada 1990
terhadap negara tetangganya yaitu Kuwait. Amerika Serikat memimpin upaya diplomatik dan
militer multilateralnya yang komprehensif untuk menghukum mantan presiden Irak Saddam
Hussein atas tindakannya dan memberi isyarat kepada dunia bahwa pelanggaran semacam ini
terhadap hukum internasional tidak akan berlaku. Perang yang dilakukan untuk
membebaskan Kuwait hanya berlangsung selama 42 hari dan sebuah koalisi internasional
para diplomat dan pasukan militer mambantu mendefinisikan ‘Tata Dunia Baru’ yang
didukung oleh Presiden George H. W. Bush Amerika Serikat dengan bijak memasukan Uni
Soviet dalam rencananya dan secara efektif menggunakan Dewan Keamanan PBB untuk
mengeluarkan lebih dari 12 belas revolusi dan mengecam tindakan Irak.
Pasca perang dingin ini para pemimpin dunia harus membuat kembali dunia dan
menemukan cara untuk mengintegraskan mantan musuh kembali ke Barat. Tugas yang
mereka hadapi tentu tampak sangat luar biasa, mulai dari yang institusional untuk menyusun
tugas-tugas baru untuk badan-badan seperti NATO, PBB dan Uni Eropa (dibentuk pada tahun
1992) hingga lebih banyak tantangan ekonomi dalam memfasilitasi transisi di negara-negara
yang memiliki sedikit pengalaman dalam menjalankan demokrasi pasar. Banyak juga yang
mempertanyakan perlunya pengeluaran militer yang tinggi, dengan alasan bahwa jika dunia
sekarang menjadi tempat yang lebih aman dan lebih integrasi.

Globalisasi: Menentang Tatanan Internasional?

Jika periode perang dingin ditandai oleh perbedaan yang jelas dan tajam antara
sistem sosial ekonomi yang berlawanan dan beroperasi dengan standar yang sangat berbeda,
maka tatanan pasca-perang dingin dapat dengan mudah dikategorikan sebagai periode dimana
banyak negara dipaksa untuk bermain dengan satu set aturan. Dalam ekonomi dunia yang
semakin kompetitif. Namun, istilah yang paling sering digunakan untuk menggambarkan
sistem hubungan internasional yang baru ini adalah globalisasi. Globalisasi artinya berbeda
bagi para ahli teori yang berbeda. Jurnalis dan penulis Thomas Friedman (20015)
berpendapat bahwa globalisasi telah mengubah politik dunia selamanya, memberikan
individu lebih banyak alat untuk mempengaruhi pasar dan pemerintah dan menciptakan
jaringan yang menentang suatu kekuatan negara.

Menurut Skeptis globalisasi memberikan konteks yang berbeda dimana hubungan


internasional sekarang dimainkan, teapi menolak gagasan bahwa itu menghiilangkan sebuah
negara atau menghancurkan logika anarki yang mendasarinya. Globalisasi adalah fakta
kehidupan ekonomi dan tidak ada yang lolos dari logikanya. Satu-satunya hal yang dapat
dilakukan seorang adalah ‘ bersaing mundur ‘. Selain itu, jika seorang tidak melakukannya,
masa depa untuk rakyat sendiri dan dengan implikasinya negara adalah suram. Jika ada
sedikit pertemuan pikiran antara politisi dan akademisi. Ada sedikit keraguan tentang dampak
globalisasi terhadap ekonomi dunia, khususnya di Amerika Utara, Eropa dan Asia Timur.

Anda mungkin juga menyukai