Anda di halaman 1dari 3

Nama : Zahra Dina

NIM : 6211191205
Analisis Artikel Indonesia between the United States and China in a Post-Covid-19 World
Order; Covid-19: Breaking The Trust 1
Dalam artikel ini, Sulaiman et al percaya bahwasannya peningkatan pesat dalam sektor
ekonomi dan militer yang dialami oleh Tiongkok telah merubah tatanan global yang semula
unipolar menjadi bipolar. Dalam kurun waktu pergeseran tatanan global ini, Asia Tenggara akan
mendapatkan banyak tekanan sehingga Indonesia sebagai pemimpin ASEAN diharuskan
mengambil sikap dalam memastikan wilayah ASEAN yang tetap netral. Sulaiman et al juga
percaya bahwasannya Pasca Covid-19 akan terjadi peningkatan ketegangan sekaligus goyahnya
kerjasama internasional. Tiongkok yang berhasil melakukan mask diplomacy akan semakin
mematenkan dirinya sebagai the new world leader.2 Hal tersebut ironi mengingat dunia pasca
covid-19 akan semakin memperkuat kerjasama internasional dan langkah Partai Komunis
Tiongkok dalam memberlakukan non-transparansi informasi sangat rentan memicu perang.
Sehingga premis Tiongkok sebagai world leader adalah tidak mungkin. Artikel ini penting dan
merupakan bahan bacaan yang bagus bagi penstudi hubungan internasional terutama dengan
fokus Asia Tenggara dan sangat relatable dengan pembelajaran Mata Kuliah Hubungan
Internasional di Asia Tenggara, walaupun demikian terdapat beberapa bias pendirian dalam
artikel ini sehingga pembaca harus lebih cermat dalam memahami isi artikel.
Dalam sub-bagian Covid-19: Breaking The Trust, Sulaiman et al menjelaskan
bahwasannya pandemik Covid-19 telah meningkatkan ketegangan antara Tiongkok dan
Amerika yang disebabkan oleh politik dalam negri keduanya yang saling mengkambing
hitamkan satu sama lain. Amerika berpendapat bahwasannya Tiongkok terlambat dalam
mengambil kebijakan penutupan batas negara (blockade) sehingga pandemik Covid-19 yang
sebenarnya dapat dihindari menjadi krisis dunia menjadi tidak terelakkan . Di sisi lain, Tiongkok
juga menyindir Amerika sebagai world leader yang telah gagal mengatasi pandemik Covid-19
dalam skala global. Hal ini dibuktikan dengan sikap egoistik Amerika yang melakukan monopoli
vaksin. Berbanding terbalik dengan Amerika, Tiongkok telah membuktikan dirinya sebagai the
new world leader dengan melakukan penanganan pandemik Covid-19 dengan melakukan “mask
diplomacy” yang membantu berbagai negara dalam mengatasi pandemic covid-19 dan berhasil
menggeser tatanan sistem internasional dari unipolar menjadi bipolar. Walaupun begitu,
kebijakan Partai Komunis Tiongkok dalam memberlakukan non-transparansi informasi telah
menjadi kritik dunia dan membuat peralihan periode unipolar menjadi bipolar mendapat banyak
hambatan dan tantangan seperti goyahnya kerjasama global dan perselisihan berkepanjangan
antar dua kekuatan besar. Pada bagian ini dapat kita melihat bahwasannya Sulaiman telah
berhasil membawakan permasalahan penurunan kepercayaan baik antar Tiongkok-Amerika
maupun tingkat kepercayaan negara-negara secara umum. Walaupun begitu sangat disayangkan

1
Sulaiman, Y., Delanova, M. & Jati, R. D., 2021. Indonesia Between The United States And China In A Post-Covid-19 World Order. Asia
Policy, 16(1), Pp. 155-178.
2
Sulaiman, Y., Delanova, M. & Jati, R. D., 2021. Indonesia Between The United States And China In A Post-Covid-19 World Order. Asia
Policy, 16(1), Pp. 155-178. Halaman 162.
Sulaiman et al terlalu condong terhadap sudut pandang mask diplomacy Tiongkok saja, dan
mengabaikan pendekatan time line Covid-19 dan alasan kebijakan self sufficient yang diambil
oleh banyak negara.
Artikel ini tidak hirau mengenai time line covid-19 yang merupakan suatu kelemahan,
sikap self sufficient diambil berdasarkan sifat tatanan dunia yang anarki, yang mana setiap pihak
ingin memaksimalkan keuntungan dan memperkecil kerugian pada masa covid-19.3 Sistem
tatanan dunia yang anarki hanya menempatkan semua pihak dalam keadaan sulit yang
selanjutnya negara mulai menyadari bahwasannya permasalahan global memerlukan
penyelesaian secara global pula, yakni melalui pendekatan kerjasama internasional. 4 Kestabilan
internasional dapat dicapai dengan bekerjasama dalam penyediaan common good seperti yang
dilakukan oleh Tiongkok dengan mask diplomacy-nya maupun institusi internasional seperti
Covax dibawah naungan World Health Organization sebagai penyedia vaksin.5 Kesadaran untuk
bekerjasama dalam menciptakan common good juga didasai oleh kesadaran bahwa dalam era
globalisasi seperti ini, negara memiliki hubungan interpedensi. 6 Di sisi lain, walaupun Tiongkok
berhasil dengan mask diplomacy-nya, langkah non-transparansi informasi dan isu Laut Tiongkok
Selatan malah menurunkan kepercayaan dunia terhadap Tiongkok. Penurunan kepercayaan dunia
terhadap sikap Tiongkok dapat dijelaskan menggunakan teori liberalisme-republikan yang mana
kedamaian dunia akan terbentuk hanya bila terdapat nilai-nilai demokrasi terutama demokrasi
bagi para pers.7 Non-transparansi informasi yang dilakukan oleh Tiongkok tentunya disadarkan
oleh kepentingan elektabilitas Tiongkok dan elektabilitas Partai Komunis Tiongkok yang dilihat
sebagai tindakan egoisentrisme dan otoriter dengan tidak melibatkan kepentingan masyarakat,
pola relasi seperti ini tentunya sangat rentan terhadap perang. Dari sini dapat disimpulkan
bahwasannya, dunia pasca covid-19 tidak akan serta merta menjadikan Tiongkok sebagai world
leader, juga alih-alih dunia internasional menjadi lebih memanas, keadaan pasca covid-19 akan
semakin memunculkan kerjasama yang kuat dan hubungan saling ketergantungan yang lebih
tinggi.
Dunia pasca covid-19 akan semakin meningkatkan kerjasama baik antar government
organization maupun non-government organization yang didasari oleh sistem tatanan global
yang saling keterkaitan (interpedensi) dan kebutuhan akan common good. Indonesia sebagai
pemimpin ASEAN harus cerdas dalam mengelola kesempatan bekerjasama dengan kekuatan
dunia untuk mendapatkan absolute gain. Kebijakan Tiongkok dalam melakukan non-transparansi
informasi akan menurunkan kepercayaan masyarakat dunia, sehingga premis mask diplomacy
akan menjadikan Tiongkok sebagai the new world leader perlu dipertanyakan, terlebih lagi
konflik Laut Tiongkok Selatan yang sudah cukup untuk memantik ketegangan negara-negara di
ASEAN.
3
Njoo, H. L., 2008. Game Theory: Prisoner’s Dilemma. Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis, 8(3), pp. 237-244. Halaman 240.
4
Ambassador Of South Korea Kim Chang Beom On Asumsi, 2020. Entering The New Normal, Development Cooperation Needs A New Focus
[Interview] (5 May 2020).
5
Art, R. J. & Jervis, R., 2016. International Politics; Enduring Concepts And Cintemporary Issues. 30th Ed. New York: Pearson. Halaman 489.
6
Rosyidin, M., 2020. Teori Hubungan Internasional Dari Perspektif Klasik Dampai Non-Barat. 1st Ed. Depok: Pt Rajagrafindo Persada.
Halaman 52.
7
Rosyidin, M., 2020. Teori Hubungan Internasional Dari Perspektif Klasik Dampai Non-Barat. 1st Ed. Depok: Pt Rajagrafindo Persada.
Halaman 51.
Artikel ini sangat membantu mahasiswa dalam mengasah kerangka berpikir kritis
terutama dalam memahami situasi Indonesia diantara Tiongkok dan Amerika. Artikel ini juga
membantu mahasiswa dalam memahami situasi terkini baik mengenai krisis kepercayaan pasca
covid maupun isu Laut Tiongkok Selatan yang turut mempengaruhi ketegangan di wilayah
ASEAN, walaupun demikian, terdapat beberapa bias yang melemahkan pendirian artikel ini
sehingga dibutuhkan kecermatan dari para pembaca.

Daftar Pustaka:

Ambassador Of South Korea Kim Chang Beom On Asumsi, 2020. Entering The New
Normal, Development Cooperation Needs A New Focus [Interview] (5 May 2020).
Art, R. J. & Jervis, R., 2016. International Politics; Enduring Concepts And
Cintemporary Issues. 30th Ed. New York: Pearson.Asumsi, 2020. Entering The New Normal,
Development Cooperation Needs A New Focus [Interview] (5 May 2020).
Njoo, H. L., 2008. Game Theory: Prisoner’s Dilemma. Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis,
8(3), pp. 237-244.
Sulaiman, Y., Delanova, M. & Jati, R. D., 2021. Indonesia Between The United States
And China In A Post-Covid-19 World Order. Asia Policy, 16(1), Pp. 155-178.
Rosyidin, M., 2020. Teori Hubungan Internasional Dari Perspektif Klasik Dampai Non-
Barat. 1st Ed. Depok: Pt Rajagrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai