Anda di halaman 1dari 10

REVIEW JURNAL

Di Susun Oleh :

Qur’aini Hamidea Suci

2035160004

Ilmu Komunikasi
REVIEW JURNAL 1

“ KEBIJAKAN SOFT DIPLOMACY REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK


DALAM PENINGKATAN HUBUNGAN BILATERAL DENGAN AMERIKA
SERIKAT “

Dari pembahasan jurnal mengenai Soft Diplomacy yang Tiongkok lakukan


dalam hubungannya dengan Amerika Serikat menjelaskan tentang perkembangan
yang dialami oleh RRT dalam konteks Soft Diplomacynya merupakan bukti konkrit
bahwa RRT telah melakukan perubahan yang sangat besar sejak era reformasi di
tahun 1978 dimana RRT lebih menggunakan militer dan ekonomi dalam dunia
diplomasinya. Hal terakhir yang menjadi Landasan dasar RRT dalam
mengembangkan Soft Diplomacynya ialah adanya ketakutan RRT terhadap
perkembangan Amerika Serikat setelah perang dingin. Ketakutan ini dipercaya
dikarenakan paham paham yang yang dianut oleh Amerika Serikat dapat
menginfiltrasi nilainilai RRT yang berdampak pada berkurangnya nasionalisme dan
kurangnya masyarakat RRT yang kemudian mempercayai nilai nilai layaknya
konfusius sebagai landasannya. Melihat besarnya perkembangan Soft Diplomacy
Amerika Serikat, RRT juga terdorong untuk mengembangkan kapasitas Soft
Diplomacynya untuk menghadapi pengaruh Amerika Serikat Sejak awal
diperkenalkannya Soft Diplomacy di kalangan masyarakat RRT, Soft Diplomacy
sesungguhnya dibentuk berdasasarkan tujuan tertentu. Pemimping RRT layaknya
Deng Xiaoping, Hu Jintao dan Jiang Zemin menciptakan suatu wacana adanya
peningkatan Soft Diplomacy yang dimiliki oleh RRT. Soft Diplomacy yang ingin
dibangun oleh RRT ini meliputi budaya, nilai poilitk dan kebijakan luar negerinya.
Tetapi dalam konteks RRT, ketiga Soft Diplomacy tersebut haruslah berlandaskan
nilai nilai yang dianut oleh RRT yaitu paham sosialis dan konfusius. Ketiga unsur
tersebut dipercaya dapat mendorong dan memperbaiki image buruk RRT didunia.

Menurut pemikiran RRT penggunaan budaya dapat memberikan pengaruh


yang besar kepada pola pikir masyarakat internasional terhadap RRT. Perubahan pola
pikir ini dipengaruhi oleh timbulnya rasa kecintaan dan simpati masyarakat
internasional melihat RRT. Dari segi domestik, keberadaan Soft Diplomacy dapat
memperkuat nilai nilai sosialis dan budaya tradisional RRT. 20 Dalam konteks
tersebut, Soft Diplomacy secara tidak langsung mendorong RRT untuk berkembang
melalui sudut pandang baru.

Salah satu strategi lainnya yang dilakukan ialah menggunakan Soft


Diplomacy RRT untuk menunjukkan bahwa RRT tidak akan menjadi ancaman untuk
negara lain. Salah satu usaha yang dilakukan ialah melakukan kegiatan kebudayaan
berupa tur budaya dan pertunjukan budaya di beberapa negara. pertunjukan yang
ditampilkan beragam dan juga bermakna layaknya salah satu kegiatan yang bernama
Voyage of Chinese Culture to Africa atau sejarah Zheng He dan Cheng Ho yang
menggambarkan RRT akan memperlakukan negara lain dengan baik dan penuh
hormat tanpa adanya niat untuk melakukan kolonialisasi. 23 Kegiatan lainnya ialah
pertukaran budaya dengan negara maju ataupun negara berkembang yang sangat
menunjukkan hasil yang baik. Pertukaran budaya ini berkontribusi atas meningkatnya
popularitas Bahasa Cina dan Kajian terkait budaya RRT.

Amerika Serikat maupun RRT merupakan negara yang besar dengan potensi
kekuatan nasional yang terhitung luar biasa. Dari segi ekonomi, kedua negara
merupakan negara yang memimpin perekonomian saat ini. Dari segi militer, alutista
kedua negara merupakan salah satu yang terbaik didunia. Dari segi budaya, budaya
yang dimiliki kedua pihak telah memiliki pengaruh yang besar. Tetapi, dengan status
yang dimiliki kedua negara tersebut, hubungan mereka cenderung bersifat kompetisi
dibanding kerjasama. Hubungan kedua negara dipercaya tidak dilatarbelakangi oleh
kesamaan budaya melainkan niat kedua negara untuk membangun hubungan
diplomatik dan kesamaan kepentingan yang ingin dicapai kedua negara tersebut.
Salah satu sumber yang membentuk Soft Diplomacy ialah nilai yang dimiliki suatu
negara. Dalam kaitannya, Soft Diplomacy RRT pastinya juga dilatar belakangi oleh
nilai nilai luhur yang mendorong cara mereka berperilaku. Nilai nilai ini dijadikan
landasan dalam bernegara dan menjalin hubungan dengan kerabat, keluaraga maupun
orang lain. Soft Diplomacy RRT sesungguhnya merupakan manifestasi dari ajaran
konfusius terdahulu.

Republik Rakyat Tiongkok RRT dan Amerika Serikat AS merupakan dua


negara yang menganggap pentingnya kerjasama bilateral. Meskipun kedua negara
memiliki perbedaan nilai dan kebudayaan yang mereka panuti, hal tersebut tidak
menghalangi mereka dalam melakukan kerjasama dan hubungan bilateral Dalam
meningkatkan hubungan bilateral antar kedua negara, RRT menggunakan sarana Soft
Diplomacy. Soft Diplomacy ini juga bertujuan untuk membangun opini public dan
menjadi jembatan untuk menghilangkan kesalahpahaman dan konflik antar kedua
negara Soft Diplomacy yang digunakan RRT meliputi pendekatan kebudayaan dan
penerapa nilai nilai yang dianut oleh RRT yang kemudian diterapkan di Amerika
Serikat.
Soft Diplomacy yang digunakan Tiongkok tentunya sangat menjadi senjata
yang bagus dalam menciptakan kinerja dan hubungan yang baik antara Tiongkok Dan
Amerika Serikat, Seperti yang sudah dibahas diatas perkembangan dan strategi yang
dilakukan oleh Tiongkok dalam meningkatlan Soft Diplomacynya , Sebagaimana
yang telah disampaikan oleh Xi Jinping terkait jenis seni dan kebudayaan RRT yang
digunakan sebagai sarana Soft Diplomacy, penulis mengidentifikasi sarana
kebudayaan tersebut lebih bertujuan untuk menarik hati masyarakat Amerika Serikat.
Dalam menunjang kebudayaan RRT dan kerjasamanya dengan Amerika Serikat, RRT
dan Amerika Serikat telah menandatangani kesepakatan bilateral dalam bidang
kerjasama kebudayaan yang diwakili oleh Liu Yandong dan Hillary Clinton pada
tahun 2010 dan lebih dahulu melakukan Forum kerjasama RRT – Amerika Serikat
terkait seni dan budaya pada 16 November 2011. Kerjasama kebudayaan yang
dibangun oleh kedua negara bertujuan untuk mengurangi kesalahpahaman yang dapat
terjadi di kedua belah pihak ketika memandang satu sama lain.
KELEBIHAN JURNAL
Dalam jurnal ini memiliki kelebihan yaitu pemaparan yang jelas dan lengkap mulai
dari definisi, sejarah dan terbentuknya Diplomacy yang didirikan oleh negara
Tiongkok. Argumen dan data yang di cantumkan dapat dipahami secara luas dan
merata. Tujuan dari Tiongkok mendirikan Soft Diplomacy sangat terarah, yaitu untuk
menjalankan hubungan bilateral yang baik dengan Amerika Serikat sehingga bisa
meningkatkan kerja sama yang baik.

KEKURANGAN JURNAL
Melihat dari pembahasan yang di paparkan , jurnal ini memiliki kekurangan, lebih
fokus membahas tentang definisi mengenai Soft Diplomacy daripada menjabarkan
Diplomacy yang dilakukannya kepada Amerika Serikat, jadi fokus isi didalamnya
lebih ke menerangkan sejarah dan terbentuknya Soft Diplomacy yang di dirikan
Tiongkok, tetapi masih kurang dalam pembahasan dan Soft Diplomacy apa yang di
lakukan Tiongkok untuk membangun hubungan bilateral yang baik dengan Amerika
Serikat, mungkin dalam bidang-bidangnya. Tidak dijelaskan secara Diplomacy apa
yang akan Tiongkok berikan kepada Amerika Serikat. Jadi menurut pendapat saya
identifikasi dari jurnal ini masih kurang , isi dari kerjasama itu apa dan hanya
mencakup pada sarana Soft Diplomacy
REVIEW JURNAL 2

“ PENGARUH PENINGKATAN KEKUATAN MILITER TIONGKOK


TERHADAP KEAMANAN STABILITAS REGIONAL ASIA TIMUR “

Dalam jurnal ini membahas mengenai Hard Power yang dimiliki dari negara
Tiongkok yang dimana politik internasional yang anarkis dalam prespektif realism
mengangap pentingnya power atau kekuatan dan kekuasaan. Sehingga negara
berupaya untuk mengembangkan kekuatan power yang dimanfaatkan untuk
mendorong pencapaian kepentingan nasional. Logika situasi kepentingan nasional
yang harus dicapai melalui interaksi dengan negara lain yang dirumuskan oleh para
pengambil kebijakan.

Seperti yang sudah dijelaskan dalam jurnal adalah adanya perpindahan


Ekonomi Tiongkok Pengaruh Tiongkok dalam bidang ekonomi dan politik sudah
dimulai ketika Tiongkok di pimpin oleh dua orang dengan karakter berbeda. Sejarah
kepemimpinandi Tiongkok di bawah Mao Xedong yang berkarakter sosialis komunis
membawa Tiongkok pada pola kepemimpinan yang isolasionis. Pertumbuhan
ekonomi Tiongkok memang sudah di mulai sejak masa Den Xio Ping dengan istilah
melompat jauh kedepan. Penjelasan Martin Jacques, 2011 menegaskan bahwa
pertumbuhan ekonomi Tiongkok dimulai sejak tahun 1978 dimana ketika Tingkok
mulai memasuki masa modernisasi dan internasionalisasi. Bahkan Tiongkok mampu
merubah image negaranya dari Negara yang miskin menjadi negara yang memiliki
kekuatan ekonomi baru di Asia. Lebih dari itu bahwkan dalam artikel kompas dengan
judul Ekonomi China Resmi Salip Jepang kondisi ekonomi Tiongkok bisa menyalip
Jepang di bawah ekonomi Amerika Serikat.
Perkembangan dan peningkatan militer Tiongkok baik dari segi alutsista,
belanja militer dan personil tidak lepas dari dilemana keamanan masalalu. Hal ini
didasari oleh sejumlah negara yang pernah berkonflik dengan Tiongkok baik dalam
perang dunia maupun perang kontemporer juga melalukan hal yang sama. Walaupun
bisa di lihat bahwa ekonomi Tiongkok dalam perlambatan pertumbuhan namun hal
tersebut tidak menjadi alasan untuk Tiongkok memodernisasi angkatan militernya.
Belanja militer yang selalu naik setiap tahun menunjukan konsistensi Tiongkok
unutuk mempertahankan keamanan. Dengan kondisi geipolitik bertetangga dengan
negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan yang sejak dahulu merupakan musuh
Tiongkok menunjukan bahwa Tiongkok tidak akan membawa kesalahan di masalalu
sebagai hal yang terulang. Hal ini sudah sesuai dengan etos kerja orang Tiongkok
tidak ingin menyepelehkan kondisi lokal sampai internasional.

Dengan meningkatnya anggaran militer Tiongkok menunjukan bahwa


Tiongkok yang juga terlibat konflik bersama Jepang dan Korea Selatan adalah upaya
deterrence atau pukulan psikologis bahwa Tiongkok adalah Negara yang kuat dalam
militer. Kawasan regional Asia Timur merupakan salah satu kawasan yang sangat
rentan akan instabilitas keamanan. Sejarah membuktikan bahwa negara tersebut
sering mengalami konflik. Oleh karena itu Instabilitas keamanan di Asia Timur
menjadi bukti bahwa keamanan di wilayah tersebut masih menjadi prioritas untuk
dikembangkan. Untuk itulah peningkatan angkatan militer baik alutsista dan personil
dan kecanggihan. Dengan demikian, peningkatan kapasitas militer adalah bukti
negara serius untuk melindungi dirinya sebagai diplomasi preventif dan ofensif.

Seperti yang sudah dibahas bahwa Power secara sederhana memiliki arti
untuk bisa mengontrol aktor lain dalam bentuk prilaku apapun. Bagi kaum realis
antara kepentingan dan power tidak bisa dipisahkan, oleh karena itu peningkatan
power militer merupakan kunci dalam mempertahankan negara.
Kebijakan untuk menaikkan atau meningkatkan anggaran militer sangat
dipengaruhi oleh faktor ekonomi dalam negeri yaitu pertumbuhan ekonomi.Dengan
menggunakan teori ini tidak berlaku dalam konteks belanja militer Tiongkok yang
anggaran belanja Tiongkok selalu meningkat setiap tahun.

Dari jurnal ini memaparkan bahwa kerja orang Tiongkok sangat tinggi dalam
memajukan ekonominya. Tradisi yang melekat dalam sejarah Tiongkok menjadi
salah satu landasan filosofis dalam proses pengmabilan kebijakan negara begitu pula
dalam bidang ekonomi. Tiongkok mampu merubah image negaranya dari Negara
yang miskin menjadi negara yang memiliki kekuatan ekonomi baru di Asia.Lebih
dari itu bahwkan dalam artikel kompas dengan judul “Ekonomi China Resmi Salip
Jepang” kondisi ekonomi Tiongkok bisa menyalip Jepang di bawah ekonomi
Amerika Serikat. Soft power hanya bisa efektif dilaksanakan apabila pihak lain
mengenali upaya tersebut.
KELEBIHAN JURNAL

Kekuatan dalam jurnal ini adalah berdasarkan gagasan yang di miliki oleh Tiongkok
dalam menstabilkan dan meningkatkan keamanannya melalui belanja militer yang
mereka gunakan untuk melindungi negaranya dalam jangka Panjang. Hal ini
menjadikan Tiongkok unggul dalam hal keamanan yang sudah mereka sediakan
untuk masa mendatang, Hard Power yang dimiliki Tiongkok menjadi landasan negara
ini untuk meningkatkan Power Militer yang menjadi kunci dalam mempertahankan
negara sekaligus mengembangkan berbagai kerja sama dalam berbagai bidang, aspek
militer tetap menjadi hal signifikan dan diperhitungkan. Dalam pembahasan jurnal
dan kelebihannya . Tiongkok dianggap sebagai seorang aktor rasional yang
memeperhitungkan untung rugi dalam setiap serangan. Disinilah tidak adanya saling
percaya ketika setiap negara berlomba meningkatkan kapasitas militernya.

KEKURANGAN JURNAL

Dalam jurnal kedua ini memiliki kelemahan yaitu, pembahasan yang sangat monoton
dan lebih menyorot ke agresifan Tiongkok dalam menyerang dan melumpuhkan
lawan. Yang menjadikan Power menjadi tolak ukur bagaimana paradigm negara
dalam memandang anarkisme politik global. Kekurangan dua hard power besar
China, yakni militer dan ekonomi, sehingga bisa diketahui alasan China
menggunakan lebih banyak soft power. Jadi ketika China sudah jelas memiliki hard
power yang kekuatannya mendekati hard power milik Amerika Serikat, mereka justru
lebih memilih menggunakan soft power untuk membangun national image mereka
sebagai kekuatan besar dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Shiddiq, F. A. (2014, Maret). Sarana Kebangkitan Damai China. Jurnal Analisis Hubungan
Internasional, Vol 3 No 1.

Fathun, L. M. (2016, July). PENGARUH PENINGKATAN KEKUATAN MILITER TIONGKOK. The


POLITICS: Jurnal Magister Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Vol 2 No 2.

RIYANTO, A. (2019, Juni). KEBIJAKAN SOFT DIPLOMACY REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK.


JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONA, Vol 4 No.1.

Prof. Dr. Bambang Cipto, M. (2018). Strategi China merebut status super power. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Mochama, Y. (2018). SOFT POWER DAN SOFT DIPLOMACY. Jurnal TAPIs, Vol 14 No.2 .

Anda mungkin juga menyukai